Anda di halaman 1dari 11

Perdarahan Intrakranial akibat Defisiensi Faktor V

Virginia Veronica Komaling


102020130
A5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
virginia.102020130@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Koagulasi atau pembekuan darah merupakan mekanisme alami tubuh untuk menghentikan
perdarahan saat terjadi luka atau cedera. Pembekuan darah terjadi melalui 2 jalur yaitu, jalur
intrinsik, dan jalur ekstrinsik. Ada 13 faktor koagulasi dalam darah dan jaringan tubuh manusia,
yaitu faktor I (fibrinogen), faktor II (protrombin), faktor III (trombokinase), faktor IV
(kalsium), faktor V (proakselerin), faktor VI tidak digunakan, faktor VII (prokonvertin), faktor
VIII (plasmokinin), faktor IX (protromboplastin beta), faktor X (protrombinase), faktor XI
(faktor PTA), faktor XII (faktor hageman), dan faktor XIII (fibrinase). Bila terjadi gangguan
atau komplikasi pada pembekuan darah, dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak darah
akibat perdarahan baik di dalam maupun di luar tubuh, misalnya pada organ otak.
Kata kunci: faktor koagulasi, mekanisme koagulasi, jalur koagulasi.

Intracranial Bleeding due to Factor V Deficiency


Abstract
Coagulation or blood clotting is the body's natural mechanism to stop bleeding when an injury
or injury occurs. Blood clotting occurs through 2 pathways namely, the intrinsic, and the
extrinsic pathways. There are 13 coagulation factors in the blood and tissues of the human
body, namely factor I (fibrinogen), factor II (prothrombin), factor III (thrombokinase), factor
IV (calcium), factor V (proakselerin), factor VI is not used, factor VII (proconvertin), factor
VIII (plasmokinin), factor IX (prothromboplastin beta), factor X (prothrombinase), factor XI
(PTA factor), factor XII (hageman factor), and factor XIII (fibrinase). If there is a disturbance
or complication in blood clotting, it can cause the body to lose a lot of blood due to bleeding
both inside and outside the body, for example in the brain.
Keywords: coagulation factors, coagulation mechanism, coagulation pathway.

PENDAHULUAN
Perdarahan intrakranial merupakan perdarahan atau akumulasi darah dalam rongga
intrakranium yang dapat terjadi pada parenkim otak dan pada ruang meninges sekitarnya.
Perdarahan intrakranial dapat disebabkan oleh kejadian traumatik maupun nontraumatik.
Perdarahan traumatik intrakranial berupa cedera otak traumatik yang mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah otak dan perdarahan, sedangkan nontraumatik adalah peningkatan tekanan
darah, misalnya akibat eklampsia atau hipertensi. Darah merupakan suatu suspense partikel
dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Secara umum, fungsi darah adalah
sebagai alat transportasi zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolism dan juga untuk sebagai pertahanan tubuh dengan
mengedarkan antibody dan sel darah putih. Saat terjadi luka atau cedera, pembuluh darah dapat
rusak dan terjadilah perdarahan. Untuk menghentikan perdarahan tersebut, tubuh secara alami
akan menjalankan mekanisme untuk menyembuhkan luka melalui proses pembekuan
(koagulasi). Koagulasi atau pembekuan darah berlangsung secara bertahap dan dilalui 2 jalur,
yaitu jalur intrinsik, dan jalur ekstrinsik. Selain itu, pembekuan darah tidak akan terjadi tanpa
peran dari trombosit dan komponen faktor pembekuan. Terdapat 13 faktor koagulasi dalam
darah dan jaringan tubuh manusia, yaitu faktor I (fibrinogen), faktor II (protrombin), faktor III
(trombokinase), faktor IV (kalsium), faktor V (proakselerin), faktor VI tidak digunakan, faktor
VII (prokonvertin), faktor VIII (plasmokinin), faktor IX (protromboplastin beta), faktor X
(protrombinase), faktor XI (faktor PTA), faktor XII (faktor hageman), dan faktor XIII
(fibrinase).1
Skenario
Seorang pasien laki-laki berusia 53 tahun dengan perdarahan intrakranial karena defisiensi
faktor V. Tes laboratorium menunjukkan waktu perdarahan normal dan waktu trombin normal.
Tingkat profil koagulasi pada pasien menunjukkan penurunan faktor V yang signifikan, di
bawah 1% dari kisaran normal (60-140%). Faktor koagulasi lainnya normal.
Rumusan Masalah
Seorang pasien laki-laki berusia 53 tahun mengalami perdarahan intrakranial.
Hipotesis
Perdarahan intrakranial terjadi karena defisiensi faktor V.
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami anatomi percabangan pembuluh pada
area kepala.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mekanisme pembekuan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor koagulasi.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jalur instrinsik dan ekstrinsik.

