Anda di halaman 1dari 17

Sesak Napas akibat Asma Bronkial

Virginia Veronica Komaling


102020130
A2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
virginia.102020130@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Sistem pernapasan atau yang sering disebut sistem respirasi merupakan sistem organ yang
digunakan untuk proses pertukaran gas, sistem pernapasan ini merupakan salah satu sistem
yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup. Manusia
bernapas dengan menghirup O2 (oksigen) atau inspirasi dan mengeluarkan CO2 (karbon
dioksida) atau ekspirasi dengan menggunakan organ-organ saluran pernapasan. Saluran
pernapasan dibagi menjadi dua yaitu, saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah.
Saluran pernapasan atas merujuk pada bagian hidung, tenggorokan, faring, dan laring bagian
atas. Sedangkan saluran pernapasan bawah dimulai dari laring bagian bawah, trakea, bronkus,
dan berakhir di paru yang di dalamnya terdapat bronkiolus dan alveolus.
Kata kunci: Saluran pernapasan, mekanisme pernapasan, pertukaran gas

Shortness of Breath due to Bronchial Asthma


Abstract
The respiratory system or what is often called the respiration system is an organ system used
for the gas exchange process, the respiratory system is one of the systems that plays a very
important role in the body to support survival. Humans breathe by inhaling O2 (oxygen) or
inspiration and emitting CO2 (carbon dioxide) or expiration by using the respiratory tract
organs. The respiratory tract is divided into two, namely, the upper respiratory tract and the
lower respiratory tract. The upper respiratory tract refers to the parts of the nose, throat, pharynx
and upper larynx. While the lower respiratory tract starts from the lower larynx, trachea,
bronchi, and ends in the lungs, which contain bronchioles and alveoli.
Keywords: Respiratory tract, respiratory mechanism, gas exchange

PENDAHULUAN
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyemitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit
bernapas. Asma bronkial merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat menganmcam jiwa seseorang. Asma
bronkial gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemen
selularnya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hipperresponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk, terutama pada malam
hari atau dini hari.1 Saluran pernapasan adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai
tempat lintasan dan tempat pertukaran gas dalam proses pernapasan. Pernapasan merupakan
kegiatan makhluk hidup yang sangat penting. Saluran pernapasan pada manusia terbagi
menjadi dua bagian yaitu, saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Saluran
pernapasan atas merujuk pada bagian hidung, tenggorokan (faring dan laring bagian atas).
Sedangkan saluran pernapasan bawah dimulai dari laring bagian bawah, trakea, bronkus, dan
berakhir di paru (terdapat bronkiolus dan alveolus). Sistem pernapasan yang terjadi pada
makhluk hidup merupakan proses menghirup oksigen (O2) masuk, kemudian mengeluarkan
gas karbon dioksida (CO2) dan uap air dari paru-paru dengan menggunakan organ pernapasan.
Sistem pernapasan pada manusia dibagi menjadi dua zona yaitu zona konduksi dan zona
respirasi. Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus
terminalis. Sedangkan zona respirasi dibentuk oleh bagian paru yang lebih dalam, termasuk
bronkiolus respiratorius dan alveoli. Alveoli dilapisi oleh surfaktan paru yang merupakan
materi kompleks yang terdiri dari lipid dan protein yang disekresikan oleh pneumosit tipe II
(sel septal).
Skenario
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dibawa ibunya ke dokter karena mengalami sesak
nafas disertai bunyi mengi sejak pulang dari camping sehari sebelumnya. Dari hasil
pemeriksaan, dokter menyatakan anak tersebut menderita asma bronkial.
Rumusan Masalah
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun mengalami asma bronkial setelah pulang dari
camping.
Hipotesis
Sesak napas disertai bunyi mengi sebagai gejala dari asma bronkial
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami struktur makro dan mikro pernapasan
bawah.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mekanisme respirasi dan fungsi
surfaktan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mekanisme pertukaran O2 dan CO2.

ISI
I. Saluran Pernapasan Bawah
Laring
Laring atau kotak suara merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas.
Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas
kaudal kartilago krikoid.2 Laring adalah salah satu organ saluran pernapasan yang membawa
udara menuju ke trakea dan fungsi utamanya adalah untuk melindungi saluran pernapasan
dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah
masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu
tulang yaitu, os. hioid dan terdiri dari 3 kartilago besar yang tidak berpasangan (cricoid,
thyroid, epiglottis), 3 kartilago kecil yang berpasangan (arytenoids, corniculate, cuneiform),
dan sejumlah otot-otot ekstrinsik serta intrinsik. Otot ekstrinsik yang berperan dalam gerakan
dan fiksasi laring secara keseluruhan, terdiri dari kelompok otot elevator dan depresor.
Kelompok otot elevator terdiri dari m. digastrikus anterior dan posterior, m. stilohioid, m.
geniohioid dan m. milohioid. Sedangkan kelompok otot depresor terdiri dari m. torihioid, m.
sternohioid, dan m. omohioid. Kelompok otot ini penting pada fungsi menelan dan fonasi
dengan mengangkat laring dibawah dasar lidah. Sedangkan otot intrinsik laring terdiri dari m.
krikoaritenoid lateralis dan posterior, m. ariepiglotik, m. krikotiroid, m. interaritenoid. Otot
intrinsik laring berpasangan, kecuali m. interaritenoid. Fungsinya untuk mempertahankan dan
mengontrol aliran udara pernapasan yang melalui laring, mengontrol tahanan terhadap udara
ekspirasi selama fonasi dan membantu fungsi sfingter dalam mencegah aspirasi benda asing
selama proses menelan.

