Anda di halaman 1dari 64

Buku Panduan dan Abstrak

Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 1


Bandung, 14 Januari 2021

BUKU PANDUAN & ABSTRAK


SEMINAR NASIONAL
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA
CABANG BANDUNG 2021

“PENGELOLAAN SERANGGA
BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN
LANSKAP”

Bandung, 14 Januari 2021

Editor :
Dr. Ir. Elly Roosma Ria, M.Si
Lilian Rizkie, SP., M.Si
Yusup Hidayat, SP., M.Phil., Ph.D.
R. Arif Malik Ramadhan, S.P., M.P.
Dr. Mia Miranti Rustama, M.P.
Dr. Ramadani Eka Putra, S.Si
Siska Rasiska, SP., M.Si
Vira Kusuma Dewi, SP., M.Sc., Ph.D
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 2
Bandung, 14 Januari 2021

KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya
penyusunan Buku Abstrak Seminar Nasional dan Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia
Cabang Bandung dapat diselesaikan dengan baik pada saat pandemi Covid 19 saat ini.
Buku abstrak ini merupakan kumpulan abstrak yang telah kami himpun dari pembicara utama,
pembicara tamu dan para pemakalah yang akan mempresentasikan kajian dan hasil penelitian
secara daring pada sesi paralel Seminar Nasional dan Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia
Cabang Bandung dengan tema “ Pengelolaan Serangga Berkelanjutan dengan Pendekatan
Lanskap”. Lanskap adalah sebuah area yang heterogen yang terbentuk dari berbagai tipe
ekosistem yang saling berinteraksi. Kompleksitas lanskap pertanian akan mempengaruhi
keanekaragaman hayati pada suatu agro-ekosistem. Lanskap pertanian yang kompleks cenderung
memiliki keaneka-ragaman serta komposisi serangga hama dan serangga berguna/musuh alami
yang lebih tinggi dibanding dengan lanskap pertanian yang sederhana. Keberadaan serangga hama
dan serangga berguna/musuh alami pada lanskap pertanian yang kompleks maupun yang
sederhana perlu dikelola dengan baik agar dapat meningkatkan produktivitas pertanian dengan
tetap mempertahankan lingkungan dan kesehatan manusia.
Hasil penelitian dan kajian yang telah dipaparkan oleh pembicara utama, pembicara tamu dan para
pemakalah diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah secara khusus
sebagai pengambil kebijakan dan bagi masyarakat secara umum dalam pengelolaan serangga
hama maupun serangga berguna/musuh alami secara berkelanjutan.
Akhir kata, kami atas nama panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelenggaraan Seminar Nasional dan
Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung.
Salam sejahtera dan salam sehat selalu.

Bandung, 14 Januari 2021


Ketua Pelaksana,

Ttd
Dr. Ir. Elly Roosma Ria, M.Si
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 3
Bandung, 14 Januari 2021

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL DAN KONGRES


PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA (PEI) CABANG BANDUNG
Kamis, 14 Januari 2021
Link Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85915902326?pwd=RnVScVpCVFV2TldJbThQc2
xjTzNSUT09
Meeting ID: 859 1590 2326 II Passcode: 735969

WAKTU
(Western Indonesia KEGIATAN
Time/GMT+7)
08.00-08.30 Registrasi Peserta + Promosi
08.30-08.35 Pembukaan oleh MC
08.35-08.40 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
08.40-08.45 Sambutan Ketua Pelaksana
08.45-08.50 Sambutan Ketua PEI Cab. Bandung
08.50-08.55 Sambutan Ketua PEI Pusat dan Pembukaan Kegiatan
08.55-09.00 Promosi
09.00-09.30 Presentasi Keynote Speaker
(Prof. Dr. Damayanti Buchori, M.Sc )
”Sustainable Insect Management: A Conservation and Landscape
Perspective”
09.30-10.00 Pembicara 1 (Prof. Ir. Y. Andi Trisyono, M.Sc., Ph.D)
“Lanscape IPM: Why and How? “
10.00-10.30 Pembicara 2 (Prof. Parikesit, M.Sc., Ph.D)
”Keanekaragaman Serangga dan Layanan Ekosistem Pada Lanskap
Produksi”
10.30-11.00 Pembicara 3 (Dr. Akhmad Rizali, SP., M.Si)
”Kuantifikasi Lanskap Agroekosistem dan Pemanfaatannya dalam
Studi Diversitas Serangga”
11.00-11.45 Diskusi
11.45-12.00 Foto bersama dan pemberian e-sertifikat
12.00-13.00 ISOMA
13.00-15.30 Presentasi makalah (sesi paralel) 3 zoom room @ 3 sesi
15.30-15.35 Penghargaan pemakalah terbaik
15.35-15.45 Break
15.45-17.00 Kongress PEI Cab. Bandung
17.00-17.15 Sambutan Ketua PEI Cab. Bandung Baru dan Penutupan
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 4
Bandung, 14 Januari 2021

JADWAL PRESENTASI ORAL


Zoom Room 1
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85915902326?pwd=RnVScVpCVFV2TldJbThQc
2xjTzNSUT09
Meeting ID: 859 1590 2326 II Passcode: 735969

Sesi 1 (13.00 – 13.50 WIB)


Moderator : Dr. Yani Maharani
No. Pemakalah Judul
Perkembangan Inovasi Teknologi Pengelolaan
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus
R1 S01 Siska Rasiska, S.P., M.Si
hampei Ferr.) (Coleoptera: Curculionidae:
Scotylidae) dan Keefektifannya
Pemanfaatan Pestisida Nabati Ekstrak Daun Sirsak
R. Arif Malik Ramadhan,
R1 S02 (Annona muricata) Pada Sistem Budidaya Ikan dan
S.P., M.P.
Sayuran di KWT Mawar Bodas Kota Tasikmalaya
Noldy Rusminta Estorina Tantangan dan Prospek Pengembangan Jagung
R1 S03
Kotta, SP., M.Sc. Hibrida Menghadapi Perubahan Iklim di NTT
Pemanfaatan Cendawan Entomopatogen
Cordyceps militaris dalam Pengendalian Hama Ulat
R1 S04 Fitrah Murgianto SP MSI
Api (Limacodidae: Lepidoptera) di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Bumitama Gunajaya Agro
Pengaruh Dosis Serbuk Daun Sirsak (Annona
muricata L.) terhadap Perkembangan Kumbang
R1 S05 Lia Sugiarti, S.P., M.P.
Bubuk Callosobruchus analis F. pada Biji Kedelai
Hitam (Glycine max (L.) Merrit) Varietas
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 5
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 1
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85915902326?pwd=RnVScVpCVFV2TldJbThQc
2xjTzNSUT09
Meeting ID: 859 1590 2326 II Passcode: 735969

Sesi 2 (13.55 – 14.45 WIB)


Moderator : Dr. Ida Kinasih
No. Pemakalah Judul
Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Biji Pinang (Areca
Catechu L.) Dalam Mengendalikan Hama Larva
R1 S06 Yusmar Mahmud SP,M.Si
Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros) Pada
Tanaman Kelapa Sawit
Identifikasi Hama Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea
Dr. Suarna Samai, SP.,
R1 S07 batatas L.) pada Lahan Organik Di Desa Wamorapa
MP.
Utara Buton Utara
Biokonservasi Parasitoid Anastatus Dasyni Ferr.
(Hymenoptera: Euphelmidae) Pada Tanaman Lada
R1 S08 Rohimatun, SP., MP.
Dengan Tanaman Refugia Berbunga Sebagai
Sumber Nektar
Daya Tarik Warna Buah Kopi dan Perangkap
Prof. Dr. Ir. Fransiscus Atraktan Terhadap Hypothenemus hampei
R1 S09
Xaverius Wagiman, SU. (Coleoptera:
Scolytidae) pada Kopi Arabika
Keanekaragaman dan Pengendalian Serangga
R1 S10 Anggun Setyaningrum Hama Pada Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus (Jacq.) P.Kumm.)
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 6
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 1
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85915902326?pwd=RnVScVpCVFV2TldJbThQc
2xjTzNSUT09
Meeting ID: 859 1590 2326 II Passcode: 735969

Sesi 3 (14.50 – 15.30 WIB)


Moderator : Willing Bagariang, SP., M.Si
No. Pemakalah Judul
Profil Keanekaragaman Arthropoda pada Beberapa
R1 S11 Dr. N. Usyati
Sistem Tanam Padi Gogo di Lahan Kering
Pengaruh Dosis Serbuk Cengkeh (Syzygium
aromaticum) terhadap Perkembangan Serangga
R1 S12 Dewi Fitri Wijayanti, S.P
Hama Gudang (Callosobruchus maculatus F.) pada
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Vima-4
Konservasi Musuh Alami Ulat Pemakan Daun
Kelapa Sawit: Populasi Serangga Parasitika
R1 S13 Yendra P. Setyawan M.Si
Berdasarkan Jaraknya terhadap Tanaman
Berbunga
R. Arif Malik Ramadhan, Eksplorasi dan Uji Efikasi Beberapa Pestisida
R1 S14
S.P., M.P. Nabati terhadap Spodoptera frugiperda J. E. Smith
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 7
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 2
Sub Topik Serangga sebagai bioindikator lingkungan & Serangga ditinjau dari
aspek sosial budaya
Zoom Room :
https://zoom.us/j/91667873940?pwd=ZkJWZU15ZkFIOVo4eDlHUlBhQkFx
dz09
Meeting ID: 916 6787 3940 II Passcode: 173660

Sesi 1 (13.00 – 14.00 WIB)


Moderator : Dr. Ir. Yenny Muliani, MP
No. Pemakalah Judul
Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen
Nadzirum Mubin, SP.,
R2 S01 (Blattodea: Termitoidea: Macrotermitinae) asal
MSi
Bogor, Indonesia
Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) Di
Efrin Firmansyah, SP.,
R2 S02 Kampus Universitas Perjuangan Tasikmalaya, Jawa
MSi
Barat
Dr. Sri Nur Aminah Kupu-kupu Sebagai Indikator Kualitas Kesehatan
R2 S03
Ngatimin, SP., M.Si Lingkungan di Masa Normal Baru
Serangga dalam Usahatani Padi Tradisional: Suatu
R2 S04 Mahra Arari Heryanto
Perspektif Berpikir Sistem
Transformasi Serangga di Era Pertanian Modern:
R2 S05 Mahra Arari Heryanto Distorsi Modernisasi Pertanian Terhadap
Keragaman Hayati Ekosistem Sawah
Dynivitas Kupu-Kupu Bermotif Hahslm 472319
R2 S06 Dr. R Mochamad A Sebagai Simbol Salat Pada Tuhan Di Era Ekonomi
Covid
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 8
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 2
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional &
Pengelolaan serangga permukiman
Zoom Room :
https://zoom.us/j/91667873940?pwd=ZkJWZU15ZkFIOVo4eDlHUlBhQkFx
dz09
Meeting ID: 916 6787 3940 II Passcode: 173660

Sesi 2 (14.05 – 14.45 WIB)


Moderator : Dr. Martua Suhunan Sianipar, M.Si
No. Pemakalah Judul
Potensi PGBR, Trichoderma, Em-4 dan Pupuk
Rudi Cahyo Wicaksono,
R2 S07 Kandang Dalam Mengendalian Hama Tungau Pada
SP.
Tanaman Jeruk di IP2TP Kliran
Yusup Hidayat, S.P., Efek Kontak Kaolin dan Mineral Lainnya terhadap
R2 S08
M.Phil., Ph.D Kutu Daun Aphis Gossypii Glover
Potensi Pemanfaatan Mikroba Endosimbion
R2 S09 Awaluddin, S.P.,M.Sc Sebagai Alternatif Pengendalian Hama yang Ramah
Lingkungan
R2 S10 Dr.Ir. Dian Indratmi, MP Pengelolaan Hama Kutu Sisik pada Tanaman Apel
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 9
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 2
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Zoom Room :
https://zoom.us/j/91667873940?pwd=ZkJWZU15ZkFIOVo4eDlHUlBhQkFx
dz09
Meeting ID: 916 6787 3940 II Passcode: 173660

Sesi 3 (14.50 – 15.30 WIB)