ISI
Percabangan Pembuluh Kepala
Pembuluh darah adalah organ tubuh yang memiliki struktur seperti tabung,
bertanggung jawab untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Peran organ ini sangat penting
dalam sistem sirkulasi. Ada tiga jenis pembuluh darah utama yaitu arteri, kapiler, dan nadi.
Arteri bertanggung jawab mengalirkan darah dari jantung, sementara kapiler memungkinkan
pertukaran air dan zat tubuh lainnya antara darah dan jaringan sekitarnya. Sedangkan nadi
bertugas untuk mengalirkan darah dari kapiler kembali ke jantung. Pada kepala dan leher
manusia sebagian besar didarahi oleh kedua arteri karotis, yaitu a. carotis interna dan a. carotis
externa. Keduanya terbentuk melalui percabangan a. carotis communis yang keluar dari
lengkung aorta dan keduanya saling berhubungan melalui anastomosis. A. carotis interna
terutama bukan satu-satunya yang menyuplai struktur intrakranial (otak), sedangkan a. carotis
externa menyuplai kepala dan leher. Di daerah leher, a. carotis communis dan a. carotis interna
tidak mempunyai percabangan, maka leher didarahi oleh cabang-cabang a. carotis externa.2

Gambar 1: Percabangan Arteri Kepala dan Leher.2


Pada kedua sisi leher dapat dijumpai dua arteri besar yang merupakan jalan cepat untuk
transpor darah dari lengkung aorta ke kepala dan otak, yaitu a. carotis communis dan
cabangnya a. carotis interna dan a. vertebralis. A. carotis communis dextra berasal dari truncus
brachiocephalicus, sedangkan yang kiri berasal langsung dari aorta. A. carotis communis
setinggi corpus vertebrae cervicalis 4 bercabang menjadi aa. carotis interna dan externa. A.
carotis interna di daerah leher tidak bercabang dan berjalan terus menuju bagian dalam
tengkorak ke otak, sedangkan a. carotis externa bercabang menjadi banyak percabangan di
daerah kepala dan leher. Di daerah leher, arteri-arteri ini terutama mendarahi struktur yang
terletak ventral, termasuk isi leher. Kedua aa. carotis dibungkus oleh bungkus jaringan ikat
fascia leher vagina carotica.2

Faktor Koagulasi
Darah berperan sangat penting untuk kesehatan pada makhluk hidup. Jika terjadi luka
bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan bahkan menyebabkan kehilangan darah yang
parah. Peran trombosit dengan fungsinya adhesi agregasi menyebabkan darah membeku,
menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya
kehilangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau
hemorrhage. Untuk menghentikan terjadinya perdarahan selain diperankan oleh vaskuler dan
trombosit, faktor-faktor pembekuan darah memegang peran yang sangat penting untuk
menutup luka. Terdapat 13 faktor pembekuan di dalam tubuh manusia di antaranya, yaitu: 3,4

Gambar 2: 13 Faktor Koagulasi.