Gambar 1: Struktur Makroskopis Laring.2


Gambar 2: Struktur Mikroskopis Laring.2
Laring dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari dua jenis epitel, yaitu epitel gepeng tanpa
keratinisasi dan epitel kolumnar berlapis semu bersilia. Mukosa laring mengandung banyak
kelenjar seromukus, terutama di pita suara palsu dan ventrikel, dan kemungkinan menjadi
tempat kista retensi. Kelenjar mukosa banyak di laring, tetapi seluruh tepi pita suara asli tidak
mengandung kelenjar. Di bawah lapisan epitel terdapat membran basalis. Jaringan submukosa
berisi jaringan ikat longgar dan jaringan fibrosa, kecuali pada permukaan posterior epiglottis
dan pita suara asli, karena epitelnya melekat erat. Jaringan submukosa relatif banyak dan lebih
longgar pada permukaan anterior epiglottis, plika ariepiglotik dan subglotis, sedangkan di
bagian laring lebih dalam relatif sedikit.2
Trakea
Trakea adalah saluran pernapasan berbentuk pipa yang terdiri dari tulang rawan dan
otot serta dilapisi oleh pseudostratified columnar cilliated epithelium (epitel\ PCC). Sepertiga
bagian trakea terletak di leher, dan selebihnya terletak di tengah-tengah leher dan semakin ke
distal bergeser ke sebelah kanan, masuk ke rongga mediastinum di belakang manubrium sterni.
Panjang trakea kira-kira 10 cm pada wanita dan 12 cm pada pria. Diameter anterior-posterior
rata-rata 13 mm, sedangkan diameter transversal rata-rata 18 mm. Trakea memanjang mulai
dari batas bawah laring, setinggi vertebra servikalis 6 sampai vertebra torakalis 4, dimana
trakea akan terbagi menjadi dua bronkus, yaitu bronkus utama kanan dan kiri. Cincin trakea
yang paling bawah meludas ke inferior dan posterior di antara bronkus utama kanan dan kiri,
membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam, yang disebut karina.3 Fungsi utama trakea
adalah sebagai jalur udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru. Trakea sangat elastis,
panjang serta letaknya berubah-ubah tergantung pada posisi kepala dan leher. Lapisan tulang
rawan trakea dibentuk oleh 16-20 tulang rawan hialin berbentuk cincin tidak penuh atau
terbuka di bagian posterior. Kedua ujung posterior yang bebas dihubungkan oleh otot polos
(otot trakea) dan serat jaringan ikat elastis yang mengandung kolagen (ligamen annularis).
Gambar 3: Anatomi Trakea: (a) Tampak Depan, (b) Potongan Melintang, (c) Lapisan
Mukosa.3
Lumen trakea mempunyai beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa,
lapisan tulang rawan dan otot, dan lapisan adventisia. Lapisan mukosa trakea terdiri atas lapisan
epitel dan lamina propria. Lapisan epitel umumnya mengandung sel kolumnar bersilia, sel-sel
goblet penghasil mukus, dan sel-sel basal. Pada permukaan atas sel kolumnar bersilia terdapat
200-300 silia. Sel-sel goblet merupakan sel epitel kolumar yang berbentuk seperti piala
(goblet). Sel goblet berjumlah cukup banyak serta mengandung granula mukus. Mukus hasil
sekresi sel goblet dikeluarkan ke lumen trakea dimana mukus akan membentuk mucous blanket
pada permukaan epitel. Mucous blanket berfungsi untuk menjaga kelembaban lapisan epitel
dan memerangkap material dan bahan patogen yang terhirup bersama udara pernapasan.
Kurangnya jumlah mukus dapat menyebabkan gangguan gerak silia. Sel-sel basal disebut sel-
sel pendek karena sel-sel ini tidak menonjol ke permukaan. Bentuk sel-sel basal kecil seperti
kubus dan mempunayi kemampuan berdifferensiasi menjadi sel kolumnar bersilia dan sel-sel
goblet. Lapisan submukosa merupakan jaringan ikat longgar yang berada di bagian luar lapisan
otot. Kemudian, lapisan tulang rawan dan otot, tulang rawam hialin trakea memiliki banyak
kondrosit dan permukaannya dilapisi oleh perikondrium. Pada bagian dalam mukosa terdapat
lingkaran terputus serat otot polos yang berkontraksi untuk membantu pengeluaran udara dari
trakea (ekspirasi) dan akan berelaksasi kembali saat inspirasi. Dan lapisan adventisia
merupakan jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, saraf, dan sel lemak.3
Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak setelah trakea sebelum
paru-paru dan berperan sebagai jalur keluar masuknya udara, yaitu ke dalam dan ke luar paru-
paru. Bronkus utama dan cabang-cabangnya membentuk gambaran seperti pohon yang disebut
pohon bronkus. Bronkus utama kanan dan kiri disebut sebagai bronkus ekstrapulmoner.
Bronkus utama kanan lebih luas, pendek, dan lebih ke vertikal dibanding bronkus utama kiri.
Panjangnya pada orang dewasa 2.5 cm dan mempunyai 6-8 cinicn tulang rawan. Panjang
bronkus utama kiri kira-kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang rawan sebanyak 9-12 buah.
Bronkus utama kanan membentuk sudut 25 derajat ke kanan dari garis tengah tubuh, sedangkan
bronkus utama kiri membentuk sudut 45 derajat ke kiri dari garis tengah tubuh. Bronkus utama
terbagi menjadi cabang-cabang yang lebih kecil saat memasuki paru yang dinamakan bronkus
intrapulmoner. Setiap bronkus utama terbagi menjadi bronkus sekunder atau dikenal sebagai
bronkus lobaris. Pada setiap sisi paru, satu bronkus lobaris akan memasuki satu lobus paru,
sehingga paru kanan memiliki tiga bronkus lobaris yang berasal dari bronkus utama kanan,
sedangkan paru kiri memiliki dua bronkus lobaris yang berasal dari bronkus utama kiri. Pada
setiap bagian paru, bronkus lobaris terbagi lagi menjadi bronkus tersier atau bronkus
segmental. Segmen bronkopulmoner merupakan bagian paru yang dipisahkan dari bagian paru
lainnya oleh jaringan ikat, sehingga dengan teknik operasi, bagian ini dapat dipisahkan dari
bagian paru lainnya tanpa menimbulkan efek pada bagian paru tersebut. Paru kanan memiliki
sepuluh segmen bronkopulmoner. Selama masa pertumbuhan paru kiri juga memiliki sepuluh
segmen, tapi jumlahnya berkurang menjadi delapan atau sembilan karena adanya proses
penyatuan.3

