Anda di halaman 1dari 10

FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO.

1, 2018
ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

PENERAPAN MEDIA FILM SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGOLAH INFORMASI SISWA
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Lusiana Surya Widiani, Wawan Darmawan, Tarunasena Ma’mur


Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT ABSTRAK
The background of this study is the lack of ability to Latar belakang dari penelitian ini adalah
process information of students in history subject in masih rendahnya kemampuan mengolah
grade 11 Social I Pasundan 8 Senior High School informasi siswa dalam pembelajaran sejarah
Bandung. This can be seen from most students were di kelas XI IPS I SMA Pasundan 8 Bandung.
only able to develop the ability to remember and Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
memorize. When students are exposed to an issue, hanya mampu mengembangkan kemampuan
students were not able to process the information. mengingat dan mengafal. Ketika dihadapkan
The ability to process the information outlined pada suatu persoalan, siswa belum mampu dalam
in this study is the student’s ability to process mengolah informasi. Kemampuan mengolah
information from a variety of sources of information informasi yang ditekankan pada penelitian ini
when learning takes place. To that end, researchers adalah kemampuan siswa dalam mengolah
are trying to do research with the goal of improving informasi dari berbagai sumber informasi saat
students’ ability to process information through the pembelajaran berlangsung. Untuk itu, peneliti
implementation of film media in history subject. This mencoba melakukan penelitian dengan tujuan
research is using a classroom action research methods meningkatkan kemampuan mengolah informasi
design of Kemmis and Mc. Taggart. The classroom siswa melalui penerapan media film dalam
action research method (PTK) were done with four pembelajaran sejarah. Adapun metode penelitian
steps: planning, action, observation, and reflection. yang digunakan adalah metode penelitian
Based on the research that has been done, student tindakan kelas dengan menggunakan desain
progress in achieving the criteria on the indicator penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart. Metode
of the ability to process information that has been penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan
determined to experience a significant increase in dengan empat tahap yaitu perencanaan (plan),
each cycle. Through the implementation of film as tindakan (act), pengamatan (observing), dan
media, the students used to process the information refleksi (reflecting). Berdasarkan penelitian yang
they receive. This shows that in the application of telah dilakukan, perkembangan siswa dalam
the film to enhance the students’ ability to process mencapai kriteria pada indikator kemampuan
information is one way that can be used in the mengolah informasi yang telah ditentukan
teaching of history in schools. The results of this study mengalami peningkatan yang cukup signifikan
can be used as advice or recommendations as well pada setiap siklusnya. Melalui penerapan media
as consideration for teachers so that students will film siswa terbiasa untuk mengolah informasi
have the ability to process information so that the yang mereka peroleh. Hal ini menunjukkan
teaching process become more meaningful. bahwa dalam penerapan media film untuk
Keywords: Film, Students Ability to Process meningkatkan kemampuan mengolah informasi
Information siswa merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sejarah di sekolah.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan saran atau
rekomendasi serta bahan pertimbangan untuk
guru agar siswa memiliki kemampuan mengolah
informasi sehingga pembelajaran sejarah lebih
bermakna.
Kata kunci: Media film, Kemampuan Mengolah
Informasi Siswa.

Author correspondence
Email: lusianasuryawidiani@ymail.com
Available online at http: // http://ejournal.upi.edu/index.php/factum

