Anda di halaman 1dari 129

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu
pesat didukung oleh adanya jalur komunikasi yang canggih sehingga mempercepat
penyebarluasan informasi global. Arus informasi tersebut sangat berpengaruh pada
peningkatan dan pengetahuan masyarakat dan menyebabkan pola pikir yang kritis dalam
memandang segala hal dan mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik termasuk
dalam dunia kesehatan. Pengertian kesehatan disini sudah lebih diarahkan untuk hidup
lebih produktif, sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang nomer 36 tahun 2009
tentang kesehatan, yang menyebutkan: “ Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”. Untuk itu dalam bidang pelayanan kesehatan mengalami perubahan yang
signifikan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional, sebagai
bagian dari tuntutan perkembangan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien
dan keluarga. Pelayanan lanjutan berikutnya adalah pelayanan yang lebih tinggi
merupakan pelayanan di Rumah Sakit Jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk
kesehatan jiwa. Lingkup Rumah Sakit Jiwa ada 4 kegiatan yaitu kegitan pelayanan medis,
yang terdiri dari pencegahan, pengobatan, dan perawatan serta rehabilitasi (pembinaan).
Yang kedua yaitu pendidikan dan latihan, usaha untuk meningkatkan kualitas rumah sakit.
Ketiga adalah kegiatan penelitian dan pengembangan, usaha untuk menemukan faktor
penyebab gangguan jiwa sedini mungkin, dan yang keempat adalah informasi dan
rujukan. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar, dan padat modal. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian
kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik
dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan
mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu
disemua tingkatan termasuk keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan.
Rumah sakit jiwa daerah (RSJD) Dr.RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tipe A yang
memberikan pelayanan kesehatan yang terutama untuk kesehatan jiwa dan kesehatan
1
2

masyarakat yang bersifat umum bagi masyarakat disekitar wilayah Provinsi Jawa Tengah
dan berbagai daerah di luar Provinsi Jawa Tengah. RSJD Provinsi Jawa Tengah terdiri
dari berbagai macam ruang perawatan, salah satu diantaranya adalah Ruang Ivy. Ruang
Ivy merupakan salah satu ruang perawatan kelas III di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah yang memberikan perawatan pada pasien lansia dengan gangguan
jiwa dimana pasien tersebut sudah diperbolehkan keluar dari ruang IPIP (Edelweis) atau
ruangan lain dengan kategori lansia dengan kasus antara lain: segala jenis skizofrenia
seperti skizofrenia residual, skizofrenia tak terinci, dan skizofrenia umum. Dari hasil
pengkajian di Ruang Ivy secara garis besar didapatkan bahwa masih ada pelayanan
keperawatan yang diberikan belum optimal dan profesional, dimana asuhan yang
diberikan kepada pasien belum komprehensif, terpilah-pilah, dan berorientasi pada tugas
bukan berorientasi kepada kebutuhan pasien yaitu pasien, keluarga, dan masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan. Keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien terutama ditempat pelayanan kesehatan khususnya
di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Untuk itu akan
dikembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Hal ini dimaksudkan
agar Rumah Sakit Jiwa dalam berperan optimal sebagai rujukan tertinggi (top referral)
pelayanan kesehatan jiwa.
Berdasarkan uraian di atas pelayanan keperawatan sebagai inti pelayanan kesehatan
merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang kontribusi
perawatannya dapat membentuk praktik keperawatan. Perkembangan praktik keperawatan
ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Manajemen
keperawatan merupakan komunikasi efektif yang menjamin semua tingkat pekerjaan,
mengetahui misi dan tujuan, filosofi, dan sasaran khusus dari institusi. Manajemen
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional dimana tim keperawatan dikelola
dengan pendekatan fungsi-fungsi manajemen mulai planning, organizing, actuating, dan
controlling. Oleh karena itu, pembelajaran tentang manajemen keperawatan sudah
dimulai di pendidikan akademik dan diaplikasikan dalam bentuk praktik di lingkungan
pendidikan. Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Yogyakarta juga mengaplikasikan MPKP yang dilaksanakan pada Stase Manajemen
Keperawatan.
2
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan mampu memahami dan
mampu mengaplikasikan manajemen keperawatan di ruang rawat inap Ivy RSDJ Dr.
RM Soedjarwadi Jawa tengah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan praktik stase manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Melakukan pengkajian tentang gambaran umum Ruang Ivy RSDJ Dr. RM
Soedjarwadi Jawa Tengah.
b. Melakukan analisa dari aspek manajemen di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi
Jawa Tengah.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di Ruang Ivy
RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
d. Menyusun rencana kegiatan (Plan Of Action/ POA) untuk mengatasi permasalahan
yang ada di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiataan yang telah
disusun sesuai prioritas di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik


Waktu pelaksanaan Praktik Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
berlangsung mulai tanggal 23 Juni 2014 sampai dengan 19 Juli 2014. Tempat praktik
dilaksanakan di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.

D. Cara Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah
dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan,
keadaan inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke
pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer, perawat pelaksana,
untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3
4

3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karateristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan,
penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan
Profesional.

E. Peserta Praktik
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Yogyakarta Tahun 2014 dengan anggota :
1. Christie Damayanti, S.Kep
2. Maratul Karomah, S.Kep
3. Nina Permata Sari, S.Kep
4. Nurcahyadi, S.Kep
5. Rahmadika Kurniyadi, S.Kep
6. Ropi Puspitasari, S.Kep
7. Ruly Astuti, S.Kep
8. Tutik Mujayanah, S.Kep
9. Whidi Purnomo, S.Kep
10. Dewi Melyan, S.Kep
11. Ropiah Hapsari, S.Kep
12. Anggrayeni Purba, S.Kep
13. Nasria, S.Kep

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MPKP


Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses, dan niai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai derajat ketergantungan klien. Penerapan jumlah
perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat
tidak sesuai dengan jumlah tenaga, tidak ada waktu bagi perawat melakukan
tindakan keperawatan (Sitorus, 2006). Selain jumlah, perlu ditetapkan jenis tenaga
yaitu PP (perawat primer) dan PA (perawat anggota/ associate), sehingga peran
dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek proses, ditetapkan penggunaan metode
modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim keperawatan primer)
(Sitorus, 2006). Lima subsistem dalam pengembangan MPKP (Hoffort dan Woods
dalam Sitorus, 2006) adalah sebagai berikut:
1. Nilai – nilai profesional sebagai inti model pada model ini yaitu PP (perawat
primer) dan PA (perawat anggota) membangun kontak dengan klien atau
keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada
pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP (perawat primer) mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk
tindakan yang dilakukan oleh PA (perawat anggoota). Hal ini berarti PP
mempunyai tanggung jawab membina perfoma PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai – nilai profesional. Nilai – nilai profesional digariskan dalam
kode etik keperawatan (Sitorus, 2006), hal tersebut diantaranya:
a. Hubungan perawat klien
b. Hubungan perawat dan praktik
c. Hubungan perawat dan masyarakat
d. Hubungan perawat dan teman sejawat
e. Hubungan perawat dan profesi

5
6

2. Pendekatan Manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM (sumber daya manusia), yaitu
ada garis koordinasi yang jelas antar PP (perawat primer) dan PA (perawat
anggota). Performa PA dalam satu tim menjadi tanggng jawab PP. Dengan
demikian PP (perawat primer) adalah seorang manajer asuhan keperawatan.
Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen
dan kepemimpinan sebagai PP sehingga mampu menjadi manajer yang efektif
dan pemimpin yang efektif.
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi
pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4. Hubungan Profesional
Hubungan profesional dilakukan oleh PP, PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medis.
5. Sistem Kompetensi dan Penghargaan
PP (perawat primer) dan timnya berhak atas kompetensi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi serta penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian
daru asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

B. MPKP (MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL)


Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang
sehingga perlu menerapkan manajemen, yaitu dalam bentuk manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para
pasien (Gillies, 1989).
Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktik
keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh
Sudarsono (2000) di RS Cipto Mangunkusumo dan beberapa RSU lain.

6
7

Model praktik keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen


(management approach) sebagai pilar praktik profesoinal yang pertama. Oleh karena
itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin
pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga merupakan praktik yang
profesional. Di Ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk
fungsi manajemen yang terdiri dari:
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pengarahan (directing)
4. Pengendalian (controlling)

Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang
telah dikembangkan di RSU. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis,
yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang SPK,
namun Kepala Ruangan dan Ketua Tim minimal dari D3 Keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan, yaitu:
a. MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi
Kepala Ruangan (Ka.Ru) dan Ketua Tim (Ka.Tim) mempunyai pendidikan
minimal S1 Keperawatan.
b. MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan dan
jiwa.
c. MPKP III
MPKP advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter spesialis jiwa yang
bekerja di area keperawatan jiwa (Budi Anna Keliat, 2010). MPKP telah
diterapkan di berbagai RSJ di Indonesia (Bogor, Lawang, Pakem, Semarang,
Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang dikembangkan
7
8

adalah MPKP Transisi dan MPKP Pemula. Hasil penerapan menunjukkan


hasil BOR meningkat, ALOS menurun, Angka Lari pasien menurun. Ini
menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan
bermutu baik.
Berdasarkan pemikiran tersebut dipandang perlu pengembangan
MPKP di RSJ, agar pelayanan di RSJ lebih spesialistik dan profesional. Pada
model ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan
berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach,
compensatory reward, profesional, relationship, dan patient care delivery.
Pilar-pilar profesional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas
pelayanan profesional dipaparkan dalam bentuk 4 model yaitu: Manajemen
Keperawatan: Compensatory Reward, Professional Relationship, dan Patient
Care Delivery. Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan
dasar MPKP dengan Model MPKP Pemula. Kegiatan tersebut dapat
dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau
Model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP profesional (Kuliah
Keperawatan Alir, 2012).

C. KESEHATAN JIWA
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi:
a. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri.
b. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain.
c. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda sehari-hari.
Beberapa pengertian manusia :
a. Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan rohani.
b. Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh).
c. Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-insting kepuasan), ego (kesadaran
realitas-prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud).

8
9

1. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


a. Roles and function of psychiatric nursing: competent care (peran dan
fungsi keperawatan jiwa: perawatan kompeten).
b. Therapeutic nurse patient relationship (hubungan yang teraupetik antara
perawat dengan klien).
c. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan).
d. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi
dalam keperawatan jiwa).
e. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis
dalam keperawatan jiwa).
f. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
psikologis dalam keperawatan jiwa).
g. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial
budaya dalam keperawatan jiwa).
h. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
lingkungan dalam keperawatan jiwa).
i. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal
etika dalam keperawatan jiwa).
j. Implementing the nursing process: standards of care (penatalaksanaan
proses keperawatan: dengan standar-standar keperawatan).
k. Actualizing the psychiatric nursing role: professional performance
standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan
standar-standar profesional).

2. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa


a. Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan, dan konflik.
b. Pencegahan primer
c. Penanganan multi disiplin
d. Spesialisasi keperawatan jiwa

Pandangan masyarakat dahulu terhadap individu dengan gangguan jiwa yaitu


dianggap sampah, memalukan, dan dipasung. Namun sekarang:
a. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
b. Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat.
9
10

c. Perlu pemahaman tentang human rights.


d. Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.

3. Model Keperawatan
a. Psychoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting), ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma
agama (super ego/ das uber ich) akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (Deviation of behavior).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya
konflik intrapsikis terutama masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan
pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna,
tidak adanya stimulus belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan
untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya.
Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa
lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan yang sangat ngantuk. Dalam
keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatik masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan
yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua
pikiran dan mimpinya, sedangkan terapis berupaya untuk
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assesment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksa orang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secara kasar, ditelantarkan, diasuh dengan
kekasaran, diperkosa pada masa kanak-kanak), dengan menggunakan
pendekatan komunikasi teraupetik setelah terjalin trust (saling percaya).

10
11

b. Interpersonal (Sullivan, Peplau)


Menurut konsep model ini, kelainan jiwa pada seseorang dapat
memunculkan trusting relationship and interpersonal satisfaction
(menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang
biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain),
therapist use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati
dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat
memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.

c. Sosial (Caplan, Szasz)


Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social
and environmental factor create stres, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
environment manipulation and social support (pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial).
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah
pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan terapis berupaya menggali sistem sosial klien seperti suasana
di rumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

d. Existensial (Ellis, Rogers)


Menurut teori model existensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya,
individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya, membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam body-imagenya.
Prinsip dalam proses terjadinya terapis adalah mengupayakan individu
agar pengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup
11
12

orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan
(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
intropeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jati
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari
orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya
dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi
aktivitas kelompok. Terapis berupaya untuk memperluas kesadaran diri
klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment.

e. Suportive Therapy (Wermon, Rocland)


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah faktor biopsikososial
dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah
seperti: sering sakit magh, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti: mudah cemas, kurang percaya diri,
perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah
seperti: susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut
terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut
muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah
yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon koping adaptif.
Individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa
yang ada pada dirinya, kekuatan mana yang dapat dipakai sebagai
alternatif pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
koping yangt dimiliki dan biasa digunakan klien. Terapis berupaya
menjalin hubungan hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan
koping klien yang adaptif.

12
13

f. Medical (Meiyer, Kreaplin)


Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multi
faktor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan, dan
faktor sosial. Sehingga fokus penatalaksaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologi, dan teknik
interpersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang. Terapis
berperan dalam memberikan terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan diagnosa, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan.

4. Peran Perawat Kesehatan Jiwa


a. Pengkajian yang mempertimbangkan budaya.
b. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan.
c. Berperan serta dalam pengelolaan kasus.
d. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh
penyakit mental-penyakit mental, penyuluhan, dan konsling. Mengelola
dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
e. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.

5. Asuhan Yang Kompeten Bagi Perawat Jiwa (Competent Of Caring)


a. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
b. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
c. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji,
negoisasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
d. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental,
termasuk pelayanan terkait, teknologi, dan sistem sosial yang paling tepat.
e. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
f. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah
psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
13
14

g. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan


kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

6. Penerapan Diagnosa Keperawatan Dan Standar Asuhan Keperawatan


Jiwa
Pada konferensi nasional keperawatan jiwa II di Yogyakarta telah
ditetapkan standar proses keperawatan yang baru yaitu pendekatan diagnosa
keperawatan dengan rumusan tunggal. Apabila sebelumnya standar
perumusan diagnosa keperawatan dalam bentuk gabungan problem, etiologi,
sign and symptom diubah menjadi pernyataan masalah tunggal.
Standar proses keperawatan yang disesuaikan dengan rumusan
diagnosis tunggal yang kemudian dikenal dengan diagnosis keperawatan
dimulai dari standar pengkajian, standar rumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, strategi tindakan keperawatan dalam
implementasi, dan evaluasi proses keperawatan. Standar rumusan diagnosis
keperawatan ditetapkan melalui tahapan:
a. Analisa data yang ditemukan baik data subjektif maupun objektif. Data
yang ditemukan sebagai hasil pengkajian dikumpulkan sebagai data
subjektif dan objektif. Data yang berkaitan erat satu dengan yang lain yang
menunjang satu diagnosa keperawatan dikumpulkan menjadi satu untuk
merumuskan diagnosa keperawatan.
b. Tetapkan rumusan diagnosis dalam bentuk rumusan tunggal. Rumusan
diangnosa keperawatan mengacu pada rumusan diagnosa keperawatan
NANDA 2009-2011. Diagnosis keperawatan dirumuskan dalam bentuk
rumusan tunggal. Rumusannya adalah rumusan “problem” etiologi dari
diagnosa tidak perlu dicantumkan tetapi cukup dimengerti dan dipahami.
Rumusan diagnosa keperawatan jiwa berdasarkan NANDA 2009-2011
untuk 10 diagnosa keperawatan utama di keperawatan jiwa:
1) Risiko perilaku kekerasan
2) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3) Isolasi sosial: menarik diri
4) Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis
5) Harga diri rendah situasional
6) Gangguan proses pikir: waham
14
15

7) Defisit perawatan diri: kebersihan diri


8) Defisit perawatan diri: berdandan
9) Defisit perawatan diri: makan minum
10) Defisit perawatan diri: toileting
11) Risiko mencinderai diri sendiri: risiko bunuh diri
12) Koping keluarga tidak efektif
13) Ketidakefektifan manajemen memeliharaan kesehatan
14) Ansietas
15) Ketidakberdayaan

D. Unsur Input
1. Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalansi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis/ keperawatan yang terganggu kondisi
kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO). Ditetapkan sebagai rumah
sakit khusus kelas A berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.216/Menkes/VI/2013 tanggal 10 Juni 2013 tentang Pentetapan Kelas RSJD
Dr. RM. Soedjarwadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

2. Perawat Sumber Daya Manusia


Menurut Douglas (1984)
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien untuk setiap sihftnya dan hasil keseluruhan
ditambah 1/3. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat
ketergantungan untuk setiap shift jaga. Sedangkan klasifikasi derajat
ketergantungan pasien terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/ 24 jam, dengan
kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

15
16

f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam dengan kriteria:


a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali, folley catheter/ intake
output dicatat.
d) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.

c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam dengan
kriteria:
a) Segalanya diberikan/ dibantu.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT (nasogastric tube), menggunakan terapi
intravena.
d) Pemakaian suction.
e) Gelisah/ disorientasi

3. Kualitas Tenaga Perawat


Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan
kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan
atau pandangan konsumen. Dalam perawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah
untuk memastiakan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002).

4. Peserta Didik
Peserta didik merupakan input dalam organisasi menurut UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangakan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Untuk menghasilkan lulusan peserta didik yang
berkualitas terutama pendidikan keperawatan, perlu adanya pengelolaan
bimbingan PKK (Praktik Klinik Keperawatan) yang baik, bermutu tinggi,
serasi, dan selaras dengan perkembangan IPTEK.
16
17

5. Money (Dana)
Pembangunan di bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap
orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945. Hal ini
sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan ketentuan umum PP
No 6 Tahun 2000 Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sebagaimana diatur dalam UU No 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya
oleh pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta
serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan
aset Departemen Kesehatan (Depkes).
Melaksanakan PPK-BLUD PENUH penuh dengan Keputusan
Gubernur Nomor 903/152/2012 Tentang Penetapan Peningkatan Status Pola
Pengeloalaan Keuangan Badan Layanan Daerah Dari Bertahap Menjadi
PENUH pada RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Hasil
kerjasama BLU dengan pihak lain dan/ atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan bagi BLU.

6. Fasilitas/ Alat (Matterial) dan Mesin (Machine)


Peralatan keperawatan adalah alat tenun, alat kesehatan, alat rumah tangga, alat
pencatatan pelaporan keperawatan, pengelolaan peralatan keperawatan meliputi
standar perencanaan, standar pengadaan, standar distribusi, standar
penggunaan, standar penghapusan, standar pengawasan dan pengendalian
(Depkes, 2011). Secara kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.

7. Metode/ Standar/ Pedoman dan Prosedur Tetap


Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu
yang diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik
acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Blebing, 2001). Jenis-
jenis standar antara lain:
a. Standar input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, managemen kebijakan, dan
lain-lain.
17
18

b. Standar proses: prosedur tindakan pelayanan standar.


c. Output: penampilan kinerja kepuasan pelanggan.