Gambar 4: Jackson-Huber Nomenclature. Tracheobronchial Tree, Pulmonary Segment and


Endoscopic Landmarks.3
Lumen bronkus terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa, submukosa, tulang
rawan dan otot, dan adventisia. Pada permukaan lapisan mukosa lumen bronkus dilapisi oleh
epitel PCC yang mengandung sel-sel goblet, membrana basalis, dan lamina propria yang lebih
tebal dibanding pada trakea. Pada bronkus jumlah sel-sel goblet penghasil mukus lebih sedikit
dibandingkan yang terdapat pada trakea. Pada lapisan submukosa terdapat banyak pembuluh
darah, kelenjar limfe dan kelenjar penghasil mukus. Dinding bronkus utama, lobaris, dan
bronkus segmental mengandung tulang rawan yang terdapat di sekeliling serat-serat otot polos,
mendukung dan mencegah kolapnya dinding bronkus. Lapisan adventisia merupakan lapisan
jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, saraf, dan sel lemak.3
Pada bronkus ekstra pulmonal terdapat tulang rawan berbentuk huruf C atau tapal kuda
yang sama dengan trakea, epitelnya bertingkat torak bersilia bersel goblet, otot polos hanya di
posterior, ada lamina elstika interna, dan terdapat jaringan limfoid. Sedangkan pada bronkus
intra pulmonal berbentuk lempeng-lempeng tulang rawan dengan serat elastin diantaranya,
epitelnya bertingkat torak bersilia dengan bersel goblet, mengelilingi lumen yang merupakan
dua lapisan yang berjalan spiral sehingga mukosa tampak berlipat, serat-serat elastin hanya
menghubungkan ujung-ujung lempeng tulang rawan, kelenjar sedikit yang terdapat diantara
tulang rawan, serta terdapat juga jaringan limfoid.4

