Laporan Manajemen BAB I - V
Laporan Manajemen BAB I - V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu
pesat didukung oleh adanya jalur komunikasi yang canggih sehingga mempercepat
penyebarluasan informasi global. Arus informasi tersebut sangat berpengaruh pada
peningkatan dan pengetahuan masyarakat dan menyebabkan pola pikir yang kritis dalam
memandang segala hal dan mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik termasuk
dalam dunia kesehatan. Pengertian kesehatan disini sudah lebih diarahkan untuk hidup
lebih produktif, sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang nomer 36 tahun 2009
tentang kesehatan, yang menyebutkan: “ Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”. Untuk itu dalam bidang pelayanan kesehatan mengalami perubahan yang
signifikan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional, sebagai
bagian dari tuntutan perkembangan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien
dan keluarga. Pelayanan lanjutan berikutnya adalah pelayanan yang lebih tinggi
merupakan pelayanan di Rumah Sakit Jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk
kesehatan jiwa. Lingkup Rumah Sakit Jiwa ada 4 kegiatan yaitu kegitan pelayanan medis,
yang terdiri dari pencegahan, pengobatan, dan perawatan serta rehabilitasi (pembinaan).
Yang kedua yaitu pendidikan dan latihan, usaha untuk meningkatkan kualitas rumah sakit.
Ketiga adalah kegiatan penelitian dan pengembangan, usaha untuk menemukan faktor
penyebab gangguan jiwa sedini mungkin, dan yang keempat adalah informasi dan
rujukan. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar, dan padat modal. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian
kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik
dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan
mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu
disemua tingkatan termasuk keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan.
Rumah sakit jiwa daerah (RSJD) Dr.RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tipe A yang
memberikan pelayanan kesehatan yang terutama untuk kesehatan jiwa dan kesehatan
1
2
masyarakat yang bersifat umum bagi masyarakat disekitar wilayah Provinsi Jawa Tengah
dan berbagai daerah di luar Provinsi Jawa Tengah. RSJD Provinsi Jawa Tengah terdiri
dari berbagai macam ruang perawatan, salah satu diantaranya adalah Ruang Ivy. Ruang
Ivy merupakan salah satu ruang perawatan kelas III di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah yang memberikan perawatan pada pasien lansia dengan gangguan
jiwa dimana pasien tersebut sudah diperbolehkan keluar dari ruang IPIP (Edelweis) atau
ruangan lain dengan kategori lansia dengan kasus antara lain: segala jenis skizofrenia
seperti skizofrenia residual, skizofrenia tak terinci, dan skizofrenia umum. Dari hasil
pengkajian di Ruang Ivy secara garis besar didapatkan bahwa masih ada pelayanan
keperawatan yang diberikan belum optimal dan profesional, dimana asuhan yang
diberikan kepada pasien belum komprehensif, terpilah-pilah, dan berorientasi pada tugas
bukan berorientasi kepada kebutuhan pasien yaitu pasien, keluarga, dan masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan. Keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien terutama ditempat pelayanan kesehatan khususnya
di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Untuk itu akan
dikembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Hal ini dimaksudkan
agar Rumah Sakit Jiwa dalam berperan optimal sebagai rujukan tertinggi (top referral)
pelayanan kesehatan jiwa.
Berdasarkan uraian di atas pelayanan keperawatan sebagai inti pelayanan kesehatan
merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang kontribusi
perawatannya dapat membentuk praktik keperawatan. Perkembangan praktik keperawatan
ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Manajemen
keperawatan merupakan komunikasi efektif yang menjamin semua tingkat pekerjaan,
mengetahui misi dan tujuan, filosofi, dan sasaran khusus dari institusi. Manajemen
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional dimana tim keperawatan dikelola
dengan pendekatan fungsi-fungsi manajemen mulai planning, organizing, actuating, dan
controlling. Oleh karena itu, pembelajaran tentang manajemen keperawatan sudah
dimulai di pendidikan akademik dan diaplikasikan dalam bentuk praktik di lingkungan
pendidikan. Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Yogyakarta juga mengaplikasikan MPKP yang dilaksanakan pada Stase Manajemen
Keperawatan.
2
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan mampu memahami dan
mampu mengaplikasikan manajemen keperawatan di ruang rawat inap Ivy RSDJ Dr.
RM Soedjarwadi Jawa tengah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan praktik stase manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Melakukan pengkajian tentang gambaran umum Ruang Ivy RSDJ Dr. RM
Soedjarwadi Jawa Tengah.
b. Melakukan analisa dari aspek manajemen di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi
Jawa Tengah.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di Ruang Ivy
RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
d. Menyusun rencana kegiatan (Plan Of Action/ POA) untuk mengatasi permasalahan
yang ada di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiataan yang telah
disusun sesuai prioritas di Ruang Ivy RSDJ Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karateristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan,
penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan
Profesional.
E. Peserta Praktik
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Yogyakarta Tahun 2014 dengan anggota :
1. Christie Damayanti, S.Kep
2. Maratul Karomah, S.Kep
3. Nina Permata Sari, S.Kep
4. Nurcahyadi, S.Kep
5. Rahmadika Kurniyadi, S.Kep
6. Ropi Puspitasari, S.Kep
7. Ruly Astuti, S.Kep
8. Tutik Mujayanah, S.Kep
9. Whidi Purnomo, S.Kep
10. Dewi Melyan, S.Kep
11. Ropiah Hapsari, S.Kep
12. Anggrayeni Purba, S.Kep
13. Nasria, S.Kep
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2. Pendekatan Manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM (sumber daya manusia), yaitu
ada garis koordinasi yang jelas antar PP (perawat primer) dan PA (perawat
anggota). Performa PA dalam satu tim menjadi tanggng jawab PP. Dengan
demikian PP (perawat primer) adalah seorang manajer asuhan keperawatan.
Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen
dan kepemimpinan sebagai PP sehingga mampu menjadi manajer yang efektif
dan pemimpin yang efektif.
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi
pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4. Hubungan Profesional
Hubungan profesional dilakukan oleh PP, PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medis.
5. Sistem Kompetensi dan Penghargaan
PP (perawat primer) dan timnya berhak atas kompetensi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi serta penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian
daru asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
6
7
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang
telah dikembangkan di RSU. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis,
yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang SPK,
namun Kepala Ruangan dan Ketua Tim minimal dari D3 Keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan, yaitu:
a. MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi
Kepala Ruangan (Ka.Ru) dan Ketua Tim (Ka.Tim) mempunyai pendidikan
minimal S1 Keperawatan.
b. MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan dan
jiwa.
c. MPKP III
MPKP advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter spesialis jiwa yang
bekerja di area keperawatan jiwa (Budi Anna Keliat, 2010). MPKP telah
diterapkan di berbagai RSJ di Indonesia (Bogor, Lawang, Pakem, Semarang,
Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang dikembangkan
7
8
C. KESEHATAN JIWA
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi:
a. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri.
b. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain.
c. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda sehari-hari.
Beberapa pengertian manusia :
a. Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan rohani.
b. Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh).
c. Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-insting kepuasan), ego (kesadaran
realitas-prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud).
8
9
3. Model Keperawatan
a. Psychoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting), ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma
agama (super ego/ das uber ich) akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (Deviation of behavior).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya
konflik intrapsikis terutama masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan
pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna,
tidak adanya stimulus belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan
untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya.
Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa
lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan yang sangat ngantuk. Dalam
keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatik masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan
yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua
pikiran dan mimpinya, sedangkan terapis berupaya untuk
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assesment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksa orang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secara kasar, ditelantarkan, diasuh dengan
kekasaran, diperkosa pada masa kanak-kanak), dengan menggunakan
pendekatan komunikasi teraupetik setelah terjalin trust (saling percaya).
10
11
orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan
(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
intropeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jati
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari
orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya
dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi
aktivitas kelompok. Terapis berupaya untuk memperluas kesadaran diri
klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment.
12
13
D. Unsur Input
1. Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalansi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis/ keperawatan yang terganggu kondisi
kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO). Ditetapkan sebagai rumah
sakit khusus kelas A berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.216/Menkes/VI/2013 tanggal 10 Juni 2013 tentang Pentetapan Kelas RSJD
Dr. RM. Soedjarwadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
15
16
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam dengan
kriteria:
a) Segalanya diberikan/ dibantu.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT (nasogastric tube), menggunakan terapi
intravena.
d) Pemakaian suction.
e) Gelisah/ disorientasi
4. Peserta Didik
Peserta didik merupakan input dalam organisasi menurut UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangakan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Untuk menghasilkan lulusan peserta didik yang
berkualitas terutama pendidikan keperawatan, perlu adanya pengelolaan
bimbingan PKK (Praktik Klinik Keperawatan) yang baik, bermutu tinggi,
serasi, dan selaras dengan perkembangan IPTEK.
16
17
5. Money (Dana)
Pembangunan di bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap
orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945. Hal ini
sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan ketentuan umum PP
No 6 Tahun 2000 Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sebagaimana diatur dalam UU No 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya
oleh pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta
serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan
aset Departemen Kesehatan (Depkes).
Melaksanakan PPK-BLUD PENUH penuh dengan Keputusan
Gubernur Nomor 903/152/2012 Tentang Penetapan Peningkatan Status Pola
Pengeloalaan Keuangan Badan Layanan Daerah Dari Bertahap Menjadi
PENUH pada RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Hasil
kerjasama BLU dengan pihak lain dan/ atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan bagi BLU.
E. Unsur Proses
1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan salah satu dari lima inti
disiplin kesehatan mental. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-
ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan (Budi Anna Keliat, 2010). Standar juga dapat digunakan sebagai
alat bantu menentukan sasaran di setiap visi di setiap keperawatan. Pada
metode pemberian asuhan keperawatan ada beberapa cara yaitu timbang
terima, ronde keperawatan, pengelolaan sentralisasi obat, dan model asuhan
keperawatan profesional. (Swanburg,1996).
Pada penerapan metode asuhan keperawatan profesional memerlukan
penataan tiga komponen utama yaitu:
a. Ketenagaan keperawatan
b. Metode pemberian asuhan keperawatan
c. Dokumentasi keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan dilakukan oleh PN (primary nurse) bersama
dengan AN (associate nurse) dengan menjelaskan informasi mengenai klien
dan difokuskan kepada masalah perawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
(Nursalam, 2011). Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan
menggunakan metode FOCUS (Process Oriented and Client Focus System)
dokumentasi asuhan keperawatan. Penulisan catatan perkembangan dengan
menggunakan format DAR (Data-Action-Response), dengan data berisi
megenai data subjektif dan objektif yang mendukung dokumentasi fokus,
action berupa dokumentasi tindakan keperwatan yang segera atau yang akan
dilakukan berdasarkan pengkajian atau evaluasi keadaan klien dan respon
berupa dokumentasi terhadap respon klien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam
pelaksanaan asuhan keperwatan adalah banyak perawat yang belum
melakukan pelayanan keperawatan sesuai setandar asuhan keperawatan
19
20
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa sebagai landasan untuk pemberian asuhan keperawatan jiwa-
psikiatri adalah pengenalan dan pengidentifikasian pola respon terhadap
masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual atau potensial.
Kriteria diagnosa keperilakuan keperawatan:
a. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
b. Mengidentifikasi pola data
c. Dibuat membandingkan data dengan norma
d. Menganalisa dan mensintesis data
e. Mengidentifikasi masalah atau kekuatan masalah
f. Memvalidasi masalah dengan pasien
g. Dapat ditanggung ulangi oleh perawat
20
21
21
22
Kriteria:
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b. Evalusi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan
c. Hasil evaluasi sesuai yang diharapkan
d. Dapat mencapai kualitas hidup optimal
22
23
e. Perbaikan fungsi
f. Gejala hilang
g. Tidak membayangkan diri atau orang lain perawat kesehatan jiwa
psikiatri mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil
yang diharapkan.
23
24
c. Standar 3: Pendidikan
Ekspansi pengetahuan yang cepat mengenai ilmu dasar dan ilmu perilaku,
sistem informasi, dan riset memerlukan komitmen untuk belajar sepanjang
karier profesional perawat kesehatan jiwa psikiatri.
e. Standar 5: Etika
Keputusan dan tindakan perawat kesehatan jiwa psikiatri atas nama klien
ditetapkan dengan sikap etis.
f. Standar 6: Kolaborasi
Perawat kesehatan jiwa psikiatri berkolaborasi dengan klien orang terdekat,
dan pemberi pelayanan kesehatan, dalam memberikan asuhan.
g. Standar 7: Riset
Perawat kesehatan jiwa psikiatri menyumbang pada keperawatan dan
kesehatan jiwa melalui pengguanan riset keperawatan. Perawat dalam
kepearwatan kesehatan jiwa psikiatri bertanggung jawab untuk
mengembangkan bidang kesehatan jiwa lebih lanjut melalui peran sertanya
dalam penelitian.
24
25
25
26
26
27
28
29
29
30
32
33
35
36
14) Menyiapkan bekas catatan medic pasien dalam masa perawatan di ruang
rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke bagian
rekam medis bila pasien pulang atau keluar.
15) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta
kegiatan lainnya di ruang rawat.
16) Membimbing mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawat
sebagai lahan praktik.
17) Member penyuluhan kesehatan kepada pasien/ keluarga sesuai kebutuha
dasar dalam wewenangnya.
18) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas.
37
38
Organisasi
1) Kajian teori / mengikuti protap yang dikeluarkan oleh RSJD Dr RM
SOEDJARWADI Provinsi Jawa Tengah.
2) Penerimaan peserta didik diserahkan oleh direktur atau pembimbing
pendidikan kepada direktur RSJD Dr RM SOEDJARWADI Provinsi
Jawa Tengah atau pejabat yang di tunjuk.
3) Orientasi
Orientasi ruang perawatan, orientasi pasien, menitipkan pembimbing
klinik, menjelaskan pelaksanaan PKK. Untuk penjelasan pelaksanaan
PKK, bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik
adalah seorang tenaga perawat yang profesional yang diberi wewenang
dan tanggung jawab membimbing secara langsung peserta didik.
39
40
F. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,
yaitu segi medis meninjau efesiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari
segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan saran yang ada.
Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan
dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson
menggambarkan bagaiman pemakaian empat parameter yaitu LOS (Leghth Of
Stay), BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn Over Internal), BTO (Bed Turn
Over) sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang IVY, diperoleh data bahwa belum
tersusun Grafik Barber-Johnson sehingga efisiensi pengelolaan ruangan belum
dapat dilihat dengan mudah. Oleh karena itu mahasiswa STIKES Yogyakarta
berupaya untuk melakukan pembentukan Grafik Barber-Johnson. Efisiensi
pelayanan meliputi empat indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
(BOR, LOS, TOI, BTO).