8. Standar Asuhan Keperawatan


Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan instrumentasi
penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a. Standar I Pengkajian Keperawatan, pengkajian berisi pengumpulan data,
pengelompokkan data, dan perumusan masalah.
b. Standar II Diagnosa Keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan
dengan norma kehidupan pasien dan komponennnya terdiri dari masalah,
penyebab, dan gejala (PES) bersifat aktual dan potensial.
c. Standar III Perencanaan atau Intervensi Keperawatan perencanaan disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan komponennya meliputi prioritas
masalah, tujuan asuhan kepearwatan, dan rencana tindakan.
d. Standar IV Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, dan pemulihan
kesehatan.
e. Standar V Evaluasi Keperawatan, evaluasi keperawatan dilakukan secara
periodiK, sistematis, terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standar VI Dokumentasi Keperawatan, dilakukan secara individu oleh
perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi, dan laporan.

Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23 pasal


53:
1) Ayat 1 berbunyi tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya.
2) Ayat 2 berbunyi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dan
kewajiaban standar profesi dan pasien.

Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi:


1) Standar pelayanan keperawatan (SPK)
18
19

2) Standar asuhan keperawatan (SAK)

E. Unsur Proses
1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan salah satu dari lima inti
disiplin kesehatan mental. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-
ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan (Budi Anna Keliat, 2010). Standar juga dapat digunakan sebagai
alat bantu menentukan sasaran di setiap visi di setiap keperawatan. Pada
metode pemberian asuhan keperawatan ada beberapa cara yaitu timbang
terima, ronde keperawatan, pengelolaan sentralisasi obat, dan model asuhan
keperawatan profesional. (Swanburg,1996).
Pada penerapan metode asuhan keperawatan profesional memerlukan
penataan tiga komponen utama yaitu:
a. Ketenagaan keperawatan
b. Metode pemberian asuhan keperawatan
c. Dokumentasi keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan dilakukan oleh PN (primary nurse) bersama
dengan AN (associate nurse) dengan menjelaskan informasi mengenai klien
dan difokuskan kepada masalah perawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
(Nursalam, 2011). Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan
menggunakan metode FOCUS (Process Oriented and Client Focus System)
dokumentasi asuhan keperawatan. Penulisan catatan perkembangan dengan
menggunakan format DAR (Data-Action-Response), dengan data berisi
megenai data subjektif dan objektif yang mendukung dokumentasi fokus,
action berupa dokumentasi tindakan keperwatan yang segera atau yang akan
dilakukan berdasarkan pengkajian atau evaluasi keadaan klien dan respon
berupa dokumentasi terhadap respon klien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam
pelaksanaan asuhan keperwatan adalah banyak perawat yang belum
melakukan pelayanan keperawatan sesuai setandar asuhan keperawatan
19
20

(Heriyati, RT, 1999). Sistematika penyusunan standar asuhan keperawatan


jiwa sebagai berikut:
1. Standar 1: Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
memerlukan keterampilan komunikasi efektif linguistik dan kultural,
wawancara, observasi perilaku, tujuan, catatan data dasar, dan pengkajian
komprehensif. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
social, dan spritual. Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi: fisik,
emosional, intelektual, social, dan spiritual. Isi pengkajian meliputi:
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Dimensi fisik atau biologis
e. Dimensi psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Aspek medik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa sebagai landasan untuk pemberian asuhan keperawatan jiwa-
psikiatri adalah pengenalan dan pengidentifikasian pola respon terhadap
masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual atau potensial.
Kriteria diagnosa keperilakuan keperawatan:
a. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
b. Mengidentifikasi pola data
c. Dibuat membandingkan data dengan norma
d. Menganalisa dan mensintesis data
e. Mengidentifikasi masalah atau kekuatan masalah
f. Memvalidasi masalah dengan pasien
g. Dapat ditanggung ulangi oleh perawat

20
21

3. Standar III: Perencanaan Keperawatan


Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan meliputi:
a. Prioritas tujuan pengobatan
b. Mengidentifikasi aktivitas keperawatan
c. Memvalidasi rencana dengan pasien
d. Mengoptimalkan tingkat kesejahteraan
e. Pemulihan kesembuhan klien
f. Stabilisasi pasien

4. Standar IV: Implementasi Keperawatan


Pada tingkat dasar, perawat dapat memilih konseling, terapi lingkungan,
aktivitas asuhan mandiri, intervensi psiko-biologis, penyuluhan kesehatan,
manajemen kasus, peningkatan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan, dan
berbagai pendekatan lain untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental
klien. Kriteria perilaku keperawatan:
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Menyakut keadaan bio-psiko-sosio-spritual pasien
c. Menimbang sumber-sumber yang tersedia
d. Mengimplementasikan aktivitas-aktivitas keperawatan
e. Menghasilkan alternatif
f. Koordinasi dengan anggota lain
g. Penanganan lingkungan

5. Standar VA: Konseling


Perawat kesehatan mental psikiatri menggunakan intervensi konseling
untuk membantu klien meningkatkan atau memperoleh kembali
kemampuan koping, memelihara kesehatan mental, dan mencegah
penyakit atau ketidakmampuan mental.

6. Standar VB: Terapi Lingkungan


Perawat kesehatan mental atau psikiatri memberikan, membentuk, dan
mempertahankan suatu lingkungan yang teraupetik dalam kolaborasinya
dengan klien dan memberi pelayanan kesehatan lain.

21
22

7. Standar VC: Aktivitas Asuhan Mandiri


Perawat kesehatan mental psikiatri membentuk intervensi sekitar aktivitas
kehidupan sehari-hari klien untuk memelihara asuhan mandiri dan
kesejahteraan jiwa dan fisik.

8. Standar VD: Intervensi Psikobiologis


Perawat kesehatan mental psikiatri menggunakan pengetahuan intervensi
psikobiologis dan menerapakan keterampilan klinis untuk memulihkan
kesehatan klien dan mencegah ketidakmampuan lebih lanjut.

9. Standar VE: Penyuluhan Kesehatan


Perawat kesehatan mental psikiatri, melalui pasien kesehatan, membantu
klien dalam mencapai pola kehidupan yang memuaskan, produktif, dan
sehat.

10. Standar VF: Manajemen Kasus


Perawat kesehatan jiwa psikiatri menyajikan kasus untuk mengkoordinasi
pelayanan kesehatan yang komprehensif serta memastikan kesinambungan
asuhan.

11. Standar VG: Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan


Perawat kesehatan jiwa psikiatri menerapkan strategi dan intervensi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa dan mencegah penyakit
jiwa.

12. Standar V: Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien.

Kriteria:
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b. Evalusi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan
c. Hasil evaluasi sesuai yang diharapkan
d. Dapat mencapai kualitas hidup optimal
22
23

e. Perbaikan fungsi
f. Gejala hilang
g. Tidak membayangkan diri atau orang lain perawat kesehatan jiwa
psikiatri mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil
yang diharapkan.

13. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan


Cacatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual, kriteria:
a. Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan.
c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang
baku.
e. Sesuai dengan pelaksaan proses keperawatan.
f. Setiap pencacatan harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat
yang melaksanakan tindakan dan waktunya.
g. Menggunakan formulir yang baku.
h. Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1998)

2. Standar Kinerja Perawat Jiwa Profesional


a. Standar 1: Kualitas Asuhan
Sifat dinamik dari lingkungan asuhan kesehatan jiwa dan pengetahuan
keperawatan jiwa dan riset memberikan dorongan dan kesehatan jiwa
psikiatri untuk menjadi kompeten dalam praktik klinik, untuk terus
mengembangkan dan untuk meningkatkan kualitas asuhan klien secara
profesional.
b. Standar 2: Penilaian Kinerja
Perawat kesehatan jiwa psikiatri mengevaluasi praktik keperawatan jiwa
psikiatrinya sendiri dalam kaitannya denggan standar praktik profesional
dan relevan terhadap status dan peraturan.

23
24

c. Standar 3: Pendidikan
Ekspansi pengetahuan yang cepat mengenai ilmu dasar dan ilmu perilaku,
sistem informasi, dan riset memerlukan komitmen untuk belajar sepanjang
karier profesional perawat kesehatan jiwa psikiatri.

d. Standar 4: Hubungan Dengan Sejawat


Pada perkembangan profesional rekan sejawat, dan lainnya, perawat
kesehatan jiwa psikiatri bertanggung jawab untuk berbagai ilmu
pengetahuan, penelitian, dan informasi klinis dengan rekan sejawatnya,
melalui metode pengajaran secara formal dan informal.

e. Standar 5: Etika
Keputusan dan tindakan perawat kesehatan jiwa psikiatri atas nama klien
ditetapkan dengan sikap etis.

f. Standar 6: Kolaborasi
Perawat kesehatan jiwa psikiatri berkolaborasi dengan klien orang terdekat,
dan pemberi pelayanan kesehatan, dalam memberikan asuhan.

g. Standar 7: Riset
Perawat kesehatan jiwa psikiatri menyumbang pada keperawatan dan
kesehatan jiwa melalui pengguanan riset keperawatan. Perawat dalam
kepearwatan kesehatan jiwa psikiatri bertanggung jawab untuk
mengembangkan bidang kesehatan jiwa lebih lanjut melalui peran sertanya
dalam penelitian.

h. Standar 8: Pendayagunaan Sumber


Perawat kesehatan jiwa psikiatri menimbang faktor-faktor yang
berhubungan dengan keamanan, keefektifan, dan biaya dalam perencanaan
dan pemberian asuhan kepada klien.

24
25

3. Pelaksanaan Universal Precaution


Pelaksanaan upaya pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan
universal precaution, tindakan invasif, tindakan non-invasif, sterilisasi, dan
disinfeksi. Universal precaution atas kewaspadaan universal adalah suatu
pedoman yang ditetapkan oleh center disease control (CDC) tahun 1985 untuk
mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah
dilingkungan dirumah sakit maupun saran kesehatan lain. Mencuci tangan
sebaiknya dilakukan:
a) Sebelum dan sesudah memeriksa klien.
b) Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.
c) Jika terjadi kontaminasi pada tangan seperti; memegang instrumen dan item
lain yang kotor, menyentuh selaput lendir, darah, atau cairan tubuh (sekresi
dan eksresi), terjadi kontak lama.
d) Sebelum melakukan prosedur infasif non-bedah (memasang infus,
mengambil sampel darah, memasang kateter urin).
e) Bila berpindah dari bagian tubuh terkontaminasi ke bagian tubuh yang
bersih (luka bedah ) selama perawatan klien.
f) Setelah menggunakan kamar mandi.
g) Sebelum makan.

4. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
dan penyembuhan dapat diartikan bahwa terapeutik adalah sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan (As Hernyby 1974 cit Intansari). Tujuan
hubungan dari terapeutik menurut Stuart & Sunden (1995) adalah kesadaran
diri, penerimaan diri, dan meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk
membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan hubungan interpersonal,
dengan kapasitas memberi dan menerima cinta, serta mendorong fungsi dan
meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai
tujuan pribadi yang realistik.

25
26

5. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan, dan dimana
akan dilaksanakannya (Marquis, 2006). Perencanaan dimaksudkan untuk
menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan
rumah sakit. Perencanaan disusun mengacu kepada kerangka utama rencana
strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan,
peluang yang nyata, dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu dalam upaya
melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan kegiatan
usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat
dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi. Kerangka perencanaan
terdiri dari:
1) Misi
Berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi
filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
2) Tujuan
Berisikan tujuan yang ingin dicapai.
3) Objektif
Berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
4) Prosedur, berisi pelaksanaan rencana.
5) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.

26
27

Model perencanaan meliputi:


1) Reactive Planning
Tidak ada perencanaan, manager langsung melakukan tindakan begitu ada
masalah.
2) Inactive Planning
Perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah yang muncul (setelah
ada bayangan atau perencanaan dilakukan sejalan dengan perkembangan
masalah).
3) Preactive Planning
Penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana ke depan pencapaian
target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari
perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan
waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target,
risiko, dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive Planning
Pembuatan perencanaan dengan memperhatikan masa lalu, masa sekarang,
dan masa depan.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi:


1) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau bulan)
2) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)

Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi:


1) Menyusun rencana kerja kepala unit.
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di
ruang yang bersangkutan.
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan instalasi.

b. Pengorganisasian Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang
ada dalam suatu sistem orang, modal, dan peralatan dalam kegiatan menuju
27
28

mencapai tujuan. Keinginan seorang perawat kepala adalah memasukkan


semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu sistem yang akan
mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian rupa
sehingga banyak kelompok dapat bekerja sama ke arah pencapaian tujuan
(Monica, 1998). Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik
Keperawatan (MPKP) sebagai suatu sistem yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari
elemen sub-sistem antara lain:
1) Nilai profesional
2) Pendekatan manajemen
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan profesional
5) Sistem kompensasi dan penghargaan.

Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai


metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies (1989) metode asuhan
keperawatan terdiri dari:
1) Metode Kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang klien
dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap pergantian shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien-
satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti di ruangan rawat intensif.

Kelebihan dari metode ini adalah:


a. Sederhana dan langsung
b. Garis pertangguangjawaban yang jelas
c. Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d. Memudahkan perencanaan tugas.

28
29

Kekurangan dari metode ini adalah:


a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
c. Tidak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman.
d. Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non-
profesional.

2) Metode Fungsional (Functional Nursing)


Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksankan oleh
perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap
tugas. Misalnya fungsi membagi obat, perawatan luka bila ada,
memberikan terapi TAK (terapi aktiVitas kelompok ). Metode ini
merupakan manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang lebih mudah. Semua
prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan
kepewatan klien diserahkan kepada perawat junior.
Meskipun sistem ini efisien namu penugasan secara fungsi tidak
memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien fragmentasi menurut tugas
atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna
untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun
disisi lain asuhan ini tidak profesional berdasarkan pada masalah klien.
Kelebihan metode ini antara lain:
a. Lebih sedikit membutuhkan perawat
b. Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
c. Staf mudah menyesuaikan dengan tugas
d. Tugas cepat selesai

29
30

Kekurangan dari metode ini adalah:


a. Tidak efektif
b. Fragmentasi pelayanan
c. Membosankan
d. Komunikasi minimal
e. Tidak holistic
f. Tidak professional
g. Tidak memberikan keputusan kepada klien dan perawat

3) Metode Tim (Team Nursing)


Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadapa sekelompok
klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi
asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah tanggung
jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien sesuai perencanaan yang sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh
ketua tim. Tujuan keperawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik.

4) Metode Primer (Primary Nursing)


Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam
suatu pelayanan dengan semua staf keperawatan yang profesional. Pada
metode ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh
secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan mulai dari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit,
mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang di
tugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (PP). Setiap
PP merawat ± 11 pasien dan bertanggung jawab terhadap klien selama
24 jam dan dari klien masuk sampai klien pulang. Terdapat kontinuitas
asuhan keperawatan yang komprehensif dan dapat
30
31

dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai beberapa AN


dan perawatan dilanjutkan oleh AN. Kelebihan dari model primer ini
adalah: model ini bersifat continue dan komprehensif dalam melakukan
proses keperawatan kepada klien dan perawat primer mendapat
akuntanbilitas yang tinggi terhadap hasil dan kemungkinan
pengembangan diri. Kelemahan dari model ini adalah: hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang memadai dengan kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri,
pengambilan keputusan yang tepat dan penguasaan klinik.

5) Metode Primer Modifikasi


Merupakan gabungan dari metode tim dan metode primer. Model
keperawatan primer modifikasi didasarkan pada beberapa alasan antara
lain:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer tidak harus mempunyai latar belakang pendidikan
sarjana keperawatan (S1-Keperawatan) tetapi mempunyai tanggung
jawab penuh terhadap tugasnya.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab pasien terfragmentasi pada berbagai tim. Pada metode primer
modifikasi ini, terdiri dari kepala ruang atau penanggung jawab (PJ)
ruang, primery nurse (PN), dan associate nurse (AN).
c) Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab PJ ruang.

Tugas PJ ruang keperawatan yang mendukung pelaksanaan sistem


pemberian asuhan keperawatan dengan metode primer modifikasi:
1) Membagi staf keperawatan ke dalam tim sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja.
2) Membuat jadwal koordinasi dengan PN.
3) Membagi pasien pada grup MPM sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja.
4) Mengikuti laporan tugas perawat dari jaga malam.
5) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning).
6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN & AN.
31
32

7) Melakukan supervisi dan memberikan motivasi seluruh staf


keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal.
8) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga sesuai
dengan kebutuhan klien.
9) Mendelegasikan tugas pada penanggung jawab jaga siang/ malam/
libur.
10) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir
yang ada di ruangan.
11) Berperan sebagai konsultan bagi PN.

Tugas PN yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan


keperawatan dengan metode primer modifikasi:
1) Bertugas pada pagi hari.
2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas jaga
malam.
3) Bersama AN melakukan konfirmasi/ supervisi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien.
4) Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas,
dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam.
5) Melakukan pre-conference dengan semua AN yang ada dalam
groupnya setiap dinas pagi.
6) Membagi pasien pada AN sesuai dengan kemampuan dan beban kerja.
7) Melakukan pengkajian, menentukan masalah/ diagnosa, dan
perencanaan keperawatan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam medis keperawatan.
8) Memonitor dan membimbing tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
asuhan pasien.
9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien.
10) Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang dilakukan
oleh AN yang ada dibawah tanggung jawabnya.
11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai dengan tujuan
yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam
rekam medis keperawatan.

32
33

12) Melaksanakan post-conference pada setiap akhir dinas dan menerima


laporan akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan operan tugas.
13) Memperkenalkan AN yang akan merawat pasien selama pasien
dirawat kepada pasien baru/ keluarganya.
14) Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter/ tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali.
15) Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin tim
keperawatan minimal 11 kali.
16) Menyelenggarakan diskusi prosedur.
17) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan uraian tugas.
18) Mendelegasikan tugas AN pada S/ M/ L.
19) Memberikan bimbingan mahasiswa praktik yang ada dalam groupnya
dalam rangka orientasi dan pelaksanaan praktik keperawatan.
20) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien/
keluarga.
21) Melakukan visite perkembangan pasien serta persiapan pasien pulang.
22) Menerima konsultasi/ keluhan pasien dan berusaha mengatasinya.
23) Membuat laporan tugas kepada kepala ruang setiap laporan akhir
tugas.
24) Mengikuti pertemuan ilmiah.

Tugas AN ruang keperawatan yang mendukung pelaksanaan sistem


pemberian asuhan keperawatan dengan metode primer modifikasi:
1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada
AN yang ada dalam satu group.
2) Melakukan konfirmasi tentang kondisi pasien segera setelah selesai
operan setiap pasien.
3) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan
setelah selesai serah terima operan tugas jaga.
4) Mengikuti pre-conference yang dilakukan setiap awal tugas pagi.
5) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawab dan ada bukti di rekam medis keperawatan.
6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan
33
34

7) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/ keluarga kepada PN.