Gambar 5: Struktur Mikroskopis Bronkus.4


Bronkiolus
Bronkiolus adalah saluran udara terkecil di dalam paru-paru yang tidak dikelilingi oleh
tulang rawan apa pun. Bronkiolus menjadi jembatan dari masuk keluarnya udara dalam sistem
pernapasan manusia sehingga berfungsi sebagai penyalur udara yang berasal dari bronkus
untuk kemudian dialirkan ke alveoli guna mendapatkan penukaran antara karbondioksida
dengan oksigen. Setelah trakea membelah menjadi bronkus primer kiri dan kanan, kemudian
bercabang menjadi divisi yang lebih kecil dan lebih kecil untuk mengarah ke bronkiolus.
Trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli membentuk saluran pernapasan bawah. Setiap paru
memiliki sekitar tiga puluh ribu bronkiolus. Bronkiolus terletak di dalam paru-paru, bronkiolus
adalah struktur tubular dengan diameter sekitar 1 mm, terdiri dari jaringan ikat dan beberapa
otot polos yang menjaga tabung terbuka. Bronkiolus selanjutnya membelah menjadi tubulus
yang lebih kecil, yang pada gilirannya terus membelah diri sampai mencapai alveoli. Sebagian
besar bronkiolus dilapisi dengan kolumnar pseudostratifikasi bersilia atau jaringan epitel
kuboid yang mengandung sel goblet. Secara histologis bronkiolus ditandai dengan tidak adanya
tulang rawan hialin, yang dikompensasi oleh adanya otot polos dan jaringan ikat. Bronkiolus
duajenis yang masing-masing menjadi semakin lebih kecil, yaitu bronkiolus
dibagi menjadi tiga
lobular (lobus yang lebih besar), bronkiolus terminalis (ujung untuk transfer), dan bronkiolus
respiratorius (bertanggung jawab untuk mengarahkan udara ke alveoli). Bronkiolus lobular dan
terminalis dikenal sebagai “ruang mati” karena tidak ada pertukaran udara yang terjadi pada
lintasan ini. Bronkiolus sendiri berukuran kecil, mulai dari 0,5 hingga 1 mm.
Bronkiolus lobular juga disebut bronkiolus preterminal, masing-masing cabang
bronkiolus lobulus menjadi beberapa bronkiolus terminal setelah melewati lobulus paru.
Bronkiolus terminalis merupakan daerah terkecil sekitar 0,5 mm dan paling distal dari bagian
konduktif sistem pernapasan. Bronkiolus terminalis terdiri dari epitel kubik bersilia sederhana,
dengan sel clara. Sel-sel clara tidak bersilia, memiliki banyak mitokondria dan menghasilkan
zat lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan bronkiolus pada saat inpirasi dan
ekspirasi. Bronkiolus terminal memiliki lapisan tipis jaringan ikat dengan serat elastis dan satu
hingga dua lapisan sel otot polos. Kemudian, bronkiolus respiratorius adalah pembagian akhir
bronkiolus, yang berakhir pada 2-11 saluran alveolar, dikelilingi oleh protein elastin dan
kolagen, dan otot polos, masing-masing mengarah ke kantung alveolar. Kantung-kantung ini
mengandung banyak alveoli, dikelilingi oleh pembuluh darah sistem paru. Bronkiolus
respiratorius dilapisi oleh sel epitel kuboid bersilia, sementara beberapa sel non-bersilia yang
dikenal sebagai sel clara juga ada. Bronkiolus respiratorius pada dasarnya terdiri dari protein
elastin dan kolagen, di samping otot polos, dan tidak memiliki tulang rawan.

Gambar 6: Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Bronkiolus Terminalis dan Bronkiolus


Respiratorius.4
Alveolus
Duktus alveoli merupakan lanjutan dari bronkiolus dan banyak mengandung alveoli,
sebagai tempat alveoli bermuara. Alveolus adalah kantong berdinding sangat tipis pada
bronkioli terminalis. Tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah
dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar
alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitelnya terdiri dari sel alveolar
gepeng (sel alveolar tipe I), dan sel alveolar besar (sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng (
tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95% alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II)
jumlahnya 12%, menempati 5% alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar,
bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan
berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan merupakan zat
lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap
pengembangan pada waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel
mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari
alveolar disebut makrofag alveolar.
Gambar 7: Makroskopis Alveoli.