40
41
42
43
44
45
e) Keamanan Kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan pensiunan di hari
depannya.
f) Kesempatan Pengembangan Diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir, menurut
Djojobroto (1977) untuk memperoleh pelayanan asuhan keperawatan yang
diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan komitmen terhadap
tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada pada staf,
diperlukan juga keputusan kerja yang akan mendorong staf melaksanakan
komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawan dapat
mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Pekerja
yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem penggajian
pegawai RS haruslah:
1) Memenuhi ketentuan upah minimum.
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS.
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa
dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk
itu harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik.
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar.
6) Sumber daya manusia/ tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam
institusi RS .mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan
rendah apabila mutu tenaga rendah.
45
46
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Profil dan Gambaran Umum Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah
1. Profil Ruang
Ruang Ivy merupakan salah satu ruang perawatan di Rumah sakit Jiwa Dr.
Ruangan ini terletak di sebelah utara ruang Heliconia dan berbatasan dengan
dengan kapasitas 18 tempat tidur, dengan rincian bangsal putri 9 tempat tidur, dan
bangsal putra 9 tempat tidur. Ruang ini memiliki 7 kamar mandi, dengan rincian 4
kamar mandi untuk pasien, 2 kamar mandi untuk pasien total care, 1 kamar mandi
untuk perawat, 1 ruang pemeriksaan, 1 kamar tidur perawat, 1 ruang kantor, dan 1
ruang makan.
Ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dipimpin oleh
seorang Kepala Ruang yang dibantu oleh 2 orang Primary Nurse (PN), 8 orang
46
47
Keterangan:
1. Teras depan
2. Ruang Mahasiswa / koas
3. Ruang psikogeriatri putri
4. Ruang Psikogeriatri putra
5. Ruang perawat
6. Tempat tidur pasien
7. Nurse station
8. Ruang KARU
9. Kamar mandi Perawat
10. Kamar mandi pasien
11. Dapur
12. Gudang
13. Ruang makan / ruang TAK
14. Kamar mandi untuk pasien total care
15. Teras belakang
47
48
2. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap I ( IRNA I) dipimpin oleh satu orang dokter sebagai
kepala IRNA. Struktur Organisasi Ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah seperti digambarkan dalam gambar 2 berikut ini
Gambar 2: Stuktur Organisasi Ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Prov. Jawa
Tengah
Kepala Ruang
Latif Jauhari, AMK
48
49
49
50
Tabel 2
Distribusi 10 Penyakit Terbesar
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal 23-25 Juni 2014
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 Skizofrenia 3 60 %
2 Skizofrenia tak terinci 1 20 %
3 Skizofrenia residual 1 20 %
Jumlah Total 5 100 %
Sumber: Data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
3) Analisa Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengkajian bahwa selama
tanggal 17 Juni 2014 s/d 25 juni 2014, kasus penyakit yang dialami pasien
hanyalah skizofrenia. Hal ini tentu saja membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan profesional khusus bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan. Dengan kasus skizofrenia yang terbesar maka sebagai dasar
untuk pembuatan standar asuhan keperawatan dan acuan untuk perencanaan
peningkatan pengetahuan serta keterampilan perawat yang spesifik dan
pelatihan pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Akan tetapi
50
51
penentuan kasus penyakit yang kami temukan tidak bisa menjadi tolak ukur
sepenuhnya untuk membuat standar asuhan keperawatan, karena data yang
diambil hanya 8 hari.
Tabel 4
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Pasien Menurut Formula Douglas
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
51
52
2. Kualitas
1) Kajian Data
Pendidikan tenaga perawat di Ruang Ivy terdiri dari D3-Keperawatan,
Sarjana Keperawatan, Sarjana Sains Terapan. Selain pendidikan formal
keperawatan, di Ruang Ivy juga terdapat pendidikan non-formal seperti
seminar dan pelatihan.
Tabel 5
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
Tanggal 23-25 Juni 2014
Tabel 6
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan, dan Lama Kerja
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
52
53
2) Analisa Data
Tingkat pendidikan tenaga perawat di Ruang Ivy sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan DIII sebanyak 8 orang (73%), D4 (18%), dan
S1 (9%). Sehingga untuk menunjang pelayanan keperawatan yang
profesional, perlunya tenaga perawat di Ruang Ivy untuk mengikuti
berbagai macam pelatihan dan seminar tentang perawatan jiwa seperti
Asuhan Keperawatan Jiwa Khusus Lansia (Psikogeriatri).
53
54
54
55
9 Korentang 4 1
10 Alat cukur 10 -
11 Amubag dewasa 1 -
12 Kursi roda 3 1
13 Fetoskop 1 -
14 Bak spuit putih/ stainles 2 1
15 Pinset sinergis 7 -
16 Pinset anatomis 7 2
17 Gunting hecting aff 5 1
18 Toples 6 1
19 Bengkok 7 4
20 Brankard 2 1
21 Torniket 2 -
22 Tromol besar 2 -
23 Tromol sedang 3 -
24 Tromol kecil 1 -
25 Standar infuse 10 20
26 Timbangan bayi 1 -
27 Mayo 10 -
28 WW2 1 3
29 Set ganti verban 7 1
30 Set ganti jahitan 7 -
31 Bak instrumen kecil 3 1
32 Bak instrumen sedang 3 -
33 Bak instrumen kecil 3 -
34 Rektal tube 12 -
35 Kateter logam 3 -
36 Sketsel lipat 1 -
37 Bok laborat 1 -
38 Mangkok cina 12 2
39 Suction pump dinding 10 -
40 Suction pump portabel 10 -
41 Gunting besar 2 2
42 Troli tenun bersih 1 1
43 Troli tenun kotor 1 1
44 Troli pengobatan 4 -
45 Troli mandi 2 -
46 Timbangan injak 1 2
47 Waskom mandi 16 2
48 Pispot dewasa 8 3
49 Steek pan 2 -
50 Gelas ukur 3 -
51 Irrigator 5 -
52 Gantungan urin bag 10 6
53 Baki plastik besar 4 2
54 Baki plastik kecil 3 -
55 Waskom merendam alat 2 -
56 Waskom plastik memandikan bayi 10 2
55
56
Tabel 9
Standar dan Inventarisasi Alat Tenun
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 10
Standar dan Inventarisasi Alat Perkantoran dan Rumah Tangga
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
56
57
station
7 TV warna 2 1 Di ruang tamu
8 Almari es 2 2 Di ruang TAK dan kamar
perawat
9 Jam dinding 4 2 Dipasang hanya 1 di ruang
tamu
10 Meja tulis 2 Di nurse station
11 Staples besar 1 - Belum ada
12 Staples kecil 1 1 Keadaan baik
13 Isi staples besar Ada - Belum ada
14 Isi staples kecil Ada 1 Baik
15 Lem kertas 1 1 Baik
16 Stabilo 1 - Belum ada
17 Spidol white board 2 2 Dalam keadaan Baik
18 Penghapus papan white 1 1 Dalam keadaan Baik
board
19 Paper klip Ada - Belum ada
20 Pensil warna biru/ merah 2 2 Dalam keadaan baik
22 Papan PJ bangsal 1 1 Dalam keadaan baik
23 Rak tempat pengumuman 1 - Belum ada
32 Kotak kritik saran pasien 1 - Belum ada
33 Rak buku pisah, terbuka 3 Dalam keadaan baik
34 Papan visi, misi, Ada 1 Dalam keadaan baik
35 Figura slogan-slogan 5 Dalam keadaan baik
36 Formulir laborat dan askep 1 Dalam keadaan baik
37 Formulir resep dan 1 Belum ada
persetujuan obat diluar
depho
38 Formulir rujukan dan 1 Dalam keadaan baik
radiologi
39 Formulir persetujuan 1 Dalam keadaan baik
tindakan medis
40 Formulir pengantar - Belum ada
emergency
41 Formulir lembar konsultasi 1 Dalam keadaan baik
42 Komputer 1 Dalam keadaan baik
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 201
Tabel 11
Daftar Buku Bantu
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 23 Juni 2014
57
58
Tabel 12
Standard dan Inventarisasi Alat (Mesin)
Di Ruang Geriatri RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
58
59
Tabel 14
Standar Protap Kebijakan
E. Sumber Dana
1. Kajian Data
RSJD Dr. RM Soedjawardi merupakan rumah sakit umum daerah yang
ada di Provinsi Jawa Tengah, sumber dana dari RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Jawa Tengah didapatkan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ BPJS
dan biaya pasien secara mandiri (pasien umum). Pengelolaan keuangan di
Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi diatur sepenuhnya secara sentral
oleh bidang keuangan RSJD Dr. RM Soedjarwadi.