8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam medis.
9) Menerima keluhan pasien/ keluarga dan berusaha mengatasinya.
10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam medis keperawatan.
12) Mengikuti post conference yang di adakan PN pada setiap akhir tugas
dan melakukan kondisi/ perkembangan semua pasien yang menjadi
tanggung jawab pada PN.
13) Bila AN tidak ada, wajib mengenalkan AN yang ada dalam groupnya
yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jangka berikutnya
pada pasien dan keluarga.
14) Melaksanakan pendelegasian tugas AN pada S/ M/ L.
15) Berkoordinasi terhadap penanggung jawab tugas jaga/ dokter/ tim
kesehatan lain bila ada masalah pada klien pada S/ M/ L.
16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/ tim kesehatan lain, setiap
seminggu sekali.
17) Membantu bimbingan praktik klinik keperawatan kepada peserta didik
keperawatan.
18) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di
ruangan.
19) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN.

c.Actuating atau Menggerakkan


Fungsi manajemen merupakan fungsi pengarahan semua kegiatan yang
telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Menurut
Douglas (1984) actuating adalah pengeluaran penugasan, pesanan, dan
instruksi yang memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan
darinya dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan
secara efektif dan efisien untuk mencapai objektif organisasi.
34
35

Menurut pedoman uraian tugas tenaga keperawatan RSJD Dr. RM


Soedjarwadi Jawa Tengah kepala ruang sebagai penggerak dan pelaksana
(P2) terdiri dari:
1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan instalasi
rawat, melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di instalasi
rawat inapnya.
2) Menyusun jadwal dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai
kebutuhan dan peraturan yang berlaku di RS.
3) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/ tenaga lain
yang akan bekerja di instalasi rawat inap.
4) Memberikan orientasi kepada siswa atau mahasiswa yang menggunakan
ruang rawatnya sebagai lahan praktik.
5) Member orientasi kepada pasien/ keluarga yang meliputi: penjelasan
tentang pengaturan RS, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada, dan
cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari.
6) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar.
7) Mengadakan pertemuan berkala/ sewaktu-waktu dengan staf keperawatan
dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
8) Memberi kesempatan/ izin kepada staf keperawatan untuk mengikuti
kegiatan ilmiah/ penataran dengan koordinasi kepala instalasi/ kepala
bidang keperawatan.
9) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan peraturan
10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
11) Mendampingi visit dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila
ada perubahan pengobatan pasien.
12) Mengendalikan kualitas sistem pencatat dan pelaporan asuhan
keperawatan, kegiatan lain.
13) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan
lingkungan di ruang rawat.

35
36

14) Menyiapkan bekas catatan medic pasien dalam masa perawatan di ruang
rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke bagian
rekam medis bila pasien pulang atau keluar.
15) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta
kegiatan lainnya di ruang rawat.
16) Membimbing mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawat
sebagai lahan praktik.
17) Member penyuluhan kesehatan kepada pasien/ keluarga sesuai kebutuha
dasar dalam wewenangnya.
18) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas.

d. Controlling atau Pengawasan


Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar dan
mengambil tindakan korektif bila kinerja didapat tidak sesuai dengan
standar (Nursalam, 2002). Pengawasan melalui komunikasi mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pengawasan
mencakup 4 unsur:
1) Penetepan standar pelaksanaan
2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan

Pengambilan tindakan koreksi pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:


a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi
kelemahan yang ada saat itu juga.
b) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang
ada, membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan, mendengar
laporan dari PN mengenai pelaksanaan tugas.
c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
perawatan yang telah disusun bersama PN.
d) Mengaudit
36
37

e) Untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan dahulu persiapan antara


lain:
1) Standar operating prosedur.
2) Standar terapi and diagnosis indikator penilaian penampilan.

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dan proses


manajemen dan ada 3 macam yaitu:
a) Pengendalian pendahuluan yaitu pengendalian dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari
bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber
daya manusia, bahan, alat.
b) Concurent control, pengendalian berlangsung saat pekerjaan berlangsung
guna memastikan sasaran tercapai.
c) Feedback control, pengendalian untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, bila ada penyimpangan akan menjadi
pelajaran untuk aktivitas di masa yang akan datang. Sedangkan menurut
menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS, tugas
kepala ruang sebagai pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3)
meliputi:
1) Mengendalikan dan menilai pelaksaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
2) Mengawasi dan menilai mahasiswa keperawatan untuk memperoleh
pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah
ditentukan.
3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya.
4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan obat – obatan.
5) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang
berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan tim pengendalian mutu
asuhan keperawatan.

37
38

e. Proses Manajemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan (PKK)


Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang
dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk memberikan pengetahuan nyata
secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Praktik klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata dimana
peserta didik dihadapkan langsung dengan klien dan situasi yang nyata.
Peserta didik berkesempatan dalam melatih diri melaksanakan asuhan
keperawatan profesional.
Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa perawat yang
melaksanakan praktik klinik, mahasiswa harus mendapatkan bimbingan dari
pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk memberikan proses
bimbingan yang baik kepada mahasiswa maka harus memenuhi standar
pelaksanaan yang telah dibuat. Pembimbing klinik ditetapkan melalui SK
pembimbing klinik di tetapkan oleh RS, yang mempunyai beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain persyaratan profesional,
persyaratan pribadi dan persyaratan sosial.
Perencanaan
Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan minimal satu
minggu sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim kerangka acuhan lengkap
ke unit perawatan yang akan di pakai sebagai lahan praktik.
1) Penentuan lokasi praktik diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan
kompetensi yang dikoordinasikan dengan bidang diklat.
2) Bidang perawatan atau penanggung jawab PKK menyerahkan kerangka
acuan bimbingan PKK menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK,
menetapkan lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
3) Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk praktik maka
secara teknis bidang perawatan melakukan koordinasi dengan institusi
pendidikan dan menentukan kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
4) Penerimaan dan orientasi mahasiswa diberikan dengan institusi
pendidikan dan menentukan kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
5) Penerimaan dan orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan
kunjungan keliling RS, orientasi khusus unit perawatan dan orientasi
tugas, penyiapan pembimbing PKK serta penjelasan PKK.
38
39

6) Penyiapan pembimbing praktik dilakukan oleh bidang keperawatan dan


penanggung jawab pembimbing PKK.
7) Mahasiswa memperoleh penjelasan pelaksanaan PKK

Organisasi
1) Kajian teori / mengikuti protap yang dikeluarkan oleh RSJD Dr RM
SOEDJARWADI Provinsi Jawa Tengah.
2) Penerimaan peserta didik diserahkan oleh direktur atau pembimbing
pendidikan kepada direktur RSJD Dr RM SOEDJARWADI Provinsi
Jawa Tengah atau pejabat yang di tunjuk.
3) Orientasi
Orientasi ruang perawatan, orientasi pasien, menitipkan pembimbing
klinik, menjelaskan pelaksanaan PKK. Untuk penjelasan pelaksanaan
PKK, bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik
adalah seorang tenaga perawat yang profesional yang diberi wewenang
dan tanggung jawab membimbing secara langsung peserta didik.

Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan dalam:


a) Melakukan kerja sama dengan pembimbing akademik dalam rangka
kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang
telah ditentukan.
b) Mengikuti kegiatan sesuai yang telah ditentukan.
c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan
dijadikan sumber pengalaman kerja.
d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan.
e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik.
f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan.

39
40

F. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,
yaitu segi medis meninjau efesiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari
segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan saran yang ada.
Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan
dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson
menggambarkan bagaiman pemakaian empat parameter yaitu LOS (Leghth Of
Stay), BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn Over Internal), BTO (Bed Turn
Over) sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang IVY, diperoleh data bahwa belum
tersusun Grafik Barber-Johnson sehingga efisiensi pengelolaan ruangan belum
dapat dilihat dengan mudah. Oleh karena itu mahasiswa STIKES Yogyakarta
berupaya untuk melakukan pembentukan Grafik Barber-Johnson. Efisiensi
pelayanan meliputi empat indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
(BOR, LOS, TOI, BTO).

2. Mutu Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga
keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki
kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu
asuhan keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah :
a) Memenuhi standar profesi
b) Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
c) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
d) Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
e) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati oleh karena hal tersebut pemberian asuhan
keperawatan yang profesional dan sesuai standar diharapkan mampu
menjawab kompetisi di era global, sehingga pasien dapat mendapatkan
kepuasan dalam pelayanan keperwatan.

40
41

Mutu asuhan keperawatan yang prima akan terwujud apabila:


1) Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi
keperawatan.
2) Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus.
3) Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan.
4) Didukung pimpinan dan organisasi yang kuat.
5) Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan, standar penilaian
yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah dengan
menggunakan instrumen A, B, dan C.

Adapun instrumen ABC adalah:


1) Kriteria baik (76-100%)
2) Kriteria cukup (56-75%)
3) Kriteria kurang (40-55)
4) Kriteria tidak baik (kurang dari 40%)

Adapun instrumen A,B,C meliputi:


1) Instrumen A
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan sekaligus
pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga terwujud data
yang lengkap, nyata, dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan dari
pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan suatu
yang mutlak harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya
proses profesionalisasi keperawatan serta upaya untuk membina dan
mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan. Dalam
membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek: keakuratan
data, breavity (ringkas), legalibility.

Komponen Dokumentasi Keperawatan:


1. Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus-menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komponen pengkajian
41
42

meliputi pengumpulan data, pengorganisasian data. Pengumpulan data


dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data satus kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien, dibuat sesuai
dengan wewenang perawat, dengan komponen yang terdiri atas
masalah, penyebab, tanda, dan gejala (PES) atau terdiri dari masalah
dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila masalah kesehatan
sudah nyata terjadi dan bersifat potensial kemungkinan besar akan
terjadi dan dapat ditangani oleh perawat.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana keperawatan meliputi penentuan prioritas, tujuan,
kemungkinan pemecahan, motode pendekatan pemecahan masalah.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah
yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya adalah masalah
yang mengancam kesehatan pasien, prioritas ketiga adalah masalah
yang mempengaruhi perilaku.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan
keperawatan, dan aktivitas keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil pengkajian awal
dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana
asuhan keperawatan. Syarat penilaian observasi di studi dokumentasi
menurut Depkes (1997) pada status pasien yang dirawat minimal 3
hari atau dari status pasien yang sudah pulang.

42
43

3.Hasil Evaluasi Manajemen Bimbingan Klinik Lapangan


Praktik klinik keperawatan (PKK) merupakan proses transformasi dari
mahasiswa yang akan menjadi seorang perawat profesional. Pada fase ini
mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau
asuhan keperawatan. Metode mendidik mahasiswa keperawatan diharapakan
memungkinkan pendidik memilih dan menetapkan cara mendidik yang sesuai
dengan objektif (tujuan) dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan
kerangka konsep pembelajaran. Jenis metode pengajaran klinik antara lain
eksperensial, konferensi, bedside teaching, observasi dan ronde keperawatan,
proses insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah,
penentuan tindakan yang akan diambil implementasi pengetahuian kedalaman
masalah klinik dan diskusi untuk menggali proses berpikir dalam menanggapi
situasi. Tugas pembimbing praktik klinik keperawatan meliputi :
a. Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut karakteristik klien,
protap, alat, dan lain-lain.
b. Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa.
c. Membimbing mahasiswa dalam rangka pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
d. Memonitor minat dan semangat belajar untuk peningkatan kemampuan
mahasiswa. Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan
hubungan serta pelaporan kepada pihak yang terkait.
e. Mengevaluasi bimbingan praktik yang meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
f. Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktik mahasiswa
dengan kesatuan kerja yang terkait.
g. Mengikuti satuan kerja yang terkait yang ada dirumah sakit dan institusi
yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktik.
h. Memeriksa asuhan keperawatan yang telah dibuat pada evaluasi
keterampilan.
i. Membimbing mahasiswa dengan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi bimbingan terhadap peserta didik, dilakukan
selama mahasiswa menjalani PKK, meliputi:
a) Partisipasi dalam pre dan post-conference.
43
44

b) Kegiatan harian oleh pembimbing pendidikan dan pembimbing klinik


rumah sakit.
c) Laporan asuhan keperawatan oleh pembimbing pendidikan seminar oleh
pembimbing pendidikan.
d) Makalah atau jurnal oleh pembimbing pendidikan.

4. Kepuasan Kerja Karyawan


Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapan (Sutono, 2001).
Kepuasan dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya
hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi.
Pada survey Texas (Wandel, et al,1981) ditemukan bahwa sebab utama
ketidakpuasan adalah gaji tidak setimpal, pekerjaan menulis yang terlalu
banyak, penunjang administrasi yang kurang dan kurangnya pendidikan yang
menunjang karir, hubungan yang buruk dengan profesi lain, sulit mendapatkan
jam dinas yang teratur, akhirnya beberapa perawat meninggalkan rumah sakit
dan berhenti bekerja.
Wesley dan Yuki (1977) juga mendapatkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah:
a) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia
membandingkannya dengan rekan yang lain baik di dalam maupun diluar
organisasi tempat kerja.
b) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan di waktu memberikan
bimbingan.
c) Pekerjaan
Umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi langsung dan jelas
diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).
d) Rekan Sekerja
Perilaku rekan sekerja terhadap individu pekerja lain.

44
45

e) Keamanan Kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan pensiunan di hari
depannya.
f) Kesempatan Pengembangan Diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir, menurut
Djojobroto (1977) untuk memperoleh pelayanan asuhan keperawatan yang
diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan komitmen terhadap
tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada pada staf,
diperlukan juga keputusan kerja yang akan mendorong staf melaksanakan
komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawan dapat
mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Pekerja
yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem penggajian
pegawai RS haruslah:
1) Memenuhi ketentuan upah minimum.
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS.
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa
dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk
itu harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik.
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar.
6) Sumber daya manusia/ tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam
institusi RS .mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan
rendah apabila mutu tenaga rendah.

Cara meningkatkan mutu tenaga kerja dapat ditempuh dengan cara


1) Penempatan tenaga yang sesuai.
2) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja.
3) Hubungan kerja yang manusiawi.
4) Adanya usaha untuk meningkatkan mutu SDM.
5) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.

45
46

BAB III
HASIL PENGKAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah
1. Profil Ruang
Ruang Ivy merupakan salah satu ruang perawatan di Rumah sakit Jiwa Dr.

RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah yang memberikan perawatan pasien

lansia dengan kasus-kasus jiwa, khususnya skizofrenia. Ruang Ivy melayani

perawatan pasien laki-laki dan perempuan lansia.

Ruangan ini terletak di sebelah utara ruang Heliconia dan berbatasan dengan

Ruang Nafzah yang sedang dalam proses pembangunan. Berdasarkan hasil

observasi terdapat 2 bangsal perwatan (1 bangsal putri dan 1 bangsal putra)

dengan kapasitas 18 tempat tidur, dengan rincian bangsal putri 9 tempat tidur, dan

bangsal putra 9 tempat tidur. Ruang ini memiliki 7 kamar mandi, dengan rincian 4

kamar mandi untuk pasien, 2 kamar mandi untuk pasien total care, 1 kamar mandi

untuk perawat, 1 ruang pemeriksaan, 1 kamar tidur perawat, 1 ruang kantor, dan 1

ruang makan.

Ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dipimpin oleh

seorang Kepala Ruang yang dibantu oleh 2 orang Primary Nurse (PN), 8 orang

Associate Nurse (AN) dan 2 tenaga kebersihan.

46
47

Gambar 1: Denah Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi

Keterangan:
1. Teras depan
2. Ruang Mahasiswa / koas
3. Ruang psikogeriatri putri
4. Ruang Psikogeriatri putra
5. Ruang perawat
6. Tempat tidur pasien
7. Nurse station
8. Ruang KARU
9. Kamar mandi Perawat
10. Kamar mandi pasien
11. Dapur
12. Gudang
13. Ruang makan / ruang TAK
14. Kamar mandi untuk pasien total care
15. Teras belakang

47
48

2. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap I ( IRNA I) dipimpin oleh satu orang dokter sebagai
kepala IRNA. Struktur Organisasi Ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah seperti digambarkan dalam gambar 2 berikut ini

Gambar 2: Stuktur Organisasi Ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Prov. Jawa
Tengah

Kepala Ruang
Latif Jauhari, AMK

Primary Nurse Primary Nurse


Suwardi, SST Ngadimin, AMK

Associate Nurse Associate Nurse

1. Agus Triyono, AMK Martini, SST


2. Slamet Widodo, S.Kep Ika Parwanti, AMK
3. Basuki Rohmat, AMK Widyastuti. M, AMK
Titin Puji Rahayu, AMK
Wiwin Purwaningsih, AMK

48
49

3. Tarif Yang Berlaku


Tarif di ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah seperti
tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Tarif Pelayanan Pasien Ruang Ivy
RSJD Dr.RM Soejarwadi Provinsi Jawa Tengah

Kelas Perawatan Tarif/Hari (Rp)


Intensif Psikiatri 125.000
VIP 200.000
Utama 175.000
I 110.000
II 90.000
III 65.000

B. Instrumen Manajemen Keperawatan


1. Unsur Input
A. Manusia (Man)
1) Kajian Data
Ruang Ivy adalah ruang rawat inap putra dan putri kelas III di RSJD Dr.
RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah yang merupakan ruang perawatan
untuk kasus kejiwaan pada lansia. Ruang Ivy mempunyai kapasitas tempat
tidur sebanyak 19 tempat tidur dengan jumlah pasien yang dirawat mulai 17
Juni 2014 sampai dengan tanggal 25 Juni 2014 adalah sebanyak 5 pasien,
seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Distribusi Jumlah Pasien
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal 23-25 Juni 2014

No Bulan Kelas III


1 Januari -
2 Februari -
3 Maret -
4 April -
5 Mei -
6 Juni 5
Jumlah total 5
Sumber: Data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

49
50

Dari jumlah tersebut, didapatkan bahwa terdapat kasus terbesar penyakit


yaitu skizofrenia dari tanggal 17 Juni 2014-25 Juni 2014.

Tabel 2
Distribusi 10 Penyakit Terbesar
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal 23-25 Juni 2014
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 Skizofrenia 3 60 %
2 Skizofrenia tak terinci 1 20 %
3 Skizofrenia residual 1 20 %
Jumlah Total 5 100 %
Sumber: Data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

2) Pengkajian Pasien Berdasarkan Daerah Asal/ Demografi


RSJD Dr. RM Soedjarwadi merupakan salah satu rumah sakit jiwa yang
ada di Provinsi Jawa tengah. Berdasarkan data daerah asal pasien yang
dirawat di Ruang Ivy bila ditinjau dari demografi menunjukkan data seperti
tabel di bawah ini:
Tabel 3
Distribusi Pasien Berdasarkan Tempat Tinggal
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal Tanggal 23-25 Juni 2014

No Asal Daerah Pasien Jumlah %


1 Dinas sosial Klaten 3 60 %
2 Klaten 2 40 %
Jumlah total 5 100 %
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

3) Analisa Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengkajian bahwa selama
tanggal 17 Juni 2014 s/d 25 juni 2014, kasus penyakit yang dialami pasien
hanyalah skizofrenia. Hal ini tentu saja membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan profesional khusus bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan. Dengan kasus skizofrenia yang terbesar maka sebagai dasar
untuk pembuatan standar asuhan keperawatan dan acuan untuk perencanaan
peningkatan pengetahuan serta keterampilan perawat yang spesifik dan
pelatihan pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Akan tetapi

50
51

penentuan kasus penyakit yang kami temukan tidak bisa menjadi tolak ukur
sepenuhnya untuk membuat standar asuhan keperawatan, karena data yang
diambil hanya 8 hari.

