Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya terutama nikmat

kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu Dasar Keperawatan 3

makalah “Sterilisasi dan Desinfeksi”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada

nabi besar kita Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-

kekurangan dalam menulis makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca.

Palembang, 11 Desember 2017

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………….1

Daftar Isi……………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………....3

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….....3

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….4

a. Pengertian Sterilisasi………………………………………………………..4

b. Pengertian Desinfeksi……………………………………………………....5

c. Tujuan sterlisasi dan desinfeksi…………………………………………….6

d. Macam-macam sterilisasi…………………………………………………...6

e. Macam-macam desinfeksi…………………………………………………13

f. Tindakan pencegahan infeksi………………………………………………17

BAB III PENUTUP………………………………………………………………21

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….21

3.2 Saran…………………………………………………………………………...21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang

Perkembangan bakteri semakin hari semakin tak dapat terkontrol. Beberapa bahan obat
dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah dan hemodialiser
pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh. Olehkarena itu
produk tersebut harus steril atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat
patogen. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang pathogen maupun yang
nonpatogen.
Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk
membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi,
imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi. Selain itu,
diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara
keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi seperti
apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan kebidanan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi dunia
kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan
besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan
lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Dari uraian diatas, makalah ini akan membahas tentang sterilisasi dan desinfeksi. Juga
bagaimana aplikasinya dalam keseharian dalam dunia kebidanan.
1.2           Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi?


2. Apa tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi?
3. Macam-macam sterilisasi?
4. Macam-macam desinfeksi?
5. Tindakan pencegahan infeksi?

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi

A. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang
apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,
stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi
cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:


a.       Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b.      Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi.
c.       Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d.      Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e.       Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
f.       Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

4
B. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh
mikroorganisme pathogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi,
penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak
karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.

Disinfeksi berhubungan erat dengan sanitasi. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam
pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia Pada proses sanitasi, populasi mikroorganisme direduksi
sampai mencapai level atau tingkatan yang dianggap aman oleh standar kesehatan masyarakat.
Agen sanitasi disebut sanitizer. Contoh sanitizer yang digunakan adalah sanitizer untuk
membersihkan peralatan makan di restoran
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan
tingkat tinggi dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat
dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas tingkat
menengah bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
a.       Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar

5
b.      Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
c.       Tidak toksik pada hewan dan manusia
d.      Tidak bersifat korosif
e.       Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f.       Tidak berbau/ baunya disenangi
g.      Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h.      Larutan stabil
i.        Mudah digunakan dan ekonomis.
C. Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi
Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah :
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam melakukan biakan
murni.
D. Macam-Macam Sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda
dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan
dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik
melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme
untuk dapat melaluinya.
Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak
tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi tinggi
membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan
berpasangan dengan sistem proses aseptik.

6
Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban
mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi yang tinggi dari
mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari peenyaring adalah parameter yang
harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada produk yang dapat diprediksi dan reproduksibel.
Ukuran nominal pori penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis
bahan seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat,
poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk memban
logam.
Ada beberapa macam cara penyaringan salah satu nya yaitu dengan menggunakan
penyaringan (filtrasi) membran. Prinsip tekhnik filtrasi membran ini adalah dengan menyaring
cairan sampel melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari bahan sejenis selulosa.
Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter lebih kecil
daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan berlangsung, sel-
sel yang terdapat pada sempel akan terjebak dari peralatan filtrasi kedalam cawan petri berisi
media. Kertas membran ini bersifat solid sehingga dapat menahan sel yang terjebak tetap pada
posisinya dan kemudian dapat berkembang tanpa bercampur dengan sel lain yang ikut terjebak
juga. Nutrisi yang terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam kertas membrane
sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh menjadi koloni yang dapat
dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu inkubasi tertentu.
Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis mikroba
yang berada pada kertas membran.

2. Sterilisasi secara fisik


Dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran :
A.    Pemanasan
1.    Pemanasan Kering
a.    Flaming (Flambir)
Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek dan kaca penutup.
Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen, tanpa membiarkan memijar. Dapat juga diulakukan
dengan mencelupkannya kedalam spirtus bakar, kemudian dibakar, tetapi cara ini tidak

7
menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini diterapkan terhadap permukaan
baskom dan mortir.
b.        Pembakaran
Membakar alat pada api secara langsung dengan bunser burner, contoh alat : jarum inokulum,
pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya
c.         Udara Panas.
Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat
dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan
tergantung dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan
ketentuan maka sterilisasi pun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas
misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder
misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan
panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC,
selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan
yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak
terhambat.