2. Unsur Proses
A. Proses Asuhan Keperawatan
1. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Penerapan SAK dengan metode studi dokumentasi menggunakan
instrumen A.
Kajian dan Analisa Data
Menurut data yang didapatkan dari hasil observasi 5 rekam medis pasien
pada tanggal 23 Juni 2014-25 Juni 2014, didapatkan data bahwa:
Tabel 15
Pengkajian
59
60
Tabel 16
Diagnosa
Tabel 17
Perencanaan
60
61
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
Tabel 18
Tindakan
Tabel 19
Evaluasi
Tabel 21
Pelaksanaan Universal Precaution
61
62
Y % T %
1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan pasien 5 45,5 6 54,5
atau melakukan tindakan pada pasien
2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak dengan pasien 11 100 0 0
atau telah selesai melakukan tindakan terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan 11 100 0 0
sabun/detergen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir 11 100 0 0
(wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika 7 63,6 4 36,3
kontak/melakukan tindakan dengan pasien
6 Perawat menggunakan masker ketika melakukan 2 18,2 9 81,8
tindakan kepada pasien
7 Perawat menggunakan baju pelindung ketika melakukan 0 0 11 100
tindakan kepada pasien
8 Perawat menggunakan alat-alat steril untuk satu pasien 0 0 11 100
9 Perawat menggunakan alat-alat disposable hanya untuk 9 81,8 2 18,2
sekali pakai
10 Setelah menggunakan alat-alat non-disposible perawat 0 0 11 100
mencucinya dengan larutan desinfektan
11 Perawat mensterilkan alat-alat steril di instalasi sterilisasi 0 0 11 100
sentral
12 Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan di tempat 0 0 11 100
khusus
13 Perawat membuang benda-benda tajam ditempat khusus 0 0 11 100
benda-benda tajam
14 Perawat membuang sampah medis di tempat sampah 0 0 11 100
medis
15 Perawat membuang sampah non-medis di tempat 0 0 11 100
sampah non-medis
Jumlah 56 509, 109 990,
1 8
Total % 33 67
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
Analisa Data:
Berdasarkan tabel di atas maka pelaksanaan universal precaution didapatkan
hasil 67% tidak dilakukan dimana petugas kesehatan belum mengacu pada 6
langkah benar dalam mencuci tangan. Perawat dalam melaksanakan tugas sehari-
hari sering menggunakan sarung tangan on atau disposable, meski melakukan
tindakan aseptik seperti perawatan luka perawat tidak memakai sarung tangan
steril karena tidak tersedia di ruangan kecuali bila tersedia maka perawat akan
62
63
menggunakannya, alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka juga tidak steril
dan tidak dicuci dengan desinfektan. Alat-alat tersebut hanya disimpan di tempat/
lemari terbuka. Bila memandikan pasien, perawat tidak menggunakan apron atau
baju pelindung. Karena semua pasien masuk dalam kategori total care maka
frekuensi pasien kontak dengan perawat tinggi, oleh karena itu petugas kesehatan
harus menjaga keselamatan kerja dengan menggunakan pelindung baik sarung
tangan, masker, apron disposable atau baju pelindung untuk tindakan
keperawatan atau medis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Swansburgs (1990)
yang menyatakan alat pelindung diri tetap diperlukan untuk melindungi diri
sendiri walaupun kontak minimal dengan klien. Dari hasil observasi yang telah
dilakukan diperoleh hasil yaitu perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum
melakukan kontak dengan klien namun hanya melakukan cuci tangan setelah
kontak dengan klien, jika perawat tidak kontak dengan klien walaupun telah
melakukan aktivitas dengan klien perawat jarang mencuci tangan. Hal tersebut
dikarenakan jarang dilakukan tindakan medis berisiko.
Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisa bahwa di ruang Ivy
belum memiliki rencana tahunan.
Tabel 22
Kajian Planing
Tabel 23
64
65
Kajian Organizing
Tabel 24
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
65
66
SLL SR KD TP
Variabel Yang Dinilai
No. 3 2 1 0
1 Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan √
dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN √
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan √
yang ada pada hari tersebut termasuk laporan permasalahan
dinas malam
4 Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk √
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan diakhiri
dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan √
kemampuan dan beban kerja
6 Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan AN √
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf √
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
8. Memberika reinforcement positif kepada semua staff termasuk √
pada saat mengakhiri meeting morning kepada dinas malam
dan dinas pagi
9 Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan √
dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien akan
pulang
10 Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore, malam, √
libur
11 Berperan serta sebagai konsultan √
12 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff melalui daftar √
hadir yang ada di ruang
13 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga √
Jumlah 6 5
Total (%)
Persentase selalu: 6/11 x 100% = 54,5 %
Persentase kadang: 5/11 x 100% = 45,5 %
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
Tabel 25
Pelaksanaan Tugas Primary Nurse
66
67
SLL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai 3 2 1 0
67
68
Tabel 26
Pelaksanaan Tugas Assosiated Nurse
Observasi
Ya Tidak
No Variabel Yang Dinilai
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN 8
yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah 8
selesai operan setiap pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah 8
selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas 8
68
69
Tabel 27
Hubungan Profesional antara Staf Keperawatan dengan Pasien
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di ruangan 8
setiap awal tugas
2 PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang menjadi tanggungjawabnya 8
segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.
3 PN menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang berlaku kepada 8
setiap pasien atau keluarga baru
69
70
Tabel 28
Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
Observasi
No Variabel Yang Dinilai Ya Tidak
4 PN mengadakan pre dan post conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi 8
70
71
No Observasi
Ya Tidak
Variabel Yang Dinilai
1 PN atau AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim kesehatan 8
lain yang merawat.
2 PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan minimal 1x/ 8
minggu.
3 Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain 8
tercermin dalam dokumen rekam medik.
4 PN atau AN dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan 8
cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan.
5 PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan 8
profesional dalam rangka pelaksanaan program kolaborasi.