Gambar 8: Mikroskopis Duktus Alveoli dan Alveolus.4

Paru-paru
Paru-paru merupakan salah satu organ berperan penting dalam menjalankan sistem
respirasi. Saat udara mencapai paru-paru, akan terjadi pertukaran oksigen dari luar tubuh
dengan karbon dioksida dari dalam darah. Jika paru-paru mengalami gangguan, maka proses
ini pun akan terganggu. Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dexter) yang terdiri atas tiga lobus dan
paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas dua lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang berlangsung menyelaputi paru-
paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) yang menutupi paru-paru dan menggabungkan
struktur-struktur, seperti pembuluh darah, bronkus, dan saraf-saraf. Dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis) yang terpisah oleh fasia endotoraks.6 Di antara pleura yang melapisi paru-paru dan
dinding dada terdapat rongga pleura. Rongga pleura secara normal, terdapat sedikit cairan yang
berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura saat pergerakan paru-paru ketika bernapas.
Thorax adalah daerah tubuh yang terletak di antara leher dan abdomen. Rangka dinding thorax
dinamakan cavea thoracis dan dibentuk oleh columna cartilago costalis (depan). Cavea thoracis
melindungi paru dan jantung, merupakan tempat perlekatan otot-otot thorax, extremitas
superior, abdomen dan punggung. Cavitas thoracis (rongga thorax) dibagi bagian tengah yang
disebut mediastinum, dan bagian lateral tempat paru dan pleura.
Gambar 9: Struktur Makroskopis Menyeluruh.

Gambar 10: Struktur Makroskopis Paru Kanan dan Kiri.7

Gambar 11: Struktur Makroskopis Dinding Thorax (Rangka: Iga, Sternum, Vertebra
Thoracal) dan Pleura.7
Struktur dinding thorax sebelah luar dilapisi oleh kuliat dan otot-otot yang melekatkan
gelang bahu pada tubuh. Dinding thorax dilapisi oleh pleura parietalis. Pada bagian posterior
dibentuk oleh pars thoracicca columna vertebralis, pada bagian anterior oleh sternum dan
cartilagines costales, pada bagian lateral oleh costae dan spatium intercostale, bagian superior
oleh membrana suprapleuris, dan bagian inferior oleh diafragma, yang memisahkan cavum
thorax dan cavum abdomen. Diafragma adalah struktur otot dan tedon yang memisahkan
rongga dada dengan rongga perut. Bagian tengah atau sentral difragma adalah tedon yang
dikelilingi oleh lingkaran otot (muscular rim) di bagian luarnya serta krura diafragmatika kanan
dan kiri. Krura diafragma kanan dan kiri adalah dua pita otot yang masing-masing berasal dari
korpus vertebra L1-L3 dan L1-L2. Kedua pita otot ini berakhir pada diafragma dorsomedial.
Diaphragma thoracica terdiri dari pars mucularis yang terletak dibagian luar, dan terbagi
menjadi pars sternalis, pars costalis, dan pars lumbalis. Ketiga bagian ini melekat pada
centreum tendineum. Dan pars sternalis melekat pada permukaan dorsal processus
xiphoideus.7,8

Gambar 12: Struktur Mikroskopis Paru Pandangan Menyeluruh.


II. Mekanisme Pernapasan
Zona Konduksi dan Zona Respiratorik
Gambar 13: Zona Konduksi dan Zona Respiratorik.9
Saluran pernapasan dibagi menjadi dua zona, yaitu zona konduksi dan zona respiratorik
atau zona pernapasan. Zona konduksi adalah sebagian besar saluran pernapasan yang
mengalirkan gas ke dalam dan ke luar paru-paru, tetapi tidak termasuk zona pernapasan yang
melakukan pertukaran gas. Zona konduksi meliputi struktur di luar paru-paru, yaitu hidung,
faring, laring, dan trakea, dan struktur di dalam paru-paru, yaitu bronkus, bronkiolus, dan
bronkiolus terminal. Zona konduksi mengalirkan udara yang disaring, dihangatkan, dan
dibasahi ke dalam paru-paru. Sedangkan zona respiratorik atau zona pernapasan meliputi
bronkiolus respiratorius, saluran alveolar, dan alveoli. Zona pernapasan berguna untuk
pertukaran gas O2 dan CO2 dengan darah.9
Inspirasi dan Ekspirasi
Prinsip mekanisme eksternal (berbeda dengan ventilasi internal sel dan jaringan) adalah
pergantian ritmik antara pembesaran dan pengecilan volume thorax dan, dengan demikian juga
volume paru. Perbersaran volume paru menyebabkan penurunan tekanan di dalam paru, yakni
udara di hisap masuk (inspirasi). Pengecilan volume paru menyebabkan peningkatan tekanan
di dalam paru, yakni udara diperas keluar (ekspirasi). Pada ventilasi, pernapasan udara tidak
dipompa ke dalam paru, melainkan dihisap masuk karena terjadi penurunan tekanan
intrapulmonal. Iga, otot thorakal (terutama otot-otot interkostal), dan diaphragma maupun
serabut elastis di dalam paru bekerja sama pada ventilasi.10
Pada pergerakan inspirasi, iga-iga terangkat oleh otot interkostal (terutama Mm.
intercostales externi) dan Mm. scaleni. Karena bentuk iga-iga itu melengkung dan tersusun
miring dari atas ke bawah, saat iga-iga terangkat, thorax melebar ke arah samping (ke
pinggang) maupun juga ke arah depan. Secara bersamaan, atap kubah diaphragma turun ke
bawah karena berkontraksi, sehingga thorax juga meluas ke arah bawah. Di samping itu, sudut
epigastrik melebar. Semua kejadian ini menyebabkan pembesaran volume thorax. Kemudian,
pada pergerakan ekspirasi, thorax kembali mengecil di segala sudut ruangan, volume thorax
berkurang. Kejadian ini tidak memerlukan energi otot lagi: Otot-otot yang bekerja pada saat
inspirasi relaksasi, paru mengempis kembali, karena serabut elastis jaringan ikat paru yang
meregang itu melepaskan kembali energi yang tersimpan di dalamnya. Hanya pada ekspirasi
paksa, otot-otot bantu yang bekerja pada saat ekspirasi (terutama M. intercostales interni)
secara aktif mengecilkan rangka thorax (lebih cepat dan lebih kuat daripada yang bisa
dilakukan oleh serabut elastis itu sendiri. Otot-otot efektif saat inspirasi adalah Mm. scaleni,
Mm. intercostales externi, Mm. intercartilaginei, Mm. serrati posteriores superiores dan
inferiores, diaphragma. Sedangkan, otot-otot efektif saat ekspirasi adalah Mm. intercostales
interni, M. transversus thoracis, M. subcostalis.10