1. Faktor I (Fibrinogen)
Fibrinogen merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang melibatkan
protein plasma sehingga dapat berubah menjadi benang fibrin melalui proses yang diperankan
oleh trombin. Seseorang yang mengalami kekurangan fibrinogen disebut afibrinogenemia atau
yang lebih dikenal dengan hypofibrinogenemia. Gejala kekurangan fibrinogen ini yaitu
terjadinya perdarahan yang memanjang. Fungsi fibrinogen sebagai komponen penting dalam
protein plasma hasil dari sintesis dalam hati dan diubah menjadi fibrin. Fibrinogen merupakan
senyawa protein (polipeptida) yang karena adanya enzim akan diubah menjadi fibrin. Fibrin
ini bersama sumbatan trombosit yang membentuk gumpalan membentuk sekitar 200-400
mg/dl. Fibrinogen berada di dalam rangkaian pembekuan darah yang berada dalam jalur
bersama (common pathway). Fibrinogen akan diubah menjadi fibrin berbentuk benang oleh
adanya thrombin. Fibrinogen ini diproduksi di dalam hati dan berperan sebagai protein phase
akut. Dalam keadaan patologis, fibrinogen meningkat terdapat pada penyakit jantung coroner,
myocardial infark, stroke, penyakit arterial peripheral. 3,4
2. Faktor II (Prothrombin)
Prothrombin merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang melibatkan
protein plasma sehingga dapat berubah menjadi senyawa aktif trombin (faktor IIa) melalui
proses pembelahan yang mengaktifkan salah satu faktor yaitu X (Xa) yang berada di jalur
umum dari proses pembekuan. Fungsi sebagai protein plasma dan akan dikonversi menjadi
bentuk yang aktif berupa trombin (faktor IIa) melalui pembelahan dengan aktivasi faktor X
(Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif
fibrin. Kekurangan protrombin dapat mengakibatkan hypoprothrombinemia. Thrombin di
dalam tubuh diproduksi di hati yang biasa disebut prothrombin. Gene penanda prothrombin
berada pada lokasi kromosom 11. Kekurangan faktor pembekuan dan vitamin K akan berakibat
pada perubahan prothrombin untuk merubah menjadi thrombin. Thrombin berperan sebagai
enzim dan hampir sebagian berat molekul adalah prothrombin. Thrombin mengubah larutan
plasma protein menjadi bekuan fibrin yang kompleks yang disebut benang fibrin. 3,4
3. Faktor III (Thromboplastin, Tissue Thromboplastin)
Faktor III atau thromboplastin jaringan berperan sebagai aktivasi faktor VII untuk
membentuk trombin. Jaringan thromboplastin koagulasi faktor yang berasal dari beberapa
sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting
dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan. Jaringan thromboplastin merupakan salah satu faktor
pembekuan darah atau koagulasi yang berasal dari sejumlah sumber yang berbeda di dalam
tubuh, misalnya seperti otak serta paru-paru. Jaringan Tromboplastin sangat diperlukan dalam
membentuk prothrombin ekstrinsik. Gene faktor 3 penanda faktor pembekuan faktor III biasa
merupakan glikoprotein permukaan. Factor ini merupakan sel yang mampu menginisiasi
proses pembekuan darah, dan berfungsi sebagai afinitas reseptor yang kuat terhadap faktor
pembekuan faktor VII. Hasil proses Komplek sebagai katalis yang bertanggung jawab terhadap
inisiasi pembekuan. Tidak seperti kofaktor yang lainnya enzim protease ini yang bersirkulasi
sebagai nonfungsional precursor. Faktor ini merupakan inisiator yang khususnya berperan pada
saat terbukanya pada permukaan. 3,4
4. Faktor IV (Ion Calcium)
Ion Kalsium adalah ion Ca 2+, yang mempunyai bilangan oksidasi 2 dan termasuk
logam alkali. Dalam system periodic unsur-unsur Kalsium termasuk dalam gol. II A. Ion
Kalsium bisa berikatan dengan ion OH- membentuk senyawa Ca(OH)2 atau kalsium
hidroksida. Dalam tubuh ion Kalsium terdapat di dalam sistem pembekuan darah, yang
termasuk faktor pembekuan faktor IV, yang ada di dalam darah dan jaringan berbentuk ion
bebas yang suatu saat bisa berikatan dengan ion lainnya. Faktor IV atau ion kalsium adalah
sejenis ion yang fungsinya digunakan di semua proses pembekuan darah pada setiap jalur
pembekuan. Kalsium ini merupakan sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase
pembekuan darah jalur pembekuan intrinsik, jalur pembekuan ekstrinsik dan pada jalur
pembekuan bersama dan berbentuk ion yang setiap saat akan mudah berikatan dengan bentuk
ion yang lain. 3,4
5. Faktor V (Proakselerin, Labil Factor)
Faktor pembekuan faktor V atau proaccelerin merupakan salah satu faktor pembekuan
darah atau koagulasi dalam menyimpan panas, yang ada di dalam plasma, memiliki fungsi
intrinsik dan ekstrinsik yang berada di dalam jalur koagulasi. Proaccelerin melakukan katalisis
atau pembelahan prothrombin trombin yang masih aktif. Seseorang yang mengalami
kekurangan faktor ini, akan memiliki darah yang langka yang biasa disebut dengan
parahemophilia, pada tahapan yang parah disebut dengan akselerator globulin. Fungsi faktor
V ini sebagai sistem intrinsik dan ekstrinsik dan juga sebagai katalisis pembelahan protrombin
trombin yang aktif. Kekurangan faktor proakselerin dapat mengakibatkan parahemophilia.
Proaccelerin sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang ada dalam
plasma, tetapi tidak ada di dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi
jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan
faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang
disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
3,4