2.    Secara Panas Basah


a.    Merebus (boiling)
Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit setelah air mendidih, beberapa bakteri tidak
terbunuh dengan teknik ini contohnya Clostridium perfingens dan Cl. Botulinum. Missal Pisau
operasi, Gunting, Pinset, Kocher, Korentang
Persiapan:
1.      Peralatan yang akan dibersihkan
2.      Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.
3.      Sabun cuci
4.      Sikat halus
5.      Bengkok (nierbekken)
6.      Lap kering

8
7.      Larutan desinfektan
8.      Kain kasa
9.      Stalisator dalam keadaan siap pakai
Pelaksanaan:
Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk
menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan
sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien
berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus
didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih. Setelah air
mendidih kurangnya 15 menit baru diangkat.
Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril ketempat
penyiumpanan yang steril.
b.    Dengan uap air panas
Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi
lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan. Lamanya
sterilisasi adalah 30 menit, cara ini tidak bisa digunakan untuk spora tetapi untuk bentuk
vegetatif.
c.    Uap air panas bertekanan
Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja
maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik digunakan
Bacillus stearothermophilus. Bila media yang telah distrerilkan, diinkubasi selama 7 hari
berturut-turut apabila selama 7 hari. Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf
baik, kesterilalnnya, keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf.
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan ini adalah mengatur tekanan dalam autoklav, maka
dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap
pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 –
70 menit tergantung kebutuhan.

9
Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf :
1.        Harus ditunggu selama bekerja
2.        Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan
secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat
pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur,
sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur
bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering
sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
d.   Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC
selama 30 menit. Pertama dilakukan oleh Pasteur. Membunuh kuman: tbc, brucella,
Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari
sapi/pemerah). Digunakan untuk peralatan terapi pernapasan.
e.     Tyndalisasi
Dilakukan pemanasan basah pada suhu 800C selama 30 menit yang dilakukan selama 3 hari
berturut-turut. Caranya : Hari 1 dilakukan sterilisasi dengan uap air selama 30 menit pada 100 0C.
Kemudian dimasukkan inkubator selama 24 jam. Hari 2  dilakukan pemanasan dan inkubasi lagi,
begitu jug hari ke 3.

B.       Radiasi
1.    Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri adalah 240-280 nm. Pada
panjang gelombang 260 nm merupakan panjang gelombang yang maksimum diabsorbsi oleh
DNA bakteri. Tidak dapat digunkan untuk material tertutup dan endospora. Digunakan untuk
sterilisasi udara, ruangan perawatan, dan ruang operasi. Kontak yang lama dengan UV dapat
merusak mata, luka bakar dan kanker kulit.
Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:

10
a.    Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b.    Absorbsi asam Nukleat
c.    Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d.   Penetrasi lemah kelemahan
2.    Sinar ion bersifat hiperaktif
Sering digunakan pada sinar Gamma, daya kerjanya sterilisasi bahan makanan, terutama bila
panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan  Bahan disposable: alat suntikan
cawan petri dapat disterilkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga
“sterilisasi dingin”.
Penggunaan teknik ini radiasi gamma dari kobalt-60, lebih kuat daya tembusnya dibandingkan
dengan sinar UV dan tidak dilakukan dalam laboratorium. Metode sterilisasi ini ditujukan untuk
merusak asam nukleat mikroorganisme dan digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat
disterilisasi menggunakan panas, contohnya bahan plastik sekali pakai (disposable plasticware),
antibiotik, hormon, dan jarum suntik.