123
WAWAN DARMAWAN
PENERAPAN MEDIA FILM.....

PENDAHULUAN peserta didik dengan menggunakan ranah


Pelaksanaan pendidikan di Indonesia kognitif menjadi sangat sulit, karena pada
harus sesuai dengan tujuan yang ranah ini perlu adanya suatu pengolahan
diharapkan. Tujuan pendidikan tidak informasi yang diserap pada setiap materi
selalu berpatokan pada nilai-nilai angka pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Beyer
yang diperoleh peserta didik dalam suatu (Hasan, 1996, hlm. 222)‘kemampuan
kegiatan pembelajaran. Namun, lebih pada pengolahan informasi dianggap sebagai
keterampilan dan kemampuan dilihat dari proses berpikir’.
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan hasil observasi yang telah
Pada dasarnya tujuan pembelajaran dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Pasundan
sejarah mengarahkan peserta didik 8 Bandung, peneliti menemukan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan dalam terdapat beberapa permasalahan yang
berpikir. Terdapat empat tujuan secara terjadi saat proses pembelajaran sejarah
ideal pembelajaran sejarah yang harus berlangsung. Pertama, pembelajaran
dicapai menurut Ismaun (2001, hlm. 114) : selama ini disampaikan kepada peserta
mampu memahami sejarah, dalam didik lebih kepada penyampaian satu
arti: (1) memiliki pengetahuan dan arah, artinya siswa hanya memperoleh
pemahaman tentang peristiwa; (2) informasi dari guru saja, sehingga dalam
memiliki kemampuan berpikir secara pembelajaran seperti ini peserta didik
kritis yang dapat digunakan untuk menguji kurang dilibatkan dalam menemukan
dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; informasi yang mereka peroleh. Kedua,
(3) memiliki keterampilan sejarah yang berdasarkan hasil wawancara dengan
dapat digunakan untuk mengkaji berbagai beberapa peserta didik pada dasarnya
informasi yang sampai kepadanya guna peserta didik lebih tertarik melihat film atau
menentukan kesahihan informasi tersebut; video. Ketiga, kemampuan peserta didik
dan (4) memahami dan mengkaji setiap dalam menghubungkan informasi yang
perubahan yang terjadi dalam masyarakat satu dengan informasi yang lainnya masih
di lingkungan sekitarnya serta digunakan terlihat rendah. Hal ini terbukti peserta
dalam mengembangkan kemampuan didik hanya mampu mengembangkan
berpikir kritis dan analitis. kemampuan mengingat dan menghafal
saja, dilihat dari hasil tes yang diberikan
Mata pelajaran sejarah merupakan
kurang menekankan pada peserta didik
bagian dari ilmu pengetahuan sosial
untuk mengolah informasi, memecahkan
yang membahas mengenai perubahan
masalah ataupun pemahaman dari materi
aspek cerita kehidupan manusia di masa
pembelajaran sejarah.
lampau yang lebih banyak mengingat
hafalan tokoh atau nama pahlawan, Dari penjelasan di atas dapat
tanggal, tahun dan tempat terjadinya disimpulkan bahwa peserta didik tidak
peristiwa. Materi sejarah yang berisikan mampu menangkap pokok-pokok materi
fakta-fakta, konsep-konsep harus mampu di awal pembelajaran, peserta didik lebih
melatih daya nalar peserta didik dalam menekankan kepada fakta-fakta informasi
mengembangkan kemampuan berpikir. yang diungkapkan oleh guru tanpa mampu
Dalam proses pembelajaran sejarah bagi menganalisis serta mengolah informasi