6. Faktor VI (tidak diketahui)


Faktor pembekuan faktor VI atau faktor yang belum diketahui (unknown). Faktor ini
sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama seperti faktor V. Sebuah faktor koagulasi
sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema
hemostasis. 3,4
7. Faktor VII (Prokonvertin, Stabil Factor)
Faktor pembekuan faktor VII atau prokonvertin berfungsi sebagai sistem yang bekerja
di dalam jalur intrinsik. Proconvertin ini merupakan sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini
diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor
X. Defisiensi faktor proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh
(yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan.
Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil. Proconvertin
merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi penyimpanan yang stabil dan
panas serta ikut berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Proses ini melibatkan kalsium,
dan bersama-sama mengaktifkan faktor III dan faktor X. 3,4
8. Faktor VIII (Faktor Antihemophilia, Anti Hemophilic Globulin)
Factor pembekuan faktor VIII atau antihemophilic faktor, faktor antihemofilia A,
globulin antihemofilia/ AHG). berfungsi sebagai sistem ekstrinsik. Antihemophilic faktor,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik
dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam
aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A. Antihemophilic faktor, merupakan salah
satu faktor pembekuan darah atau koagulasi penyimpanan yang labil serta berpartisipasi di
dalam jalur intrinsik dari pembekuan darah atau koagulasi, biasanya bertindak sebagai kofaktor
di dalam proses aktivasi faktor X. Defisiensi merupakan sebuah resesif yang terkait dengan
sifat X, yang menjadi penyebab hemofilia A biasanya disebut juga dengan sebutan
antihemophilic globulin serta faktor antihemophilic A. 3,4
9. Faktor IX (Komponen Tromboplastik Plasma, Chrismas Factor)
Factor pembekuan faktor IX atau krismas faktor berfungsi sebagai sistem ekstrinsik.
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X.
hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B. Tromboplastin
Plasma komponen, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi penyimpanan
yang stabil sera melibatkan diri dalam jalur intrinsik dari pembekuan darah atau koagulasi.
Setelah proses aktivasi diaktifkan, Defisiensi dari faktorIX merupakan hasil pada hemofilia B.
Yang disebut juga dengan sebutan faktor Natal serta faktor antihemophilic B. 3,4
10. Faktor X (Faktor Stuart-Prower)
Faktor pembekuan faktor X atau Stuart faktor berfungsi sebagai sistem intrinsik dan
ekstrinsik. Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk
memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan
kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan
gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase. Stuart faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau
koagulasi penyimpanan yang stabil dan ikut berpartisipasi dalam faktor intrinsik dan ekstrinsik
pada jalur pembekuan darah atau koagulasi, yang dapat menyatukan mereka untuk melakukan
penbekuan darah atau koagulasi pada jalur umum dari pembekuan. Setelah proses diaktifkan,
nantinya akan membentuk proses yang kompleks dengan melibatkan fosfolipid, kalsium, serta
faktor V, yang disebut prothrombinase. Proses ini dapat membelah serta mengaktifkan
prothrombin menjadi trombin. Seseorang yang mengalami kekurangan pada faktor ini akan
menyebabkan gangguan pada koagulasi sistemik. Biasanya sering disebut juga dengan sebutan
Prower Stuart faktor. 3,4
11. Faktor XI (Plasma Thromboplastin Antecedant Faktor Antihemofilia C)
Faktor pembekuan faktor XI atau plasma Thromboplastin Antecedant atau
antihemophilic C berfungsi sebagai sistem intrinsik.Tromboplastin plasma yang di atas, faktor
koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu
mengaktifkan faktor IX. Kondisi dengan kekurangan faktor XI, disebut juga faktor
antihemophilic C. 3,4
12. Faktor XII (Faktor Hageman, Contack Faktor)
Faktor pembekuan faktor XII atau hageman faktor berfungsi sebagai sistem intrinsik.
Hageman faktor-faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau
permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan
faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis. 3,4
13. Faktor XIII (Faktor Stabilisasi Fibrin, Fibrinase)
Faktor pembekuan faktor XIII atau yang disebut faktor stabilisasi fibrin atau fibrinasi
berfungsi sebagai penghubung silang filamen fibril. Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah
faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil
dan tidak larut di dalam, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor pembekuan ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut
transglutaminase. 3,4