 Sterilisasi dengan Cara Kimia


a.         Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia :
1.       Rongga (space)
2.       Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
3.       Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
4.       Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
5.       Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap
6.      Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan

b.        Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia


1. Jenis bahan yang digunakan.
2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu

11
c.         Macam-macam sterilisasi secara kimia
1.        Gas sterilisator
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan menggunakan gas yang
membunuh mikroorganisme dan spora. Mekanisme dalam membunuh mikroorganisme yaitu
bertindak sebagai alkylating agent dimana berikatan dengan gugus –SH,-COOH atau –OH yang
pada akhirnya gugus ini menyebabkan denaturasi pada protein mikroorganisme sehingga
mikroorganisme dapat mati. Digunakan untuk zat yang tidak tahan panas. Ethylene oxide
digunakan untuk sterilisasi suhu rendah. Ethylene oxide bersifat eksplosif ketika bercampur
dengan udara. Sifat ini dapat dihilangkan dengan menggunakan campuran ethylen oxide dengan
karbondioksida. Peralatan yang disterilkan yaitu bahan yang bersifat termolabil seperti karet,
plastik , antibiotik, plastik kateter,jarum suntik plastik sekali pakai.
Langkah-langkah dalam teknik sterilisasi adalah sebagai berikut:
a.         Sampel dimasukkan kedalam chamber sterilisasi.
b.         Gas etilen oksida dipompakan ke dalam chamber selama 20-30 menit dengan suhu 100°C.
c.          Diatur kelembapan 50-60% dan suhu 30° – 40°C.
d.         Didiamkan selama 14 jam.
e.          Dilakukan proses vakum selam 2 jam. Hal ini dilakukan untuk menarik residu gas pada
sampel karena gas etylen okside bersifat toksik.
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat
kimia cair. Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.
2.        Zat cair
Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi :
a.       Alkohol
Berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas
30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Paling efektif
untuk sterilisasi dan desinfeksi membran sel yang rusak. Mendenaturasi protein dengan
jalan dehidrasi & enzim tidak aktif
b.      Halogen
Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan
umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-
5%.

12
c.       Yodium
Konsentrasi yodium yang tepat tidak mengganggu kulit, efektif terhadap berbagai protozoa.
d.      Klorin
Rentang waktu sekitar 5 menit dan konsentrasinya 0,5%, memiliki warna khas dan bau tajam,
dapat mendesinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah.
e.       Fenol
Rentang waktu sekitar 10-30 menit dan konsentrasinya 0,1-5%. Mempresipitasikan protein
secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan permukaan. Standar pembanding untuk
menentukan aktivitas suatu desinfektan.
f.       Peroksida (H2O2)
Konsentrasinya 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 2 jam
untuk membunuh virus. Peroksida bersifat efektif dan nontoksid, molekulnya tidak stabil,
menginaktif enzim mikroba.

E. Macam-macam Desinfeksi
Macam-macam desinfektan yang digunakan :
1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang
dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi
permukaan, namun tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan
oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal
maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2%
dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa
steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena
glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus
memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2%
efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu
10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.

13
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan control plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen
digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air
digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan
sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-).
Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan
salivary mucus.
4. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah
dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan
organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak olm bneh zat organik. Zat ini bersifat virusidal
dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini,
banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik,
aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan
(misalnya Dettol).

Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain :


a.          Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang
terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia
lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.

14
b.         Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini
biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah
dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat
pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain
violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai
bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
c.          Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau
dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
d.         Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya
daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk
fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi
menarik.
e.          Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa
yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak
dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada
jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati.
Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi
yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
f.          Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga
antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai
pengawet).
g.         Formaldehida

15
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat
efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,
formaldehida dikenal sebgai formalin.
h.         Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora,
jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida
yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya
substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan
secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut.
Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya
dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
i.           Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi.
Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang
dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
j.           Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan
spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan
bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair
mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa
jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.
k.         Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon,
terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa
ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.
l.           Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan : yaitu menurunkan tegangan
permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi
terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian. Sabun dan deterjen berguna untuk
memfasilitasi pemindahan kotoran dan mikroorganisme dibandingkan dengan sifat

16
desinfektannya. Pemindahan kotoran dapat terjadi karena bahan tidak larut air seperti minyak
pada kulit dan kotoran akan dilarutkan di air sehingga dapat dibasuh dan dibuang.
m.       Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa
kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan
Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
n.      Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang
sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain

F. TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI


a.       Cuci tangan
Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang
meyebabkan menyebarnya mikroorganisme.
b.      Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri
1.    Sarung tangan/ handscoon
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, atau sampah yang terkontaminasi.
Jika sarung tangan diperlukan ganti sarung tangan untuk setiap pasien untuk menghindari
kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi berbeda.
Gunakan sarung tangan steril/ DTT untuk prosedur yang mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit (persalinan, heating, pengambilan darah).