Gambar 14: Mekanisme Pernapasan.10


Volume dan kapasitas seluruh paru tiap orang berbeda - beda, pada wanita kira - kira
20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria, dan lebih besar lagi pada orang yang
bertubuh atletis dan bertubuh besar dibandingkan orang yang astenis dan bertubuh kecil.
Terdapat empat volume paru yang didefinisikan dan bila keempatnya dijumlahkan akan
menghasilkan volume maksimal paru yang mengembang. Secara umum, nilai - nilai volume
untuk wanita sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki.11
Volume Paru
1. Volume alun napas atau volume tidal (tidal volume)
Adalah volume udara yang masuk atau keluar aru selama satu kali bernapas normal,
besarnya yaitu 6-7 ml/kgBB atau rerata sekitar 500 ml pada orang dewasa.
2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume)
Adalah volume udara cadangan tambahan yang masih dapat secara maksimal dihirup
di atas volume tidal. IRV dicapai dengan inspirasi paksa. Nilai IRV biasanya mencapai
3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume)
Adalah volume udara cadangan tambahan yang secara aktif dapat dihembuskan dengan
mengontraksikan otot-otot ekspirasi (ekspirasi paksa) melebihi udara yang secara
normal dihembuskan secara pasif. Nilai ERV rerata adalah 1000 ml.
4. Volume residu atau volume sisa (residual volume)
Volume udara yang tetap tersisa dalam paru meskipun telah dilakukan ekspirasi
maksimal, 1200 ml pada laki-laki dan  1100 ml pada perempuan.
Kapasitas Paru
1. Kapasitas Inspirasi (inspiratory capacity)
Volume maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah selesainya suatu siklus nafas
tenang. Kapasitas inspirasi adalah jumlah dari volume tidal dan volume cadangan
inspirasi.
2. Kapasitas Sisa Fungsional (functional residual capacity)
Volume udara yang tersisa di paru pada akhir siklus nafas tenang, merupakan jumlah
dari volume cadangan ekspirasi dan volume residu.
3. Kapasitas Vital (vital capacity)
Volume udara yang dapat diinspirasi maksimal dan diekspirasi maksimal pada satu
siklus nafas, merupakan penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi, volume tidal,
dan volume cadangan inspirasi. volumenya 4500 ml pada laki- laki dan 3500 ml
pada perempuan.
4. Kapasitas Paru Total (total lung capacity)
Volume paru total yang dihitung dari jumlah kapasitas vital dan volume sisa. Kapasitas
paru total pada laki-laki 6000 ml dan pada perempuan 4500 ml.