Mekanisme Pembekuan Darah


Mekanisme pembekuan secara umum terjadi melalui tiga langkah utama:
1. Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang rusak, maka rangkaian reaksi
kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari selusin faktor
pembekuan darah, Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi
teraktivasi yang disebut activator protrombin.
2. Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.5
Respon yang diberikan pertama adalah pecahnya trombosit yang mampu menghasilkan
trombokinase kemudian dihasilkan protrombin. Dengan bantuan Ca2+ dan vitamin K akan
membentuk trombin. Kemudian dibentuk fibrinogen yang akan menjadi benang-benang fibrin
dan menutup luka.

Gambar 3: Mekanisme Pembekuan Darah.

Jalur Intrinsik dan Ekstrinsik


Proses pembekuan darah adalah proses dimana darah membentuk suatu bekuan darah
(clot). Hal ini sangat penting dalam menjaga homeostasis bila terjadi perdarahan akibat trauma
terhadap pembuluh darah maupun jaringan di sekitar pembuluh darah. Proses pembekuan darah
terdiri dari dua jalur pembekuan yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik. Jalur intrinsik merupakan
jalur pembekuan darah ketika terjadi trauma atau kerusakan pada pembuluh darah itu sendiri
sedangkan jalur ekstrinsik terjadi pada trauma atau kerusakan jaringan di sekitar pembuluh
darah. Kedua jalur ini bekerja secara bersamaan dalam menjaga homeostasis.6
Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor XII inaktif menjadi faktor XII
aktif (XIIa). Aktivasi ini dikatalisis oleh kininogen HMW dan kalikrein. Faktor XII aktif
kemudian mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang
aktif membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII aktif. Kompleks IXa dan VIIIa
mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari trombosit dan Ca 2+ diperlukan untuk mengaktifkan
faktor X secara sempurna. Sementara sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan faktor III
(tromboplastin) dari jaringan yang mengaktifkan faktor VII. Faktor III dan faktor VIIa
mengaktifkan faktor IX dan X. Dengan adanya fosfolipid, Ca 2+, dan faktor V, maka faktor X
akan mengkatalisis konversi protrombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin mengkatalisis
konversi fibrinogen menjadi fibrin.6

Gambar 4: Jalur Intrinsik dan Jalur Ekstrinsik.