B. Sumber Daya Manusia (SDM) Atau Ketenagaan


1. Kuantitas
Sesuai dengan klasifikasi derajat ketergantungan pasien, semua pasien di
Ruang Ivy adalah pasien total care, berjumlah 5 pasien.
Perhitungan Tenaga Menurut Douglas :

Tabel 4
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Pasien Menurut Formula Douglas
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20

Berdasarkan perhitungan menurut Douglas, jumlah tenaga yang


diperlukan di Ruang Ivy adalah sebagai berikut:
1. Untuk shift pagi
5 pasien x 0.36 = 1.8
Total tenaga perawat untuk shift pagi = 1.8 perawat
2. Untuk shift sore
5 pasien x 0.30 = 1.5
Total tenaga perawat untuk shift sore = 1.5 perawat
3. Untuk shift malam
5 pasien x 0.20 = 1
Total tenaga perawat untuk shift malam = 1 perawat
Total tenaga perawat untuk shift malam = 1 perawat
Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 1.8 + 1.5 + 1 = 4.3 (4
perawat). Jadi kebutuhan tenaga perawat per hari menurut Douglas adalah
4.3 dibulatkan menjadi 4 orang ditambah kepala ruangan 1 orang. Dimana
jumlah tenaga perawat di Ruang Ivy adalah 11 orang.

51
52

2. Kualitas
1) Kajian Data
Pendidikan tenaga perawat di Ruang Ivy terdiri dari D3-Keperawatan,
Sarjana Keperawatan, Sarjana Sains Terapan. Selain pendidikan formal
keperawatan, di Ruang Ivy juga terdapat pendidikan non-formal seperti
seminar dan pelatihan.
Tabel 5
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal 23-25 Juni 2014

No Jenis Pendidikan Jumlah %


1 S1 Keperawatan 1 9
2 D3 Keperawatan 8 73
3 D4 Keperawatan 2 18
Jumlah 11 100
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 73%


perawat yang bertuga di Ruang Ivy merupakan perawat dengan pendidikan D3
Keperawatan. Distribusi perawat berdasarkan pendidikan, jenis pelatihan, dan
lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan, dan Lama Kerja
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH

No Nama Perawat Pendidikan Pendidikan Lama


Awal Sekarang Kerja
1 Latif Jauhari Diploma III 31 tahun
2 Suwardi Diploma III Diploma IV 24 tahun
3 Agus Triyono SPK Diploma III 26 tahun
4 Slamet Widodo Diploma III Strata I 12 tahun
5 Basuki Rahmat Diploma III 9 tahun
6 Ngadimin SPK Diploma III 25 tahun
7 Martini SPRB Diploma IV 36 tahun
8 Ika Parwanti Diploma III 11 tahun
9 Widyastuti M Diploma III 3 bulan
10 Titin Puji Rahayu Diploma III 9 tahun
11 Wiwin P Diploma III 9 tahun
JUMLAH 11
Sumber: data primer wawancara Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

52
53

2) Analisa Data
Tingkat pendidikan tenaga perawat di Ruang Ivy sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan DIII sebanyak 8 orang (73%), D4 (18%), dan
S1 (9%). Sehingga untuk menunjang pelayanan keperawatan yang
profesional, perlunya tenaga perawat di Ruang Ivy untuk mengikuti
berbagai macam pelatihan dan seminar tentang perawatan jiwa seperti
Asuhan Keperawatan Jiwa Khusus Lansia (Psikogeriatri).

C. Fasilitas/ Alat (Material) Dan Mesin (Machine)


1) Kajian Data
a. Fasilitas ruangan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Standar dan Inventarisasi Fasilitas Ruangan
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal 23-25 Juni 2014

No. Nama Alat Standar Inventaris Keterangan


Kelas III
1 Tempat tidur pasien 19 Dilengkapi kasur, pengaman
tempat tidur (bed rail) pasien
2 Kursi pasien 12 Kursi lipat stainless, kondisi
baik
3 Nursing call 1 1 Di meja perawat, berfungsi baik
4 Kipas angin lantai 2 Di ruang tamu dan nurse station,
berfungsi baik
5 Jam dinding 4 2 Kondisi baik, bentuk jam bulat,
hanya digunakan 1 di ruang
tamu
6 Lampu baca - Belum ada
7 Lampu tidur pasien 10
8 Tempat sampah tertutup 6 Belum diberi label pemisahan
sampah non- medis, kondisi baik
9 Jemuran handuk 2 1 Penempatan di sekitar ruang
tidur pasien lansia perempuan
10 Jemuran pakaian 2 1 Penempatan di ruangan tidur
pasien lansia perempuan untuk
menjemur
11 Kamar mandi pasien di 2 Kamar mandi putra 2 dan putri
dalam 2. 1 menggunakan closet

53
54

jongkok, 1 closet duduk. Kamar


mandi dilengkapi ember dan
gayung
12 Wastafel dan kaca rias 2 Wastafel untuk cuci tangan
perawat dan wastafel di dapur
13 Musik sentral Ada 0 Belum ada
14 Kursi tamu dan Meja 1 1 Sofa di ruang depan
tamu
15 Korden jendela Ada 0 Belum ada
16 Lampu kamar mandi 5 5 Ada, berfungsi baik
17 Papan nama pasien di Ada 0 Belum ada
dekat kamar tidur pasien
18 Kalender 3 1 Di ruang tamu depan
19 Rak sepatu/ sandal 2 2
20 Tata tertib ruangan Ada - Belum ada
berpigura
21 Tangga tempat tidur - Belum ada
22 WC Jongkok 2 Di kamar mandi pasien
23 WC Duduk 3 Di kamar mandi pasien dan
perawat
24 TV, Kulkas, AC TV: 2 1, 2, 1 TV d ruang tamu, kulkas di
ruang TAK dan ruang perawat,
AC di ruang kepala ruangan.
Semua berfungsi baik
25 Water heater Ada - Belum ada
26 Timbangan berat badan 3 Berfungsi baik
27 Keset kamar mandi 5 - Belum ada
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

b. Inventarisasi alat kesehatan diantaranya:


Tabel 8
Standar dan Inventarisasi Alat-alat Kesehatan/ Keperawatan
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH

No. Nama Alat Standar Inventaris


1 Tensimeter 10 2
2 Termometer 10 4
3 Tabung O2 dorong 2 1
4 Stetoskop 10 2
5 Tong spatel 1 1
6 Reflek hammer 2 1
7 Senter 2 baterai 2 1
8 Tempat korentang 4 1

54
55

9 Korentang 4 1
10 Alat cukur 10 -
11 Amubag dewasa 1 -
12 Kursi roda 3 1
13 Fetoskop 1 -
14 Bak spuit putih/ stainles 2 1
15 Pinset sinergis 7 -
16 Pinset anatomis 7 2
17 Gunting hecting aff 5 1
18 Toples 6 1
19 Bengkok 7 4
20 Brankard 2 1
21 Torniket 2 -
22 Tromol besar 2 -
23 Tromol sedang 3 -
24 Tromol kecil 1 -
25 Standar infuse 10 20
26 Timbangan bayi 1 -
27 Mayo 10 -
28 WW2 1 3
29 Set ganti verban 7 1
30 Set ganti jahitan 7 -
31 Bak instrumen kecil 3 1
32 Bak instrumen sedang 3 -
33 Bak instrumen kecil 3 -
34 Rektal tube 12 -
35 Kateter logam 3 -
36 Sketsel lipat 1 -
37 Bok laborat 1 -
38 Mangkok cina 12 2
39 Suction pump dinding 10 -
40 Suction pump portabel 10 -
41 Gunting besar 2 2
42 Troli tenun bersih 1 1
43 Troli tenun kotor 1 1
44 Troli pengobatan 4 -
45 Troli mandi 2 -
46 Timbangan injak 1 2
47 Waskom mandi 16 2
48 Pispot dewasa 8 3
49 Steek pan 2 -
50 Gelas ukur 3 -
51 Irrigator 5 -
52 Gantungan urin bag 10 6
53 Baki plastik besar 4 2
54 Baki plastik kecil 3 -
55 Waskom merendam alat 2 -
56 Waskom plastik memandikan bayi 10 2

55
56

57 Ember pakaian kotor bayi 12 -


58 Container kecil pengobatan 4 -
59 Tempat sampah medis 2 2
60 Tempat sampah kotor 2 2
61 Tempat sampah pengobatan 2 2
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 9
Standar dan Inventarisasi Alat Tenun
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

No Nama Alat Inventaris Keterangan


1 Handuk mandi 20 Dalam kondisi baik
2 Kasur busa bks 19 Dalam keadaan Baik
3 Bantal guling 19 Dalam keadaan Baik
4 Sprei 20 Dalam keadaan Baik
5 Stik laken 19 Dalam keadaan Baik
6 Selimut 40 Dalam keadaan Baik
7 Sarung bantal - Belum ada
8 Perlak 40 Dalam keadaan Baik
9 Washlap 10 Dalam keadaan Baik
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 10
Standar dan Inventarisasi Alat Perkantoran dan Rumah Tangga
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah

No. Nama Alat Standar Inventaris Keterangan


1 Loker 30 kotak 1 - Belum ada
2 Hanger Sesuai - Belum ada
jumlah
pasien
3 Kaca rias 2 - -
4 Kursi sofa 1 1 Dalam keadaan baik
5 Rak sepatu 3 tingkat 2 2 Dalam keadaan baik

6 Kipas angin 4 2 Model kipas lantai. Di


ruang tamu dan nurse

56
57

station
7 TV warna 2 1 Di ruang tamu
8 Almari es 2 2 Di ruang TAK dan kamar
perawat
9 Jam dinding 4 2 Dipasang hanya 1 di ruang
tamu
10 Meja tulis 2 Di nurse station
11 Staples besar 1 - Belum ada
12 Staples kecil 1 1 Keadaan baik
13 Isi staples besar Ada - Belum ada
14 Isi staples kecil Ada 1 Baik
15 Lem kertas 1 1 Baik
16 Stabilo 1 - Belum ada
17 Spidol white board 2 2 Dalam keadaan Baik
18 Penghapus papan white 1 1 Dalam keadaan Baik
board
19 Paper klip Ada - Belum ada
20 Pensil warna biru/ merah 2 2 Dalam keadaan baik
22 Papan PJ bangsal 1 1 Dalam keadaan baik
23 Rak tempat pengumuman 1 - Belum ada
32 Kotak kritik saran pasien 1 - Belum ada
33 Rak buku pisah, terbuka 3 Dalam keadaan baik
34 Papan visi, misi, Ada 1 Dalam keadaan baik
35 Figura slogan-slogan 5 Dalam keadaan baik
36 Formulir laborat dan askep 1 Dalam keadaan baik
37 Formulir resep dan 1 Belum ada
persetujuan obat diluar
depho
38 Formulir rujukan dan 1 Dalam keadaan baik
radiologi
39 Formulir persetujuan 1 Dalam keadaan baik
tindakan medis
40 Formulir pengantar - Belum ada
emergency
41 Formulir lembar konsultasi 1 Dalam keadaan baik
42 Komputer 1 Dalam keadaan baik
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 201

Tabel 11
Daftar Buku Bantu
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 23 Juni 2014

No Nama Buku Standar Jumlah Keterangan

57
58

1 Buku vital sign 1 1 Baik


2 Buku ekspedisi laborat 1 - Belum ada
3 Buku laporan harian 1 1 Baik
4 Buku Inventaris Instrumen 1 1 Baik
5 Buku laporan residen 1 - Belum ada
6 Buku pengobatan 1 - Belum ada
7 Buku expedisi segala tindakan medis 1 - Belum ada
8 Buku catatan tukar dinas 1 1 Baik
9 Buku Bidang 1 - Belum ada
10 Buku sensus 1 1 Baik
11 Buku sensus bayi 1 - Belum ada
12 Buku temperatur bayi 1 - Belum ada
13 Buku laporan pemeriksaan ginekologi 1 - Belum ada
14 Buku penyerahan untuk tindakan 1 - Belum ada
15 Buku konseling menyusui, pasien 1 - Belum ada
pulang
16 Buku pengambilan rongen 1 - Belum ada
17 Buku orientasi mahasiswa 1 - Belum ada
18 Buku register bayi lahir 1 - Belum ada
19 Buku pencatatan injeksi 1 - Belum ada
20 Buku anggota tim 1 - Belum ada
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 12
Standard dan Inventarisasi Alat (Mesin)
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah

No Nama Mesin Standar Inventaris Keterangan

1 EKG 1 - Tidak ada


2 USG 1 - Tidak ada
3 Air Bag 1 - Tidak ada
4 Animax 1 - Tidak ada
5 Komputer 1 - Tidak ada
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

58
59

D. Metode/ Standar/ Pedoman Prosedur Tetap


Tabel 13
Standar Asuhan Keperawatan

No No. Dokumen Judul SAK Jumlah Inventaris Ket


STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
( Minimal 10 SAK 10 Kasus Terbanyak)

Di Ruang Ivy belum mempunyai standar asuhan keperawatan (SAK)


Sumber: data primer observasi dan wawancara Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 14
Standar Protap Kebijakan

No No. Dokumen Nama Dokumen Jumlah Inventaris Ket


PROTAP KEPERAWATAN KHUSUS
Belum ada
Sumber: data primer observasi dan wawancara Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

E. Sumber Dana
1. Kajian Data
RSJD Dr. RM Soedjawardi merupakan rumah sakit umum daerah yang
ada di Provinsi Jawa Tengah, sumber dana dari RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Jawa Tengah didapatkan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ BPJS
dan biaya pasien secara mandiri (pasien umum). Pengelolaan keuangan di
Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi diatur sepenuhnya secara sentral
oleh bidang keuangan RSJD Dr. RM Soedjarwadi.

2. Unsur Proses
A. Proses Asuhan Keperawatan
1. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Penerapan SAK dengan metode studi dokumentasi menggunakan
instrumen A.
Kajian dan Analisa Data
Menurut data yang didapatkan dari hasil observasi 5 rekam medis pasien
pada tanggal 23 Juni 2014-25 Juni 2014, didapatkan data bahwa:

Tabel 15
Pengkajian

59
60

No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak Total


N N N %
1 Mencatat data yang dikaji sesuai √ 5 100
dengan pengkajian
2 Data dikelompokkan √ 5 100
(bio-psiko-sosial-spiritual)
3 Data yang dikaji pasien masuk √ 5 100
sampai pulang
4 Masalah dirumuskan √ 5 100
berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
Pencapaian rata-rata (%) 75 % tidak dilakukan
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 16
Diagnosa

No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak Total


N % % N %
N
1. Dx keperawatan berdasarkan masalah yang 0 0 5 100 5 100
telah dirumuskan
2 Dx keperawatan mencerminkan PE/ PES/ P 0 0 5 100 5 100
3 Merumuskan dx keperawatan aktual/ 0 0 5 100 5 100
potensial
Pencapaian rata-rata (%) 100% tidak dilakukan
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 17
Perencanaan

No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak Total


N % N % N %
1 Berdasarkan dx keperawatan 0 0 5 100 5 100
2 Disusun menurut urutan prioritas 0 0 5 100 5 100
3 Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/ 0 0 5 100 5 100
subjek, perubahan perilaku, kondisi pasien, dan
atau kriteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan 0 0 5 100 5 100
kalimat perintah, terinci dan jelas dan atau
melibatkan pasien/keluarga.
5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan 0 0 5 100 5 100
pasien/keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan kerjasama 0 0 5 100 5 100
dengan tim kesehatan lain
Pencapaian rata-rata (%)

60
61

Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 18
Tindakan

No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak Total


N % % N %
N
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana 0 0 5 100 5 100
perawatan
2 Perawat mengobservasi respon pasien terhadap 0 0 5 100 5 100
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 5 100 0 0 5 100
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat 5 100 0 0 5 100
ringkas dan jelas
Pencapaian rata-rata (%) 50% dilakukan
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 19
Evaluasi

No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak Total


N % % N %
N
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 5 100 5 100
2 Hasil evaluasi dicatat 5 100 0 0 5 100
Pencapaian rata-rata (%) 50% Dilakukan
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 21
Pelaksanaan Universal Precaution

61
62

No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan

Y % T %

1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan pasien 5 45,5 6 54,5
atau melakukan tindakan pada pasien
2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak dengan pasien 11 100 0 0
atau telah selesai melakukan tindakan terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan 11 100 0 0
sabun/detergen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir 11 100 0 0
(wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika 7 63,6 4 36,3
kontak/melakukan tindakan dengan pasien
6 Perawat menggunakan masker ketika melakukan 2 18,2 9 81,8
tindakan kepada pasien
7 Perawat menggunakan baju pelindung ketika melakukan 0 0 11 100
tindakan kepada pasien
8 Perawat menggunakan alat-alat steril untuk satu pasien 0 0 11 100
9 Perawat menggunakan alat-alat disposable hanya untuk 9 81,8 2 18,2
sekali pakai
10 Setelah menggunakan alat-alat non-disposible perawat 0 0 11 100
mencucinya dengan larutan desinfektan
11 Perawat mensterilkan alat-alat steril di instalasi sterilisasi 0 0 11 100
sentral
12 Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan di tempat 0 0 11 100
khusus
13 Perawat membuang benda-benda tajam ditempat khusus 0 0 11 100
benda-benda tajam
14 Perawat membuang sampah medis di tempat sampah 0 0 11 100
medis
15 Perawat membuang sampah non-medis di tempat 0 0 11 100
sampah non-medis
Jumlah 56 509, 109 990,
1 8
Total % 33 67
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Analisa Data:
Berdasarkan tabel di atas maka pelaksanaan universal precaution didapatkan
hasil 67% tidak dilakukan dimana petugas kesehatan belum mengacu pada 6
langkah benar dalam mencuci tangan. Perawat dalam melaksanakan tugas sehari-
hari sering menggunakan sarung tangan on atau disposable, meski melakukan
tindakan aseptik seperti perawatan luka perawat tidak memakai sarung tangan
steril karena tidak tersedia di ruangan kecuali bila tersedia maka perawat akan

62
63

menggunakannya, alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka juga tidak steril
dan tidak dicuci dengan desinfektan. Alat-alat tersebut hanya disimpan di tempat/
lemari terbuka. Bila memandikan pasien, perawat tidak menggunakan apron atau
baju pelindung. Karena semua pasien masuk dalam kategori total care maka
frekuensi pasien kontak dengan perawat tinggi, oleh karena itu petugas kesehatan
harus menjaga keselamatan kerja dengan menggunakan pelindung baik sarung
tangan, masker, apron disposable atau baju pelindung untuk tindakan
keperawatan atau medis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Swansburgs (1990)
yang menyatakan alat pelindung diri tetap diperlukan untuk melindungi diri
sendiri walaupun kontak minimal dengan klien. Dari hasil observasi yang telah
dilakukan diperoleh hasil yaitu perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum
melakukan kontak dengan klien namun hanya melakukan cuci tangan setelah
kontak dengan klien, jika perawat tidak kontak dengan klien walaupun telah
melakukan aktivitas dengan klien perawat jarang mencuci tangan. Hal tersebut
dikarenakan jarang dilakukan tindakan medis berisiko.

Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan :


1. Perencanaan
Kajian Data
Perencanaan kegiatan di ruang Ivy sudah cukup sesuai dengan prosedur yaitu
melakukan koordinasi dengan unit pelayanan terkait, melibatkan staf.
Berdasarkan hasil observasi yang mendalam mengenai pelaksanaan perencanaan
di Ruang Ivy kepada kepala ruang didapatkan data sebagai berikut:
a. Ruang Ivy baru ada perencanaan jangka pendek yaitu melengkapi fasilitas
ruangan, patient safety, dan alat kesehatan.
b. Penjadwalan dinas dilakukan oleh kepala ruangan untuk 1 bulan ini (Juni)
dikoordinasikan dengan ketua tim.

Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisa bahwa di ruang Ivy
belum memiliki rencana tahunan.

2. Pengorganisasian Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


63
64

Ruang Ivy masih menggunakan metode tim murni, dimana pelaksanaannya


perawat dibagi ke dalam 2 tim. Namun dalam pelaksanaannya semua pasien
dikerjakan bersama-sama tanpa membedakan pasien tersebut tanggung jawab tim
I atau tim II. Tim I memiliki 3 orang perawat pelaksana dan tim II memiliki 5
orang perawat pelaksana.
Tim I : 3 orang pasien (khusus lansia laki-laki)
Tim II : 2 orang pasien (khusus lansia perempuan)

Tabel 22
Kajian Planing

No. Standar Dilakukan Dokumen Keterangan


Ya Tidak
1 Jadwal dinas √ Ada Ditulis dengan tangan
dalam sebuah buku
catatan untuk 1 bulan
ke depan
2 Koordinasi dengan perawat √ Dilakukan Mahasiswa melakukan
primer secara lisan observasi
3 Perencanaan tahunan oleh
Ka-ru

- Perencanaan √ Tidak ada Karu dan perawat


pengembangan staf primer telah
melakukan studi
banding ke RSJ Solo

- Alat / Fasilitas Ada Ditulis di kertas, alat



dan fasilitas yang
dibutuhkan ruangan
saat ini bukan untuk 1
tahun ke depan.
Jumlah perawat 10
- Kebutuhan tenaga √ Tidak ada
Ruangan dan tugas
- Cuti √ Tidak ada
baru berjalan efektif
selama ± 25 hari
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 23

64
65

Kajian Organizing

No Standar Dilakukan Dokumen Keterangan


Ya Tidak
1 Pembagian Tugas √ Tidak ada Hasil observasi
Tidak ada
2 Pendelegasian Tugas √ Hasil observasi
Tidak ada
3 Koordinasi Tugas √ Hasil observasi

4 Pengaturan/ Manajemen Waktu √ Jumlah pasien


sedikit, hanya 5
pasien, sehingga
perawat bisa
mengatur waktu
5 Pengaturan dan pengendalian situasi √ dengan leluasa
tempat praktik
Hasil observasi,
karu
6 Memberi wewenang kepada tata usaha √ berkoordinasi
untuk mengurus administrasi klien dengan AN atau
PN
Adimistrasi klien
diatur sepenuhnya
oleh tata usaha
sentral RS.
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 24
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang

65
66

SLL SR KD TP
Variabel Yang Dinilai
No. 3 2 1 0
1 Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan √
dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN √
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan √
yang ada pada hari tersebut termasuk laporan permasalahan
dinas malam
4 Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk √
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan diakhiri
dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan √
kemampuan dan beban kerja
6 Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan AN √
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf √
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
8. Memberika reinforcement positif kepada semua staff termasuk √
pada saat mengakhiri meeting morning kepada dinas malam
dan dinas pagi
9 Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan √
dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien akan
pulang
10 Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore, malam, √
libur
11 Berperan serta sebagai konsultan √
12 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff melalui daftar √
hadir yang ada di ruang
13 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga √
Jumlah 6 5
Total (%)
Persentase selalu: 6/11 x 100% = 54,5 %
Persentase kadang: 5/11 x 100% = 45,5 %

Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 25
Pelaksanaan Tugas Primary Nurse

66
67

SLL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai 3 2 1 0

1 Bertugas pada pagi hari √


2 Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN √
yang tugas malam
3 Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi √
tentang kondisi pasien segera setelah selesai
operan tugas jaga malam
4 Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai √
awal dan akhir tugas dilakukan setelah selesai
operan tugas jaga malam
5 Melakukan pre conference dengan semua AN √
yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai √
kemampuan dan beban kerja
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau √
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti di rekam keperawatan
8 Memonitor dan membimbing tugas AN √
9 Membantu tugas AN untuk kelancaran √
pelaksanaan asuhan pasien
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan √
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang
ada di bawah tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien √
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir √
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13 Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada √
AN yang tugas jaga berikutnya
14 Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup √
atau yang akan merawat selama pasien dirawat
atau kepada pasien/keluarga baru

67
68

15 Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore √


malam libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila √
pagi hari tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter √
dan tim kes lain setiap minggu
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas √
20 Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada √
AN minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/
bed side teaching)
Jumlah 4
Total (%)
4x 100 / 20 = 20% (dilakukan)
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 26
Pelaksanaan Tugas Assosiated Nurse

Observasi
Ya Tidak
No Variabel Yang Dinilai
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN 8
yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah 8
selesai operan setiap pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah 8
selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas 8

68
69

5 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung 8


jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan 8
7 Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PN 8
8 Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang 8
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya 8
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi 8
tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi 8
tanggung jawabnya
12 Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir tugas dan 8
melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
13 Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang akan 8
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga
baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore malam libur 8

15 Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien 8


pada sore malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu 8
sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan 8
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN 8
19 Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik keperawata 8
Jumlah 96 56
Sub Total 64% 36%
Total (%) 100%
Sumber : data primer observasi Ruang Ivy Tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 27
Hubungan Profesional antara Staf Keperawatan dengan Pasien

Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di ruangan 8
setiap awal tugas
2 PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang menjadi tanggungjawabnya 8
segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.
3 PN menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang berlaku kepada 8
setiap pasien atau keluarga baru

69
70

4 PN memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan merawat selama 8


pasien dirawat di RS
5 PN atau AN melakukan visit atau monitoring pasien untuk mengetahui 8
perkembangan atau kondisi pasien
6 PN memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau program 8
pengobatan sesuai wewenang dan tanggung jawabnya.
7 Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PN atau AN memberikan 8
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau keluarga
8 Kesediaan PN atau AN untuk menerima konsultasi/keluhan pasien/keluarga 8
dan berupaya mengatasinya
9 Pasien atau keluarga mengetahui siapa PN atau perawat yang bertanggung 8
jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama pasien.
10 PN atau AN memberitahu dan mempersiapkan pasien yang akan pulang. 8
Jumlah 48 32
Sub Total 60% 40%
Total (%) 100%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 28
Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan

Observasi
No Variabel Yang Dinilai Ya Tidak

1 Penanggung Jawab Pelayananan mengadakan pertemuan rutin Karu minimal 8


1x/ minggu
2 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf kep minimal 8
sebulan sekali
3 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan PN minimal 1x/ minggu 8

4 PN mengadakan pre dan post conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi 8

5 PN menerima serah terima dari AN yang tugas jaga sebelumnya 8


6 PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN pada tugas jaga 8
berikutnya.
7 AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelum dan kepada tugas 8
jaga berikutnya.
8 PN melakukan dokumentasi askep terutama dalam pengkajian, menetapkan 8
diagnosa dan penyusunan rencana keperawatan.
9 AN melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal pelaksanaan dan 8
evaluasi keperawatan.
10 PN membuat laporan tugas pada PJRu Kep setiap akhir tugas terutama keadaan 8
umum pasien dan permasalahan yang ada.

70
71

11 PN melakukan motivasi/ bimbingan/ reinforcement dengan AN setiap hari. 8


12 AN menggantikan tugas PN bila PN tidak ada. 8
13 PJTJ menggantikan tugas PN pada tugas S/ M/ HL. 8
Jumlah 40 64
Sub total 61,6%
38,4%
Total % 100%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 201
Tabel 29
Hubungan Profesional/ Kemitraan Antara Staf Keperawatan Dengan Dokter Atau
Tim Kesehatan Lain

No Observasi
Ya Tidak
Variabel Yang Dinilai
1 PN atau AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim kesehatan 8
lain yang merawat.
2 PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan minimal 1x/ 8
minggu.
3 Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain 8
tercermin dalam dokumen rekam medik.
4 PN atau AN dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan 8
cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan.
5 PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan 8
profesional dalam rangka pelaksanaan program kolaborasi.
6 Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai 8
sarana hubungan profesional dalam rangka program kolaborasi.
7 Dokter/ tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien siapa PN- 8
nya.
8 PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga dengan 8
dokter/ tim kesehatan lain.
Jumlah 56 8
Total (%) 87,5% 12,5%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

71
72

Tabel 30
Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan Dengan Peserta Didik
Dengan MPM

Observasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP

N % N % N % N %
1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik. √
2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik. √
3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta didik. √
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam √
kegiatan pelayanan keperawatan.
5 Pembimbing klinik/perawat memfasilitasi kelengkapan dan √
bahan yang akan digunakan peserta didik dalam
memberikan asuhan keperawatan.
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing √
klinik sesuai kompetensi yang akan dicapai.
7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan √
metode pre-post conference.
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan √
metode ronde keperawatan.
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan √
metode bed side teaching.
10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktik klinik √
peserta didik.
11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik √
pasien yang menjadi kelolaan peserta didik.
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing peserta √
didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang
diharapkan.
13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk √
meningkatkan kemampuan peserta didik.
14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta √
didik.
15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi. √
Jumlah 3 3 9

72
73

Sub Total
3x100/15 = 20 % (Sering)
Total
3x100/15 = 20 % (Kadang)
Total
9x100/15 = 60 % (Tidak pernah)
Total (%) 20 20 60
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Berdasarkan data tersebut diperoleh hasil bahwa hubungan profesional antara staf
keperawatan dengan peserta didik dengan MPM adalah 60 % tidak pernah dilakukan, diikuti
dengan sering dilakukan (20%), dan kadang-kadang (20%).

Tabel 31
Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)

Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai
N % N % N % N %

1 Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga √


2 Serah terima tugas jaga diikuti Karu, PN, AN √
3 Didahului dengan doa bersama √
Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima
4 tanggung jawab dilakukan di depan pintu dengan suara √
perlahan / tidak ribut
Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dz keperawatan,
5 tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu √
pelaksanaannya
Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan
6 √
keperawatan yang belum dilakukan
Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama
7 √
shift
Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah
8 √
dilakukan (bila ada)
9 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan √
Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya
10 √
yang dilakukan selama shift
Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan
11 √
selama shift

73
74

Menginformasikan kepada pasien / keluarga nama


12 √
perawat shift berikutnya pada akhir tugas
Memberi salam kepada pasien, keluarga, serta
mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
13 √
menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)
Jumlah 3 10
Sub total :
3x100/13 = 23% (KADANG)
10X100/13 = 77 % (TIDAK PERNAH)
Total (%) 23 77
Sumber : data primer Observasi Ruang Ivy Tanggal 23 s/d 25 Juni 2014

Dari data tersebut maka diperoleh hasil pelaksanaan serah terima tugas jaga (operan) adalah
77% tidak pernah dilakukan.

Tabel 32
Pelaksanaan Meeting Morning

Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai

N % N % N % N %
Karu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting
1 √
morning.
Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi
2 √
yang telah disiapkan sebelumnya.

74
75

Karu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan


3 √
kepada staf.
Memberikan kesempatan kepada staf untuk
4 √
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan.
Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
5 √
yang dapat ditempuh.
6 Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf. √
7 Meeting morning diikuti oleh seluruh staf. √
Jumlah 7
Total 7x100/7 = 100% (Tidak pernah) 100
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan meeting morning di ruang
Ivy (100%) tidak pernah dilakukan.

Tabel 33
Pelaksanaan Pre Conference

Observasi
N SL SR KD TP
Variabel Yang Dinilai N %N % N % N %
o

1 Menyapkan ruangan/ tempat. √


2 Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya. √
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference. √
4 Memandu pelaksanaan pre conference. √
Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan, dan
5 √
rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki dengan
6 √
memperhatikan keseimbangan kerja.
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/
7 √
tindakan.

75
76

Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah


8 √
yang sedang didiskusikan.
Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan
9 √
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
10 Memberikan reinforcement positif pada AN. √
11 Menyimpulkan hasil pre conference. √
Jumlah 11
Total 11x100/11 = 100%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pre conference di Ruang
Ivy (100%) tidak pernah dilakukan.

Tabel 34
Pelaksanaan Post Conference

Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai N % N % N % N %

1 Menyiapkan ruangan/ tempat. √


Menyiapkan rekam medik pasien yang
2 √
menjadi tanggung jawabnya.
Menjelaskan tujuan dilakukannya post
3 √
conference.
Menerima penjelasan dari AN tentang
4 hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan √
yang telah dilakukan AN.
Mendiskusikan masalah yang telah √
ditemukan dalam memberikan ASKEP
5
pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah.
6 Memberi reinforcement pada AN. √
7 Menyimpulkan hasil post conference. √

76
77

Mengklarifikasi pasien sebelum √


melakukan operan tugas jaga shift jaga
8
berikutnya (melakukan ronde
keperawatan).
Jumlah 8
Sub Total
Total (%)
8x100/8 = 100% tidak melakukan
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Keterangan:
Setelah diobservasi selama 3 hari pada tanggal 23-25 Juni 2014 didapatkan nilai 100% tidak
pernah dilakukan pelaksanaan post-conference.

Tabel 35
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

No Komponen Pelaksanaan N=11


Y T
N % N %
a. Tahap Pre-interaksi
1 Mengumpulkan data tentang pasien 11 100% 0 0%
2 Menyiapkan alat 11 100% 0 0%
3 Mencuci tangan 3 27,27% 8 72,73%
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan tersenyum pada pasien 11 100% 0 0%
2. Melakukan validasi 5 45,46% 6 63,64%
3. Memperkenalkan nama perawat* 3 27,27% 8 72,73%
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 5 45,46% 6 63,64%
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 0% 11 100%
6. Menjelaskan peran perawat 0 0% 11 100%
7. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 11 100% 0 0%
8. Menjelaskan tujuan 11 100% 0 0%
9. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan 0 0% 11 100%
10. Menjelaskan kerahasiaan 0 0% 11 100%
c. Tahap Kerja
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya 6 63,64% 5 45,46%
2. Menanyakan keluhan pasien 11 100% 0 0%
3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 11 100% 0 0%
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 11 100% 0 0%
d. Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 8 72,72% 3 27,28%
2. Memberi reinforcement positif 5 45,46% 6 63,64%

77
78

3. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya 7 63,63% 4 36,37%


4. Mengakhiri kegiatan dengan baik 11 100% 0 0%
Jumlah dalam % 135 1290,91 96 845,49
Rata-rata dalam % 58,44% 41,56%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

CATATAN :
* : Untuk komunikasi awal bertemu dengan pasien
Keterangan: hasil dari penilaian post-conference di ruamg IVY RSJD Soedjarwadi adalah
58,44% ini termasuk dalam kategori kurang baik.

Tabel 36
Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru

No Kegiatan Pelaksanaan N=1


Ya Tidak
N % N %
1 a. Menyiapkan ruangan khusus yang rapi dan tenang 1 100% 0 0%
untuk memberikan informasi bagi pasien baru/ 0 0% 1 100%
keluarga. 0 0% 1 100%
b. Menyiapkan pedoman informasi pasien baru 2 buah. 1 100% 0 0%
c. Menyiapkan pedoman informasi pasien baru 2 buah. 0 0% 1 100%
d. Mengajak pasien/ keluarga ke ruangan yang telah
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi.
e. Mempersilahkan pasien/ keluarga duduk berhadapan
dengan perawat.

2 Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan, 1 100% 0 0%
pemberian informasi pasien baru.
b. Menyerahkan satu berkas pedoman informasi pasien 0 0% 1 100%
baru kepada pasien/ keluarga untuk dibaca bersama.
c. Menjelaskan informasi secara urut, sesuai pedoman
1. Petugas yang merawat (dokter, perawat, bidan) 0 0% 1 100%
2. Jadwal konsultasi
3. Hak dan kewajiban pasien
4. Peraturan Rumah Sakit
5. Perkembangan pasien setiap hari

78
79

6. Rencana pasien pulang


7. Fasilitas ruangan
Mempersilahkan pasien/ keluarga membaca informasi 0 0% 1 100%
terutama yang dalam bentuk narasi panjang (hak dan
kewajiban pasien, tarif pelayanan, tata tertib pengunjung
dan penunggu, prosedur administrasi pasien dan fasilitas
ruangan) dan menanyakan apakah pasien/ keluarga
mengerti dengan penjelasan yang diberikan KaRu/ PN.

KaRu/ PN yang memberikan informasi menandatangani 1 100% 0 0%


pernyataan yang sudah dibuat pasien/ keluarga.

Menyimpan bukti pemberian informasi pada tempat 1 100% 0 0%


yang sudah ditentukan.
3 Pemberian Informasi Berkelanjutan
a. Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga 0 0% 1 100%
mengenai perkembangan pasien setiap hari.
b. Mencatat informasi yang diberikan direkam perawatan 1 100% 0 0%
pasien.
Jumlah dalam % 6 600% 7 700%
Rata-rata dalam % 46,10% 53,90%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Keterangan: pemberian informasi pasien baru di ruang IVY RSJD Soedjarwadi mempunyai
rata-rata 46,10% ini tergolong kategori kurang baik.

79
80

Tabel 37
Kajian Actuating

No Standar Dilakukan Data


Ya Tidak
1 Pengarahan √
2 Supervisi staf √
3 Koordinasi √
4 Orientasi staf √
5 Orientasi mahasiswa praktik √

6 Orientasi pasien/ keluarga √


7 Memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai √
tujuan
8 Memberi motivasi pada anggota √
9 Membuat keputusan √
10 Manajemen konflik √
11 Menelaah kemampuan individu √
12 Membimbing tenaga keperawatan √ obeservasi
13 Mengadakan pertemuan berkala/ sewaku-waktu dengan √
staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di
ruang rawatnya
14 Memberi kesempatan/ ijin kepada staf keperawatan √
15 Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan √
16 Medampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter √
17 Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya √
di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/ non-
infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan
18 Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan √
pelaporan asuhan keperawatan
19 Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di √
ruang rawat
20 Meneliti/ memeriksa pengisian daftar permintaan √
makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makan
pasien
21 Menyiapkan berkas catatan medik pasien √
22 Membimbing siswa/ mahasiswa keperawatan yang √
menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktik
23 Memberi penyuluhan kesehatan √
24 Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat √
pergantian dinas
Jumlah 19 5
Rata-rata (%) 79,17 20,83
80
81

Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Keterangan:
Hasil dari kajian actuating yang dilakukan selama tanggal 23-25 Juni 2014 dalam rata-rata di
atas menunjukkan nilai 79,17%, hal ini tergolong dalam kategori baik.