124
FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018
ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

yang telah di dapat. Tinggi rendahnya 2013 mengolah informasi lebih ditujukan
kemampuan peserta didik dalam kepada kajian saintifik, namun sebenarnya
merekam informasi sangat ditentukan terdapat kesamaan pada kurikulum 2006
oleh kemampuan otak atau kemampuan dengan kurikulum 2013 misalnya dalam
berpikir dalam mengolah informasi. Dalam pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya
Rohim (2009, hlm. 59) menjelaskan bahwa adalah pembelajaran berpusat pada
“proses pengolahan informasi, yang juga siswa, siswa mencari pengetahuan bukan
disebut komunikasi interpersonal meliputi menerima pengetahuan. Dalam KTSP
sensasi, persepsi, memori dan berpikir”. kegiatan mengolah informasi terdapat
Untuk mengembangkan kemampuan pada kegiatan proses pembelajaran
mengolah informasi Hasan (1996, hlm. yang mencakup, eksplorasi, elaborasi
222) menambahkan bahwa dalam kegiatan dan konfirmasi, salah satu proses yang
mengolah informasi merupakan bagian menggunakan kemampuan berpikir anak
dari kemampuan menganalisis. terdapat pada kegiatan elaborasi. Kegiatan
Kemampuan analisis di sini peserta elaborasi ini memberikan kesempatan
didik dapat menentukan keterhubungan peserta didik untuk berpikir, menganalisis,
antara satu sumber informasi dengan menyelesaikan masalah, dan bertindak
informasi lainnya. Mengolah informasi tanpa rasa takut.
yang di dapat, sehingga peserta didik tidak Berdasarkan permasalahan tersebut,
dapat begitu saja menerima informasi maka perlu dikembangkan dengan
yang mereka dapat dari berbagai sumber, penerapan sebuah media pembelajaran yang
menentukan pokok-pokok pikiran harapkan dapat membantu siswa dalam
yang mendasari suatu informasi dan meningkatkan kemampuan mengolah
menarik konsekuensi dari informasi baik informasi siswa. Media pembelajaran
dalam waktu maupun dalam dimensi. saat ini mengalami perkembangan yang
Kemampuan mengolah informasi sangat pesat. Hal ini dapat dikatakan
merupakan perpaduan dari proses berpikir bahwa media pembelajaran adalah alat
peserta didik, karena ketika peserta didik yang dapat membantu dalam proses
mengolah informasi, peserta didik harus pembelajaran, tidak hanya itu saja media
bisa mengembangkan kemampuannya pembelajaran dianggap sebagai salah satu
secara bertahap. Menurut pendapat Anwar sumber belajar yang ikut membantu guru
(2006, hlm. 29) kemampuan berpikir dalam memperkaya wawasan peserta
meliputi “kemampuan menggali informasi, didik serta berfungsi untuk memperjelas
kemampuan mengolah informasi, makna pesan yang ini disampaikan.
kemampuan mengambil keputusan dan Sependapat dengan Trianton (2013, hlm.
memecahkan secara kreatif”. Dengan xi) menyatakan bahwa “media yang baik
berpikir, peserta didik akan terlatih untuk adalah yang mengandung pesan sebagai
menyelesesaikan masalah sesuai dengan perangsang sehingga dapat menumbuhkan
nalar atau logika. motivasi belajar pada siswa (peserta
Pada dasarnya kegiatan mengolah didik). Tujuannya adalah agar peserta
informasi terdapat pada Kurikulum 2006 didik menjadi tidak bosan atau cepat jenuh
maupun Kurikulum 2013. Dalam kurikulum dalam mengikuti proses belajar”.

125
WAWAN DARMAWAN
PENERAPAN MEDIA FILM.....

Menurut pendapat Gagne dan Briggs mengelompokkan data atau informasi


(Arsyad, 2009, hlm. 81) mengatakan mana saja yang sesuai dengan fakta dan
bahwa ‘media pembelajaran meliputi realita nya tidak hanya itu saja siswa dapat
alat yang secara fisik digunakan untuk mengembangkan proses berpikirnya,
menyampaikan isi materi pengajaran, maka dari itu penggunaan media film dapat
yang terdiri dari antara lain buku, tape menjelaskan suatu proses dan menjelaskan
rceorder, kaset, video, camera, video suatu keterampilan dan semua siswa dapat
recorder, film slide (gambar bingkai), foto, belajar dari film tersebut sekaligus dapat
gambar, grafik, televisi dan komputer’. mengembangkan kemampuan mengolah
Salah satu ciri media pembelajaran adalah informasi siswa.
bahwa media mengandung dan membawa Selain itu, terdapat beberapa kegiatan
pesan atau informasi kepada penerima yang dapat meningkatkan kemampuan
yaitu siswa. mengolah informasi siswa. Kegiatan-
Berbagai jenis media pembelajaran kegiatan tersebut dapat ditemukan di
yang ada saat ini, peneliti memutuskan dalam langkah-langkah penerapan media
untuk memilih media film sebagai media film. Guru menayangkan film di dalam
pembelajaran. Pengertian film itu sendiri kelas serta guru memberikan kesempatan
menurut Munadi (2008, hlm. 116) “film kepada siswa untuk mencari sumber
adalah alat komunikasi yang sangat informasi yang ada, sehingga siswa dilatih
membantu proses pembelajaran efektif. Apa untuk mengambil poin-poin penting yang
yang terpandang oleh mata dan terdengar ada dalam isi pokok film serta mampu
oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah mengolah informasi yang telah didapat.
diingat dari pada apa yang hanya dapat Pembelajaran menggunakan media
dibaca atau hanya didengar”. Sementara film ini dilakukan secara berkelompok,
Trianton (2013, hlm 57) menyatakan setiap kelompok berdiskusi membahas
media film adalah “alat penghubung yang permasalahan dari lembar kerja siswa
berupa film; media massa alat komunikasi (LKS) yang diberikan oleh guru diharapkan
seperti radio, televisi, surat kabar, majalah peserta didik terbiasa bagaimana cara
yang memberikan penerangan kepada mengolah sumber informasi menjadi hasil
orang banyak (massa) dan mempengaruhi informasi yang bermakna.
pikiran mereka”. Penggunaan media Dari pemaparan di atas bahwa
film sebagai media belajar atau sumber melalui melalui pemutaran film peserta
belajar, dapat membantu pendidik dan didik dilatih untuk mengambil poin-poin
peserta didik menjalin komunikasi dan penting yang ada dalam isi pokok film
interaksi yang lebih hidup, sehingga pesan serta mampu menganalisis dan mengolah
pembelajaran yang ingin disampaikan informasi yang telah didapatkan utnuk
dapat tercapai dengan lebih baik dan menciptakan informasi yang lebih akurat
sempurna. dengan membandingkan dengan sumber
Melalui Penggunaan film diharapkan informasi lainnya. Dihubungkan dengan
siswa mampu mengolah informasi yang kemampuan mengolah informasi, film
ada dari isi film tersebut dengan begitu dapat dijadikan sebagai sumber informasi
siswa dapat menganalisis serta dapat yang dapat dijadikan sebagai pembanding