6 Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai 8
sarana hubungan profesional dalam rangka program kolaborasi.
7 Dokter/ tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien siapa PN- 8
nya.
8 PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga dengan 8
dokter/ tim kesehatan lain.
Jumlah 56 8
Total (%) 87,5% 12,5%
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
71
72
Tabel 30
Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan Dengan Peserta Didik
Dengan MPM
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP
N % N % N % N %
1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik. √
2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik. √
3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta didik. √
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam √
kegiatan pelayanan keperawatan.
5 Pembimbing klinik/perawat memfasilitasi kelengkapan dan √
bahan yang akan digunakan peserta didik dalam
memberikan asuhan keperawatan.
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing √
klinik sesuai kompetensi yang akan dicapai.
7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan √
metode pre-post conference.
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan √
metode ronde keperawatan.
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan √
metode bed side teaching.
10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktik klinik √
peserta didik.
11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik √
pasien yang menjadi kelolaan peserta didik.
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing peserta √
didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang
diharapkan.
13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk √
meningkatkan kemampuan peserta didik.
14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta √
didik.
15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi. √
Jumlah 3 3 9
72
73
Sub Total
3x100/15 = 20 % (Sering)
Total
3x100/15 = 20 % (Kadang)
Total
9x100/15 = 60 % (Tidak pernah)
Total (%) 20 20 60
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
Berdasarkan data tersebut diperoleh hasil bahwa hubungan profesional antara staf
keperawatan dengan peserta didik dengan MPM adalah 60 % tidak pernah dilakukan, diikuti
dengan sering dilakukan (20%), dan kadang-kadang (20%).
Tabel 31
Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai
N % N % N % N %
73
74
Dari data tersebut maka diperoleh hasil pelaksanaan serah terima tugas jaga (operan) adalah
77% tidak pernah dilakukan.
Tabel 32
Pelaksanaan Meeting Morning
Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai
N % N % N % N %
Karu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting
1 √
morning.
Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi
2 √
yang telah disiapkan sebelumnya.
74
75
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan meeting morning di ruang
Ivy (100%) tidak pernah dilakukan.
Tabel 33
Pelaksanaan Pre Conference
Observasi
N SL SR KD TP
Variabel Yang Dinilai N %N % N % N %
o
75
76
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pre conference di Ruang
Ivy (100%) tidak pernah dilakukan.
Tabel 34
Pelaksanaan Post Conference
Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai N % N % N % N %
76
77
Keterangan:
Setelah diobservasi selama 3 hari pada tanggal 23-25 Juni 2014 didapatkan nilai 100% tidak
pernah dilakukan pelaksanaan post-conference.
Tabel 35
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
77
78
CATATAN :
* : Untuk komunikasi awal bertemu dengan pasien
Keterangan: hasil dari penilaian post-conference di ruamg IVY RSJD Soedjarwadi adalah
58,44% ini termasuk dalam kategori kurang baik.
Tabel 36
Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru
2 Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan, 1 100% 0 0%
pemberian informasi pasien baru.
b. Menyerahkan satu berkas pedoman informasi pasien 0 0% 1 100%
baru kepada pasien/ keluarga untuk dibaca bersama.
c. Menjelaskan informasi secara urut, sesuai pedoman
1. Petugas yang merawat (dokter, perawat, bidan) 0 0% 1 100%
2. Jadwal konsultasi
3. Hak dan kewajiban pasien
4. Peraturan Rumah Sakit
5. Perkembangan pasien setiap hari
78
79
Keterangan: pemberian informasi pasien baru di ruang IVY RSJD Soedjarwadi mempunyai
rata-rata 46,10% ini tergolong kategori kurang baik.
79
80
Tabel 37
Kajian Actuating
Sumber: data primer observasi Ruang Ivy tanggal 23-25 Juni 2014
Keterangan:
Hasil dari kajian actuating yang dilakukan selama tanggal 23-25 Juni 2014 dalam rata-rata di
atas menunjukkan nilai 79,17%, hal ini tergolong dalam kategori baik.
Tabel 38
Kajian Controlling
81
82
Tabel 39
Kajian Planning Proses Bimbingan PKK
No Standar Data Keterangan
1 Pemberitahuan dari Institusi ke lahan praktik Ada Dilakukan apersepsi 1
sebelum praktik dengan kerangka acuan bulan sebelum stase
lengkap manajemen dimulai
82
83
antara pembimbing
akademik dengan
pembimbing klinik
atau diklat RS.
Tabel 40
Kajian Organizing Bimbingan PKK
83
84
stase
manajemen
dimulai.
Tabel 41
Kajian Controling proses Bimbingan PKK
No Standar Ya tidak Keterangan
1 Memonitor pelaksanaan dinas peserta didik √
- Tata tertib √
- Observasi √
- Reward dan punishment √
2 Mengetahui pasien kasus kelolaan peserta
didik √
3 Mengecek dokumentasi di status pasien √
kelolaan peserta didik
Memberikan teguran jika terjadi pelanggaran
Sumber : data primer Observasi Ruang Ivy Tanggal 23 s/d 25 Juni 2014
3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat yang meliputi BOR (Bed Occupancy Rate), LOS
(Length of Stay), TOI (Turn Over Internal), BTO (Bed Turn Over) belum
dapat dihitung karena ruang Ivy baru secara efektif merawat pasien adalah
selama 8 hari dimulai dari tanggal 17 Juni 2014 . Sampai tanggal 25 Juni 2014
belum ada pasien yang pindah atau pulang atau meninggal.
84
85
Tabel 43
Hasil Evaluasi Standar Asuhan Keperawatan Dengan Instrumen A
Aspek yang dinilai Hasil Keterangan
Pengkajian 25% Di Ruang Ivy belum memiliki format pengkajian
khusus pasien geriatri, sehingga ruang Ivy hanya
memakai pengkajian yang telah dilakukan di
ruangan sebelumnya (ruangan yang pasien tempati
sebelum pindah ke ruang Ivy).
85
86
Tabel 44
Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
Tabel 46
Persepsi Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan
No Kriteria Dilakukan
Ya Tidak
86
87
87
88
Analisa Data
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan,
dengan cara menyebarkan angket kepada pasien. Namun karena kondisi dan penyakit pasien
yang tidak memungkinkan pasien mengisi dengan objektif, maka studi dilakukan dengan
observasi secara umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu asuhan keperawatan masuk
dalam kategori baik dengan rata-rata nilai 76%.
Instrumen C
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan keperawatan jiwa.
Observasi yang dilakukan adalah tindakan yang dilakukan perawatan selama 3
hari yaitu tanggal 23 Juni-25 Juni 2014. Namun di Ruang Ivy belum ada SOP
Keperawatan yang dapat dijadikan acuan perawat dalam memberikan tindakan
keperawatan.
Analisa Data
Dari hasil pengkajian keseluruhan didapatkan kesimpulan bahwa hasil penerapan SAK
instrumen A, B, C adalah 36 % atau masuk dalam kategori kurang. Dari ketiga instrumen di
atas nilai tertinggi adalah pada instrumen B dengan nilai 76%. Sedangkan nilai terendah
adalah 0% pada instrumen C.
Tabel 48
Standar Penilaian untuk Pembimbing PKK
No Pernyataan Hasil
SL SR KD TP
1 CI selalu mengadakan orientasi institusi 1
RSJD Dr. RM Soedjarwadi dan tugas praktik.