Moderator : Lindung Tri Puspasari, SP, M.Si
No. Pemakalah Judul
Tinjauan Kritis Potensi Sediaan Dua Puluh Spesies
R2 S11 Maria Trifena Siregar dari Empat Belas Famili Tumbuhan untuk
Pengendalian Hama Tanaman
Aplikasi Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan
R2 S12 Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP Produksi Tanaman Apel dan Berpotensi Mencegah
Serangan Hama
Pengaruh Dosis Tepung Biji Sirsak (Annona
muricata L ) terhadap Mortalitas Hama Gudang
R2 S13 Dr.Dra.R.Budiasih.MP
(Sitophilus oryzae L ) pada Beras Hitam (Oryza
sativa L)
Pengaruh Dosis Serbuk Seledri (Apium graveolens
Dr. Ir. Elly Roosma Ria, L.) terhadap Perkembangan Serangga Hama
R2 S14
M.Si Gudang (Callosobruchus chinensis L.) pada Biji
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas VIMA 3
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 10
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 3
Sub Topik Nilai dan Potensi ekonomi serangga

Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85064024253?pwd=V21TVHdpLytPVkplWHdY
Nm01ejMwZz09
Meeting ID: 850 6402 4253 II Passcode: 468881

Sesi 1 (13.00 – 13.50 WIB)


Moderator : Shanty Kusumawardani, M.Si
No. Pemakalah Judul
Identifikasi Serangga Pengunjung Bunga Kelapa
Sawit Perkebunan Rakyat Desa Kalicinta
R3 S01 Novita Awalia Rahmah
Kecamatan Kotabumi Utara Kabupaten Lampung
Utara
Analisis Model Bisnis Belalang Goreng “Abah
R3 S02 Ina Risna Dewi Indriawati Geyot” Dengan Pendekatan Business Model
Canvas
Pemanfaatan Larva Black Soldier Fly (Hermetia
R3 S03 Dr. Ateng Supriatna
illucens) sebagai Agen Biokonversi Kotoran Ayam
Peluang dan Tantangan Bidang Taksonomi
R3 S04 Purnama Hidayat, Ph.D.
Serangga di Indonesia
Deteksi Dini Gen Non Molting Dwarf (nmd) pada
R3 S05 Adrian Triandi Mutan Ulat Sutera, Bombyx mori (Lepidoptera:
Bombycidae)
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 11
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 3
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85064024253?pwd=V21TVHdpLytPVkplWHdY
Nm01ejMwZz09
Meeting ID: 850 6402 4253 II Passcode: 468881

Sesi 2 (13.55 – 14.45 WIB)


Moderator : Dr. Agus Susanto
No. Pemakalah Judul
Sri Endah Nurzannah, SP, Peranan Serangga dalam Menjaga Ketahanan
R3 S06
M.Si Pangan
Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga
R3 S07 Tri Atmowidi, Dr. Salak (Salacca spp.) di Taman Buah Mekarsari,
Bogor
Jasa Polinasi Tetragonula laeviceps
R3 S08 Wisda Bahlis, S. Pd (Apidae:Meliponinae) Pada Tanaman Melon
(Cucumis melo L)
Perilaku Diatraeophaga striatalis Townsend
Dr.Ir. Chandra Irsan, (Diptera: Tachinidae) dalam Memarasit Larva
R3 S09
M.Si. Penggerek Batang Tebu Chilo auricilius Dudgeon
(Lepidoptera: Pyralidae) di Laboratorium
Jasa Polinasi Apis cerana Dan Tetragonula
R3 S10 Resi Alpionita S.Pd Laeviceps (Hymenoptera: Apidae) Pada Tanaman
Stroberi (Fragaria x ananassa)
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 12
Bandung, 14 Januari 2021

Zoom Room 3
Sub Topik Pengelolaan serangga untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Zoom Room :
https://us02web.zoom.us/j/85064024253?pwd=V21TVHdpLytPVkplWHdY
Nm01ejMwZz09
Meeting ID: 850 6402 4253 II Passcode: 468881

Sesi 3 (14.50 – 15.30 WIB)


Moderator : Ida Yusidah, SP., M.Si
No. Pemakalah Judul
Keanekaragaman dan Tingkat Layanan Ekosistem
Anak Agung Ketut Kumbang Tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) pada
R3 S11
Aryawan, SP Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Bagian
Tengah, Indonesia
Pengendalian Terpadu Secara Dini pada Rayap
Microcerotermes sp (Isoptera : Termitidae) di
R3 S12 Mohamad Suheri, S.Hut
Hutan Tanaman Industri Eucalyptus sp, Kalimantan
Tengah, Indonesia
Effects of snails and water management on
R3 S13 Vira Kusuma Dewi abundance of aquatic organisms and terrestrial
arthropods in paddy fields
Keanekaragaman Semut pada Perkebunan Kelapa
R3 S14 Siska Efendi
Sawit Berbatasan dengan Ekosistem Hutan
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 13
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PEMBICARA UTAMA


Sustainable Insect Management : A Conservation and Landscape
Perspective
Damayanti Buchori
Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences-IPB University

Serangga telah hadir di bumi lebih dari 400 juta tahun lalu. Sangat tua, jika dibandingkan dengan
usia manusia di bumi. Sebagai salah satu species yang telah lama berada di bumi, serangga telah
berhasil beradaptasi dengan berbagai perubahan dan evolusi di bumi. Di era Anthropocene ini,
ancaman terhadap serangga menjadi sangat besar karena berbagai factor, antara lain deforestasi,
fragmentasi habitat, perubahan tata guna lahan, perubahan iklim, serta penerapan teknologi
pertanian yang tidak ramah lingkungan. Baru2 ini, menurunnya populasi lebah dan serangga
pollinator telah menjadi perhatian dunia. Tetapi pada saat yang bersamaan, ancaman dari
serangga2 herbifor yang invasif telah menyebabkan kerugian ekonomi yang luar biasa. Situasi ini
menunjukkan bahwa pengelolaan serangga yang berkelanjutan merupakan sebuah upaya untuk
menjaga agar serangga herbifor tidak meledak menjadi hama, dan sekaligus bagaimana
melakukan konservasi agar serangga2 lain (predator, parasitoid, pollinator, decomposer) tidak
punah. Balancing of power ini bisa dilakukan jika functional diversity dalam skala lanskap bisa
dijaga dengan baik. Presentasi ini akan mengulas upaya2 yang perlu dilakukan dalam skala lanskap
agar konservasi serangga dapat berjalan denga baik.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 14
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PEMBICARA TAMU


LANDSCAPE IPM: WHY AND HOW?
Y. Andi Trisyono
Department of Crop Protection, Faculty of Agriculture, UGM
Pemahaman bioekologi spesies hama merupakan syarat esensial untuk suksesnya
pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT; Integrated Pest Management [IPM]). Kondisi
dan sistem pertanian setempat menjadi basis dalam pengembangan program PHT.
Mempelajari dua spesies hama pada dua komoditas yang berbeda, Spodoptera exigua dan
Nilaparvata lugens, menunjukkan bahwa PHT yang berbasis pada petak ke petak sawah
belum dapat mengelola hama tersebut pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis
maupun ekologis. Pengelolaan secara lebih luas (landscape) juga diperlukan karena berbagai
faktor seperti migrasi, pola dan waktu tanam, biodiversitas, sosial ekonomi, IPTEKS dsb.
Berbagai teknologi pengendalian untuk pelaksanaan PHT Lanskap tersedia dan telah
menunjukkan hasil yang menjajikan dalam skala tertentu. Hasil tersebut akan didiskusikan
dalam presentasi sekaligus beberapa tantangan yang ada.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 15
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PEMBICARA TAMU


Keanekaragaman Serangga dan Layanan Ekosistem Pada Lansekap
Produksi
Parikesit
Departemen Biologi FMIPA Unpad dan Pusat Unggulan Lingkungan dan
Ilmu Keberlanjutan Unpad

Kapabilitas lansekap yang dikombinasikan dengan integritas lansekap dapat menjamin


keberlanjutan sistem produksi biologi sekaligus melakukan konservasi alam. Oleh karena itu
menjaga sistem penopang kehidupan di tengah upaya mengoptimalkan produktivitas sumber daya
alam merupakan prinsip dasar dalam pengelolaan lansekap produksi berkelanjutan. Mosaik
lansekap yang dibangun oleh elemen-elemen lansekap alami (undeveloped) dan terbangun
(urbanized) dapat menghasilkan lansekap yang heterogen yang memungkinkan munculnya
berbagai layanan ekosistem yang dihasilkan oleh suatu kondisi keanekaragaman hayati. Di dalam
lansekap produksi, golongan serangga merupakan penghasil layanan ekosistem yang berperan
penting dalam memelihara produktivitas lansekap dan kondisi keanekaragaman hayati. Golongan
serangga berperan pada besaran dan skala berbeda dalam menyediakan layanan penyediaan,
pengaturan, pendukung, dan kultural. Namun di sisi lain, sebagian dari golongan serangga dapat
menyebabkan terjadinya ‘ecosystem disservices’ yang dianggap merugikan bagi upaya menjaga
produktivitas lansekap produksi. Heterogenitas lansekap pada skala luas dapat memelihara
kondisi keanekaragaman serangga, namun pada skala yang lebih kecil fragmentasi lansekap yang
ditunjukkan oleh indeks keanekaragaman elemen lansekap dan kekayaan elemen lansekap yang
tinggi dapat menyebabkan kekayaan jenis serangga menurun. Peran elemen lansekap alami
seperti hutan sangat penting dalam memelihara kondisi keanekaraman serangga yang tinggi
sehingga berpotensi untuk menyediakan layanan ekosistem yang tinggi pula. Sistem produksi kopi
dengan pola agroforestry merupakan salah satu contoh sistem produksi biologi yang memiliki
produktivitas tinggi dan pada saat bersamaan mendukung upaya konservasi keanekaragaman
serangga yang menyediakan berbagai layanan ekosistem pada lansekap produksi. Oleh karena itu
sistem agroforestry seperti ini perlu dikembangkan sebagai salah satu strategi untuk memelihara
kapabilitas lansekap sekaligus menjaga integritas lansekap.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 16
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PEMBICARA TAMU


Kuantifikasi Lanskap Agroekosistem dan Pemanfaatannya dalam Studi
Diversitas Serangga
Akhmad Rizali
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Dewasa ini studi biodiversitas khususnya serangga pada agroekosistem dilakukan tidak
hanya pada skala lahan tapi juga diperluas pada skala lanskap. Beberapa studi menunjukkan
bahwa diversitas serangga pada agroekosistem tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi lahan
(termasuk cara budidaya tanaman) tapi juga dipengaruhi oleh struktur lanskap agroekosistem
tersebut (Gurr et al. 2003; Tscharntke et al. 2007). Menurut Bianchi et al. (2006), struktur lanskap
meliputi komposisi dan konfigurasinya, memiliki pengaruh besar pada struktur komunitas,
kekayaan spesies, dan kelimpahan biodiversitas yang ada di dalamnya. Komposisi lanskap yang
dimaksud berkaitan dengan jumlah dan proporsi berbagai tipe habitat dalam suatu lanskap,
sedangkan konfigurasi lanskap mencerminkan kondisi spasial dan bentuk dari habitat penyusun
lanskap (Fahrig et al. 2011). Komposisi dan konfigurasi lanskap pertanian dapat memberikan
pengaruh berbeda terhadap keanekaragaman serangga. Sebagai contoh, serangga parasitoid lebih
dipengaruhi oleh komposisi lanskap agroekosistem yang memiliki habitat non-crop yang luas dan
beragam (Steckel et al. 2014; Martin et al. 2015; Balzan et al. 2016), sedangkan serangga
penyerbuk lebih dipengaruhi oleh konfigurasi lanskap agroekosistem (Hass et al. 2018).
Pemahaman mengenai lanskap agroekosistem sangat diperlukan dalam upaya melakukan
pengelolaan agroekosistem khususnya konservasi diversitas serangga bermanfaat. Pengelolaan
agroekosistem dalam skala lanskap sebenarnya bukanlah hal yang baru. Lebih dari 1 abad yang
lalu, Stephen Forbes dalam pidato tahunannya di Entomological Society of America telah
merekomendasikan perlunya penerapan prinsip ekologi dalam skala luas (lanskap) untuk
mengantisipasi dampak dari perubahan tataguna lahan (Forbes 1915). Walaupun demikian,
penelitian mengenai hubungan lanskap dengan diversitas baru berkembang setelah ditemukannya
komputer. Hal tersebut karena kuantifikasi lanskap atau pengukuran landscape metric (metrik
lanskap) menjadi lebih mudah dilakukan dengan menggunakan komputer. Dengan
dikembangkannya geographical information system (GIS), sangat membantu peneliti ekologi
lanskap untuk melakukan pemetaan ataupun kuantifikasi lanskap.
Untuk melakukan kuantifikasi lanskap agroekosistem, tahapan yang perlu dilakukan
adalah menentukan lanskap pertanian yang akan dikuantifikasi, melakukan kegiatan ground
survey (survei lapangan), melakukan digitasi lanskap dan melakukan pengukuran metrik lanskap.
Penentuan lanskap pertanian dilakukan dengan menandai koordinat lokasi studi menggunakan
global positioning system (GPS). Koordinat yang diperoleh, kemudian digunakan untuk
mendapatkan peta satelit yang secara gratis dapat diakses menggunakan “google map” atau
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 17
Bandung, 14 Januari 2021