126
FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018
ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

antara sumber informasi lainnya, baik Kecamatan Coblong Kelurahan Cipaganti


melalui sumber buku maupun sumber Kota Bandung Jawa Barat 40131. Kelas
internet. Maka tujuan dari proses yang dipilih sebagai subjek penelitian
penelitian ini yaitu untuk mengembangkan disesuaikan dengan karakteristik
kemmapuan berpikir siswa sebab permasalahan yang diteliti sebelumnya
kemampuan mengolah informasi sebagai upaya untuk memperbaiki proses
termasuk kegiatan mengelompokkan dan pembelajaran di dalam kelas. Adapun
menganalisis, dengan begitu siswa tidak kelas yang menjadi objek penelitian ini
mudah percaya begitu saja terhadap setiap adalah kelas XI IPS 1 terdiri dari 33 orang
informasi yang mereka dapat. siswa dengan 14 siswa perempuan dan 19
Pada penelitian ini yang menjadi siswa laki-laki.
pokok permasalahan yang dikaji adalah Adapun instrumen penelitian yang
“Bagaimana upaya meningkatkan digunakan yaitu pedoman observasi,
kemampuan mengolah informasi siswa catatn lapangan, pedoman wawancara,
melalui penggunaan media film dalam lembar kerja sisiwa (LKS). Adapun teknik
proses pembelajaran sejarah di kelas XI pengumpulan data yang digunakan
IPS I Pasundan 8 Bandung”. dalam penelitian ini berupa observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Setelah
METODE PENELITIAN data terkumpul kegiatan yang dilakukan
Metode penelitian yang digunakan selanjutnya adalah mengolah data tersebut.
untuk mendapatkan data penelitian yaitu Pengolahan data dilakukan setelah
dengan menggunakan metode penelitian pengumpulan data dengan menggunakan
tindakan kelas (PTK). Menurut Daryanto berbagai teknik pengumpulan data, data
(2011, hlm. 4) menyatakan “Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dan
Tindakan Kelas adalah penelitian yang kualitatif, data tersebut dapat memberikan
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya makna yang berarti dalam memecahkan
sendiri melalui refleksi diri dengan masalah dalam penelitian.
tujuan untuk memperbaiki kualitas Hasil penelitian yang diperoleh oleh
proses pembelajaran di kelas, sehingga peneliti perlu adanya pengujian untuk
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan”. menilai keabsahan atau tingkat kesahihan
Sedangkan desain penelitian yang untuk mengetahui kebenarannya
digunakan yaitu model spiral dari Kemmis dari sebuah penelitian agar dapat
& Mc.Taggart. dimana dalam desainnya dipertanggungjawabkan. “Di dalam
ini terdapat empat komponen penting Penelitian Tindakan Kelas (PTK), cara yang
yang saling berhubungan yang terdiri dapat dilakukan untuk pengujian validasi
dari komponen perencanaan (planning), data dengan melakukan member chek
tindakan (acting), pengamatan (observing) yaitu “memeriksa kembali keterangan-
dan refleksi (reflecting). keterangan atau informasi data yang
Sekolah yang dijadikan sebagai diperoleh selama observasi atau wawancara
tempat penelitian adalah SMA Pasundan dari narasumber, apakah keterangan,
8 Bandung, SMA Pasundan 8 Bandung atau informasi, atau penjelasan itu tetap
terletak di Jl. Cihampelas No. 167. sifatnya atau tidak berubah sehingga