Tabel 38
Kajian Controlling

No Standar Data Keterangan


1 Pengawasan langsung melalui inspeksi Observasi Ada petugas
RS yang
melakukan
visit
ruangan

2 Pengawasan langsung melalui laporan langsung Observasi Dilakukan


secara lisan oleh kepala
ruang

3 Pengawasan langsung melalui laporan tertulis

4 Pengawasan kelemahan yang ada Observasi Observasi

5 Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar


hadir perawat yang ada
6 Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan
memeriksa rencana keperawatan
7 Pengawasan dengan mendengar laporan dari PN
mengenai pelaksanaan tugas Observasi Observasi

8 Evaluasi upaya pelaksanaan Observasi Observasi

9 Membandingkan dengan rencana perawatan yang Tidak Ada


telah disusun bersama dengan PN

81
82

10 Pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruang :


- Sosialisasi kebijakan Observasi

- Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan Belum


kebijaksanaan dilakukan

- Mengecek kelengkapan inventaris peralatan Observasi

- Mengecek obat – obatan yang tersedia Observasi

- Melakukan supervisi Observasi

- Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang Belum


telah ditentukan dilakukan

- Menilai siswa/mahasiswa keperawatan Observasi

- Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan Belum


dilakukan
- Menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar
yang berlaku secara mandiri atau koordinasi Belum
dengan tim pengendalian mutu asuhan dilakukan
keperawatan
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
Analisa Data:
Secara keseluruhan kegiatan controlling dalam manajemen pelayanan di Ruang Ivy belum
dilakukan secara keseluruhan. Berdasarkan hasil observasi pengorganisasian di ruang Ivy
menggunakan metode Tim.

Tabel 39
Kajian Planning Proses Bimbingan PKK
No Standar Data Keterangan
1 Pemberitahuan dari Institusi ke lahan praktik Ada Dilakukan apersepsi 1
sebelum praktik dengan kerangka acuan bulan sebelum stase
lengkap manajemen dimulai

82
83

antara pembimbing
akademik dengan
pembimbing klinik
atau diklat RS.

2 Penentuan lokasi praktik lokasi sesuai dengan Secara Pembimbing klinik


kompetensi yang ingin dicapai lisan menentukan lokasi
praktik yang akan
digunakan beberapa
hari sebelum stase
manajemen dimulai

3 Penerimaan dan orientasi mahasiswa Ada Dilakukan orientasi


mahasiswa oleh diklat
di aula RS pada saat
mahasiswa datang
pertama kali ke RS

4 Orientasi tugas Secara Karu mengorientasikan


lisan tugas yang harus
dilakukan kepada
pasien.
Sumber: data primer observasi dan wawancara

Tabel 40
Kajian Organizing Bimbingan PKK

No Standar Data Keterangan


1 Adanya serah terima peserta didik Ada Dilakukan di
awal stase jiwa
oleh diklat
keperawatan.

2 Pembagian jadwal dinas Ada Jadwal


ditentukan 1
hari sebelum

83
84

stase
manajemen
dimulai.

3 Adanya proses bimbingan dari pembimbing Ada Secara lisan dan


PKK sesuai dengan ketentuan melalui e-mail.
Sumber: data primer observasi dan wawancara

Tabel 41
Kajian Controling proses Bimbingan PKK
No Standar Ya tidak Keterangan
1 Memonitor pelaksanaan dinas peserta didik √
- Tata tertib √
- Observasi √
- Reward dan punishment √
2 Mengetahui pasien kasus kelolaan peserta
didik √
3 Mengecek dokumentasi di status pasien √
kelolaan peserta didik
Memberikan teguran jika terjadi pelanggaran
Sumber : data primer Observasi Ruang Ivy Tanggal 23 s/d 25 Juni 2014

3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat yang meliputi BOR (Bed Occupancy Rate), LOS
(Length of Stay), TOI (Turn Over Internal), BTO (Bed Turn Over) belum
dapat dihitung karena ruang Ivy baru secara efektif merawat pasien adalah
selama 8 hari dimulai dari tanggal 17 Juni 2014 . Sampai tanggal 25 Juni 2014
belum ada pasien yang pindah atau pulang atau meninggal.

b. Mutu Asuhan Keperawatan


Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutun asuhan keperawatan
adalah dengan menggunakan instrumen A, B, C. Adapun rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah:

84
85

Kriteria baik (76-100%)


Kriteria cukup (56-75%)
Kriteria kurang (40-55%)
Kriteria tidak baik (40-55%)

Adapun instrumen A, B, C meliputi:


Instrumen A
Kajian Data
Evaluasi menggunakan instrumen A yang sudah dibakukan oleh Depkes (1997).
Studi pendokumentasian dilakukan dari tanggal 23 Juni 2014-25 Juni 2014
terhadap semua pasien yang berjumlah 5 orang di Ruang Ivy RSJD Dr. RM
Soedjarwadi Jawa Tengah. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil seperti pada
tabel berikut:
Tabel 42
Nilai Rata-rata Instrumen A
No Hasil (%)
Aspek yang dinilai
1 Pengkajian 0
2 Diagnosa 0
3 Perencanaan 0
4 Tindakan 50
5 Evaluasi 50
6 Catatan asuhan keperawatan 60
Rata-rata (%) 32%
Sumber: data primer observasi dan wawancara Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 43
Hasil Evaluasi Standar Asuhan Keperawatan Dengan Instrumen A
Aspek yang dinilai Hasil Keterangan
Pengkajian 25% Di Ruang Ivy belum memiliki format pengkajian
khusus pasien geriatri, sehingga ruang Ivy hanya
memakai pengkajian yang telah dilakukan di
ruangan sebelumnya (ruangan yang pasien tempati
sebelum pindah ke ruang Ivy).

Diagnosa 0% Diagnosa sudah ditentukan di ruang sebelumnya,


namun belum mengandung PE/ PES, sehingga perlu
dilakukan penegakan diagnosa ulang di Ruang Ivy
sendiri. Penulisan diagnosa di Ruang Ivy hanya

85
86

menuliskan diagnosa medis.

Rencana 0% Di ruang Ivy belum ada format perencanaan yang


mencakup tujuan, kriteria hasil, dan intervensi untuk
pasien maupun rencana yang dibuat/ ditulis untuk
pasien sehingga hanya melanjutkan tindakan atau
rencana yang dilakukan dari ruangan sebelumnya.

Implementasi 50% Untuk implementasi, perawat hanya menuliskan


Keperawatan tindakan yang dilakukan di dokumentasi perawat.

Evaluasi 50% Evaluasi mengacu pada respon pasien dari tindakan


yang telah dilakukan kemudian dicatat. Evaluasi
dalam bentuk SOAP.

Dokumentasi 60% Setiap melakukan tindakan, perawat hanya mencatat

Keperawatan dan memberikan paraf pada kolom tanpa


menuliskan nama terang.
30%
Rata-rata
Sumber: data primer observasi dan wawancara Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 44
Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

No Jenis pendidikan Jumlah Jenis Pekerjaan Jumlah


1 SD 2 PNS -
2 SLTP 2 ABRI/POLRI -
3 SLTA - Swasta -
4 Perguruan Tinggi 1 Lain-lain 5
Total 5 5
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Tabel 46
Persepsi Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan
No Kriteria Dilakukan

Ya Tidak

1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri √

86
87

2 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan √


Anda/keluarga Anda.
3 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal makanan √
Anda/keluarga Anda.
4 Apakah perawat menanyakan/memperhatikan berapa jumlah √
makanan dan minuman yang biasa Anda/keluarga anda habiskan.
5 Apabila Anda/keluarga Anda tidak mampu makan sendiri Apakah √
perawat membantu menyuapinya.
6 Apakah ruangan tidur Anda/keluarga Anda selalu dijaga √
kebersihannya dengan disapu dan dipel setiap hari.
7 Apakah lantai kamar mandi/WC selalu: bersih, tidak licin, tidak √
berbau dan cukup terang.
8 Selama Anda/keluarga Anda belum mandi (dalam keadaan istirahat √
total) apakah dimandikan oleh perawat.
9 Apakah Anda/keluarga Anda dibantu jika tidak mampu: menggosok √
gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir
rambut.
10 Apakah alat-alat tenun seperti sprei, selimut dll diganti setiap kotor. √
11 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: kurang √
bergerak, berbaring terlalu lama.
13 Selama Anda/ keluarga Anda dalam perawatan apakah perawat: √
memanggil nama dengan benar.
14 Selama Anda/keluarga Anda dalam perawatan apakah perawat √
mengawasi keadaan Anda secara teratur pada pagi, sore maupun
malam hari.
15 Selama Anda/keluarga Anda dalam perawatan apakah perawat √
segera memberi bantuan bila diperlukan.
16 Apakah perawat bersikap: sopan, ramah √
17 Apakah Anda/keluarga Anda mengetahui perawat yang √
bertanggungjawab setiap kali pergantian dinas.
18 Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum memberikan √
tindakan perawatan/pengobatan.
19 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan √
setiap keluhan Anda/keluarga Anda.
20 Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu √
menyiapkan/meminumkan obat.
Jumlah 14 6
Persentase (%) 70 % 30%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

87
88

Analisa Data
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan,
dengan cara menyebarkan angket kepada pasien. Namun karena kondisi dan penyakit pasien
yang tidak memungkinkan pasien mengisi dengan objektif, maka studi dilakukan dengan
observasi secara umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu asuhan keperawatan masuk
dalam kategori baik dengan rata-rata nilai 76%.

Instrumen C
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan keperawatan jiwa.
Observasi yang dilakukan adalah tindakan yang dilakukan perawatan selama 3
hari yaitu tanggal 23 Juni-25 Juni 2014. Namun di Ruang Ivy belum ada SOP
Keperawatan yang dapat dijadikan acuan perawat dalam memberikan tindakan
keperawatan.

Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC


Tabel 47
Nilai Rentang Kendali Evaluasi Penerapan SAK

Ruang Nilai Instrument (%) Rata rata


A B C
(%)
Ivy
30% 70% 0% 30%
Sumber: data primer observasi dan wawancara Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014

Analisa Data
Dari hasil pengkajian keseluruhan didapatkan kesimpulan bahwa hasil penerapan SAK
instrumen A, B, C adalah 36 % atau masuk dalam kategori kurang. Dari ketiga instrumen di
atas nilai tertinggi adalah pada instrumen B dengan nilai 76%. Sedangkan nilai terendah
adalah 0% pada instrumen C.

Tabel 48
Standar Penilaian untuk Pembimbing PKK

No Pernyataan Hasil
SL SR KD TP
1 CI selalu mengadakan orientasi institusi 1
RSJD Dr. RM Soedjarwadi dan tugas praktik.

88
89

2 Mengadakan pre dan post conference. 1

3 Selalu menyediakan waktu untuk 1


membimbing.

4 Menyertakan peserta didik dalam kegiatan 1


asuhan keperawatan.
5 Memberikan contoh pelaksanaan prosedur 1
yang benar.
6 Mengarahkan dan membimbing peserta didik 1
dalam rangka pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
7 Memotivasi minat dan semangat belajar 1
untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik.
8 Memantau pelaksanaan praktik yang meliputi 1
kemampuan pribadi, ketaatan mematuhi
kebijaksanaan RS dan institusi pendidikan
serta memberikan teguran bila terjadi
pelanggaran.
9 Mengajak diskusi dan membimbing kasus 1
langsung ke pasien di sisi tempat tidur.
10 Mengevaluasi bimbingan praktik yang 1
meliputi pengetahuan ,sikap, dan
keterampilan.
11 Memeriksa laporan yang dibuat mahasiswa. 1
12 Memberi umpan balik kepada mahasiswa. 1
Jumlah 0 1 6 5
Nilai rata – rata dalam % 0% 8,33% 50% 41,67%
Sumber: data primer observasi tanggal 23-25 Juni 2014

Keterangan:
Standar penilaian untuk bimbingan PKK dalam pengamatan tgl 23-25 Juni 2014 didapatkan
hasil 8,33% di rentang sering dilakukan. Hal ini berada dalam kategori kurang baik.

89
90

4. Masalah Dan Rencana Kegiatan


A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dan pendataan yang dilakukan di ruang Ivy dari
tanggal 23-25 Juni 2014, dapat diidentifikasi masalh-masalah sebagai berikut:
1) Pendekatan Unsur Input
a. Belum adanya protap keperawatan seperti protap cuci tangan,
perawatan luka, pemberian obat.
b. Belum adanya standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
jiwa.
c. Belum tersedia peralatan steril dan mesin pensterilan alat.
d. Belum tersedianya loker obat.
e. Belum tersedianya peralatan mesin seperti EKG.
f. Belum adanya pelabelan untuk membedakan sampah medis dan non –
medis.
g. Belum adanya plastik khusus sampah medis (warna kuning).
h. Belum adanya kalender dan jam dinding yang memadai untuk pasien.
i. Belum adanya alas kamar mandi untuk menghindari risiko jatuh.
j. Belum adanya tempat sampah khusus di kamar mandi.
k. Belum adanya sabun antiseptik untuk cuci tangan dan tissue.
l. Belum adanya buku absensi atau daftar hadir mahasiswa.
m. Belum adanya papan identifikasi pasien pada setiap bed.
n. Belum adanya visi, misi, motto ruangan, tata tertib ruangan.

2) Unsur Proses
Pelaksanaan MPKP belum optimal, diantaranya:
a. Belum ada format pengkajian khusus pasien lansia dengan gangguan
jiwa.
b. Diagnosa keperawatan jiwa yang belum ditegakkan oleh perawat Ruang
Ivy.
c. Perencanaan tindakan keperawatan belum disusun.
d. Untuk pelaksanaan tindakan keperawatan perawat menuliskannya di
dokumentasi keperawatan dengan nilai rata-rata 50% atau masuk
90
91

kategori kurang karena tidak ada rencana atau intervensi yang disusun
sebelumnya.
e. Evaluasi dilakukan dengan format SOAP dan hanya ditulis berdasarkan
respon pasien tanpa adanya tujuan atau rencana yang seharusnya
disusun sebelumnya.
f. Dokumentasi dilakukan dengan hanya membubuhkan paraf di kolom
tanpa memberikan nama terang.
g. Pelakasanaan Universal Precaution masih dalam kriteria kurang, hanya
33,3% karena berdasarkan hasil observasi perawat seperti tidak
menggunakan alat steril dalam tindakan aseptik, cuci tangan dengan 6
langkah benar, dan lain-lain.
h. Tidak dilaksanakannya kajian ronde keperawatan karena perawat belum
mempersiapkan kegiatan ronde.
i. Evaluasi operan jaga pada Ruang Ivy belum dilakukan secara optimal.
j. Evaluasi pre-conference dan post-conference belum dilakukan.
k. Pelaksanaan orientasi pasien baru berdasarkan hasil observasi sebanyak
1 x.
l. Pelaksanaan tugas kepala ruangan baru dilaksanakan ± 54% karena
kepala ruangan masih memiliki kegiatan berkoordinasi dengan pihak
atau bagian lain di RS dalam tujuan peningkatan standar pelayanan
Ruang Ivy.
m. Pelaksanaan tugas primary nurse baru dilaksanakan ± 20% berdasarkan
hasil observasi selama 3 hari (23-25 Juni 2014).

3) Unsur Output
a. Hasil evaluasi Standar Asuhan Keperawatan dengan instrumen A
adalah 32% atau masuk kategori kurang.
b. Hasil evaluasi penilaian mutu asuhan keperawatan adalah 70%. SOP
keperawatan masih belum ditegakkan.

91
92

B. Analisa Data
Analisa data yang digunakan menggunakan SWOT:
Strengthness Weakness Opportunity Threatened
Man: a. Belum memiliki a. Terbukanya a. Era globalisasi yang
SDM terdiri dari vivi, misi, moto kesempatan semakin
dari alumni D3 keperawatan pendidikan pada meningkatkan
Keperawatan (8 khusus Ruang program yang persaingan antar RS
orang), S1 Ivy. lebih tinggi. termasuk RSJ dan
Keperawatan (1 b. Sarana dan b. Adanya kualitas SDM
orang), DIV (2 prasarana program (tenaga perawat).
orang). Sudah ruangan belum pemerintah b. Persaingan antar RS
adanya struktur memadai. tentang asuransi untuk
organisasi. c. Belum kesehatan untuk meningkatkan
terlaksananya masyarakat kualitas
Money: MPKP. yang kurang managemen
Sebagian besar d. Belum adanya mampu (BPJS) ruangan.
adalah pasien SAK dan SOP sehingga akan c. Adanya tuntutan
dengan BPJS yang keperawatan. semakin banyak masyarakat yang
merupakan program masyarakat tinggi, untuk
dari pemerintah. yang memiliki mendapat
peluang untuk pelayanan
mendapat kesehatan.
pelayanan
kesehatan.

92
93

C. Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa data dan analisa SWOT di atas, maka terdapat beberapa
masalah yang diprioritaskan yaitu:
1. Pelaksanaan MPKP yang belum optimal, meliputi:
a. Belum optimal pelaksanaan tugas kepala ruang dan primary nurse.
b. Belum optimal operan jaga yang dilakukan setiap shift.
c. Belum dilaksanakannya pre-post conference.
d. Belum optimal pelaksanaan ronde keperawatan.
e. Belum tersedianya SAK dan SOP keperawatan.
f. Belum optimalnya dan tersedianya protap cuci tangan yang benar menurut
WHO.
g. Belum optimalnya pelaksanaan universal precaution.
h. Belum optimalnya pelaksanaan orientasi pasien baru.

2. Sarana dan Prasarana


Belum optimal peralatan di ruangan meliputi:
1) Loker obat
2) Peralatan mesin seperti EKG.
3) Pelabelan untuk membedakan tampat sampah medis dan non –medis.
4) Plastik khusus sampah medis (warna kuning).
5) Kalender dan jam dinding yang memadai untuk pasien.
6) Alas kamar mandi untuk menghindari risiko jatuh.
7) Tempat sampah khusus di kamar mandi.
8) Buku absensi atau daftar hadir mahasiswa.
9) Papan identifikasi pasien pada setiap bed.
10) Peralatan steril dan mesin pensterilan alat belum tersedia.