“google earth”. Peta satelit tersebut digunakan sebagai peta dasar yang akan menjadi rujukan
pada saat melakukan proses ground survey. Dalam penentuan lanskap, yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah penetapan skala dari lanskap pertanian yang akan diukur (Scherber et al.
2012). Skala lanskap yang digunakan biasanya berupa lingkaran dengan radius atau luas lingkaran
yang disesuaikan dengan diversitas atau taksa serangga yang dipelajari. Hal ini karena skala
lanskap berhubungan dengan kisaran jelajah dari serangga. Sebagai contoh, studi serangga
polinator memerlukan radius lanskap minimal 500 m (Klein et al. 2006). Selain itu, jarak antar
lanskap juga perlu diperhatikan untuk menghindari overlap antar lanskap yang dipelajari
(Tischendorf & Fahrig 2000).
Setelah menentukan lanskap pertanian dan skala lanskap yang digunakan, tahapan
berikutnya adalah melakukan ground survey. Kegiatan ini adalah berupa identifikasi tipe habitat
atau vegetasi yang ada pada setiap patch pada lanskap studi dengan menggunakan peta satelit
sebagai peta dasar. Seluruh patch didalam lanskap diidentifikasi dan dicatat tipe habitat dan
vegetasinya untuk kemudian digunakan sebagai dasar melakukan digitasi dari lanskap tersebut.
Digitasi lanskap dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GIS berdasarkan hasil dari
ground survey. Untuk melakukan digitasi lanskap, diantara perangkat lunak yang dapat digunakan
adalah ArcGIS (produk dari ESRI) atau Q-GIS (open source). Dalam melakukan digitasi diperlukan
pemahaman penggunaan perangkat lunak untuk menghindari terjadinya kesalahan digitasi atau
kesalahan dalam pemberian nama patch karena dapat mempengaruhi hasil kuantifikasi lanskap
nantinya. Hasil digitasi yang diperoleh dapat disimpan dapat dalam bentuk vektor atau grid untuk
digunakan dalam pengukuran metrik lanskap.
Pengukuran metrik lanskap dapat dilakukan diantaranya dengan Patch Analyst (extension
ArcGIS), FRAGSTATS atau LecoS (extension Q-GIS). Metrik lanskap yang dapat diukur misalnya luas
area (CA, TA), karakteristik patch (NP, PD, MPS), edge (TE, ED), bentuk (MSI, AWMSI) dan indeks
keanekaragaman (Shannon, Evennes, Simpson) (McGarigal & Marks 1994). Metrik lanskap
tersebut umumnya digunakan untuk melakukan analisis hubungan antara diversitas serangga
dengan lanskap agroekosistem. Tentunya pemilihan metrik lanskap harus menyesuaikan dengan
taksa yang dipelajari dan juga mempertimbangkan ada tidaknya korelasi antar metrik lanskap
tersebut. Sebagai contoh, penelitian Ulina et al. (2019) menggunakan CA (luas patch) dan NP
(jumlah patch) dari habitat alami dan lahan pertanian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
keanekaragaman parasitoid pada lanskap pertanian.
Sebagai penutup, metode kuantifikasi lanskap pertanian yang disampaikan merupakan
metode kuantifikasi untuk lanskap skala kecil. Hal ini karena untuk mempelajari hubungan lanskap
pertanian dengan diversitas serangga lebih sesuai pada lanskap skala kecil. Untuk lanskap dengan
skala yang lebih luas, biasanya menggunakan remote sensing untuk lebih menghemat biaya dan
waktu pengerjaan. Berdasarkan tahapan yang telah diuraikan, hal terpenting yang perlu dipahami
adalah bagaimana menggunakan perangkat lunak GIS khususnya untuk melakukan digitasi dan
menghitung metrik lanskap. Dengan memahami tahapan kuantifikasi lanskap ini diharapkan dapat
menjadi panduan untuk melakukan studi terkait hubungan lanskap agroekosistem dengan
diversitas serangga yang ada di dalamnya.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 18
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #1

Perkembangan Inovasi Teknologi Pengelolaan Hama Penggerek Buah


Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Curculionidae:
Scotylidae) dan Keefektifannya
Siska Rasiska1, Parikesit2, Sudarjat3, Budhi Gunawan4, Iwan Setiawan51
1
Mahasiswa Program Doktor, Program Studi Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana,
Universitas Padjadjaran
2&4
Pusat Ilmu Keberlanjutan, Universitas Padjadjaran
3&5
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
s.rasiska@unpad.ac.id

ABSTRAK
Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferrari) merupakan hama utama tanaman kopi,
yang telah menyebabkan kerusakan pada buah kopi dan kerugian secara ekonomi bagi
petani. Berbagai teknologi telah dilakukan untuk mengendalikan hama PBKo, diantaranya
secara kultur teknis, biologis, kimiawi dan sanitasi pada saat pascapanen. Tulisan ini
bertujuan untuk: 1) mengulas teknologi pengendalian hama PBKo yang telah dikembangkan;
dan 2) menilai teknologi tersebut berdasarkan indikator kompatibilitas, aplikabilitas,
availabilitas, keamanan, sustainabilitas, afordabilitas dan ekonomis. Kajian ini dilakukan
dengan menggunakan tinjauan sistematis terhadap literatur untuk menilai perkembangan
inovasi teknologi pengendalian hama PBKo. Berdasarkan peer review literatur dari
Science.direct, Google.scholar, teridentifikasi sejak 1996 tentang teknologi pengendalian
hama PBKo hingga 2020. Hasil pencarian diperoleh puluhan artikel yang terkait dengan
teknologi pengendalian hama PBKo. Hasil kajian menunjukkan terdapat 59 buah literatur
yang terkait dengan perkembangan teknologi pengendalian hama PBKo dan bahwa teknologi
pengendalian hama PBKo secara kultur teknis dan biologis merupakan upaya prevensif dan
monitoring yang harus terlebih dahulu digunakan oleh petani, akan tetapi dalam
perkembangan masih harus terus ditingkatkan inovasi nya karena teknologi ini sangat terkait
dengan kondisi lingkungan yang sangat dinamis, sedangkan kimiawi dan sanitasi pada saat
pasca panen dapat dilakukan setelah kultur teknis dan biologis tidak dapat mengendalikan
hama PBKo yang bersifat dinamis.
Kata kunci: Penggerek Buah Kopi, Kultur teknis, Biologis, Kimiawi, Pascapanen
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 19
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #2

Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen (Blattodea: Termitoidea:


Macrotermitinae) asal Bogor, Indonesia
Nadzirum Mubin1 dan Idham Sakti Harahap1
1
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB University
mubin.nadzirum@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK
Rayap termasuk serangga sosial yang mempunyai peran ganda. Di alam, rayap berperan
penting dalam dekomposisi bahan organik sedangkan di perkebunan dan permukiman rayap
berperan sebagai serangga pengganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rayap
tanah Macrotermes gilvus yang berasal dari dua lokasi yang berbeda yaitu di Cagar Alam
Yanlappa, Jasinga dan Kampus IPB University. Metode yang digunakan yaitu survei strip sensus,
dilanjutkan dengan pengukuran morfometri dan identifikasi. Hasil pengukuran morfometri
pada kasta prajurit mayor dan minor dari ukuran kepala hingga mandibel (mayor: 5.18-5.20
mm; minor: 3.16-3.18 mm), jumlah ruas antena (mayor dan minor: 17 ruas), keberadaan
hyaline tip dan fontanel (mayor dan minor: berada di pangkal dekat mandibel dan lubang kecil
yang nampak dari dorsal), ukuran mesonotum (mayor: 2.21-2.24 mm; minor: 1.10-1.12 mm)
dan metanotum (mayor: 2.21-2.24 mm; minor: 1.23 mm). Perbedaan lokasi alami (Cagar Alam
Yanlappa) dan permukiman (Kampus IPB University) tidak terlalu signifikan, hal ini diduga
karena jarak kedua berkisar 47.6 km belum menjadi pembatas dari spesies tersebut.

Kata kunci: Blattodea, Cagar Alam Yanlappa, Kampus IPB University, Rayap
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 20
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #3

Pemanfaatan Pestisida Nabati Ekstrak Daun Sirsak (Annona


muricata) Pada Sistem Budidaya Ikan dan Sayuran di KWT Mawar
Bodas Kota Tasikmalaya
R. Arif Malik Ramadhan1*dan Efrin Firmansyah1
1
Program studi Agroteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Perjuangan
Tasikmalaya
am.ramadhan@unper.ac.id

ABSTRAK
Keberadaan organisme penganggu tanaman (OPT) pada sistem pertanaman budikdamber
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen sementara pengendalian
menggunakan pestisida sintetik tidak dapat dilaksanakan karena tidak alasan kompatibilitas.
Pemanfaatan pestisida nabati ekstrak daun A. muricata dapat digunakan sebagai pengendali
OPT pada sistem budikdamber. Program pemberdayaan masyarakat desa binaan ini
dilaksanakan di kelompok wanita tani mawar bodas kota Tasikmalaya. Komoditas yang
dibudidayakan merupakan tanaman kangkung dan ikan lele. Proses budidaya kangkung
dilaksanakan sebanyak dua periode tanam. Pada periode tanam pertama, tidak diaplikasian
pengendalian dan pada periode tanam kedua diaplikasikan pengendalian menggunakan
pestisida nabati ekstrak daun A. muricata dengan konsentrasi 3%. Parameter yang diamati
berupa intensitas serangan OPT, hasil panen tanaman kangkung, serta respons mortalitas
pada ikan lele. Ekstrak A. muricata dengan konsentrasi 3% dapat menurunkan intensitas
serangan OPT sebesar 58%. Pengaplikasian pestisida nabati ekstrak A. muricata dapat
meminimalisir kehilangan hasil pada panen kangkung hingga 8,05% lebih tinggi dibandingkan
tanpa pengaplikasian pestisida nabati. Pengaplikasian pestisida nabati ekstrak A. muricata 3%
tidak bersifat toksik terhadap tanaman kangkung dan ikan lele pada sistem budikdamber.
Kematian ikan lele selama dua kali musim tanam sebesar 2% dari seluruh populasi ikan lele
yang dibudidayakan. Dengan demikian ekstrak daun A. muricata dinilai tidak bersifat toksik
terhadap ikan lele.