2.    Alat pelindung diri


a.       Kaca mata pelindung/ google
b.      Penutup kepala
c.       Masker wajah
d.      Sepatu boot atau sepatu tertutup
e.       Celemek/ barack short
c.       Menggunakan teknik asepsis atau aseptic

17
1.        Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh
atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit, karena kulit dan mukosa tidak
dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme
yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan penyebab infeksi. Cuci tangan secara teratur
diantara kontak dengan setiap pasien ,membantu untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada kulit.
2.        Antiseptik merupakan larutan yang digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu
menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfeksi.Sedangkan larutan
disinfeksi dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrument yang digunakan
dalam prosedur bedah.

d.      Memproses alat bekas pakai


Tiga proses pokok yang direkomendasi untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam
upaya pencegahan infeksi adalah:
1.      Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan,
sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda
lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk perlindungan lebih jauh pakai
sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan lateks
jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor segera setelah digunakan,masukkan benda-
benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% 10 menit. Selama prosedur ini dengan
cepat memastikan virus hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda yang terkontaminasi
terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin, cepat mengalami sehingga
harus diganti paling sedikit setiap 24 jam atau lebih cepat terlihat kotor atau steril. Tujuan dari
dekontaminasi :
   Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat atau suatu permukaan benda
   Mematikan mikroorganisme dan kotoran lain yang tidak tampak
   Mempersiapkan permukaan alat untuk kontak langsung dengan desinfektan atau bahan
sterilisasi
   Melindungi petugas kesehatan dari bahaya  infeksi

18
Dekontaminasi dapat dilakukan dengan  : Larutan klorin 0,5 %-0,1 %,   Etil 70 %, bahan fenolik
atau karbol 0,5 % - 3 %.
Langkah dekontaminasi :
1.      Lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan cara merendamnya dengan larutan
desifektan (klorin 0,5 %) selama 10 menit
2.      Setelah dekontaminasi instrumen harus segera dicuci dengan air dingin untuk
menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh.
3.      Jarum habis pakai da semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik untuk dikubur.
4.      Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi maka selanjutnya di proses
dengan aman untuk dilakukan pencucian.

2.      Cuci dan bilas


Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada
peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun
disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Sebagian
besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik
lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi
tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk
menghilangkan sejumlah endospora bakteri.

3.      Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi


Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT
dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus (dengan uap panas), atau
merendam alat dalam disinfektan kimiawi. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau
Pengukusan suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah
100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT sekurang-
kurangnya 20 menit.

e.       Menangani peralatan tajam dengan aman


Untuk menangani peralatan tajam, perlu diperhatikan pedoman berikut ini:

19
1.        Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan
manggunakan “daerah aman“ yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan
mengambil peralatan tajam).
2.        Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara insinerasi, bilas tiga
kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan
dan kemudian dikubur.
f.       Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar).
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur kebersihan dan kerapian:
1.      Segera bersihkan percikan darah dengan menuangkan larutan klorin 0,5% pada percikan
tersebut kemudian seka dengan air.
2.      Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli segera seka permukaan dan bagian-
bagian peralatan tersebut dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.

20
BAB 3
PENUTUP
3.1        Kesimpulan

Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan.Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen.
Tujuan sterilisasi yaitu : Mencegah terjadinya infeksi, mencegah makanan menjadi rusak,
mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri, mencegah kontaminasi terhadap bahan-
bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni..
Tindakan pencegahan infeksi yaitu dengan cara : Cuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan pelindung diri, memproses alat bekas pakai, menggunakan teknik asepsis atau
aseptic

3.2        Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah agar teman-teman dapat memahami tentang proses
sterilisasi dan desinfeksi serta macam-macam sterilisasi dan desinfeksi .Agar kita semua
terhindar dari infeksi.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://dprayetno.wordpress.com/sterilisasidesinfeksi/10juni2011
http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi-desinfeksi.htmlmikrobiologidasar

22

Anda mungkin juga menyukai