127
WAWAN DARMAWAN
PENERAPAN MEDIA FILM.....

dapat dipastikan keajegannya, dan data itu Majapahit”. Selanjutnya siswa ditugaskan
terperiksa kebenarannya” (Wiriaatmadja, untuk mencari informasi melalui film yang
2014, hlm 168). Kemudian melakukan telah ditayangkan dan menghubungkan
Audit trail yang dapat memeriksa informasi yang satu dengan informasi
kesalahan-kesalaahn yang dilakukan oleh lainnya yang relevan dengan materi
penelti. Dan yang terkahir yaitu Expert pembelajaran. Pada tindakan I ini
Opinion dimana hal ini dilakukan dengan terlihat bahwa kemampuan siswa dalam
pendapat dari pakar atau pembimbing. mengolah informasi masih sangat rendah.
Hal ini ditunjukkan dengan perolehan
HASIL PENELITIAN DAN nilai setiap kelompok, dimana skor yang
PEMBAHASAN diperoleh masih jauh dari skor maksimal
Hasil penelitian ini diperoleh setelah yang ditentukan oleh peneliti yaitu 12.
melakukan pengumpulan data dari tiga kelompok yang memperoleh kategori
tanggal 28 Agustus 2015 sampai dengan kurang baik dengan skor 4 yaitu kelompok
23 Oktober 2015 di SMA Pasundan 3, 4 dan 5. Sementara dua kelompok yang
8 Bandung. Penelitian ini dilakukan memperoleh kategori cukup baik dengan
sebanyak 4 siklus yang terdiri dari 4 kali skor 6 yaitu kelompok 1 dan 2. Berdasarkan
pertemuan. Hasil penelitian ini diperoleh hasil penelitian yang telah dilakukan
melalui penilaian terhadap siswa selama bahwa siswa masih belum memahami
kegiatan proses pembelajaran berlangsung cara proses menjawab permasalahan yang
dan pemberian tugas berupa lembar kerja ada di dalam lembar kerja siswa dengan
siswa sesuai dengan materi pembelajaran. mengaitkan hasil informasi yang ada di
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan film.
melalui penerapan media film ini dilakukan Pada sklus II tindakan II perencanaan
melalui kelompok yang terdiri dari 6-7 dilakukan dengan mempersiapkan segala
orang siswa. sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan
Pada siklus I tindakan I tahap pembelajaran termasuk RPP, instrumen
perencanaan di awali dengan melakukan penelitian, Pada tahap pelaksanaan
perijinan dengan pihak sekolah dan guru peneliti mempersiapkan materi
untuk melakuakn penelitian, kemudian pembelajaran mengenai “Peranan Wali
mempersiapkan rencana pelaksanaan Songo dalam proses penyebaran agama
pembelajaran (RPP). Langkah selanjutnya Islam di Nusantara”. Selanjutnya siswa
peneliti mempersiapkan instrumen yang menyimak penayangan film dengan judul
akan digunakan, dan mempersiapkan alat- “kisah 9 wali”. Pada tindakan II ini hasil
alat yang akan dibutuhkan ketika tindakan dari proses penelitian masih menjukkan
berlangsung. Pada tahap pelaksanaan belum adanya perubahan ke arah yang
peneliti mempersiapkan materi lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan
perkembangan kerajaan Hindu-Budha perolehan nilai kelompok dimana skor
di Nusantara mengenai perkembangan yang diperoleh. Terdapat empat kelompok
kerajaan Majapahit menyajikannya dalam yang mendapatkan kategori cukup baik
bentuk power point, selanjutnya siswa yaitu kelompok 1 memperoleh skor 7,
menyimak film dengan judul “Mahkota kelompok 2 memperoleh skor 6, kelompok