Kata kunci: Pestisida Nabati, Budikdamber, Skoring


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 21
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #4

Eksplorasi dan Uji Efikasi Beberapa Pestisida Nabati terhadap


Spodoptera frugiperda J. E. Smith
R. Arif Malik Ramadhan1*dan Efrin Firmansyah1
1
Program studi Agroteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Perjuangan
Tasikmalaya
am.ramadhan@unper.ac.id

ABSTRAK
Pengendalian Spodoptera frugiperda di Indonesia umumnya menggunakan pestisida sintetik.
Penggunaan pestisida sintetik dinilai kurang bijaksana, sehingga dapat memicu banyak
dampak negatif. Pemanfaatan pestisida nabati dapat menjadi solusi pengendalian S.
frugiperda yang bersifat ramah lingkungan. Sejalan dengan Visi Misi Universitas Perjuangan
Tasikmalaya untuk mengembangkan kearifan lokal maka perlu diteliti potensi beberapa
tanaman lokal sebagai pestisida nabati terhadap S. frugiperda. Hasil observasi lapangan
didapatkan tiga kandidat yang berpotensi sebagai pestisida nabati yaitu Annona muricata,
Chromolaena odorata, dan Tinospora cordifolia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketiga
ekstrak tanaman tersebut terhadap mortalitas larva, penghambatan aktivitas makan,
perkembangan, dan bobot pupa dari S. frugiperda. Potensi pengendalian paling baik
ditunjukkan oleh perlakuan ekstrak A. muricata dengan konsentrasi 3%. Ekstrak A. muricata
3% dapat mengendalikan S. frugiperda dengan nilai mortalitas larva hingga 83,33 ± 5,77%,
penurunan aktivitas makan hingga 91,11%, dan rata-rata hambatan perkembangan larva
sebesar 3,84 hari. Seluruh pestisida nabati yang diujikan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap bobot pupa.

Kata kunci: Spodoptera frugiperda, Pestisida Nabati, Annona muricata, Chromolaena


odorata, Tinospora cordifolia
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 22
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #5

Pemanfaatan Cendawan Entomopatogen Cordyceps militaris dalam


Pengendalian Hama Ulat Api (Limacodidae: Lepidoptera) di
Perkebunan Kelapa Sawit PT. Bumitama Gunajaya Agro
Fitrah Murgianto1*, David Irvanto1, Adhy Ardiyanto1, Edyson1, dan Rahmadi1
1
Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro, Palangkaraya, Indonesia, 74354.
Fitrah.murgianto@bumitama.com

ABSTRAK
Serangan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit dapat menyebabkan penurunan produksi
dan meningkatkan biaya pengendalian secara kimia. Salah satu upaya dalam pengendalian
secara hayati dan ramah lingkungan adalah dengan pemanfaatan cendawan entomopatogen
Cordyceps militaris yang menyerang fase pupa dari hama ini. Isolat C. militaris di peroleh
dari pupa ulat api yang terinfeksi secara alami oleh C. militaris untuk kemudian diperbanyak
dengan media jagung di laboratorium. Isolat C. militaris dalam media jagung dicampur
dengan tanah dalam perbandingan 1 : 20 per hektar (2,5 Kg : 50 Kg). Aplikasi dilakukan pada
permukaan tanah di sekitar pangkal batang tanaman kelapa sawit. Tingkat infeksi C. militaris
pada pupa ulat api setelah diaplikasikan ke lapangan berkisar pada 80 – 90 %. Aplikasi C.
militaris mampu mencegah ledakan serangan hama ulat api seluas 398 hektar di wilayah
operasional PT. Bumitama Gunajaya Agro pada tahun 2020. Selain itu, dengan pengaplikasian
cendawan ini mampu menghemat biaya pengendalian hingga 39 % dibandingkan dengan
insektisida kimia. Pemanfaatan C. militaris merupakan teknik pengendalian hama ulat api
yang efektif, efisien, ramah lingkungan, dan tidak berbahaya bagi serangga lain.

Kata kunci: Cordyceps militaris, kelapa sawit, pupa, ulat api


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 23
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #6

Serangga dalam Usahatani Padi Tradisional: Suatu Perspektif Berpikir


Sistem
Mahra Arari Heryanto1*, Nirwan Arrachman2, dan Hanifah Fauziah2
1
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
mahra.arari@unpad.ac.id

ABSTRAK
Serangga dikenal sebagai “hama tidak penting” karena keberadaannya yang tidak merusak
tanaman padi ekosistem sawah di Jawa sejak abad ke-18 sampai dengan era pertanian
tradisional berakhir. Namun demikian, seiring berkembangnya pertanian modern, serangga
tertentu (wereng batang coklat) telah berubah menjadi “musuh” bagi petani karena
perilakunya yang kerap merusak pertumbuhan tanaman padi, bahkan tidak jarang
mengancam produksi pangan nasional. Pertanyannya, apa yang menyebabkan serangga pada
usahatani padi tradisional (sebelum tahun 1970-an) tidak merusak pertanaman padi? Apa
peran serangga pada usahatani padi tradisional sehingga tidak merusak pertanaman padi?
Jawaban dari pertanyaan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan
berpikir sistem (system thinking) yang menganut asas keterhubungan, interdisiplin dan
kompleksitas dalam sistem usahatani padi sawah. Hasil menunjukan bahwa keragaman
serangga dalam ekosistem sawah memiliki peran yang besar dalam menjaga keseimbangan
ekosistem sawah melalui jejaring rantai makanan . Pada ekosisitem sawah tradisional (tanpa
pestisida), hidup berbagai jenis serangga seperti serangga herbivora, predator (karnivora),
parasitoid dan netral. Serangga yang menjadi “musuh” petani adalah jenis herbivora yang
memakan tanaman padi, salah satunya wereng batang coklat. Ekosistem sawah yang berair
merupakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan populasi serangga herbivora
pemakan tanaman padi. Namun, dengan jumlah serangga predator yang memadai, populasi
serangga hebivora tersebut dipredasi oleh serangga predator sehingga tidak sampai pada
tingkat yang merusak usahatani padi. Selanjutnya, jika tanaman padi selesai dipanen,
serangga predator ini akan memangsa serangga netral yang banyak hidup pada ekosisitem
sawah dan bertahan dalam waktu yang lebih lama. Begitulah sistem rantai makanan serangga
bekerja sehingga tercipta keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan.

Kata kunci: ekosistem sawah, wereng, usahatani, petani, dan rantai makanan
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 24
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #7

Transformasi Serangga di Era Pertanian Modern: Distorsi


Modernisasi Pertanian Terhadap Keragaman Hayati Ekosistem
Sawah
Mahra Arari Heryanto1*, Ganjar Kurnia1, dan Iwan Setiawan1
1
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
mahra.arari@unpad.ac.id

ABSTRAK
Pada era pertanian padi modern, sebagian serangga telah bertransformasi dari “hama tidak
penting” menjadi “hama elite” yang keberadaannya merusak tanaman padi. Istilah tersebut
mucul setelah berbagai serangan hama serangga (wereng batang cokalat) terjadi sejak
pertengahan tahun 1970-an sampai sekarang dengan intensitas dan tingkat kerusakan yang
tinggi. Saat ini, serangga tidak hanya dikenal sebagai entitas bio-fisik saja, tetapi juga entitas
bio-sosial karena perilakunya yang mengusik kehidupan manusia. Ekosistem sawah yang
kaya akan rekayasa sosial dan ekologis terganggu dengan keberadaan “hama elite” wereng
batang coklat yang beberapa kali sempat mengancam produksi pangan nasional. Bagaimana
proses transformasi serangga tersebut dapat terjadi? Faktor apa yang mengakibatkan
transformasi tersebut? Jawaban dari pertanyaan tersebut dianalisis dengan menggunakan
pendekatan sistem, dimana segala aspek yang terkait (sosial, ekonomi, ekologi) dalam
ekosistem sawah dianalisis secara holistik dan komprehensif. Hasil menunjukkan bahwa
pertanian modern dengan penggunaan pestisida kimia serta penanaman monokultur terus
menerus telah merusak keragaman hayati ekosistem sawah, terutama berbagai jenis
serangga yang hidup di dalamnya. Populasi serangga herbivora pemakan tanaman padi yang
sebelumnya dapat dikendalikan oleh serangga predator dan parasitoid, berkembang pesat
tanpa kontrol karena predatornya telah mati akibat paparan pestisida kimia. Tujuan
penyemprotan pestisida kimia yang dianut pertanian modern sebagai cara untuk untuk
membunuh serangga herbivora ternyata ikut mematikan serangga lainnya (predator,
parasitoid, dan netral) yang memiliki fungsi menjaga keseimbangan populasi serangga pada
ekosistem sawah. Begitu pula dengan sistem pertanian padi intensif dan monokultur pada
lahan sawah, memicu ledakan populasi “hama elite” wereng batang coklat, karena tanaman
padi sebagai sumber makanan utama tersedia sepanjang waktu.
Kata kunci: pertanian modern, wereng batang coklat, padi, ekosistem sawah
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 25
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #8

Pengaruh Dosis Serbuk Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap


Perkembangan Kumbang Bubuk Callosobruchus analis F. pada Biji
Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merrit) Varietas
Lia Sugiarti1*, Elly Roosma Ria1, Rike Ardiyati2
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
2
Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
liasugiarti82@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis serbuk daun sirsak (Annona
muricata L.) terhadap perkembangan kumbang bubuk Callosobruchus analis F. pada biji kedelai
hitam (Glycine max (L.) Merrit) varietas Detam 3 Prida, dan mendapatkan dosis serbuk daun sirsak
(Annona muricata L.) yang paling cepat terhadap mortalitas Callosobruchus analis F. pada biji
kedelai hitam (Glycine max L. Merrit) varietas Detam 3 Prida di tempat penyimpanan. Penelitian
dilakukan di kantor Sub Unit Satuan Pelayanan Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit,
Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Dengan ketinggian tempat 76 - 100 meter dari permukaan
laut. Waktu penelitian pada bulan Agustus 2019 sampai dengan Oktober 2019. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah biji kedelai hitam (Glycine max (L.) Merrit) varietas Detam
3 Prida berasal dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, serbuk daun sirsak (Annona
muricata L.), dan serangga kumbang bubuk Callosobruchus analis F. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah stoples gelas, karet gelang, timbangan digital, saringan, nampan plastik,
blender, label, aspirator, pisau, plastik bening/transparan, kain kassa, alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 4
ulangan. Rancangan perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: A= tanpa serbuk daun
sirsak, B = 0,50 g, C = 1,00 g , D = 1,50 g , E = 2,00 g, F = 2,50 g . Setiap perlakuan terdiri dari 2
stoples sehingga diperoleh 48 stoples. Berdasarkan hasil dan pembahasan dari percobaan dapat
disimpulkan bahwa: serbuk daun sirsak (Annona muricata L.) berpengaruh terhadap mortalitas,
jumlah telur, jumlah larva, jumlah pupa, jumlah imago, persentase kerusakan biji, dan persentase
susut bobot, dosis serbuk daun sirsak (Annona muricata L.) sebanyak 2,50 gram dapat
berpengaruh terhadap perkembangan Callosobruchus analis F. pada biji kedelai hitam (Glycine
max (L) Merrit) varietas Detam 3 Prida di penyimpanan.
Kata kunci: Kedelai Hitam, Callosobruchus analis F, Pestisida Nabati, (Annona muricata L.)
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 26
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #9

Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) Di Kampus Universitas


Perjuangan Tasikmalaya, Jawa Barat
Efrin Firmansyah1*
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Perjuangan
Jl. Pembela Tanah Air no 177, Kota Tasikmalaya
efrinfirmansyah@unper.ac.id

ABSTRAK
Capung merupakan salah satu serangga (Ordo : Odonata) yang terdiri dari dua sub-ordo yaitu
Zygoptera dan Anisoptera. Di dalam agroekosistem capung berperan sebagai predator,
sementara secara alami dapat pula menjadi mangsa organisme lain. Fungsi capung yang lain
adalah sebagai bioindikator kesehatan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menginventarisasi keanekaragaman jenis capung di kampus Universitas Perjuangan
Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung atau deskriftif
eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2 sub-ordo, terdiri atas 5 Family dan 15
spesies capung di kawasan Universitas Perjuangan Tasikmalaya. Sub-Ordo Anisoptera terdiri
dari : Family Gomphidae (1 spesies), family Libellulidae (9 spesies), family Aeshnidae (1
spesies), Sub-Ordo Zygoptera terdiri dari family Coenagrionidae (3 spesies) dan family
Platycnemididae (1 spesies).