93
94

Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing


Kegiatan Pelaksanaan Jawab
1 Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan kepala Perawat Terealisasiny 2 Juli - 7 Rahmadika Suwarno,
optimalnya role model ruang ruang, dan PN, ruang Ivy a kegiatan Juli 2014 dan Nina S.Kep., Ns.,
pelaksanaan keperawatan di tentang optimalisasi tugas role model Permata M.Kes
tugas dari ruang Ivy dari karu, PN, dan AN di keperawatan Sari
karu, PN, dan ruang Ivy dan Latif Jauhari,
AN. 2. Menyusun jadwal role pengoptimali AMK
model keperawatn yaitu sasian
masing – masing dari kegiatan
mahasiswa menjadi karu< meeting
Pn dan An di ruang Ivy morning, pre
3. Melaksanakan role model – conference,
keperawatan dengan dan post
pengorganisasian kegiatan conference
meeting morning, pre –
konfrent, meeting report
dan post konfren di ruang
Ivy
4. Evaluasi pelaksanaan role
model keperawatan di
ruang Ivy

94
95

Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing


Kegiatan Pelaksanaan Jawab
2 Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan Perawat Terealisasinya 2 Juli - 7 Nurcahyadi dan Suwarno,
kepala ruang dan
optimalnya Role Model ruang kegiatan role model Juli 2014 Anggrayeni S.Kep., Ns.,
PN, tentang
pelaksanaan keperawatan optimalisasi tugas Ivy keperawatan dan M.Kes
dari PN dan AN di
operan jaga di ruang Ivy pengoptimalisasian
ruang Ivy
2. Menyusun jadwal kegiatan operan Latif Jauhari,
Role model
jaga AMK
keperwatan yaitu
masing-masing dari
mahasiswa menjadi
primary nurse di
ruang Ivy
3. Pelaksanaan role
model yaitu dengan
mengoptimalisasika
n kegiatan operan
jaga di ruang Ivy
4. Evaluasi
pelaksanaan
kegiatan Role
Model keperawatan
di Ruang Ivy

Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah

95
96

Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing


Kegiatan Pelaksanaan Jawab
3 Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan Perawat Terealisasinya 2 Juli - 7 Juli Ropi Suwarno, S.Kep.,
kepala ruang, dan
optimalnya Role Model ruang Ivy kegiatan role 2014 Puspitasari Ns., M.Kes
PN, tentang
pelaksanaan pre keperawatan di optimalisasi tugas model dan Maratul
dari kepala ruang,
dan post ruang Ivy keperawatan Latif Jauhari,
PN dan AN di ruang
conference Ivy dan AMK
2. Menyusun jadwal
pengoptimalisa
Role model
keperwatan yaitu dari sian kegiatan
mahasiswa menjadi
pre dan post
kepala ruang di ruang
Ivy conference
3. Pelaksanaan role
model yaitu dengan
mengoptimalisasikan
kegiatan operan jaga
di ruang Ivy
4. Evaluasi pelaksanaan
kegiatan Role Model
keperawatan di ruang
Ivy

Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014

96
97

No Masalah Pokok Kegiatan Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing
Pelaksanaan Jawab
4 Belum adanya Menyusun SAK 1. Koordinasi dengan Perawat SAK gangguan 2 Juli - 12 Ruly Astuti, Suwarno, S.Kep.,
kepala ruangan,
Standar tentang ruang jiwa pada lansia Juli 2014 Whidi Ns., M.Kes
bidang keperawatan
Asuhan gangguan jiwa 2. Mencari literature Ivy tersusun 60%. Purnomo,
tentang SAK
Keperawatan pada lansia di Dewi Melian Latif Jauhari,
gangguan jiwa pada
(SAK) di ruang Ivy lansia AMK
3. Konsultasi dengan
ruang Ivy
kepala ruangan,
bidang keperawatan,
SAK tentang
gangguan jiwa pada
lansia
4. Menyusun SAK
gangguan jiwa pada
lansia
5. Evaluasi hasil SAK
tentang gangguan
jiwa

Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014

97
98

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing


Kegiatan Pelaksanaan Jawab
5 Belum adanya Penyusunan 1. Koordinasi dengan Perawat Terealisasinya 2 Juli - 12 Juli Rofiah Hapsari Suwarno, S.Kep.,
kepala ruangan untuk
standar (SOP) di ruang Ivy SOP tentang : 2014 dan Nasria Ns., M.Kes
membahas SOP
operasional ruang Ivy tentang: cuci tangan, cuci tangan,
perawatan luka,
prosedur SOP): perawatan luka Latif Jauhari,
pemberian obat.
cuci tangan, 2. Mencarai literature di ruang Ivy AMK
tentang SOP: cuci
perawatan luka,
tangan, perawatan
pemberian obat, luka, prosedur
pemberian obat benar
di ruang Ivy
3. Menyusun SOP oleh
mahasiswa untuk
ruang Ivy
4. Memasang SOP di
ruangan Ivy
5. Mempraktikkan SOP
yang telah disusun
6. Evaluasi pelaksanaan
SOP di ruang Ivy

Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli – 12 Juli 2014

No Masalah Pokok Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing


98
99

Kegiatan Pelaksanaan Jawab


6 Belum adanya Modifikasi 1. Koordinasi Perawat Terealisasinya 2 Juli - 12 Tutik Suwarno, S.Kep.,
dengan kepala
pelabelan kotak pelabelan ruang Ivy pelabelan Juli 2014 Mujayanah Ns., M.Kes
ruang, PN, AN
sampah, belum tempat sampah tentang Kurang kotak sampah, dan Christie
jelasnya
tersedianya loker dan pengadaan belum Latif Jauhari, AMK
pelabelan kotak
obat pasien, kalender sarana di ruang sampah, loker tersedianya
obat, kalender,
di ruang tidur pasien, Ivy loker obat
jam dinding di
jam dinding di ruang dalam ruang pasien,
tidur, alas kamar
tidur pasien, alas kalender di
mandi, buku
kamar mandi pasien, absensi ruang tidur
mahasiswa,
tempat sampah di pasien, jam
papan identitas
ruang tidur pasien, pasien tiap bed, dinding di
tempat sampah
plastik kuning ruang tidur
khusus kamar
khusus sampah mandi, plastik pasien, alas
khusus sampah
medis, label ruangan kamar mandi
medis.
di ruang Ivy 2. Menyiapkan alat pasien, tempat
dan bahan.
sampah di
3. Menyusun label
nama tempat ruang tidur
sampah, loker
pasien, plastik
obat, kalender,
jam dinding, kuning khusus
buku absensi
sampah medis,
mahasiswa,
papan identitas label ruangan

99
100

pasien, tempat di ruang Ivy.


sampah khusus
kamar mandi,
plastik sampah
medis.
4. Implementasi
rencana kegiatan.
5. Evaluasi hasil
pelaksanaan.

100
101

BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Berdasarkan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun,
maka pelaksanaan dan evaluasi kegiatan menurut masalah sesuai pengkajian di Ruang
Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
Adapun pelaksanaan kegiatan (Implementasi) dilakukan selama 11 hari, yaitu
pada tanggal 2 Juli – 12 Juli 2014. Dibwah ini merupakan hasil dokumentasi
pelaksanaan kegiatan berdasarkan POA yaitu:

A. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Kepala Ruang, Primary Nurse, Associate Nurse


Dan Meeting Morning
2. Pelaksanaan
a. Langkah-Langkah Kegiatan
Langkah-langkah pelaksanaan ronde keperawatan mulai persiapan hingga evaluasi
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang, PN, dan AN
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014

No Kegiatan Pelaksanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat


Persiapan
1 Melakukan Ners Muda KaRu Tersusun dan di 3 Juli Ruang
koordinasi PN PN setujuinya 2014 Ivy
awal dengan AN checklist tronde
KaRu, PN keperawatan
2 Melakukan Ners Muda KaRu Mendapatkan 4-6 Juli Ruang
pengkajian PN PN data tentang 2014 Ivy
pelaksanaan AN pelaksanaan
tugas karu, ronde
PN, dan AN keperawatan di
ruang Bakung
Pelaksanaan
1 Melakukan Ners Muda KaRu Terlaksananya 10-12 Juli Ruang
role play PN ronde 2014 Ivy
pelaksanaan AN keperawatan di
Karu, PN, dan ruang Bakung
AN
Evaluasi
1 Evaluasi Ners Muda KaRu Terlaksananya 14 Ruang
pelaksanaan PN pelaksanaan Februari Ivy
AN tugas karu, PN 2013
dan AN

101
102

b. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 10– 12 Juli 2014 dengan uraian sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014
SLL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai 3 2 1 0

1 Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan √


kemampuan dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN √
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan √
ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk laporan
permasalahan dinas malam
4 Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk √
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan
diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan √
kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan √
AN
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf √
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
8. Memberika reinforcement positif kepada semua staff √
termasuk pada saat mengakhiri meeting morning kepada
dinas malam dan dinas pagi
9 Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan √
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui angket
setiap pasien akan pulang
10 Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore, √
malam, libur
11 Berperan serta sebagai konsultan √
12 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff melalui √
daftar hadir yang ada di ruang
13 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan √
keluarga

Jumlah 21 6 1 0
Persentase selalu: 21/28 x 100% = 75 % Persentase sering : 6/28 x 100% = 21,4%
Persentase kadang: 1/28 x 100% = 3,6 %

Tabel 4.3

102
103

Pelaksanaan Tugas PN
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014

103
104

10 s/d 12

SLL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai 3 2 1 0
1 Bertugas pada pagi hari √
2 Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN √
yang tugas malam
3 Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi √
tentang kondisi pasien segera setelah selesai
operan tugas jaga malam
4 Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai √
awal dan akhir tugas dilakukan setelah selesai
operan tugas jaga malam
5 Melakukan pre conference dengan semua AN √
yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai √
kemampuan dan beban kerja
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau √
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti di rekam keperawatan
8 Memonitor dan membimbing tugas AN √
9 Membantu tugas AN untuk kelancaran √
pelaksanaan asuhan pasien
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan √
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang
ada di bawah tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien √
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir √
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13 Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada √
AN yang tugas jaga berikutnya
14 Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup √
atau yang akan merawat selama pasien dirawat
atau kepada pasien/keluarga baru
15 Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore √
malam libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila √
pagi hari tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter √
dan tim kes lain setiap minggu
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas √
20 Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada √
AN minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/
bed side teaching)
Jumlah 27 12 2 0
Persentase selalu: 27/41 x 100% = 65,8 % 104
Persentase sering : 12/41 x 100%= 29,2%
Persentase kadang: 2/41 x 100% = 5 %
105

Tabel 4.4
Pelaksanaan Tugas AN
Di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014

Evaluasi
No Variabel Yang Dinilai Ya Tidak
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari √
dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien √
segera setelah selesai operan setiap pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang √
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal √
tugas
5 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang √
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam √
keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga √
kepada PN
8 Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada √
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk √
mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien √
yang menjadi tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien √
yang menjadi tanggung jawabnya
12 Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada √
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
13 Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam √
grup yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore malam √
libur
15 Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila √
ada masalah pasien pada sore malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain √
setiap seminggu sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan √
di ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN √

105
106

19 Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik √


keperawatan
Jumlah 128 24
Sub Total (n = 8) 84,2% 15,8
%
Total (%) 100%

Tabel 4.5
Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014

No Variabel Yang Dinilai Observasi


SL SR KD TP
3 2 1 0
1 Karu menyiapkan tempat untuk melakukan √
meeting morning
2 Karu memberikan arahan kepada staf √
dengan materi yang telah disiapkan
sebelumnya
3 Karu melakukan klarifikasi apa yang telah √
disampaikan kepada staf
4 Memberikan kesempatan kepada staf untuk √
mengungkapkan permasalahan yang muncul
di ruangan
5 Bersama-sama staf mendiskusikan √
pemecahan masalah yang dapat ditempuh
6 Karu memberi motivasi dan reinforcement √
kepada staf
7 Meeting morning diikuti oleh seluruh staff √
Jumlah 18 2 0 0
Total 90% 10% 0 0
Persentase Selalu: 18/20 x 100% = 90%
Persentase Sering : 2/20 x 100%= 10%

1. Evaluasi
a. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Evaluasi didapatkan kenaikan hasil pada presentasi selalu dari 54,5%
menjadi 75% sebesar 20,5%, pada persentase sering dari 0% menjadi
21,4% sebesar 21,4%, pada persentase kadang mengalami penurunan dari
45,5% menjadi 3,6% sebesar 41,9%. Kesimpulannya hasil evaluasi tugas

106
107

Ka. Ru diperoleh persentase peningkatan selalu menjadi 75%, hal ini


masuk dalam kategori cukup baik.
b. Pelaksanaan Tugas Primary Nurse
Evaluasi didapatkan kenaikan hasil pada presentasi selalu dari 0% menjadi
65,8% sebesar 65,8%, pada persentase sering dari 0% menjadi 29,2%
sebesar 29,2%, pada persentase kadang mengalami penurunan dari 20%
menjadi 5% sebesar 15%. Kesimpulannya hasil evaluasi tugas PN
diperoleh persentase peningkatan selalu menjadi 65,8%, hal ini dalam
kategori cukup baik.
c. Pelaksanaan Tugas Associate Nurse
Evaluasi didapatkan kenaikan hasil dari 64% menjadi 84,2% sebesar
20,2%. Kesimpulannya hasil evaluasi tugas AN diperoleh persentase
peningkatan menjadi 84,2%, hal ini masuk dalam kategori baik.
d. Pelaksanaan Meeting Morning
Evaluasi didapatkan kenaikan hasil pada presentasi selalu dari 0% menjadi
90% sebesar 90%, pada persentase sering dari 0% menjadi 10% sebesar
10%. Kesimpulannya hasil evaluasi meeting morning diperoleh persentase
peningkatan selalu menjadi 90%, hal ini masuk dalam kategori baik.

B. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Operan Jaga

Tabel 4.5
Evaluasi Pelaksanaan Operan Jaga
Di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
12 Juli 2014

107
108

No Variabel yang di nilai SLL SR KDG TK


(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan tempat serah terima tugas jaga √
2 Serah terima tugas diikuti karu PN, AN √
3 Di dahuluhi dengan doa bersama √
4 Komunikasi antar pemberian tanggung jawab dan √
penerimaan tanggung jawab dilakukan di depan pintu
dengan suara pelan / tidak ribut
5 Menyebutkan identitas pasien, DX medis, DX √
keperawatan , tindakan keperawatan tang telah
dilakukan beserta waktu pelaksanaan
6 Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakkan √
keperawatan yang belum dilakukan
7 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama sif √
8 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah √
dilakukan ( bila ada )
9 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan. √
10 Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta √
waktunya yang dilakukan selama sif
11 Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan √
selama sif
12 Menginformasikan kepada pasien / keluarga nama √
perawat shif berikutnya pada akhir tugas
13 Memberi salam kepada pasien keluarga serta √
mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menayakan keluhan-keluhan pasien ( dalam rangka
klarivikasi )
Total 12 6 6 0
Persentase 24
X 100=61,5 %
39
Evaluasi pelaksanaan operan jaga dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014 dengan
perolehan hasil belum mencapai target yang diinginkan (100 %). Karena dalam
pelaksanaan operan jaga dari 76,9 % pada tanggal 07 Juli 2014 mengalami penurunan
menjadi 61,5 % pada tanggal 12 Juli 2014. Hal ini disebabkan diantaranya ada
perawat yang datang terlambat saat pergantian shift jaga sehingga tidak dilakukan
operan jaga.

C. Upaya Meningkatkan Pre Dan Post Conference


a. Pelaksanaan Pre-Conference
Pelaksanaan pre-conference dilakukan selama 2 – 7 Juli 2014 yang sebelumnya
telah dilakukan role play oleh mahasiswa.

108
109

Tabel 4.6
Evaluasi Pelaksanaan Pre-Conference
2-7 Juli 2014

Observasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP
1 Menyapkan ruangan / tempat √
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
2 √
jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference √
4 Memandu pelaksanaan pre conference √
Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan
5 √
rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang
6 √
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
7 √
pasien/tindakan
Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
8 √
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan
9 keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung √
jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN √
11 Menyimpulkan hasil pre conference √
Jumlah 9 1 1
Total : SL : 9 SR : 1 KD : 1

b. Hasil
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pre-conference
di Ruang Ivy 88.81 % kategori SL, 6.66 % kategori SR, dan 3.03 % kategori KD
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pre-conference sudah baik
dibandingkan saat observasi pada tanggal 23-25 Juni 2014, 100 % tidak dilakukan.

Tabel 4.7
Evaluasi Pelaksanaan Post-Conference
2-7 Juli 2014

a. Pelaksanaan Post Conference

No VARIABEL YANG DINILAI Observasi

109
110

SL SR KD TP
N % N% N % %

1 Menyiapkan ruangan / tempat √


Menyiapkan rekam medik pasien yang
2 √
menjadi tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan dilakukannya post
3 √
conference
Menerima penjelasan dari AN tentang
4 hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan √
yang telah dilakukan AN
Mendiskusikan masalah yang telah
ditemukan dalam memberikan ASKEP
5 √
pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
6 Memberi reinforcement pada AN √
7 Menyimpulkan hasil post conference √
Mengklarifikasi pasien sebelum
melakukan operan tugas jaga shift jaga
8 √
berikutnya (melakukan ronde
keperawatan)
Jumlah 4 1 2 1
Sub Total : SL : 4 SR : 1 KD : 2 TP : 1

b. Hasil
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan post
conference di Ruang Ivy 5 % kategori SL, 8.33 % kategori SR, dan 8.33 %
kategori KD sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan post-conference di
Ruang Ivy adalah kurang baik.

D. Upaya Penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


a. Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan:
Penyusunan SAK diagnosa gangguan jiwa dan diagnosa penyerta psikogeriatri
dilakukan untuk melengkapi SAK yang belum ada berdasarkan 10 diagnosa gangguan

110
111

jiwa dan 12 besar diagnosa penyerta yang terjadi di Ruang Ivy dalam 1 bulan terakhir
(Juni-Juli) secara garis besar langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
Tabel 4.8
Pelaksanaan Penyusunan SAK
2-12 Juli 2014

No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu &


Tempat
A. PERSIAPAN
1 Mengkaji AN Ners Karu, PN Mendapatkan data 03 Juli 2014
Kelengkapan tentang kelengkapan
SAK di ruang Ivy SAK sesuai dengan 10 Ruang Ivy
diganosa gangguan jiwa
dan 12 besar diagnosa
penyakit penyerta
psikogeriatri yang
terjadi di ruang Ivy
2 Melakukan koordinasi
dengan Karu dalam AN Ners Karu Mendapatkan 04 Juli 2014
seminar awal persetujuan dari Karu Ruang Ivy
penyusunan POA ruang Ivy

1 B. PELAKSANAAN
Mencari literatur tentang Sumber Mendapatkan literatur 03 Juli 2014
Asuhan Keperawatan pustaka Ruang
pada pasien gangguan diagnosa Helikonia
jiwa dan diagnosa gangguan NANDA,
penyerta pada pasien jiwa dan NIC, NOC
psikogeriatri diagnosa
penyerta
2 Menyusun SAK psikogeria Tersusun SAK diagnosa 05 Juli 2014
diagnosa penyerta tri gangguan jiwa dan Base camp
berdasarkan NANDA, diagnosa penyerta mahasiswa
NIC, NOC. manajemen
SAK Dapat melakukan keperawatan
3 Koordinasi SAK kepada diagnosa penyusunan SAK sesuai
pembimbing manajemen ganguuan dengan standar 06 Juli 2014
keperawatan jiwa dan Ruang Ivy
C. EVALUASI diagnosa
1 Penyusunan SAK tentang penyerta
diagnosa gangguan jiwa dan
diagnosa penyerta Terealisasinya SAK
gangguan jiwa psikogeriatri setelah adanya format 10, 11, 12
tersusun 100% AN askep psikogeriatri di Juli 2014
ruang Ivy

111
112

b. Hasil
Dari hasil penyusunan tabel SAK diagnosa gangguan jiwa dan diagnosa penyerta
gangguan jiwa psikogeriatri dapat tercapai 100 %. Penyusunan SAK dilaksanakan
mulai tanggal 02 juli-07 juli 2014 penyusaunan SAK gangguan jiwa tersusun 10
diagnosa dan diagnosa penyerta gangguan jiwa 12 melalui beberapa terapan yang
telah direncanakan mulai standar 1 pengkajian, standar 2 diagnosa keperawatan,
standar 3 perencanaan keperawatan, standar 4 implementasi/ pelaksanaan
keperawatan, standar 5 evaluasi. Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12 Juli
2014.

Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari Karu, PN, dan AN di Ruang Ivy.
b. Tersedianya literatur tentang SAK gangguan jiwa.

2. Faktor Penghambat
a. Belum tersedianya format asuhan keperawatan psikogeriatri di Ruang Ivy.
b. Belum adanya sosialisasi penulisan asuhan keperawatan psikogeriatri di
Ruang Ivy.

