Kelompok 2 Suap Menyuap
Kelompok 2 Suap Menyuap
VANESSIA PATTIKAWA
MUSTIKA RATU
AMINA SOULISSA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa Penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas
kerjasama yang terbina antara Penyusun dan Dosen Mata Kuliah dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan Penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman Penyusun, Penyusun yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu Penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
2
LEMBARAN JUDUL ………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….……
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….…….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….…..
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..………
C. Tujuan ……………………………………………………………………….……...
BAB II PEMBAHASAN
A. Praktek Suap Menyuap……….……………………………………………..………
B. Proses Pelayanan Kesehatan…………………………………………………………
C. Kasus Suap Dalam Pelayanan Kesehatan …………………………………………...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..….
B. Saran …………………………………………………………………………..……
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Kesehatan
juga merupakan hak asasi manusia yang diamanatkan dalam Konstitusi Negara Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disingkat
UUD 1945, yaitu Pasal 28 H dan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945. Pasal 28 H menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, sementara Pasal 34 ayat (3) menyatakan negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Panjang Nasional (RPJP-N) 2005-2025. Dalam rangka memenuhi hak dasar warga negara
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya
kesehatan oleh tenaga medis, tidak sejalan dengan apa yang tertuang di dalam konsideran
bagaimanapun juga, kita tetap butuh harta sebagai bekal dan tetap waspada terhadap
fitnahnya. Bagaimana tidak, pada saat ini kita menyaksikan, banyak orang tidak peduli lagi
dalam mencari rizki, apakah dari yang halal atau dari yang haram. Hingga muncul
4
penilaian, bahwa semua kebahagian hidup, keberhasilan, ataupun kesuksesan ditentukan dan
bertambahnya kasus suap yang terjadi. Dalam praktik sehari-hari, suap- menyuap sudah
begitu menyebar ke berbagai sendi kehidupan. Suap-menyuap tidak hanya dilakukan rakyat
kepada pejabat negara (pegawai negeri) dan para penegak hukum, tetapi juga terjadi
sebaliknya. Pihak penguasa atau calon penguasa tidak jarang melakukan sedekah politik
(suap) kepada tokoh-tokoh masyarakat dan rakyat agar memilihnya, mendukung keputusan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam proses pelayanan seperti meilah – milah bentuk
pelayanan kepada pasien – pasien yang mempunyai kelebihan dalam segi finansial.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Praktek suap menyuap dalam proses pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui tentang kasus suap menyuap dalam proses pelayanan kesehatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1. Pengertian Suap
Suap, disebut juga dengan sogok atau memberi uang pelicin. Adapun dalam
bahasa syariat disebut dengan risywah. Secara istilah adalah memberi uang dan
suatu urusan.
Dalam buku saku memahami tindak pidana korupsi “Memahami untuk Membasmi”
suap adalah (1) setiap orang, (2) memberi sesuatu, (3) kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara, (4) karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan
Dalam Undang-Undang No. 11 Th. 1980 tentang tindak pidana suap dijelaskan
bahwa tindak pidana suap memiliki dua pengertian, yaitu : memberi atau menjanjikan
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa suap adalah memberi sesuatu, baik
uang maupun barang kepada seseorang agar melakukan sesuatu bagi si pemberi suap
tidak dilaksanakan. Dari sini dapat dipahami bahwa suap adalah sebuah tindakan yang
7
Suap ketika memberinya tentu dengan syarat baik syarat tersebut disampaikan
secara langsung maupun secara tidak langsung. Suap diberikan untuk mencari muka dan
Suap -biasanya- diberikan sebelum pekerjaan. Adapun pemberian suap dapat dilalkukan
a. Uang dibayar setelah selesai keperluan dengan sempurna, dengan hati senang, tanpa
b. Uang dibayar melalui permintaan, baik langsung maupun dengan isyarat atau
dengan berbagai macam cara lainnya yang dapat dipahami bahwa si pemberi
menginginkan sesuatu.
c. Uang dibayar sebagai hasil dari selesainya pekerjaan resmi yang ditentukan si
pemberi uang.
Penyuap adala orang yang memberi hadiah atau janj kepada seseorang dengan
mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,
atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap meelkat pada jabatan atau kedudukan
tersebut.
Selain itu seseorang dianggap sebagai peberi suap apabila memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi pututsan perkara yang
8
Setiap orang yang memberi sesuatu kepada pegawai setelah ia menjabat atau
diangkat menjadi pegawai pada sebuah instansi dengan tujuan mengambil hatinya tanpa
hak, baik untuk kepentingan sekarang maupun untuk masa akan datang, yaitu dengan
menutup mata terhadap syarat yang ada untuknya, dan atau memalsukan data, atau
mengambil hak orang lain, atau mendahulukan pelayanan kepadanya daripada orang
yang lebih berhak, atau memenangkan perkaranya, dan sebagainya adalah orang yang
memberi suap.
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang yang menerima suap adalah orang
yang memberikan rekomendasi bagi orang lain setelah orang itu memberikan
sesuatu kepadanya. Baik orang yang memberi ataupun yang menerima suap, sama-sama
mendapatkan hukuman karena dengan melakukan suap tersebut kedua belah pihak telah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana Suap, yaitu:
9
Pasal 2: “Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau
dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda sebanyak- banyaknya
patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu diaksudkan supaya ia
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan
karena menerima suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau
Selain itu, sanksi tindak pidana suap juga disebutkan dalam Undang-Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu:
Pasal 5 :
a. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
10
1) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
2) Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
b. Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan
Pasal 6.
a. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
( lima belas ) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima
11
b. Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
Pasal 11 :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang
Pasal 12 :
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
12
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
13
g. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
h. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah
i. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang
pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
adalah upaya yan diselenggarana sendiri atau secara bersama – sama dalam suatu organisai
14
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat
1. Pelayanan Kedokteran
services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk
health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-
sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jombang Bambang Irawan, hari ini, Selasa, 13
Wihandoko dalam perkara suap Dinas Kesehatan Jombang terkait pengurusan dan
15
"Diperiksa sebagai saksi untuk tersangka NSW (Nyono Suharli Wihandoko)," kata juru
seorang dokter Subur untuk Nyono. Dalam kasus tersebut, KPK menetapkan Nyono
Suharli Wihandoko dan pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Jombang, Inna
Silestyowati sebagai tersangka pada 4 Februari 2018. KPK menduga Inna memberikan
sejumlah uang kepada Nyono agar dirinya ditetapkan sebagai Kepala Dinas Kesehatan
Jombang. Uang yang digunakan Inna untuk menyuap Nyono diketahui berasal dari
kutipan dana kapitasi pelayanan kesehatan masyarakat. Uang suap dikumpulkan Inna
dari kutipan di 34 puskesmas se-Jombang. Dari total Rp 434 juta uang kutipan, Rp 200
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suap berarti setiap harta yang diberikan kepada pejabat atas suatu kepentingan, padahal
semestinya urusan tersebut tanpa pembayaran. Baik orang yang member suap maupun
pihak lain. Adapun sanksi hukum tindak pidana suap termaktub dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana Suap dan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-
Praktek suap menyuap selalu terjadi dalam proses pelayanan kesehatan. Praktek ini
biasanya terjadi dalam proses pelayanan antara petugas kesehatan dengan pasien atau
sesama petugas kesehatan. Hal ini pun harus dilihat oleh pemerintah agar proses pelayanan
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
17
DAFTAR PUSTAKA
2002
Evi Hartanti, S.H. Diterbitkan oleh Sinar Grafika. Edisi Kedua. Jakarta 2005
2006
18