Kata kunci: Bioindikator, Capung, Keanekaragaman, Predator


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 27
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #10

Dynivitas Kupu-Kupu Bermotif Hahslm 472319 Sebagai Simbol Salat


Pada Tuhan Di Era Ekonomi Covid
R Mochamad A1*, Sekar Arum Aniswari2
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Institut Teknologi Bandung
hs.dynivi@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis motif sayap Kupu-kupu sesuai rumus Hahslm
472319 dalam Dynivtas symbol salat pada Tuhan dengan ekonomi Covid-19. Kupu-kupu
merupakan bagian dari populasi serangga. Kupu-kupu mampu melakukan metamorphosis
dengan perubahan dari telur, kepompong, ulat, kemudian Kupu-kupu. Morfologi Kupu-kupu
identik dengan motif sayap, selain dari bentuk sayap, bentuk tubuh Kupu-kupu, dan cara
terbang. Obyek riset ini adalah motif sayap Kupu-kupu dengan spesies tertentu yang
memunculkan kesamaan pola dengan angka 7 dan huruf Sinlammim. Studi ini dilakukan
dengan pendekatan agama untuk merefleksikan makna Islam dalam morfologi Kupu-kupu.
Metodologi yang digunakan yaitu refleksivitas dan rumus Hahslm 472319. Derivasi QS. Al-Hijr
[15]: 87 dengan Konstanta Roikhan berupa digitalisasi 472319 dan nilai salat yaitu Sembilan
(9). Hasil yang diperoleh adalah terdapat morofologi natural pada bagian sayap atas Kupu-
kupu berupa individual garis berjumlah tujuh (7). Dan motif sayap bagian bawah
menunjukkan pola tiga (3) bulatan kecil berupa huruf sin, ada juga tonjolan sayap dalam yang
memiliki motif panjang berpola angka satu (1) berupa huruf lam, dan pola bulatan paling
besar (9) pada bagian dalam berupa huruf mim, sehingga berpenampakan 319 dan
sinlammim. Bilangan 19 menunjukkan symbol salat (9) tentang ibadah kepada Tuhan (1).
Angka 19 lain juga terdapat pada Covid-19 yang berdampak ekonomi.

Kata kunci: hahslm, 472319, dynivitas, sayap, salat


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 28
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #11

Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L.)


Dalam Mengendalikan Hama Larva Kumbang Tanduk (Oryctes
Rhinoceros) Pada Tanaman Kelapa Sawit
Yusmar Mahmud 1, Intan Lorenza 2, dan Siti Zulaiha3
1
Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Peternakan, UIN SUSKA RIAU
2
Alumni Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
yusmar@uin-suska.ac.id

ABSTRAK
Kumbang tanduk merupakan salah satu hama penting pada tanaman kelapa sawit. Adapun
kerugian akibat serangan kumbang tanduk pada tanaman kelapa sawit yaitu dapat
mematikan pucuk tanaman kelapa sawit dan rusaknya pelepah daun yang akan mengurangi
kegiatan fotosintesis sehigga dapat menurunkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan konsentrasi biji pinang yang efektif untuk mengendalikan hama larva kumbang
tanduk. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Februari 2019 sampai Maret 2019 di
laboratorium PEMTA (Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah). Penelitian
dilakukan melalui percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang
menjadi perlakuan adalah 5 taraf konsentrasi insektisida nabati dengan 4 kali ulangan untuk
setiap taraf. Penelitian menggunakan analisis SAS 9.1. Hasil penelitian menunjukkan
pemberian konsentrasi ekstrak biji pinang 6,0% memberikan kematian lebih cepat dalam
mengendalikan hama larva kumbang tanduk yaitu dengan awal kematian 50,52 jam, puncak
mortalitas harian 10% dan mortalitas total sebesar 30%.

Kata Kunci : Kumbang Tanduk, Biji Pinang, Insektisida, Kelapa Sawit


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 29
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #12

Identifikasi Hama Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) pada


Lahan Organik Di Desa Wamorapa Utara Buton Utara
Suarna Samai1, La Kolaka1, M. Sirih1, Elly Roosma Ria2, Milham1
1
Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Halu Oleo, Kendari
2
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Sumedang
annasamai65.hanako@gmail.com

ABSTRAK
Kehadiran organisme hama dapat merusak dan mengurangi mutu, ketersediaan serta jumlah
sumber daya tanaman bagi kepentingan manusia. Kebanyakan konsumen memilih tanaman
organik yang aman bagi kesehatan. Tanaman ubi jalar yang ditanam berbasis organik
mendorong meningkatnya permintaan produk ubi jalar organik. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi jenis-jenis hama yang menyerang tanaman ubi jalar pada lahan organik.
Hasil penelitian menunjukan hama yang menyerang tanaman ubi jalar terdiri dari ordo
Coleoptera (Kumbang), ordo Hemiptera (kepik), ordo Lepidoptera (kupu-kupu/ngengat),
ordo Orthoptera (belalang), dan ordo Rodentia (tikus). Secara spesifik spesies hama yang
menyerang pada satu organ dan hama lainnya menyerang lebih dari satu organ yaitu Rattus
tiomanicus M. dan hama boleng Cylas formicarius L. menyerang umbi, Aspidomorpha miliaris
F. menyerang bagian daun selanjutnya Omphisia anastomasalis G. penggerek batang ditandai
dengan batang layu, adanya lubang gerekan dalam batang. Kerusakan yang ditimbulkan hama
pada tanaman ubi jalar di Desa Wamorapa berupa lubang-lubang pada daun, bekas gerekan
pada batang dan lubang-lubang pada umbi disertai gejala pembusukan.

Kata Kunci: Jenis Hama, Ubi Jalar, Lahan Organik


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 30
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #13

Biokonservasi Parasitoid Anastatus Dasyni Ferr. (Hymenoptera:


Euphelmidae) Pada Tanaman Lada Dengan Tanaman Refugia
Berbunga Sebagai Sumber Nektar
Rohimatun*, Sitti Fatimah Syahid, Rismayani, I Wayan Laba, Ahyar, dan Nurbetti
Tarigan
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor
16111
ima.faizfatin@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengendalikan pengisap buah lada Dasynus
piperis adalah menggunakan parasitoid telur Anastatus dasyni dan memanfaatkan refugia
berbunga di sekitar pertanaman lada untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Penelitian
bertujuan untuk mendapatkan karakteristik morfologi dan kimia gula reduksi refugia
berbunga serta refugia berbunga sebagai sumber nektar potensial untuk kelangsungan hidup
A. dasyni. Penelitian terdiri dari koleksi, perbanyakan, karakterisasi, dan analisis gula reduksi
refugia berbunga; perbanyakan Riptortus linearis untuk mendapatkan telur sebagai inang
parasitoid; pengujian lama hidup dan keperidian parasitoid, menggunakan bunga segar (hasil
koleksi, kumis kucing, Asystacia gangetica, Arachis pintoi), dan ekstrak bunga (taraf 5, 10, 15,
dan 20%), serta pembanding madu 10%, air, dan kontrol (tanpa pakan); pengujian lama
kunjungan parasitoid yang lapar dan kenyang; pengujian preferensi imago betina A. dasyni
kenyang dan lapar menggunakan bunga, ekstrak bunga, dan telur dengan menggunakan
lorong “Y”. Hasil penelitian diperoleh tiga refugia berbunga yang potensial sebagai sumber
nektar parasitoid A. dasyni, yaitu Turnera ulmifolia, A. gangetica, dan A. pintoi. Ketiganya
memiliki karakteristik morfologi, warna, dan bentuk mahkota yang terbuka yang
memungkinkan A. dasyni tertarik dan mudah mengisap nektar. Disamping itu, ketiganya
memiliki kandungan gula reduksi yang tinggi, masing-masing 2,35; 1,32; dan 1,10%. Lama
hidup A. dasyni pada ketiga bunga tersebut lebih panjang, jumlah A. dasyni yang memilih
berkunjung ke ketiga bunga tersebut lebih banyak dengan waktu memilih lebih cepat, serta
waktu kunjungan lebih lama. Oleh karena itu, keberadaan refugia berbunga, seperti A. pintoi,
A. gangetica, dan T. ulmifolia, perlu dikelola untuk mengendalikan D. piperis dan menjaga
ekosistem di pertanaman lada.
Kata kunci: biokonservasi, parasitoid, Anastatus dasyni FERR., sumber nektar, lada
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 31
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #14

Daya Tarik Warna Buah Kopi dan Perangkap Atraktan Terhadap


Hypothenemus hampei (Coleoptera:
Scolytidae) pada Kopi Arabika
Fransiscus Xaverius Wagiman1*, Gilang Nugraha2, Tri Harjaka1
1
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada
2
Alumni Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada
wagimanfx@ugm.ac.id

ABSTRAK
Kopi arabika adalah unggulan Indonesia, tingkat konsumsi mencapai 70% di seluruh dunia.
Penggerek buah kopi (PBKo) (Hypothenemus hampei) merupakan hama utama. Tujuan
penelitian untuk mengetahui daya tarik warna buah kopi dan perangkap atraktan (etanol 500
g/l) terhadap PBKo. Lokasi penelitian di kebun kopi Arabika di daerah Suroloyo, Kabupaten
Kulonprogo, dengan elevasi 1.019 m dpl. Penelitian menggunakan rancangan Percobaan
RCBD faktor tunggal. Percobaan pertama, perlakuan adalah warna buah kopi yaitu hijau,
kuning, orange, dan merah, dengan 12 ulangan. Percobaan kedua, perlakuan adalah warna
perangkap atraktan yaitu bening, hijau, kuning, orange, merah, dengan empat ulangan.
Infestasi hama secara alami. Daya tarik PBKo terhadap warna buah kopi ditunjukkan oleh
intensitas kerusakan, sedangkan terhadap warna perangkap ditunjukkan oleh jumlah imago
PBKo tertangkap. Perangkap digantungkan pada ranting kopi setinggi sekitar 160 cm di atas
permukaan tanah. Jumlah imago PBKo tertangkap diambil dan dihitung pada pagi hari pukul
06.00-07.00 WIB dan petang hari pukul 17.00-18.00 WIB selama 15 hari berturut-turut. Hasil
kajian menunjukkan bahwa warna buah kopi berpengaruh signifikan terhadap ketertarikan
PBKo; intensitas kerusakan pada buah hijau (46%), orange (49%) dan merah (57%) relatif
sama, ketiganya signifikan lebih tinggi daripada buah kuning (34%). Pada malam hari, warna
perangkap tidak berpengaruh signifikan terhadap populasi imago PBKo sedangkan pada siang
hari warna perangkap sangat berpengaruh signifikan terhadap populasi imago PBKo. Pada
petang hari, jumlah imago PBKo tertangkap dalam perangkap merah sebanyak 14
ekor/perangkap/12 jam, relatif sama dengan perangkap orange (11 ekor) dan keduanya
signifikan lebih banyak daripada perangkap kuning (6 ekor), hijau (5 ekor) dan bening (6 ekor).