III. Mekanisme Pertukaran O2 dan CO2


Sistem respirasi melibatkan sejumlah organ seperti hidung, mulut, faring, trachea,
bronchus, dan paru. Fungsi sistem respirasi adalah memfasilitasi pertukaran gas antara
atmosfer, paru-paru dan sel-sel jaringan dalam tubuh. Tiga proses dasar terlibat dalam
pertukaran gas tersebut. Proses pertama ventilasi paru adalah pengaturan inspirasi dan ekspirasi
udara antara atmosfer dan paru. Proses kedua respirasi eksternal (respirasi paru) adalah
pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara paru dan kapiler darah paru. Proses ketiga
respirasi internal (respirasi jaringan) adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
kapiler darah jaringan dan sel-sel jaringan. Proses pertukaran gas terjadi dengan cara difusi.11
Pertukaran Gas di Paru-paru
O2 larut secara fisik dalam plasma, namun sebagian besar berdifusi dalam sel darah
merah bereaksi dengan deoksiHb membentuk oksiHb sambil melepaskan H+. Pada saat Hb
jenuh dengan O2, afinitas terhadap CO2 ↓ sehingga CO2 yang terikat pada Hb akan terdisosiasi
dan berdifusi keluar dari sel darah merah melalui plasma menuju alveoli. Ion H+ yang
dilepaskan Hemoglobin berikatan dengan ion HCO3- yang berdifusi ke dalam sel darah merah
dari plasma dan saling bertukar tempat dengan Cl-. Reaksi antara H+ dan HCO3-
menghasilkan H2CO3. Asam Karbonat pecah menjadi H2O & CO2 dengan bantuan enzim
karbonat anhidrase. CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah menuju plasma lalu ke
alveoli.11,12
Pertukaran Gas di Jaringan
CO2 terlarut dalam jumlah kecil dalam plasma namun sebagian besar berdifusi ke
dalam sel darah merah bereaksi dengan air membentuk H2CO3 atau berikatan dengan Hb
membentuk carbamino Hb. Reaksi dikatalisis oleh carbonate anhidrase. Terdisosiasi jd H+
dan HCO3. Selama pergeseran klorida, ion HCO3- berdifusi keluar dari sel darah merah
digantikan oleh Cl-.Selanjutnya HCO3- bertindak sebagai buffer mengontrol pH darah. Dalam
sel darah merah, ion H+ di buffer oleh Hb. Pada keadaan Hb berikatan dengan H+ Hb punya
afinitas yang rendah terhadap O2. Sejumlah kecil O2 diangkut dalam keadaan terlarut secara
fisik berdifusi keluar dari plasma masuk ke dalam sel jaringan.11,12

Gambar 15: Respirasi Eksternal dan Internal.


seperti yang diketahui
Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu pernapasan
luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal):
Respirasi Eksternal
Pernapasan luar adalah pertukaran gas di dalam paru-paru. Sehingga berlangsung difusi
gas dari luar masuk ke dalam aliran darah. Dengan kata lain, pernapasan luar adalah pertukaran
gas (O2 dan CO2) antar udara dan darah. Pada pernapasan luar, darah akan keluar masuk ke
dalam kapiler paru-paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion
bikarbonat. Ketika karbon dioksida yang tinggal sedikit keluar dari dalam darah, maka terjadi
reaksi seperti: Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat
mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung hemoglobin melepaskan ion-ion hydrogen
yang telah diangkut; H Hb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari hemoglobin, yaitu jenis
protein dalam sel darah merah. Selanjutnya hemoglobin siap untuk mengikat oksigen dan
menjadi oksihemoglobin. Untuk memudahkan penulisan Hb yang mengikat oksigen disingkat
HbO2. Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini
karena adanya perbedaan tekan parsial. Tekanan udara luar sebesar 1 atm (760 mmHg),
sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru 760m mmHg. Tekanan parsial pada kapiler darah
arteri 100 mmHg, dan di vena 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O2 berdifusi dari udara ke
dalam darah. Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena 47 mmHg, tekanan parsial CO2
dalam arteri 41 mmHg dan tekan parsial dalam alveolus 40mmHg. Oleh karena itu CO2
berdifusi dari darah ke alveolus.11,12
Respirasi Internal
Pada keadaan normal, tekanan parsial o2 (po2) dalam alveolus sebesar 100 mm Hg, dan po2 dalam
kapiler pulmoner sebesar 40 mm hg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini o2 berpindah dari
alveolus ke dalam kapiler. Sel darah-sel darah dalam kapiler paru lalu mengikat o2 yang berpindah,
sehingga menyebabkan po2 kapiler paru ikut meningkat sesuai dengan po2 dialveolus sebesar 100
mmHg. Hal tersebut menyebabkan po2 kapiler lebih tinggi dari po2 di jaringan (sebesar 40 mm Hg)
sehingga o2 dapat berpindah ke sel-sel jaringan untuk keperluar metabolisme.
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh) darah masuk ke dalam
jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk ke dalam cairan
jaringan tubuh. Reaksinya sebagai berikut: difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke
dalam cairan jaringan dapat terjadi, karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih
rendah dibandingkan di dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secara terus menerus
menggunakannya dalam respirasi selular. Tekanan parsial O2 pada kapiler darah 100 mmHg
dan tekan parsial O2 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya tekanan karbon
dioksida adalah tinggi, karena karbon dioksida secara terus-menerus dihasilkan oleh sel-sel
tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam jaringan 60 mmHg dan dalam kapiler darah 41 mmHg.
Peristiwa inilah yang menyebabkan O2 dapat dapat berdifusi ke dalam jaringan dan CO2
berdifusi ke luar jaringan.11,12
Dalam keadaan biasa tubuh kita menghasilkan 200 mL karbon dioksida per hari. Pengangkutan
CO2 di dalam darah dapat dilakukan dengan tiga cara berikut:
1. Sekitar 60-70 % CO2 diangkut ke dalam bentuk ion bikarbonat oleh plasma darah,
setelah asam karbonat yang terbentuk dalam darah terurai menjadi ion hydrogen (H+)
dan ion bikarbonat. Ion H+ bersifat racun, oleh sebab itu ion ini segera diikat Hb,
sedangkan ion meninggalkan eritrosit masuk ke plasma darah. Kedudukan ion dalam
eritrosit diganti oleh ion klorit.
2. Lebih kurang 25% CO2 diikat oleh hemoglobin membentuk karbosihemoglobin.
Secara sederhana, reaksi CO2 dengan Hb ditulis sebagai berikut: karbosihemoglobin
disebut pula karbominohemoglobin karena bagian dari hemoglobin yang mengikat
CO2 adalah gugus asam amino.
3. Sekitar 6-10% CO2 diangkut plasma darah dalam senyawa asam karbonat (H2CO3).