88
89
Keterangan:
Standar penilaian untuk bimbingan PKK dalam pengamatan tgl 23-25 Juni 2014 didapatkan
hasil 8,33% di rentang sering dilakukan. Hal ini berada dalam kategori kurang baik.
89
90
2) Unsur Proses
Pelaksanaan MPKP belum optimal, diantaranya:
a. Belum ada format pengkajian khusus pasien lansia dengan gangguan
jiwa.
b. Diagnosa keperawatan jiwa yang belum ditegakkan oleh perawat Ruang
Ivy.
c. Perencanaan tindakan keperawatan belum disusun.
d. Untuk pelaksanaan tindakan keperawatan perawat menuliskannya di
dokumentasi keperawatan dengan nilai rata-rata 50% atau masuk
90
91
kategori kurang karena tidak ada rencana atau intervensi yang disusun
sebelumnya.
e. Evaluasi dilakukan dengan format SOAP dan hanya ditulis berdasarkan
respon pasien tanpa adanya tujuan atau rencana yang seharusnya
disusun sebelumnya.
f. Dokumentasi dilakukan dengan hanya membubuhkan paraf di kolom
tanpa memberikan nama terang.
g. Pelakasanaan Universal Precaution masih dalam kriteria kurang, hanya
33,3% karena berdasarkan hasil observasi perawat seperti tidak
menggunakan alat steril dalam tindakan aseptik, cuci tangan dengan 6
langkah benar, dan lain-lain.
h. Tidak dilaksanakannya kajian ronde keperawatan karena perawat belum
mempersiapkan kegiatan ronde.
i. Evaluasi operan jaga pada Ruang Ivy belum dilakukan secara optimal.
j. Evaluasi pre-conference dan post-conference belum dilakukan.
k. Pelaksanaan orientasi pasien baru berdasarkan hasil observasi sebanyak
1 x.
l. Pelaksanaan tugas kepala ruangan baru dilaksanakan ± 54% karena
kepala ruangan masih memiliki kegiatan berkoordinasi dengan pihak
atau bagian lain di RS dalam tujuan peningkatan standar pelayanan
Ruang Ivy.
m. Pelaksanaan tugas primary nurse baru dilaksanakan ± 20% berdasarkan
hasil observasi selama 3 hari (23-25 Juni 2014).
3) Unsur Output
a. Hasil evaluasi Standar Asuhan Keperawatan dengan instrumen A
adalah 32% atau masuk kategori kurang.
b. Hasil evaluasi penilaian mutu asuhan keperawatan adalah 70%. SOP
keperawatan masih belum ditegakkan.
91
92
B. Analisa Data
Analisa data yang digunakan menggunakan SWOT:
Strengthness Weakness Opportunity Threatened
Man: a. Belum memiliki a. Terbukanya a. Era globalisasi yang
SDM terdiri dari vivi, misi, moto kesempatan semakin
dari alumni D3 keperawatan pendidikan pada meningkatkan
Keperawatan (8 khusus Ruang program yang persaingan antar RS
orang), S1 Ivy. lebih tinggi. termasuk RSJ dan
Keperawatan (1 b. Sarana dan b. Adanya kualitas SDM
orang), DIV (2 prasarana program (tenaga perawat).
orang). Sudah ruangan belum pemerintah b. Persaingan antar RS
adanya struktur memadai. tentang asuransi untuk
organisasi. c. Belum kesehatan untuk meningkatkan
terlaksananya masyarakat kualitas
Money: MPKP. yang kurang managemen
Sebagian besar d. Belum adanya mampu (BPJS) ruangan.
adalah pasien SAK dan SOP sehingga akan c. Adanya tuntutan
dengan BPJS yang keperawatan. semakin banyak masyarakat yang
merupakan program masyarakat tinggi, untuk
dari pemerintah. yang memiliki mendapat
peluang untuk pelayanan
mendapat kesehatan.
pelayanan
kesehatan.
92
93
C. Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa data dan analisa SWOT di atas, maka terdapat beberapa
masalah yang diprioritaskan yaitu:
1. Pelaksanaan MPKP yang belum optimal, meliputi:
a. Belum optimal pelaksanaan tugas kepala ruang dan primary nurse.
b. Belum optimal operan jaga yang dilakukan setiap shift.
c. Belum dilaksanakannya pre-post conference.
d. Belum optimal pelaksanaan ronde keperawatan.
e. Belum tersedianya SAK dan SOP keperawatan.
f. Belum optimalnya dan tersedianya protap cuci tangan yang benar menurut
WHO.
g. Belum optimalnya pelaksanaan universal precaution.
h. Belum optimalnya pelaksanaan orientasi pasien baru.
93
94
Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014
94
95
Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014
Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
95
96
Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014
96
97
No Masalah Pokok Kegiatan Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Penanggung Pembimbing
Pelaksanaan Jawab
4 Belum adanya Menyusun SAK 1. Koordinasi dengan Perawat SAK gangguan 2 Juli - 12 Ruly Astuti, Suwarno, S.Kep.,
kepala ruangan,
Standar tentang ruang jiwa pada lansia Juli 2014 Whidi Ns., M.Kes
bidang keperawatan
Asuhan gangguan jiwa 2. Mencari literature Ivy tersusun 60%. Purnomo,
tentang SAK
Keperawatan pada lansia di Dewi Melian Latif Jauhari,
gangguan jiwa pada
(SAK) di ruang Ivy lansia AMK
3. Konsultasi dengan
ruang Ivy
kepala ruangan,
bidang keperawatan,
SAK tentang
gangguan jiwa pada
lansia
4. Menyusun SAK
gangguan jiwa pada
lansia
5. Evaluasi hasil SAK
tentang gangguan
jiwa
Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli - 12 Juli 2014
97
98
Plan Of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang IVY RSJD Dr. RM SOEDJARWADI Jawa Tengah
Tanggal 2 Juli – 12 Juli 2014
99
100
100
101
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Berdasarkan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun,
maka pelaksanaan dan evaluasi kegiatan menurut masalah sesuai pengkajian di Ruang
Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
Adapun pelaksanaan kegiatan (Implementasi) dilakukan selama 11 hari, yaitu
pada tanggal 2 Juli – 12 Juli 2014. Dibwah ini merupakan hasil dokumentasi
pelaksanaan kegiatan berdasarkan POA yaitu:
101
102
b. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 10– 12 Juli 2014 dengan uraian sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014
SLL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai 3 2 1 0
Jumlah 21 6 1 0
Persentase selalu: 21/28 x 100% = 75 % Persentase sering : 6/28 x 100% = 21,4%
Persentase kadang: 1/28 x 100% = 3,6 %
Tabel 4.3
102
103
Pelaksanaan Tugas PN
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014
103
104
10 s/d 12
SLL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai 3 2 1 0
1 Bertugas pada pagi hari √
2 Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN √
yang tugas malam
3 Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi √
tentang kondisi pasien segera setelah selesai
operan tugas jaga malam
4 Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai √
awal dan akhir tugas dilakukan setelah selesai
operan tugas jaga malam
5 Melakukan pre conference dengan semua AN √
yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai √
kemampuan dan beban kerja
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau √
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti di rekam keperawatan
8 Memonitor dan membimbing tugas AN √
9 Membantu tugas AN untuk kelancaran √
pelaksanaan asuhan pasien
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan √
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang
ada di bawah tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien √
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir √
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13 Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada √
AN yang tugas jaga berikutnya
14 Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup √
atau yang akan merawat selama pasien dirawat
atau kepada pasien/keluarga baru
15 Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore √
malam libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila √
pagi hari tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter √
dan tim kes lain setiap minggu
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas √
20 Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada √
AN minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/
bed side teaching)
Jumlah 27 12 2 0
Persentase selalu: 27/41 x 100% = 65,8 % 104
Persentase sering : 12/41 x 100%= 29,2%
Persentase kadang: 2/41 x 100% = 5 %
105
Tabel 4.4
Pelaksanaan Tugas AN
Di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014
Evaluasi
No Variabel Yang Dinilai Ya Tidak
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari √
dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien √
segera setelah selesai operan setiap pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang √
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal √
tugas
5 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang √
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam √
keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga √
kepada PN
8 Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada √
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk √
mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien √
yang menjadi tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien √
yang menjadi tanggung jawabnya
12 Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada √
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
13 Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam √
grup yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore malam √
libur
15 Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila √
ada masalah pasien pada sore malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain √
setiap seminggu sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan √
di ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN √
105
106
Tabel 4.5
Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang Ivy RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
10-12 Juli 2014
1. Evaluasi
a. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Evaluasi didapatkan kenaikan hasil pada presentasi selalu dari 54,5%
menjadi 75% sebesar 20,5%, pada persentase sering dari 0% menjadi
21,4% sebesar 21,4%, pada persentase kadang mengalami penurunan dari
45,5% menjadi 3,6% sebesar 41,9%. Kesimpulannya hasil evaluasi tugas
106
107
Tabel 4.5
Evaluasi Pelaksanaan Operan Jaga
Di Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
12 Juli 2014
107
108
108
109
Tabel 4.6
Evaluasi Pelaksanaan Pre-Conference
2-7 Juli 2014
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP
1 Menyapkan ruangan / tempat √
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
2 √
jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference √
4 Memandu pelaksanaan pre conference √
Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan
5 √
rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang
6 √
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
7 √
pasien/tindakan
Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
8 √
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan
9 keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung √
jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN √
11 Menyimpulkan hasil pre conference √
Jumlah 9 1 1
Total : SL : 9 SR : 1 KD : 1
b. Hasil
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pre-conference
di Ruang Ivy 88.81 % kategori SL, 6.66 % kategori SR, dan 3.03 % kategori KD
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pre-conference sudah baik
dibandingkan saat observasi pada tanggal 23-25 Juni 2014, 100 % tidak dilakukan.
Tabel 4.7
Evaluasi Pelaksanaan Post-Conference
2-7 Juli 2014
109
110
SL SR KD TP
N % N% N % %
b. Hasil
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan post
conference di Ruang Ivy 5 % kategori SL, 8.33 % kategori SR, dan 8.33 %
kategori KD sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan post-conference di
Ruang Ivy adalah kurang baik.
110
111
jiwa dan 12 besar diagnosa penyerta yang terjadi di Ruang Ivy dalam 1 bulan terakhir
(Juni-Juli) secara garis besar langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
Tabel 4.8
Pelaksanaan Penyusunan SAK
2-12 Juli 2014
1 B. PELAKSANAAN
Mencari literatur tentang Sumber Mendapatkan literatur 03 Juli 2014
Asuhan Keperawatan pustaka Ruang
pada pasien gangguan diagnosa Helikonia
jiwa dan diagnosa gangguan NANDA,
penyerta pada pasien jiwa dan NIC, NOC
psikogeriatri diagnosa
penyerta
2 Menyusun SAK psikogeria Tersusun SAK diagnosa 05 Juli 2014
diagnosa penyerta tri gangguan jiwa dan Base camp
berdasarkan NANDA, diagnosa penyerta mahasiswa
NIC, NOC. manajemen
SAK Dapat melakukan keperawatan
3 Koordinasi SAK kepada diagnosa penyusunan SAK sesuai
pembimbing manajemen ganguuan dengan standar 06 Juli 2014
keperawatan jiwa dan Ruang Ivy
C. EVALUASI diagnosa
1 Penyusunan SAK tentang penyerta
diagnosa gangguan jiwa dan
diagnosa penyerta Terealisasinya SAK
gangguan jiwa psikogeriatri setelah adanya format 10, 11, 12
tersusun 100% AN askep psikogeriatri di Juli 2014
ruang Ivy
111
112
b. Hasil
Dari hasil penyusunan tabel SAK diagnosa gangguan jiwa dan diagnosa penyerta
gangguan jiwa psikogeriatri dapat tercapai 100 %. Penyusunan SAK dilaksanakan
mulai tanggal 02 juli-07 juli 2014 penyusaunan SAK gangguan jiwa tersusun 10
diagnosa dan diagnosa penyerta gangguan jiwa 12 melalui beberapa terapan yang
telah direncanakan mulai standar 1 pengkajian, standar 2 diagnosa keperawatan,
standar 3 perencanaan keperawatan, standar 4 implementasi/ pelaksanaan
keperawatan, standar 5 evaluasi. Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12 Juli
2014.
2. Faktor Penghambat
a. Belum tersedianya format asuhan keperawatan psikogeriatri di Ruang Ivy.
b. Belum adanya sosialisasi penulisan asuhan keperawatan psikogeriatri di
Ruang Ivy.
Kesinambungan
1. SAK diagnosa gangguan jiwa dan diagnosa penyerta gangguan jiwa psikogeriatri
diharapkan dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
psikogeriatri.
2. Diharapkan SAK yang sudah ada di Ruangan Ivy dapat dievaluasi dan di-update
kembali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.
112
113
Langkah-langkah pelaksanaan cuci tangan yang benar menurut WHO (World Health
Organization), mulai persiapan hingga evaluasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Pelaksanaan Penyusunan SOP Cuci Tangan (WHO)
2-12 Juli 2014
1. B. Pelaksanaan
Menyusun langkah An, Ners Karu, PN Tersusun dan 5-6 Juli
– langkah cuci disetujuinya langkah – 2014
tangan yang benar langkah cuci tangan
menurut WHO dan yang benar menurut
mengkonsultasikan WHO dan pentingnya
ke Karu mencuci tangan bagi
perawat dan pasien
113
114
menurut WHO di
ruang IVY
C. evaluasi
Evaluasi An, Ners Karu, Terlaksananya cuci
pelaksanaan PN,AN tangan yang benar
mencuci tangan menurut WHO di ruang 11 Juli
yang benar IVY 2014
menurut WHO di
ruang IVY
b. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mulai 2 Juli-12 Juli 2014.
Tabel 4.11
Pelaksanaan Penyusunan SOP Cuci Tangan (WHO)
Di Ruang Ivy
2-12 Juli 2014
No Kegiatan Jumlah Sampel
( n=11 )
Ya Tidak
1. Menggosok telapak tangan dengan cairan yang 11 0
berbasis alcohol/sabun
2. Menggosok telapak kanan diatas punggung kiri dan 11 0
telapak kiri di atas punggung tangan kanan
Menggosok telapak dengan telapak dan jari saling
berkait
3. Menggosok telapak dengan telapak dan jari saling 11 0
terkait
4. Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan 6 5
jari saling mengunci
5. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan 0 11
sebaliknya.
6. Jari kiri menguncup gosok memutar ke kanan dan ke 0 11
kiri pada telapak kanan dan sebaliknya dan biarkan
mongering dengan sendirinya.