Kata kunci: Hypothenemus hampei, kopi Arabika, perangkap atraktan, warna buah
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 32
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #15

Identifikasi Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit Perkebunan


Rakyat Desa Kalicinta Kecamatan Kotabumi Utara Kabupaten
Lampung Utara
Novita Awalia Rahmah1, Astuti Kusumorini2 dan Ida Kinasih2
1
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung
2
Dosen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung
*Alamat korespondensi: vitaawalia30@gmail.com

ABSTRAK
Kelapa sawit termasuk kedalam salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis di Indonesia. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas buah
kelapa sawit yaitu kemampuan penyerbukan yang dilakukan oleh serangga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga pengunjung bunga kelapa sawit jantan dan
betina berdasarkan tipe habitat perbatasan serta waktu yang berbeda. Penelitian
dilaksanakan di Desa Kalicinta Kecamatan Kotabumi Utara selama 1 bulan dari bulan Agustus
2020 hingga September 2020. Penelitian dilakukan dengan metode Purposive Random
Sampling, di 3 stasiun pengamatan yaitu SS (perkebunan sawit berbatasan dengan sawit), SK
(perkebunan sawit berbatasan dengan karet), SG (perkebunan sawit berbatasan dengan
singkong). Pengambilan serangga dilakukan dengan pengoleksian langsung. Dari hasil
penelitian didapatkan 25 morfospesies dan 8 ordo serangga yang mengunjungi bunga jantan
dan betina kelapa sawit. Ordo tersebut antara lain Coleoptera, Dermaptera, Diptera,
Hymenoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Odonata, dan Mantodea. Serangga pengunjung
bunga jantan kelapa sawit yang ditemukan sebanyak 25 morfospesies sedangkan serangga
pengunjung bunga betina yang ditemukan sebanyak 5 morfospesies. Serangga yang paling
banyak mengunjungi bunga jantan yaitu Elaidobus sp (Coleoptera: Curculinoidae) sebanyak
447 individu dan Apis sp (Hymenoptera: Apidae) sebanyak 20 individu., sedangkan serangga
yang paling banyak mengunjungi bunga betina yaitu Elaidobus sp (Coleoptera: Curculinoidae)
sebanyak 125 individu dan Camponotus sp (Hymenoptera: Formicidae) sebanyak 109
individu. Tipe habitat perbatasan perkebunan kelapa sawit yang paling banyak dikunjungi
serangga yaitu SS (perkebunan sawit berbatasan dengan sawit lainnya) sedangkan waktu
kunjungan serangga tertinggi terjadi pada pagi hari.
Kata kunci: Bunga, Identifikasi, Pengunjung, Sawit, Serangga
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 33
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #16

Keanekaragaman dan Pengendalian Serangga Hama Pada Budidaya


Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm.)
Anggun Setyaningrum1*, Besta Eins Yudharta1, Anysah Nur Fauziyah1 dan Sukirno2
1
Program Studi Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
2
Laboratorium Entomologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
*Alamat korespondensi: anggunsetyaningrum1012@gmail.com

ABSTRAK
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan anggota divisi Basidiomycota yang banyak
dikembangkan dan dibudidayakan karena bernutrisi tinggi. Namun, jamur tiram rentan
terserang penyakit dan hama yang mampu mempengaruhi produktivitasnya. Ulasan ini
bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman jenis serangga hama pada jamur tiram serta
penerapan pengelolaan hama secara tepat agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi jamur tiram. Serangga yang berpotensi sebagai hama pada jamur tiram terdiri dari
ordo Diptera, Coleoptera, dan Lepidoptera. Hama utama jamur tiram adalah Lycoriella spp
(Diptera: Sciaridae) dengan ambang ekonomi sebesar 0,5%. Kebanyakan serangga
menyebabkan kerusakan pada badan buah. Hama ini pada fase larva merusak hampir semua
bagian tubuh dari jamur tiram. Langkah uatama untuk pengendalian hama ini adalah dengan
menjaga sanitasi dan higienitas medium tempat budidaya jamur. Pengendalian hama dengan
insektisida menimbulkan pencemaran lingkungan dan residu pada produk sehingga
direkomendasikan aplikasi pengendalian hayati menggunakan minyak esensial tanaman dan
bio-insektisida berbasis jamur entomopatogen. Pengendalian hayati ini aman dan ramah bagi
lingkungan dan manusia. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengendalian hama,
maka pengendalian hayati harus diintegrasikan dengan metode pengendalian fisik dan
mekanik. Penelitian yang perlu dikembangkan adalah pengaruh semi - natural habitat sekitar.

Kata kunci: Pleurotus ostreatus, Lycoriella spp, Sciaridae, budidaya jamur.


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 34
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #17

Profil Keanekaragaman Arthropoda pada Beberapa Sistem Tanam


Padi Gogo di Lahan Kering
N. Usyati, Nia Kurniawati, dan Oco Rumasa
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Jl. Raya IX, Sukamandi 41256, Ciasem Kab. Subang, Jawa Barat
n_usyati06@yahoo.co.id

ABSTRAK
Lahan kering di Indonesia potensial sebagai lumbung padi. Namun hingga saat ini produktivitas padi
gogo dilahan kering masih di bawah padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil
keanekaragaman arthropoda pada beberapa sistem tanam padi gogo di lahan kering. Penelitian
dilakukan di lahan petani di provinsi Banten pada musim tanam Oktober 2014–Maret 2015. Penelitian
dilakukan dengan metode survey pada 3 lokasi yang menerapkan sistem tanam padi gogo yang berbeda
yaitu: 1) sistem tanam padi gogo secara monokultur di lahan terbuka, 2) sistem tanam padi gogo secara
tumpang sari dengan tanaman semusim (jagung; kacang + labu + mentimun + pisang), dan 3) sistem
tanam padi gogo di sela tanaman jati. Pengamatan pada setiap sistem tanam dilakukan pada 5 titik dan
tiap titik diamati sebanyak 20 rumpun. Pengamatan dilakukan sejak pra tanam sampai menjelang panen
dengan interval pengamatan 2 minggu sekali. Variabel yang diamati meliputi populasi arthropoda dan
kondisi iklim (suhu dan kelembaban). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keragaman (H’) pada
tiga sistem tanam yang diamati menunjukkan indeks keragaman sedang yaitu diatas 1 dan kurang dari
3. Nilai indeks kemerataan (e’) pada sistem tanam padi gogo secara tumpang sari di desa Cigeulis dan
pada sistem tanam padi gogo di sela tanaman jati di desa Cibaliung rendah (0,29 ; 0,06), sedangkan pada
sistem tanam monokultur di lahan terbuka di desa Cikeusal menunjukkan nilai indeks kemerataan
sedang (e’= 0,4). Nilai indeks dominasi pada tiga sistem tanam menunjukkan tidak ada jenis spesies yang
mendominasi. Selain Aranea ordo yang ditemukan pada tiga sistem tanam tersebut yaitu Orthoptera,
Hemiptera, Lepidoptera, dan Coleoptera. Adapun jumlah famili tertinggi terlihat pada sistem tanam padi
gogo secara tumpang sari di desa Cigeulis (13), dan yang terendah terlihat pada sistem tanam
monokultur di lahan terbuka di desa Cikeusal (9). Jumlah jenis tertinggi terlihat pada sistem tanam padi
gogo secara tumpang sari di desa Cigeulis (986), dan terendah terlihat pada sistem tanam padi gogo di
sela tanaman jati di desa Cibaliung (791). Fungsi arthropoda yang ditemukan pada tiga sistem tanam
yang diamati hanya herbivor dan predator, dengan komposisi keduanya berbeda yaitu pada sistem
tanam monokultur di lahan terbuka di desa Cikeusal (herbivor=50,38%; predator=49,62%), sistem tanam
padi gogo secara tumpang sari di desa Cigeulis (herbivor=75,21%; predator=24,79%), dan pada sistem
tanam padi gogo di sela tanaman jati di desa Cibaliung (herbivor=85,53%; predator= 14,47%).

Kata kunci: keanekaragaman, arthropoda, sistem tanam padi gogo, lahan kering
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 35
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #18

Pengaruh Dosis Serbuk Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap


Perkembangan Serangga Hama Gudang (Callosobruchus maculatus
F.) pada Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Vima-4
Dewi Fitri Wijayanti1,2, R. Budiasih1, Elly Roosma Ria1
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
2
Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
dewifwijayanti@gmail.com

ABSTRAK
Kacang hijau (Vigna radiata L) merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak di
budidayakan oleh masyarakat karena memiliki banyak manfaat. C. maculatus F. adalah salah
satu hama utama yang menyebabkan kerusakan pada kacang hijau. Tujuan dari percobaan
ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh dosis serbuk cengkeh dan
mendapatkan dosis serbuk cengkeh yang efektif untuk mengendalikan perkembangan
serangga hama gudang C. maculatus F. pada biji kacang hijau varietas Vima-4. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, dengan
ketinggian antara 400-965 meter dari permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juli 2020 sampai dengan September 2020. Rancangan yang digunakan dalam proses
penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan
dan empat ulangan setiap perlakuan terdiri dari dua stoples. Perlakuan penelitian terdiri dari
A= 0 g B= 0,1 g, C= 0,2 g, D= 0,3 g, E= 0,4 g, F= 0,5 g. Hasil penelitian menunjukan bahwa
serbuk cengkeh berpengaruh terhadap mortalitas, jumlah telur, jumlah larva, jumlah pupa,
jumlah imago C. maculatus F, serta persentase kerusakan biji, persentase bobot biji. Dosis
serbuk cengkeh 0,1 g telah memberikan hasil yang efektif untuk mengendalikan C. maculatus
F. dan mampu mempertahankan mutu biji kacang hijau varietas Vima-4.

Kata kunci: Callosobruchus maculatus F., Kacang Hijau Varietas Vima-4, Serbuk Cengkeh.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 36
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #19

Konservasi Musuh Alami Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit: Populasi


Serangga Parasitika Berdasarkan Jaraknya terhadap Tanaman
Berbunga
Yendra P. Setyawan1*, Andreas D. Advento1, Mohd. Naim1 dan J-P Caliman1
1
Smart Research Institute, Jl. Teuku Umar 19, Pekanbaru 28112, Riau, Indonesia
yendrapratama2@gmail.com

ABSTRAK
Upaya konservasi serangga pasasitika pada perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan
melakukan penanaman tanaman berbunga seperti Antigonon leptopus dan Turnera spp.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga parasitika pada jarak
yang berbeda dari tanaman berbunga A. leptopus dan Turnera spp. Lokasi penelitian berada
di Kebun Nenggala, PT. Ivo Mas Tunggal dan dilakukan pada bulan April 2019 – November
2020. Terdapat tiga titik pengamatan pada setiap blok; 1 m, 50 m dan 150 m dari tanaman
berbunga serta masing-masing titik berjarak 250 m. Observasi serangga parasitika dilakukan
dengan menggunakan perangkap kuning (yellow pan trap) serta sensus ulat pemakan daun
kelapa sawit (UPDKS) pada pohon nomer 3, 10 dan 17 dilakukan untuk mengetahui
persentase ulat yang terinfeksi oleh musuh alami pada jarak yang berbeda dari tanaman
berbunga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekayaan spesies dan kelimpahan individu
parasitoid menunjukkan perbedaan pada setiap titiknya. Kekayaan spesies tertinggi berada
pada titik 1 m (20 spesies) diikuti 50 m (15 spesies) dan 150 m (14 spesies). Kelimpahan
individu tertingi juga dimiliki titik 1 m (102 individu), 50 m (62 individu) dan 150 m (26
individu). Lebih lanjut lagi, persentase tertinggi ulat yang terinfeksi musuh alami adalah
populasi ulat pada pohon nomer 3 (31.9%), pohon nomer 10 (26.5%) dan pohon nomer 17
(19.9%). Populasi serangga parasitika dan persentase UPDKS yang terinfeksi musuh alami
akan menurun seiring dengan semakin jauhya dari tanaman berguna. Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar sebagai praktik agronomi untuk pengendalian hama terpadu
secara berkelanjutan.

Kata kunci: Antigonon leptopus, ulat kantong, UPDKS, parasitoid, dan Turnera spp.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 37
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #20

Pengelolaan Hama Kutu Sisik pada Tanaman Apel


Dian Indratmi1*, Hartawati1, M.Danang Rachmawan2
1
DepartemenAgroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang
indratmi_dian@yahoo.co.id

ABSTRAK
Buah apel merupakan salah satu jenis buah yang bernilai ekonomi tinggi. Di Indonesia
budidaya tanaman apel banyak terpusat di daerah Batu, Jawa Timur. Bagi masyarakat kota
Batu dan sekitarnya, kelestarian tanaman apel sangat penting dipertahankan dan
ditingkatkan, karena mempunyai dampak social dan ekonomi. Peningkatan produksi
tanaman apel terkendala oleh serangan hama kutu sisik yang semakin meningkat
intensitasnya dan sulit dikendalikan, sehingga produksi apel semakin menurun, bahkan
seringkali gagal panen. Penelitian bertujuan meningkatkan produksi apel dan mengurangi
serangan hama kutu sisik. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri
dari 3 perlakuan dan diulang 10 kali. Perlakuan meliputi paket pengelolaan hama yang terdiri
atas tindakan sanitasi, kondisi bebas gulma, aplikasi pupuk kandang, aplikasi insektisida
hayati berbahan aktif jamur entomopatogen, aplikasi pestisida organik, dan aplikasi pestisida
kimiawi. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan populasi dan intensitas serangan
hama kutu sisik, dari kategori berat menjadi kategori ringan, serta produksi apel mengalami
peningkatan yang signifikan dari 3 ton/ha menjadi 7-8 ton/ha.