Gambar 16: Pertukaran Gas O2 dan CO2.

KESIMPULAN
Sel-sel pada jaringan yang melakukan metabolisme akan menghasilkan banyak co2, sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasi co2 dalam sel dan tekanan parsialnya (pco2) lebih tinggi
sebesar 45 mm Hg, sedangkan pco2 dalam kapiler sebesar 40 mmHg. Co2 berpindah dari sel
kapiler, menyebabkan pco2 di kapiler ikut meningkat setara dengan pco2 sel sebesar 45mmHg.
Hal tersebut menyebabkan pco2 kapiler lebih tinggi dari pco2 di alveolus (sebesar 40 mm Hg)
sehingga co2 dapat berpindah dari kapiler ke alveolus untuk kemudian dibuang kembali ke
atmosfer.
Pernapasan merupakan kegiatan makhluk hidup yang sangat penting, baik manusia, hewan,
dan tumbuhan. Sistem pernapasan yang terjadi pada makhluk hidup merupakan proses
menghirup oksigen dari udara, kemudian mengeluarkan gas karbon dioksida dan uap air
dengan menggunakan organ-organ pernapasan. Ketika pernapasan bermasalah, tubuh akan
mengalami kesulitan dalam memperoleh oksigen dan membuang zat limbah karbon dioksida.
Gangguan ini dapat mengganggu berbagai organ tubuh. Pada kasus di atas seorang anak
mengalami sesak napas disertai bunyi mengi karena menderita asma bronkial. Pada penyakit
asma bronkial, terjadi kontraksi otot polos di dinding bronkioli. Karena bronkioli tidak
memiliki cincin tulang rawan, maka diameter bronkioli mengalami penyempitan, terutama
pada saat ekspirasi. Hal ini menyebabkan hambatan aliran udara dengan disertai sesak napas.

Daftar Pustaka
1. Laksana MA, Berawi KN. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Timbulnya Kejadian
Sesak Napas Penderita Asma Bronkial. Jurnal Majority. 2015;4(9):64-68.
2. Winda S, Surarso B. Patogenesis dan Diagnosis Tuberkulosis Laring. Journal Fakultas
Kedokteran UNAIR. 36-60.
3. Fitriah H, Juniati SH. Peran Traktus Trakeo-Bronkial dalam Proteksi Paru. Journal
Fakultas Kedokteran UNAIR. 142-157.
4. Purnamawati. Sistem Respirasi. PPT Histologi Fakultas Kedokteran UKRIDA. 2021.
5. Dedi. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi. PPT docplayer.info. 2018
6. Fernandez GJ. Sistem Pernafasan. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2018;1-22.
7. Gunardi S. Sistem Napas Bagian Bawah. PPT Anatomi Fakultas Kedokteran UKRIDA.
2021.
8. Hambali S. Hernia Diafragmatika Kongenital. Jurnal Bagian Bedah Fakultas
Kedokteran UMI. 1-12.
9. Saminan. Efek Perilaku Merokok terhadap Saluran Pernapasan. Jurnal Fakultas
Kedokteran Syiah Kuala. 2016;16(3):1-4.
10. Schunke M, Schulte E, Schmucher U, et al. Prometheus Atlas Anatomi Manusia Organ
Dalam. Edisi 3. 2016;23-151.
11. Putra KAH, Astara MEJ. Fisiologi Ventilasi dan Pertukaran Gas. 2016;1-60.
12. Saminan. Pertukaran O2 dan CO2 dalam Pernapasan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
2012;12(2):122-126.

Anda mungkin juga menyukai