- Jalur Intrinsik
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor) berasal dari luar darah.
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+ dan menghasilkan
faktor Xa. Produksi faktor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi faktor
jaringan pada sel endotel. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan mengaktifkannya;
faktor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis
di hati. Faktor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan menggalakkan
aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan faktor X. Faktor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang
sama dalam faktor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsik. Aktivasi
faktor X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsik dan ekstrinsik.7,8
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsik adalah bahwa
kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa juga mengaktifkan faktor IX dalam lintasan
intrinsik. Sebenarnya, pembentukan kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini
dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in
vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsik, yang turut melibatkan faktor XII,
prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih
penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa dan Xia
dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkan urokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan faktor jaringan (TFPI: tissue faktor fatway inhibitior) merupakan inhibitor
fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar
didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung faktor Xa dengan terikat
pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks faktor Xa-TFPI ini
manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.7,8
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah berasal dari darah.
Jalur ini memerlukan faktor IX, faktor X, faktor XI, dan faktor XII, selain itu juga memerlukan
prekalikrein dan HMWK, begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari trombosit.
Darah yang mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah yang kasar secara
bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX. Selanjutnya faktor IX akan mengaktifkan
faktor X yang aktif bereaksi dengan faktor V, Ca2+ dan fosfolipid dari trombosit untuk
mengatur aktifator protrombin. Jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK, faktor XI
dan faktor XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah stimulus primer untuk fase
kontak. Kumpulan komponen-komponen fase kontak merubah prekallikrein menjadi
kallikrein, yang selanjutnya mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa
kemudian dapat menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade yang
saling mengaktifasi. Faktor XIIa juga mengaktifasi faktor XI menjadi faktor XIa dan
menyebabkan pelepasan bradikinin, suatu vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya
Ca2+, faktor XIa mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi faktor
X menjadi faktor Xa. 7,8
- Jalur Ekstrinsik
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor) berasal dari luar darah.
Lintasan intrinsik melibatkan faktor XII, XI, IX, VIII dan X, prekalikrein, kininogen dengan
berat molekul tinggi/ High Molecular Weight Kininogen (HMWK), ion Ca2+ dan fosfolipid
trombosit. Lintasan ini membentuk faktor Xa (aktif). Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak”
dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan XI terpajan pada
permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut
teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terkait pada
permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh
kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak
kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbal balik. Begitu terbentuk, faktor XIIa
mengaktifkan faktor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin (vasodilator) dari
kininogen dengan berat molekul tinggi. 7,8
Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan faktor IX, menjadi enzim serin
protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X
untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu faktor Xa. Reaksi yang belakangan ini
memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan
trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan faktor IXa dan faktor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam
semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (faktor II, VII, IX dan X), residu
Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan
berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus
diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol
yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan
merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk faktor IXa
dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang
sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya di inaktifkan oleh thrombin dalam
proses pemecahan lebih lanjut. 7,8
Jalur ekstrinsik dengan menggunakan zat-zat yang bukan berasal dari darah. Jaringan
dan pembuluh yang rusak akan menghasilkan tromboplastin (faktor III suatu kompleks protein-
fosfolipid) yang secara langsung dapat mengubah faktor X menjadi faktor VII dan faktor V.
Jalur ekstrinsik lebih cepat dari jalur intrinsik. Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat yang trauma
dalam respons terhadap pelepasan tissue faktor (faktor III). Kaskade koagulasi diaktifasi
apabila tissue faktor di seksresikan pada sel-sel yang rusak atau distimulasi ( sel-sel vaskuler
atau monosit), sehingga kontak dengan faktor VIIa sirkulasi dan membentuk kompleks dengan
adanya ion kalsium. Tissue faktor adalah suatu kofaktor dalam aktifasi faktor X yang di katalisa
faktor VIIa. Faktor VIIa, suatu residu gla yang mengandung serine protease, memecah faktor
X menjadi faktor Xa, identik dengan faktor IXa dari jalur instrinsik. Aktivasi faktor VII terjadi
melalui kerja trombin atau faktor Xa. 7,8

KESIMPULAN
Faktor pembekuan faktor V atau proaccelerin merupakan salah satu faktor pembekuan darah
atau koagulasi dalam menyimpan panas, yang ada di dalam plasma, memiliki fungsi intrinsik
dan ekstrinsik yang berada di dalam jalur koagulasi. Kekurangan faktor ini, sifat resesif
autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia,
dengan berbagai derajat keparahan atau disebut juga akselerator globulin.

Daftar Pustaka
1. Fatimah S, Surur MA, Atourrohman M, Rohmah A, et al. Koagulasi dan Komposisi
Darah. Jurnal Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo.
2019;1-11.
2. Schunke M, Schulte E, Schumacher U, Voll M, et al. Prometheus. Atlas Anatomi
Manusia Kepala, Leher, dan Neuroanatomi. 2016.
3. Prakasa B. Hematologi Bleeding Time dan Clotting Time. Akademi Analisis Kesehatan
Borneo Lestari Banjarbaru. 2018;1-11.
4. Durachim A, Astuti D. Hemostasis. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik. 2018.
5. Rahayu I. Mekanisme Pembekuan Darah. Power Point Biokimia Ukrida. 2021;1-25.
6. Yoshua V, Angliadi E. Rehabilitasi Medik pada Hemofilia. Jurnal BIOMEDIK.
2013;5(2):67-73.
7. Umar I, Sujud RW. Hemostasis dan DIC. Journal of Anaesthesia and Pain.
2020;1(2):19-32.
8. Faranita T, Trisnawati Y, Lubis M. Gangguan Koagulasi pada Sepsis. Sari Pediatri.
2016;13(3):226-232.

Anda mungkin juga menyukai