Kata Kunci : Kutu, pestisida, hayati, Pengelolaan hama terpadu


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 38
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #21

Pengendalian Terpadu Secara Dini pada Rayap Microcerotermes sp


(Isoptera : Termitidae) di Hutan Tanaman Industri Eucalyptus sp,
Kalimantan Tengah, Indonesia
M Suheri1*, Y H Jung1, S Sukeno1, H K Moon1, N F Haneda2
1
Penelitian dan Pengembangan, PT KORINTIGA HUTANI
2
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB University
mohamad.suheri23@gmail.com

ABSTRAK
Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) menjadi salah satu solusi untuk memenuhi
kebutuhan kayu dunia, namun demikian memberikan dampak adanya serangan hama dan
penyakit. Rayap merupakan salah satu hama penting pada HTI. Genus Coptotermes sp
(Rhinotermitidae) diketahui banyak menyerang tanaman Acacia sp., sedangkan Macrotermes
sp (Termitidae) ditemukan menyerang perakaran tanaman muda Eucalyptus sp. Rayap genus
Microcerotermes sp (Termitidae) baru-baru ini menjadi hama potensial pada tanaman
Eucalyptus sp. Rayap ini menyerang tanaman dewasa yang masih hidup hingga menyebabkan
kematian. Berdasarkan hasil monitoring bahwa serangan rayap masih terjadi secara spot dan
dini. Selain itu, terdapat perbedaan preferensi rayap terhadap clone Eucalyptus sp di HTI.
Kegiatan pengendalian rayap Microcerotermes sp dilakukan secara terpadu yaitu dengan:
metode mekanis (perusakan sarang), metode kimia (pemasangan fipronil trap), dan metode
biologis (aplikasi jamur entomopatogen Beauveria bassiana). Hasil kegiatan pengendalian
terpadu rayap Microcerotermes sp secara dini mampu menurunkan populasi dan serangan di
lokasi sampai 86.7 – 100%, pengamatan secara rutin pasca aplikasi setiap minggu selama satu
bulan.
Kata kunci: Eucalyptus, hama, microcerotermes, rayap
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 39
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #22

Kupu-kupu Sebagai Indikator Kualitas Kesehatan Lingkungan di Masa


Normal Baru
Sri Nur Aminah Ngatimin1*, Ratnawati2, Kasman Jaya2
1
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin
2
Fakultas Pertanian, Universitas Alkhairaat, Palu, Sulawesi Tengah
Jl. Diponegoro No. 39 Palu
srifirnas@gmail.com

ABSTRAK
Serangga mempunyai berbagai fungsi di dalam ekosistem yang membawa manfaat untuk
kesejahteraan hidup manusia. Kupu-kupu adalah jenis serangga yang berpotensi sebagai
penyerbuk dan indikator kesehatan lingkungan. Tujuan penelitian yang telah dilakukan:
membandingkan populasi kupu-kupu yang terdapat daerah Bantimurung sebelum dan
setelah terjadinya pandemi virus Corona. Diharapkan bahwa penelitian dapat memberikan
informasi tentang peningkatan populasi kupu-kupu yang terjadi saat berkurangnya aktivitas
manusia di alam. Penelitian telah dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil
pengamatan kupu-kupu pada jangka waktu sebelum terjadinya wabah virus Corona
(November - Desember 2019), total individu kupu-kupu sebanyak 37 ekor. Pengamatan yang
dilakukan selama pandemi virus Corona (April – Mei 2020) menunjukkan peningkatan jumlah
kupu-kupu menjadi 189 ekor. Terdapat tiga famili utama kupu-kupu yang ditemukan sebelum
dan setelah pandemi Corona yakni: Papilionidae, Nymphalidae dan Pieridae. Adanya famili
Saturniidae dideteksi setelah terjadinya pandemi penyakit yang diakibatkan oleh virus
tersebut. Penemuan tentang peningkatan populasi kupu-kupu menunjukkan bahwa kegiatan
manusia berkontribusi sangat besar terhadap eksistensi serangga di alam. Diharapkan hasil
yang telah ditemukan memberikan informasi yang berguna untuk upaya konservasi kupu-
kupu di masa yang akan datang.

Kata Kunci: kupu-kupu, Corona, Papilionidae, kesehatan lingkungan, Nymphalidae


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 40
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #23

Peranan Serangga dalam Menjaga Ketahanan Pangan


Sri Endah Nurzannah1*, Muainah Hasibuan1, Khadijah El Ramija2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara
sriendahn8@gmail.com

ABSTRAK
Tantangan dalam meraih ketahanan pangan semakin hari semakin berat, terlebih perubahan
iklim dan populasi manusia yang meningkat akan berimbas terhadap lingkungan. Kelangkaan
lahan pertanian, air, hutan, perikanan, dan sumber daya keanekaragaman hayati, serta nutrisi
dan energi, menjadi permasalahan yang akan dihadapi puluhan tahun ke depan. Salah satu
solusinya dengan menjadikan serangga sebagai bahan pangan. Di beberapa daerah di
Indonesia mengkonsumsi serangga merupakan hal yang tidak layak sehingga potensi yang
dimiliki oleh serangga tidak termanfaatkan secara maksimal. Tujuan ini bertujuan untuk
memberikan informasi terkait jenis-jenis serangga yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan dan kandungan-kandungan gizi yang ada didalam serangga, mengetahui dan
memahami manfaat apa yang bisa didapatkan dari kebiasaan memakan serangga
(entomopaghy) dalam memenuhi kebutuhan nutrisi baik protein maupun gizi yang
dibutuhkan masyarakat. Beberapa jenis serangga seperti belalang, pupa ulat sutera, dan
jangkrik memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai alternatif sumber protein dalam upaya memerangi masalah malnutrisi
dan meningkatkan konsumsi makanan bergizi. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk
mendorong pemanfaatan serangga sebagai alternatif sumber protein hewani.

Kata Kunci: Gizi, Ketahanan Pangan, Proein, Serangga


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 41
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #24

Tantangan dan Prospek Pengembangan Jagung Hibrida Menghadapi


Perubahan Iklim di NTT
Noldy R.E Kotta*¹, Yohanis Ngongo, Alfonso Sitorus
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur,
*¹Kontributor utama
noldy_kotta@yahoo.com

ABSTRAK
Pemanasan global berupa perubahan iklim akibat peningkatan suhu rata-rata atmosfer memegang
peranan penting pada produksi tanaman terutama tanaman pangan. Pengaruhnya faktor abiotik
dan biotik berdampak pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Produksi jagung di Nusa
Tenggara Timur sebagai daerah lahan kering iklim kering, semakin diperburuk dengan pengaruh
perubahan iklim. Kerusakan akibat serangan hama dan penyakit mempengaruhi pengembangan
jagung hibrida di NTT. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk membahas tantangan dan
prospek pengembangan tanaman jagung hibrida ditengah perubahan iklim. Metode penelitian
yang digunakan adalah survey dengan mengambil kasus di Desa Oeteta, Kecamatan Sulamu,
Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Januari-Maret 2020. Pengambilan
data biaya output dan input dilakukan dengan teknik wawancara langsung kepada petani pada
kelompok tani Amkenat. Pengamatan dilakukan dengan percobaan yang ditata menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang di uji adalah 4 varietas
jagung hibrida yaitu: Nasa 29, JH 27, JH 37, JH 45. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada lahan
jagung ditemukan adanya serangan Spodoptera frugiperda yang menjadi tantangan
pengembangan jagung hibrida di NTT. Berdasarkan hasil analisis One Way Anova, semua varietas
jagung diserang oleh S. frugiperda dengan intensitas kerusakan lebih dari 50% pada pengamatan
14 HST, 21 HST dan 28 HST tanpa terkecuali. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi, karena
intensitas penyemprotan insektisida terhadap S. frugiperda yang tinggi. Oleh karena itu untuk
pengembangan jagung hibrida di NTT, perlu dilakukan deteksi dini perkembangan S. frugiperda,
dan pengendalian di awal untuk menekan populasi S. frugiperda.

Kata kunci: Spodoptera frugiperda, Jagung, Hibrida, Hama


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 42
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #25

Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Salak (Salacca spp.) di


Taman Buah Mekarsari, Bogor
Tri Atmowidi1*, Sih Kahono2, Dorly1, Suci Dwi Rahmawati1, Delbert
Reinaldo1, dan Eris Safiril Ummah1
1)
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB
University, Bogor, 16680
2)
Laboratorium Entomologi, Divisi Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI,
Cibinong 16911
atmowidi@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK
Salak (Salacca spp.) merupakan tanaman berumah dua dengan bunga jantan dan betina
terdapat pada pohon yang berbeda sehingga memerlukan agens dalam penyerbukan. Di
Indonesia ditemukan lebih dari 30 kultivar salak. Dalam penelitian ini dipelajari
keanekaragaman serangga pengunjung bunga tiga varietas salak, yaitu Pondoh, Mawar, dan
Kalimantan dan mengukur muatan polen pada serangga penyerbuk salak. Keanekaragaman
serangga pengunjung diamati dengan metode fix sample method selama 10 menit pada
bunga jantan yang dilakukan selama 15 hari. Penelitian menunjukkan 9 spesies serangga
mengunjungi bunga jantan dan 3 spesies diantaranya berpotensi sebagai penyerbuk tanaman
salak, yaitu Nodocnemis sp., Apis cerana, dan Tetragonula laeviceps. Indeks keanekaragaman
dan kemerataan serangga pengunjung termasuk rendah. Muatan polen salak pada
Nodocnemis sp., A. cerana, dan T. laeviceps berturut-turut adalah 127, 7893, dan 4228 butir
polen.

Kata kunci: Nodocnemis, polinator, muatan pollen, salak.


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 43
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #26

Jasa Polinasi Tetragonula laeviceps (Apidae:Meliponinae) Pada


Tanaman Melon (Cucumis melo L)
Wisda Bahlis*, Tri Atmowidi dan Windra Priawandiputra
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor, Kampus Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
wisda_bahlis@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK
Tanaman melon (Cucumis melo. L) memiliki tiga jenis bunga yaitu bunga jantan, bunga betina,
dan bunga hermaprodit. Walaupun memiliki bunga hermaprodit, tanaman ini membutuhkan
agens penyerbuk untuk memaksimalkan proses penyerbukannya. Tetragonula laeviceps
(Apidae: Meliponinae) termasuk lebah tidak bersengat (stingless bees) yang efektif sebagai
agens penyerbuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur jasa polinasi T. laeviceps pada
pertanaman melon dalam rumah kaca. Aktivitas kunjungan lebah diamati dengan metode
focal sampling pada kisaran waktu 08.00-16.00 WIB. Penghitungan jumlah polen yang
menempel pada tubuh lebah dilakukan dengan metode asetolisis. Jasa polinasi T. laeviceps
diukur dari ukuran dan bobot buah yang terbentuk, jumlah dan perkecambahan biji, dan uji
proksimat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata durasi kunjungan T. laeviceps 28,04
detik/bunga, dan mengunjungi 6,40 bunga/5 menit. Aktivitas kunjungan T. laeviceps
berkorelasi signifikan dengan parameter lingkungan (p<0,05). Rata-rata T. laeviceps
membawa 26.200 butir polen. Buah melon yang dihasilkan dari tanaman yang ditambahkan
koloni T. laeviceps mengalami peningkatan sebanyak 41% diameter transversal buah, 39%
diameter longitudinal buah, 173% bobot buah, 133% jumlah biji/buah, 97% perkecambahan
biji dan 47% kadar gula. Lebah T. laeviceps dapat diaplikasikan sebagai penyerbuk efektif pada
tanaman melon.