128
FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018
ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

3 memperoleh skor 5 dan kelompok 4 Selanjutnya peneliti mempersiapkan


memperoleh skor 6. Sementara hanya film dokumenter yang berjudul “Islam
satu kelompok yang memperoleh kategori Nusantara (kerajaan Mataram“. Pada
kurang baik dengan skor 4 yaitu kelompok tindakan IV menunjukkan bahwa
5. kemampuan mengolah informasi
Pada siklus III tindakan III siswa pada tindakan ini sudah baik
perencanaan yang dilakukan hampir atau siswa sudah mampu mengolah
sama dengan tindakan sebelumnya yaitu informasi yang mereka peroleh. Hal ini
mempersiapkan perangkat pembelajaran di tunjukkan dengan perolehan nilai
yang akan digunakan. Materi yang skor kelompok yaitu terdapat empat
akan dipersiapkan oleh peneliti yaitu kelompok yang mendapatkan kategori
mengenai kerajaan bercorak Islam di baik yaitu kelompok 1 memperoleh skor 11,
Nusantara “Kerajaan Banten”. selanjutnya kelompok 2 memperoleh skor 9, kelompok
peneliti mempersiapkan film berjudul 3 memperoleh skor 9 dan kelompok 5
“Perkembangan Islam di Wilayah Kerajaan memperoleh 9. Sementara kategori yang
Banten“.pada tindakan III menunjukkan cukup baik hanya satu kelompok yaitu
adanya perubahan ke arah yang lebih baik. kelompok 4 dengan perolehan skor 6.
Namun demikian, kemampuan mengolah Berdasarkan hasil temuan di lapangan,
informasi siswa dalam pembelajaran yaitu selama melakukan penelitian
sejarah perlu ditingkatkan kembali. Hal mengenai penerapan media film sebagai
ini di tunjukkan dengan perolehan nilai sumber belajar untuk meningkatan
kelompok dimana skor yang diperoleh. kemampuan mengolah informasi
Terdapat tiga kelompok yang mendapatkan siswa dalam pembelajaran sejarah,
kategori baik yaitu kelompok 1 dengan memperoleh hasil bahwa kemampuan
perolehan skor 9, kelompok 2 mempeorleh mengoah informasi siswa mengalami
skor 9, kelompok 3 memperoleh skor 8. peningkatan dalam setiap tindakan.
Sementara dua kelompok mendapatkan Peningkatan tersebut dinilai dari proses
kategori cukup baik yaitu kelompok 4 diskusi kelompok dengan mendiskusikan
memperoleh skor 6 dan kelompok 5 permasalahan yang terdapat di dalam
memperoleh skor 6. Berdasarkan hasil lembar kerja siswa (LKS), karena
penelitian bahwa masih kurangnya pada proses ini setiap siswa mampu
siswa dalam kemampuan memberikan menggunakan kemampuan berpikirnya
sudut pandang mereka untuk mengolah untuk menganalisis serta mengolah
informasi atau menganalisis terlebih terlebih dahulu informasi yang telah
dahulu hasil informasi yang mereka dapat. mereka peroleh. Peningkatan kemampuan
Pada siklus IV tindakan IV tahap mengolah informasi siswa pada saat
perencanaan dilakukan hampir sama diskusi secara berkelompok terlihat dari
dengan siklus-siklus sebelumnya yaitu presentase rata-rata yang dijabarkan
mempersiapkan perangkat pembelajaran dalam tabel ini.
yang akan digunakan. materi yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu
mengenai “Kerajaan Mataram Islam”.