Kesinambungan
1. SAK diagnosa gangguan jiwa dan diagnosa penyerta gangguan jiwa psikogeriatri
diharapkan dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
psikogeriatri.
2. Diharapkan SAK yang sudah ada di Ruangan Ivy dapat dievaluasi dan di-update
kembali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.

E. Upaya Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)


Cuci Tangan Enam Langkah
1. Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan:

112
113

Langkah-langkah pelaksanaan cuci tangan yang benar menurut WHO (World Health
Organization), mulai persiapan hingga evaluasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10
Pelaksanaan Penyusunan SOP Cuci Tangan (WHO)
2-12 Juli 2014

No Kegiatan Pelaksanaa Sasaran Tujuan


n Tempat &
Waktu
1. A.Persiapan An, Ners Karu, PN Tersusun dan Ruang Ivy
Melakukan disetujuinya langkah – 2 Juli
koordinasi awal langkah mencuci tangan 2014
dengan Karu yang benar menurut
dalam menyusun WHO
langkah – langkah
cuci tangan yang
benar menurut
WHO

2. Melakukan An, Ners Karu, Mendapatkan data


pengkajian PN,AN tentang pelaksanaan 2-4 Juli
pelaksanaan cuci langkah – langkah cuci 2014
tangan yang benar tangan yang benar di
ruang IVY

1. B. Pelaksanaan
Menyusun langkah An, Ners Karu, PN Tersusun dan 5-6 Juli
– langkah cuci disetujuinya langkah – 2014
tangan yang benar langkah cuci tangan
menurut WHO dan yang benar menurut
mengkonsultasikan WHO dan pentingnya
ke Karu mencuci tangan bagi
perawat dan pasien

2. Sosialisasi dan An, Ners Karu, Karu, PN,AN dapat


pelaksanaan PN,AN melaksanakan langkah – 7 Juli
langkah – langkah langkah cuci tangan 2014
cuci tangan yang yang benar menurut
benar menurut WHO
WHO

3. Melakukan Role An, Ners Karu, Terlaksananya mencuci


Play langkah – PN,AN tangan yang benar 8 Juli
langkah mencuci menurut WHO di ruang 2014
tangan yang benar IVY

113
114

menurut WHO di
ruang IVY

C. evaluasi
Evaluasi An, Ners Karu, Terlaksananya cuci
pelaksanaan PN,AN tangan yang benar
mencuci tangan menurut WHO di ruang 11 Juli
yang benar IVY 2014
menurut WHO di
ruang IVY

b. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mulai 2 Juli-12 Juli 2014.

Tabel 4.11
Pelaksanaan Penyusunan SOP Cuci Tangan (WHO)
Di Ruang Ivy
2-12 Juli 2014
No Kegiatan Jumlah Sampel
( n=11 )
Ya Tidak
1. Menggosok telapak tangan dengan cairan yang 11 0
berbasis alcohol/sabun
2. Menggosok telapak kanan diatas punggung kiri dan 11 0
telapak kiri di atas punggung tangan kanan
Menggosok telapak dengan telapak dan jari saling
berkait
3. Menggosok telapak dengan telapak dan jari saling 11 0
terkait
4. Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan 6 5
jari saling mengunci
5. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan 0 11
sebaliknya.
6. Jari kiri menguncup gosok memutar ke kanan dan ke 0 11
kiri pada telapak kanan dan sebaliknya dan biarkan
mongering dengan sendirinya.
7. Mencuci tangan seluruhnya dengan bersih 11 0
8. Mengeringkan tangan dengan handuk dan gunakan lap 11 0
untuk mematikan kran.

Jumlah 59% 41%

2. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan langkah – langkah mencuci tangan yang benar menurut WHO
dilakukan pada tanggal 03-08 Juli 2014 adalah yang melakukan cuci tangan benar 59%
dan yang tidak melakukan 41%. Hal tersebut terbukti dengan adanya Protap yang

114
115

sudah dibuat WHO (World Health Organization), karena pentingnya mencuci tangan
untuk proses penyembuhan dan menghindari timbulnya penyakit lain pada pasien dan
perawat.
1) Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari seluruh perawat Ruang Ivy baik Karu, PN, maupun AN.
b. Perawat Ruangan Ivy memahami pelaksanaan langkah-langkah cuci tangan
yang benar menurut WHO.
2) Kesinambungan
a. Dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkesinambungan,
maka dibutuhkan kerjasama dan kesadaran akan pentingnya mencuci tangan
yang benar pada perawat dalam proses keperawatan terhadap pasien.
b. Dalam pelaksanaan mencuci tangan diharapkan perawat menerapkan media
edukasi yang telah tersedia untuk mengoptimalkan pelaksaan cuci tangan
yang benar.

Perawatan Luka Dekubitus


Adapun untuk penyusunan SOP Perawatan luka dekubitus sudah tersusun 100%.
Adapun untuk susunan SOP terdapat di lampiran bab selanjutnya.

Langkah Dan Enam Benar Pemberian Obat


Untuk penyusunan SOP enam benar pemberian obat sudah tercapai 100%. Berikut
adalah SOP enam benar pemberian obat.

Prinsip enam benar pemberian obat adalah sebagai berikut:


1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non-
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2. Benar Obat
115
116

a. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat, jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.

b. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat


memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3. Benar Dosis
a. Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya
perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 ampul, dosisnya berapa? Ini penting! karena 1 ampul
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg, ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg, jadi perawat harus tetap hati-hati
dan teliti.

4. Benar Cara/ Rute


Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan per-oral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral

116
117

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset/ per-infus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar/ kejang (stesolid supp). Pemberian obat
per-rektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernapasan. Saluran napas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol
(ventolin), combivent, berotec untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.

5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

117
118

6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

118
119

F. Upaya Pengoptimalan Sarana dan Prasarana Yang Sudah Ada

1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pengoptimalan sarana dan prasarana adalah berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4.12
Pelaksanaan Pengoptimalan Sarana Dan Prasarana
Ruang Ivy
3-7 Juli 2014

NO TARGET RENCANA KEGIATAN KEGIATAN (IMPLEMENTASI)


1 1. Terealisasinya 1. Koordinasi dengan kepala ruang, Kamis: 3 Juli 2014
pelabelan kotak PN, AN tentang rencana pelabelan 1. Menyiapkan dan memasang label sampah medis dan non
sampah. kotak sampah, loker obat, medis pada seluruh tempat sampah di ruangan sejumlah 5
2. Belum kalender, jam dinding di dalam tempat sampah.
tersedianya loker ruang tidur, alas kamar mandi, 2. Menambah 2 box file di meja perawat.
obat pasien, buku absensi mahasiswa, papan 3. Koordinasi dengan kepala ruang dan K3 untuk penyediaan
kalender di ruang identitas pasien tiap bed, tempat plastik kuning untuk sampah medis.
tidur pasien, jam sampah khusus kamar mandi,
dinding di ruang plastik khusus sampah medis. Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
tidur pasien, alas 2. Menyiapkan alat dan bahan. Kegiatan 1, 2, 3 telah dilaksanakan
kamar mandi 3. Menyusun label nama tempat
pasien, tempat sampah, loker obat, kalender, jam Planning Lanjut:
sampah di ruang dinding, buku absensi mahasiswa, 1. Koordinasi dengan kepala ruangan dan perawat.
tidur pasien. papan identitas pasien, tempat 2. Persiapan pelabelan ruangan.
3. Belum terpasang sampah khusus kamar mandi, 3. Penambahan tempat sampah sebanyak satu buah dan
plastik kuning plastik sampah medis, box file. pelabelannya di kamar pasien untuk contoh ruangan.
khusus sampah 4. Implementasi rencana kegiatan. 4. Persiapan penyediaan keset dan alas kamar mandi untuk
medis, label 5. Evaluasi hasil pelaksanaan mencegah cidera pasien.
ruangan di ruang 5. Persiapan penyediaan loker obat pasien, jam dinding, dan
Ivy. kalender di kamar pasien.

119
120

NO TARGET RENCANA KEGIATAN KEGIATAN (IMPLEMENTASI)


2 1. Terealisasinya 1. Koordinasi dengan kepala ruang Jumat: 4 Juli 2014
pelabelan ruangan. tentang rencana pemasangan 1. Melakukan koordinasi dengan kepala ruang dan perawat
2. Tersedianya loker pelabelan kotak sampah, loker tentang rencana kegiatan hari ini.
obat pasien, obat, kalender, jam dinding di 2. Menyiapkan dan memasang label ruangan.
kalender di ruang dalam ruang tidur, alas kamar 3. Menempatkan tempat sampah yang sudah diberikan label
tidur pasien, jam mandi, buku absensi mahasiswa, non medis di ruangan pasien putra.
dinding di ruang papan identitas pasien tiap bed, 4. Menempatkan loker obat pasien, dan pelabelan nama
tidur pasien, alas tempat sampah khusus kamar pasien di loker obat, di lemari peralatan kebutuhan pasien
kamar mandi mandi, plastik khusus sampah serta menyediakan buku khusus absensi mahasiswa.
pasien, tempat medis.
sampah di ruang 2. Menyiapkan alat dan bahan. Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
tidur pasien. 3. Memasang label nama tempat Kegiatan 1, 2, 3 telah dilaksanakan namun untuk kegiatan
3. Tersedianya dan sampah, loker obat, kalender, yang belum terlaksana adalah: penyediaan papan nama pasien
terpasang plastik jam dinding, buku absensi di setiap bed, kalender, dan jam dinding serta pemasangan
kuning khusus mahasiswa, papan identitas alas kamar mandi dan keset kamar mandi pasien.
sampah medis, pasien, tempat sampah khusus
label ruangan di kamar mandi, plastik sampah Planning Lanjut:
ruang Ivy. medis. 1. Koordinasi dengan kepala ruangan dan perawat untuk
4. Pemasangan alas kamar mandi rencana penyediaan keset dan alas kamar mandi pasien
pasien dan keset. untuk mencegah cidera pasien.
5. Evaluasi hasil pelaksanaan. 2. Persiapan pembelian alas kamar mandi, keset, jam dinding
dan kalender untuk ruangan pasien.

120
121

NO TARGET RENCANA KEGIATAN KEGIATAN (IMPLEMENTASI)


3 1. Terealisasinya alas 1. Koordinasi dengan kepala Sabtu: 5 Juli 2014
kamar mandi, keset, ruang tentang rencana 1. Melakukan koordinasi dengan kepala ruang dan perawat
jam dinding dan pemasangan alas kamar tentang rencana kegiatan hari ini.
kalender di ruangan mandi pasien, keset, jam 2. Mencari alat dan bahan (alas kamar mandi dan keset).

121
122

pasien. dan kalender di ruangan 3. Memesan jam (berlogo institusi kampus dan mahasiswa)
2. Efektifnya pasien. dan kalender.
penyediaan 2. Menyiapkan alat dan bahan
peralatan terhadap (menyiapkan alas kamar Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
kenyamanan dan mandi dan keset, memesan Kegiatan 1, 2, 3 sudah dilakukan namun untuk jam dan
keamanan pasien di kalender, dan jam untuk kalender memerlukan waktu 3 hari untuk bisa direalisasikan
ruang Ivy. ruangan pasien). karena waktu pembuatan selama 3 hari.
3. Evaluasi hasil pelaksanaan.
Planning Lanjut:
1. Koordinasi dengan kepala ruangan dan perawat untuk
rencana pemasangan keset dan alas kamar mandi untuk
mencegah cidera pasien.
2. Evaluasi efektifitas pemasangan alas kamar mandi
terhadap kenyamanan dan keamanan pasien.
3. Persiapan alat dan bahan untuk pemasangan jam dan
kalender di ruang pasien putra dan putri

NO TARGET RENCANA KEGIATAN KEGIATAN (IMPLEMENTASI)


4 1. Terealisasinya 1. Koordinasi dengan kepala Selasa: 8 Juli 2014
pemasangan alas ruang tentang rencana 1. Melakukan koordinasi dengan kepala ruang tentang
kamar mandi, dan pemasangan alas kamar rencana kegiatan hari ini.
keset di ruangan mandi pasien, keset di 2. Memasang alas kamar mandi pasien pada satu ruangan

122
123

pasien. ruangan pasien. kamar mandi putra serta memasanga keset di depan kamar
2. Efektifnya 2. Menyiapkan alat dan bahan mandi untuk percontohan ruangan.
pemasangan alas (menyiapkan alas kamar 3. Mengevaluasi hasil pelaksanaan.
kamar mandi dan mandi dan keset).
keset terhadap 3. Memasang alas kamar Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
kenyamanan dan mandi pasien pada satu Kegiatan 1, 2 sudah dilakukan namun untuk evaluasi
keamanan pasien di ruangan kamar mandi putra menunggu samapai pasien lansia putra menggunakan kamar
ruang Ivy. serta memasanga keset di mandi tersebut.
depan kamar mandi untuk
percontohan ruangan. Planning Lanjut:
4. Evaluasi hasil pelaksanaan 1. Modifikasi alas kamar mandi bila tidak sesuai atau kurang
aman bagi pasien.
2. Evaluasi efektivitas pemasangan alas kamar mandi
terhadap kenyamanan dan keamanan pasien

NO TARGET RENCANA KEGIATAN KEGIATAN (IMPLEMENTASI)


5 1. Tersedianya jam 1. Koordinasi dengan perawat Jumat: 11 Juli 2014
dinding dan tentang rencana pemasangan 1. Melakukan koordinasi dengan perawat tentang rencana
kalender di ruang jam dinding dan kalender di pemasangan jam dinding dan kalender di ruangan pasien.
pasien putra dan ruangan pasien. 2. Menyiapkan alat dan bahan

123
124

putri. 2. Menyiapkan alat dan bahan 3. Memasang jam dinding dan kalender di ruangan pasien
2. Efektifnya 3. Memasang jam dinding dan putra dan putri
pemasangan jam kalender di ruangan pasien 4. Mengevaluasi hasil pelaksanaan.
dinding dan putra dan putri
kalender di ruang 4. Evaluasi hasil pelaksanaan Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
pasien di ruang Ivy. Kegiatan 1, 2, 3, sudah dilakukan namun untuk evaluasi
menunggu sampai pasien lansia putra dan putri mampu
memanfaatkan pemasangan kalender dan jam dinding yang
sudah disediakan.

Planning Lanjut:
1. Evaluasi efektivitas pemasangan jam dinding dan kalender
di ruangan pasien

124
125

b. Hasil dan Evaluasi


Untuk pengoptimalan sarana dan prasarana seperti: belum adanya pelabelan
kotak sampah, belum tersedianya loker obat pasien, kalender di ruang tidur pasien,
jam dinding di ruang tidur pasien, tempat sampah di ruang tidur pasien, plastik
kuning khusus sampah medis, label ruangan di Ruang Ivy sudah tercapai 100%.
Namun untuk pemasangan alas kamar mandi untuk mencegah cidera pasien belum
efektif, karena faktor tata ruang kamar mandi yang belum bisa dipasang alas kamar
mandi, untuk itu perlunya dilakukan modifikasi pintu kamar mandi agar
pemasangan alas dapat dilaksanakan.
1. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari seluruh perawat Ruang Ivy baik Karu, PN, maupun
AN.
b. Perawat Ruangan Ivy memahami pentingnya pencegahan risiko jatuh dan
cidera pada pasien lansia dengan menyediakan alas pada lantai kamar mandi
pasien.
2. Kesinambungan
Dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkesinambungan,
maka dibutuhkan kerjasama dan kesadaran akan pentingnya pencegahan risiko
jatuh dan cidera pada pasien lansia yang sering terjadi di kamar mandi pasien.

G. Hasil Pelaksanaan POA


Pelaksanaan role play oleh Program Studi Profesi Ners Stikes Yogyakarta di Ruang Ivy
dilaksanakan pada tanggal 2–7 Juli 2014. Adapun evaluasi dilakukan pada tanggal 10–13
Juli 2014 dengan perbandingan hasil sebagai berikut:

125
126

Diagram 4.1
Perbandingan Hasil Sebelum Dan Sesudah Implementasi POA
Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

Hasil Perbandingan Sebelum dan Sesudah Implementasi POA

pre post
89% 90%

77% 75%

59%
55%

23%

5%
0% 0% 0% 0%
pre post operan jaga meeting cuci tangan pelaksanaan
conference conference morning tugas karu

Dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil


yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya implementasi POA
(Planning Of Action) di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.

126
127

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan tugas karu mengalami peningkatan dari sebelumnya persentase hanya
hanya 54,5% dilakukan sekarang menjadi 75% dilakukan (kategori cukup baik).
2. Pelaksanaan tugas PN juga mengalami peningkatan, dari persentase 20% dilakukan
menjadi 65,8% selalu dilakukan (kategori cukup baik).
3. Pelaksanaan tugas AN juga mengalami peningkatan dari persentase 64% dilakukan
menjadi 90% selalu dilakukan (kategori baik).
4. Pelaksanaan pre-conference juga mengalami peningkatan persentase, dari 100%
tidak pernah dilakukan menjadi 88,81% selalu dilakukan (kategori baik).
5. Pelaksanaan post-conference juga mengalami peningkatan persentase, dari 100%
tidak pernah dilakukan menjadi 5% selalu dilakukan (kategori tidak baik).
6. Pelaksanaan operan juga mengalami peningkatan persentase, dari 100% tidak pernah
dilakukan menjadi 76,9% dilakukan (kategori baik).
7. Pelaksanaan universal precaution khususnya cuci tangan mengalami peningkatan
dari persentase 23% menjadi 59% dilakukan (kategori cukup baik).
8. Pelaksanaan perlengkapan sarana dan prasarana tercapai 60%.
9. Pelaksanaan pembuatan SOP mencapai target POA yaitu 100% telah dibuat.
10. Pelaksanaan pembuatan SAK mencapai persentase 100% dilakukan.
11. Evaluasi proses yang mengalami peningkatan paling signifikan adalah pelaksanaan
pre-conference sebanyak 88,81%.
12. Evaluasi proses yang mengalami peningkatan terendah adalah pelaksanaan post-
conference hanya 5%.

B. SARAN
1. Bagi RSJD Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah:
a. Agar lebih meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dalam hal asuhan
keperawatan dengan mengoptimalkan pelaksanaan MPKP.
b. Ada program alih pengetahuan dari peserta terlatih MPKP yang ada di RD dengan
perawat yang lain.
c. Adanya evaluasi secara periodik pelaksanaan MPKP di seluruh ruangan di RSJD
Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
127
128

d. Adanya peningkatan perlengkapan sarana dan prasarana RS khususnya di Ruang


Ivy.

2. Bagi Kepala Ruang Ivy


a. Dapat mempertahankan kepatuhan SDM di Ruang Ivy dalam pelaksanaan MPKP
di ruangan.
b. Dapat memberikan motivasi kepada perawat untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerja dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
tujuan dari proses MPKP dan SAK yang akan disosialisasikan.

3. Bagi SDM Di Ruang Ivy


a. Perawat diharapkan untuk lebih mengoptimalkan lagi pelaksanaan MPKP
terutama untuk pelaksanaan pre dan post conference dan operan jaga.
b. Perawat diharapkan untuk lebih mengoptimalkan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan serta meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
c. Perawat diharapkan mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan cuci tangan
yang benar serta pelaksanaan universal precaution.

128
129

DAFTAR PUSTAKA

129

Anda mungkin juga menyukai