7. Mencuci tangan seluruhnya dengan bersih 11 0
8. Mengeringkan tangan dengan handuk dan gunakan lap 11 0
untuk mematikan kran.
2. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan langkah – langkah mencuci tangan yang benar menurut WHO
dilakukan pada tanggal 03-08 Juli 2014 adalah yang melakukan cuci tangan benar 59%
dan yang tidak melakukan 41%. Hal tersebut terbukti dengan adanya Protap yang
114
115
sudah dibuat WHO (World Health Organization), karena pentingnya mencuci tangan
untuk proses penyembuhan dan menghindari timbulnya penyakit lain pada pasien dan
perawat.
1) Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari seluruh perawat Ruang Ivy baik Karu, PN, maupun AN.
b. Perawat Ruangan Ivy memahami pelaksanaan langkah-langkah cuci tangan
yang benar menurut WHO.
2) Kesinambungan
a. Dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkesinambungan,
maka dibutuhkan kerjasama dan kesadaran akan pentingnya mencuci tangan
yang benar pada perawat dalam proses keperawatan terhadap pasien.
b. Dalam pelaksanaan mencuci tangan diharapkan perawat menerapkan media
edukasi yang telah tersedia untuk mengoptimalkan pelaksaan cuci tangan
yang benar.
2. Benar Obat
115
116
a. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat, jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
3. Benar Dosis
a. Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya
perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 ampul, dosisnya berapa? Ini penting! karena 1 ampul
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg, ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg, jadi perawat harus tetap hati-hati
dan teliti.
116
117
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset/ per-infus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar/ kejang (stesolid supp). Pemberian obat
per-rektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernapasan. Saluran napas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol
(ventolin), combivent, berotec untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
117
118
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
118
119
1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pengoptimalan sarana dan prasarana adalah berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4.12
Pelaksanaan Pengoptimalan Sarana Dan Prasarana
Ruang Ivy
3-7 Juli 2014
119
120
120
121
121
122
pasien. dan kalender di ruangan 3. Memesan jam (berlogo institusi kampus dan mahasiswa)
2. Efektifnya pasien. dan kalender.
penyediaan 2. Menyiapkan alat dan bahan
peralatan terhadap (menyiapkan alas kamar Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
kenyamanan dan mandi dan keset, memesan Kegiatan 1, 2, 3 sudah dilakukan namun untuk jam dan
keamanan pasien di kalender, dan jam untuk kalender memerlukan waktu 3 hari untuk bisa direalisasikan
ruang Ivy. ruangan pasien). karena waktu pembuatan selama 3 hari.
3. Evaluasi hasil pelaksanaan.
Planning Lanjut:
1. Koordinasi dengan kepala ruangan dan perawat untuk
rencana pemasangan keset dan alas kamar mandi untuk
mencegah cidera pasien.
2. Evaluasi efektifitas pemasangan alas kamar mandi
terhadap kenyamanan dan keamanan pasien.
3. Persiapan alat dan bahan untuk pemasangan jam dan
kalender di ruang pasien putra dan putri
122
123
pasien. ruangan pasien. kamar mandi putra serta memasanga keset di depan kamar
2. Efektifnya 2. Menyiapkan alat dan bahan mandi untuk percontohan ruangan.
pemasangan alas (menyiapkan alas kamar 3. Mengevaluasi hasil pelaksanaan.
kamar mandi dan mandi dan keset).
keset terhadap 3. Memasang alas kamar Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
kenyamanan dan mandi pasien pada satu Kegiatan 1, 2 sudah dilakukan namun untuk evaluasi
keamanan pasien di ruangan kamar mandi putra menunggu samapai pasien lansia putra menggunakan kamar
ruang Ivy. serta memasanga keset di mandi tersebut.
depan kamar mandi untuk
percontohan ruangan. Planning Lanjut:
4. Evaluasi hasil pelaksanaan 1. Modifikasi alas kamar mandi bila tidak sesuai atau kurang
aman bagi pasien.
2. Evaluasi efektivitas pemasangan alas kamar mandi
terhadap kenyamanan dan keamanan pasien
123
124
putri. 2. Menyiapkan alat dan bahan 3. Memasang jam dinding dan kalender di ruangan pasien
2. Efektifnya 3. Memasang jam dinding dan putra dan putri
pemasangan jam kalender di ruangan pasien 4. Mengevaluasi hasil pelaksanaan.
dinding dan putra dan putri
kalender di ruang 4. Evaluasi hasil pelaksanaan Keterangan (Evaluasi Kegiatan):
pasien di ruang Ivy. Kegiatan 1, 2, 3, sudah dilakukan namun untuk evaluasi
menunggu sampai pasien lansia putra dan putri mampu
memanfaatkan pemasangan kalender dan jam dinding yang
sudah disediakan.
Planning Lanjut:
1. Evaluasi efektivitas pemasangan jam dinding dan kalender
di ruangan pasien
124
125
125
126
Diagram 4.1
Perbandingan Hasil Sebelum Dan Sesudah Implementasi POA
Ruang Ivy RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
pre post
89% 90%
77% 75%
59%
55%
23%
5%
0% 0% 0% 0%
pre post operan jaga meeting cuci tangan pelaksanaan
conference conference morning tugas karu
126
127
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan tugas karu mengalami peningkatan dari sebelumnya persentase hanya
hanya 54,5% dilakukan sekarang menjadi 75% dilakukan (kategori cukup baik).
2. Pelaksanaan tugas PN juga mengalami peningkatan, dari persentase 20% dilakukan
menjadi 65,8% selalu dilakukan (kategori cukup baik).
3. Pelaksanaan tugas AN juga mengalami peningkatan dari persentase 64% dilakukan
menjadi 90% selalu dilakukan (kategori baik).
4. Pelaksanaan pre-conference juga mengalami peningkatan persentase, dari 100%
tidak pernah dilakukan menjadi 88,81% selalu dilakukan (kategori baik).
5. Pelaksanaan post-conference juga mengalami peningkatan persentase, dari 100%
tidak pernah dilakukan menjadi 5% selalu dilakukan (kategori tidak baik).
6. Pelaksanaan operan juga mengalami peningkatan persentase, dari 100% tidak pernah
dilakukan menjadi 76,9% dilakukan (kategori baik).
7. Pelaksanaan universal precaution khususnya cuci tangan mengalami peningkatan
dari persentase 23% menjadi 59% dilakukan (kategori cukup baik).
8. Pelaksanaan perlengkapan sarana dan prasarana tercapai 60%.
9. Pelaksanaan pembuatan SOP mencapai target POA yaitu 100% telah dibuat.
10. Pelaksanaan pembuatan SAK mencapai persentase 100% dilakukan.
11. Evaluasi proses yang mengalami peningkatan paling signifikan adalah pelaksanaan
pre-conference sebanyak 88,81%.
12. Evaluasi proses yang mengalami peningkatan terendah adalah pelaksanaan post-
conference hanya 5%.
B. SARAN
1. Bagi RSJD Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah:
a. Agar lebih meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dalam hal asuhan
keperawatan dengan mengoptimalkan pelaksanaan MPKP.
b. Ada program alih pengetahuan dari peserta terlatih MPKP yang ada di RD dengan
perawat yang lain.
c. Adanya evaluasi secara periodik pelaksanaan MPKP di seluruh ruangan di RSJD
Dr. RM Soedjarwadi Jawa Tengah.
127
128
128
129
DAFTAR PUSTAKA
129