129
WAWAN DARMAWAN
PENERAPAN MEDIA FILM.....

Tabel 1
Pencapaian Skor Kemampuan Mengolah Informasi Siswa pada Saat Diskusi
Kelompok dalam Mengerjakan LKS

Kelompok Tindakan I Tindakan II Tindakan III Tindakan IV


1 6 7 9 11
2 6 8 9 9
3 4 5 8 9
4 4 6 6 6
5 4 4 6 9
Jumlah Skor
Kelompok 24 30 38 44
Skor Maksimal 60
Rata-rata 40% 50% 63,3% 73,3%
presentase
Kategori Nilai Cukup Baik Cukup Baik Cukup baik Baik

Perhitungan rata-rata (presentase) = Jumlah Perolehan kelompok x 100


skor maksimal

Tabel 2
Konversi Rata-rata Perolehan Skor Kemampuan Mengolah Informasi Siswa pada
Saat Diskusi Kelompok dalam Mengerjakan LKS

Nilai Skor (Presentase)


Baik 66,7% - 100%
Cukup Baik 33,4% - 66,6%
Kurang Baik 1% - 33,3%

Tabel di atas, menunjukkan rata-rata Secara umum, terdapat beberapa


presentase skor keseluruhan kelompok peningkatan yang bisa diamati melalui
pada tindakan ke-I yaitu 40%, pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
tindakan ke-II mengalami kenaikan di dalam kelas setelah diterapkannya
menjadi 50%. Dari tindakan I ke tindakan media film yaitu: pertama, siswa mampu
II mengalami peningkatan sebesar 10%. menghubungkan hasil informasi yang
Pada tindakan ke-III mengalami kenaikan mereka peroleh dari berbagai sumber
63,3%. Dengan demikian maka tindakan II dengan materi permasalahan yang ada
ke tindakan ke III mengalami peningkatan di dalam LKS. Kedua, siswa mampu
sebesar 13,3%. Dan pada tindakan ke- mencari sumber informasi yang relevan
IV mengalami kenaikan yang cukup sebagai solusi untuk menjawab pon-poin
signifikan menjadi 73,3%, dari tindakan masalah yang diberikan oleh guru. Ketiga,
III ke tindakan IV mengalami peningkatan siswa terbiasa mengolah hasil informasi
sebesar 10%.

130
FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018
ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

yang mereka peroleh agar memperoleh belajar pada siswa (peserta didik). Dengan
hasil informasi yang sesuai dengan fakta- demikian media film ini mendorong dan
fakta sejarah. Keempat, siswa mulai memberikan kesempatan kepada siswa
mampu menyimpulkan hasil analisis atau untuk terampil dalam mencari informasi.
kesimpulan dengan menggunakan kalimat Artinya, siswa didorong untuk mampu
sendiri. mencari serta mengolah informasi yang
Kenaikan presentase rata-rata diperoleh serta mampu menyimpulkan
kemampuan mengolah informasi hasil informasi yang mereka peroleh ke
siswa melalui penerapan media film dalam tulisan sesuai dengan pemahaman
mengindikasikan adanya perubahan mereka. Siswa juga akan mampu
terhadap cara berpikir siswa dalam membangun dan menumbuhkan motivasi
mengolah informasi yang awalnya mereka cara belajar mereka sehingga proses belajar
hanya terdapat pada kategori yang rendah mengajar dapat berjalan dengan efektif.
jadi berada pada kategori baik bahkan
SIMPULAN
mencapai 73,3%. Bahwa pada dasarnya
kemampuan mengolah informasi dianggap Secara keseluruhan, perencanaan
sebagai proses berpikir seseorang. Hal ini dalam penelitian ini dapat berjalan
sependapat menurut Hasan (1996, hlm. dengan baik. Dari awal perijinan,
222) yang menyatakan bahwa ‘kemampuan observasi, dan menyiapkan perangkat
pengolahan informasi dianggap sebagai pembelajaran yang akan digunakan untuk
proses berpikir’. Hal ini menunjukkan melaksanakan kegiatan pembelajaran
bahwa kemampuan mengolah informasi dengan menggunakan penerapan media
merupakan salah satu wujud bagaimana film di kelas XI IPS I. Selain itu peneliti
proses belajar siswa yang dilakukan mempersiapkan instrumen penelitian
di dalam kelas. Sehingga kemmapuan yang dapat memudahkan peneliti untuk
berpikir siswa dalam mengolah informasi memperoleh data. Perencaaan yang
mulai terlihat membuahkan hasil yang dilakukan oleh peneliti pada setiap
cukup signifikan. siklusnya mengalami perkembangan ke
Kemampuan mengolah informasi arah yang lebih baik dan semakin matang.
siswa dengan penerapan media film dalam Pelaksanaa penerapan media film
pembelajaran sejarah memiliki keterkaitan untuk meningkatkan kemampuan
sendiri dalam proses pembelajaran sebab mengolah informasi siswa ini secara
dengan penampilan media film dapat keseluruhan dapat berjalan dengan cukup
dimanfaatkan sebagai media penyampai baik yang dilakukan sebanyak empat
pesan informasi yang efektif. Menurut tindakan dan empat siklus. Kegiatan
Munadi (2008, hlm. 116) “film adalah alat pelaksanaan penerapan media film
komunikasi yang sangat membantu proses tentunya disesuaikan dengan kondisi dan
pembelajaran yang efektif”. Sependapat karakteristik kelas yang dijadikan sebagai
dengan dengan Trianton (2013, hlm. xi) tempat penelitian yaitu kelas XI IPS 1.
menyatakan “media yang baik adalah yang Pembelajaran di awali dengan pemaparan
mengandung pesan sebagai perangsang materi dengan menyajikan power point
sehingga dapat menumbuhkan motivasi serta menayangkan media film yang

131
WAWAN DARMAWAN
PENERAPAN MEDIA FILM.....

berkaitan dengan materi pembelajaran, DAFTRA PUSTAKA


kemudian dilakukan diskusi kelompok
Anwar (2006). Pendidikan kecakapan
untuk memecahkan permasalahan yang
hidup. Alfabeta: Bandung
telah ada di lembar kerja siswa serta
Arsyad, A. (2009). Media pembelajaran.
mengetahui seberapa besar kemampuan
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
siswa dalam mengolah informasi yang
Daryanto. (2011). Penelitian tindakan
telah di dapat.
kelas dan penelitian tindakan sekolah
Berdasarkan hasil dari penelitian yang
beserta contoh-contohnya. Yogyakarta:
dilakukan, secara keseluruhan kemampuan
Gava Media.
mengolah informasi siswa mengalami
Hasan. H. (1996). Pendidikan ilmu sosial.
peningkatan yang cukup signifikan setelah
Jakarta: Departemen Pendidikan
diterapkannya media film dalam proses
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
pembelajaran. Melalui penerapan media
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
film siswa terbiasa untuk mengolah
Tenaga Akademik.
informasi yang mereka peroleh dari
Ismaun (2001). Paradigma pendidikan
hasil tayangan yang ditampilkan, selain
sejarah yang terarah dan bermakna.
itu pula siswa mampu membandingkan
Jurnal Pendidikan Sejarah. 4, (II).
serta menghubungkan informasi yang
Munadi. Y. (2008). Media pembelajaran
mereka peroleh dari sumber buku dan
sebuah pendekatan baru. Jakarta:
internet, tidak hanya itu saja siswa dilatih
Gunung Persada Perss.
untuk menarik kesimpulan. Penerapan
Rohim, S. (2009). Teori komunikasi
media film mampu untuk meningkatkan
perspektif, ragam, & aplikasi. Jakarta:
kemampuan mengolah informasi siswa
Rineka Cipta
pada mata pelajaran sejarah. Hal ini
Trianton. T. (2013). Film sebagai media
terlihat dari hasil tindakan yang dilakukan
belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
sebanyak empat kali, di mana dalam setiap
Wiriaatmadja. R. (2014). Metode penelitian
tindakan ke-I sampai pada tindakan ke-
tindakan kelas. Bandung: PT. Remaja
IV mengalami peningkatan yang cukup
Rosdakarya
signifikan.

132

Anda mungkin juga menyukai