Kata kunci: Polinasi; stingless bee; T. laeviceps; melon


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 44
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #27

Perilaku Diatraeophaga striatalis Townsend (Diptera: Tachinidae)


dalam Memarasit Larva Penggerek Batang Tebu Chilo auricilius
Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae) di Laboratorium
Chandra Irsan1, Abu Umayah1, Tite Amelia Adam2
1 2
Dosen, Alumni Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UNSRI
Jln. Raya Palembang-Prabumulih, KM 32, Ogan Ilir 30662, Sumatera Selatan
chandrairsan@fp.unsri.ac.id

ABSTRAK
Perilaku parasitoid dapat mempengaruhi kemampuannya memarasitisasi dan menekan
populasi inang. Penelitian ini bertujuan mengamati perilaku parasitoid Diatraeophaga
striatalis Townsend (Diptera: Tachinidae) dalam memarasitisasi larva penggerek batang tebu
Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae) di Laboratorium. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lmago D. striatalis aktif mencari dan meletakkan telur di tempat yang
mengandung larva C. auricilius . Keberhasilan parasitisasi dipengaruhi oleh kecepatan larva
D. striatalis mencapai inang. stadia larva penggerek batang tebu berpengaruh pada tingkat
parasitisasi D. striatalis. Parasitisasi D. striatalis pada larva C. auricilius instar 2 mencapai 65%
dan intar 3 mencapai 73%. Imago D. striatalis berperilaku mempertahankan populasi inang.
Hal itu dapat dilihat ketika imago D. striatalis diberi larva C. auricilius instar 2 dan instar 3
masing-masing berjumlah 20, 38 dan 56 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selalu
ada larva C. auricilius yang tidak terparasit. Informasi tersebut menunjukkan bahwa
parasitoid D. striatalis tidak menyebabkan populasi inang menjadi nol. Parasitisasi pada
masing-masing kelompok inang berturut-turut ialah 15-18 ekor, 28-29 ekor dan 31-36 ekor.
Artinya tingkat parasitisasi D. striatalis itu berkisar antara 75-88%, 73-76% dan 55-65%.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa parasitisasi pada larva instar 3 relatif lebih tinggi
daripada larva instar 2. Hal itu erat kaitannya dengan ukuran tubuh inang dan keberhasilan
larva D. striatalis mencapai inang. Keberhasilan larva D. striatalis mencapai inang erat
kaitannya dengan serbuk kotoran larva C. auricilius yang ada di sekitar lubang gerekan.
Kemunculan imago jantan dan betina D. striatalis ada hubungannya dengan jumlah inang.
Ketika jumlah inang sedikit, akan banyak muncul imago D. striatalis betina dan sebaliknya
ketika jumlah inang sedikit akan muncul banyak imago jantan.

Kata kunci: Penggerek tebu, perilaku Diatraeophaga striatalis, Chilo auricilius


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 45
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #28

Jasa Polinasi Apis cerana Dan Tetragonula Laeviceps (Hymenoptera:


Apidae) Pada Tanaman Stroberi (Fragaria x ananassa)
Resi Alpionita1*, Tri Atmowidi1, dan Sih Kahono2
1
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor
2
Laboratorium Ekologi, Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat
Penelitian Biologi, LIPI
Jalan Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor
resialpionita95@gmail.com

ABSTRAK
Stroberi (Fragaria x ananassa) merupakan tanaman penghasil buah yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia. Tanaman stroberi
memiliki bunga hermaprodit, namun bunga stroberi membutuhkan jasa serangga penyerbuk
karena organ jantan dan betina sering tidak matang pada waktu yang sama. Lebah madu
(honey bee) dan lebah propolis (stingless bee) dilaporkan sebagai serangga yang efektif
sebagai agens polinasi berbagai tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur jasa
polinasi Apis cerana dan Tetragonula laeviceps pada tanaman stroberi. Aktivitas kunjungan
A. cerana dan T. laeviceps diamati dengan metode focal sampling pada kisaran waktu 08.00-
16.00. Perhitungan jumlah polen dilakukan dengan menggunakan metode asetolisis. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata durasi kunjungan A. cerana pada satu bunga tertinggi
(12.64±0.47 detik/bunga) dengan jumlah bunga yang dikunjungi (12.80±0.65 bunga/tiga
menit) terjadi pada pukul 08.00-09.00. Pada T. laeviceps durasi kunjungan tertinggi
(89.15±9.03detik/bunga) dengan jumlah bunga yang dikunjungi (2.18±0.22 bunga/tiga menit)
terjadi pada pukul 09:00-10:00 Jumlah polen yang dibawa oleh A. cerana (303275 butir) lebih
banyak dibandingkan pada T. Laeviceps (86281 buir). Penyerbukan yang dilakukan secara
manual dan bantuan lebah meningkatkan pembentukan buah normal, ukuran, bobot dan
kandungan vitamin C buah.

Kata kunci: Jasa polinasi; Apis cerana; Tetragonula laeviceps; Stroberi.


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 46
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #29

Keanekaragaman dan Tingkat Layanan Ekosistem Kumbang Tinja


(Coleoptera: Scarabaeidae) pada Perkebunan Kelapa Sawit di
Sumatera Bagian Tengah, Indonesia
Anak Agung Ketut Aryawan1,3*, Mohammad Naim1, Eleanor M Slade2, Soeprapto1,
Dedi Purnomo1, Syamsu Alam1, Giono1 dan Jean-Pierre Caliman1
1Sinar Mas Agro Resources and Technology Research Institute (SMARTRI), Pekanbaru
2AsianSchool of the Environment, Nanyang Technology University, Singapore, Singapore
3Alumni Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

aka.smartri@gmail.com

ABSTRAK
Kumbang tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) memiliki peran penting dan krusial dalam
ekosistem, sebagai pendaur ulang nutrisi, penyebar benih, pengendali populasi lalat dan
banyak lagi fungsi lainnya. Budidaya kelapa sawit memiliki dampak terhadap beberapa
organisme dan kesuburan tanah termasuk kumbang tinja. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat keanekaragaman kumbang tinja dan tingkat layanan ekosistem
yang dilakukan oleh kumbang tinja di perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera bagian
tengah yaitu Sumatera Utara dan Riau. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2014 sampai
September 2014. Penelitian menggunakan perangkap pitfall yang diberi umpan tinja manusia
(25g) dan tinja sapi segar (30g) untuk mengetahui jenis dan populasi kumbang tinja dan
perangkap tinja sapi segar sebanyak 700g untuk mengetahui tingkat layanan ekosistem yang
dilakukan oleh kumbang tinja (metode dung removal/pemindahan tinja). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa total ada 20 spesies kumbang tinja yang ditemukan, 19 spesies
ditemukan di Sumatera Utara dan 13 spesies ditemukan di Riau. Perangkap pitfall dengan
umpan tinja manusia lebih banyak menarik kumbang tinja dibandingkan menggunakan
umpan tinja sapi segar (p>0.05). Tingkat pemindahan tinja di Riau lebih tinggi dan signifikan
(rerata ±SD = 92.3±12.3%) dibandingkan dengan di Sumatera Utara (rerata±SD = 29.4±14.6%).
Tingkat pemindahan tinja berkorelasi positif dengan jumlah lubang berukuran besar yang
terbentuk (RSumut = 0.62, p=0.005, RRiau=0.55, p=0.02). Lubang besar yang terbentuk dalam
proses pemindahan tinja merupakan hasil aktivitas yang dilakukan oleh kumbang tinja dari
genus Catharsius, dimana species Catharsius sp. hanya ditemukan di propinsi Riau dengan
rerata populasi 10.1 ekor per perangkap. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
keanekaragaman spesies kumbang tinja di Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan
di Riau, namun tingkat layanan ekosistem lebih tinggi di Riau dibanding di Sumatera Utara.
Kata kunci: Kelapa sawit, kumbang tinja, pemindahan tinja, layanan ekosistem
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 47
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #30

Potensi PGBR, Trichoderma, Em-4 dan Pupuk Kandang Dalam


Mengendalian Hama Tungau Pada Tanaman Jeruk di IP2TP Kliran
Rudi Cahyo Wicaksono1*, Otto Endarto2, dan Susi Wuryantini3
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Jl. Raya Tlekung No.1, Junrejo-Kota Batu (0341) 592683 kodepos 65301
rudicahyo@gmail.com

ABSTRAK
Buah jeruk merupakan salah satu pendukung ketersedian pangan. Untuk memperoleh
ketersediaan pangan yang cukup diperlukan pemanfaatan sumberdaya lokal secara baik.
Ketergantunag kita terhadap bahan kimia yang bersifat racun harus segera kita tinggalkan,
dan menggali potensi bahan disekitar yang dapat kita manfaatkan. Banyak mikroorganisme
yang dapat kita manfaatkan untuk menggantian bahan kimia tersebut. Penelitian potensi
mikroorganisme ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor, yaitu:
Faktor satu jenis pupuk kandang, P0.kontrol, P1.pukan sapi, P2. pukan kambing. Faktor dua
jenis mikroorganisme M0.Kontrol, M1.PGBR, M2.trichoderma, M3.EM-4 dengan 4 kali
ulangan. Hasil penelitian yang diperoleh kombinasi pupuk kandang Kambing dengan
Trichoderma memberikan respon positif terhadap populasi dan intensitas serangan hama
pada tanaman jeruk. Hama tungau penyebab burik buah jeruk dapat terkendalikan hingga
populasi 0.41 ekor, dan intensitas serangan berkisar di 0,2 %

Kata kunci: Jeruk, Mikroorganisme, Pukan, Tungau.


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 48
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #31

Analisis Model Bisnis Belalang Goreng “Abah Geyot” Dengan


Pendekatan Business Model Canvas
Ina Risna Dewi Indriawati1, Nana Danapriatna2 dan Haris Budiyono3
1
Mahasiswa pembuat skripsi. 2Pembimbing Pertama. 3Pembimbing Kedua.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam “45” Bekasi
Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 117113
indriawati.ina@gmail.com

ABSTRAK
Belalang goreng “Abah Geyot” merupakan usaha yang bergerak dalam industri kuliner
dengan bahan baku utamanya adalah belalang. Konsep usaha yang saat ini dijalankannya
adalah menjadikan belalang goreng “Abah Geyot” sebagai makanan oleh-oleh khas
Majalengka. Upaya pengembangan usaha dilakukan untuk menjangkau lebih banyak
segmentasi pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran model bisnis dari
belalang goreng “Abah Geyot” ditinjau dari aspek-aspek pada Business Model Canvas dan
kemudian diperoleh saran yang dapat diterapkan oleh belalang goreng “Abah Geyot”.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gambaran model bisnis belalang goreng “Abah Geyot” cukup baik jika ditinjau dari aspek-
aspek Business Model Canvas. Saran bagi usaha belalang goreng “Abah Geyot” adalah
melakukan pengembangan usaha dengan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal.

Kata Kunci : Model Bisnis, Kanvas Model Bisnis, Belalang Goreng “Abah Geyot”.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 49
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #32

Efek Kontak Kaolin dan Mineral Lainnya terhadap Kutu Daun Aphis
Gossypii Glover
Yusup Hidayat*, Bayu Tresna Prayoga, Hellen Prameswari Wibowo,
Wawan Kurniawan, Lilian Rizkie dan Danar Dono
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran
yusup.hidayat@unpad.ac.id

ABSTRAK
Kutu daun Aphis gossypii Glover merupakan serangga hama polifag yang ditemukan di banyak
wilayah di dunia. Upaya pengendalian populasinya seringkali mengandalkan insektisida
sintetik yang memiliki sejumlah dampak negatif apabila penggunaannya tidak bijaksana. Oleh
karena itu, penggunaan bahan alam seperti mineral diharapkan dapat menjadi alternatif
pengendalian serangga hama yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: 1) efek kontak langsung kaolin dan mineral lainnya terhadap A. gossypii 2) efek
kontak residu kaolin terhadap A. gossypii. Penelitian menggunakan metode percobaan yang
terdiri dari dua tahap percobaan. Pada percobaan 1, suspensi formulasi berbagai jenis
mineral (2%, w/v) diaplikasikan dengan cara disemprotkan langsung ke tubuh imago A.
gossipii. Pada percobaan 2, imago A. gossypii dipaparkan ke berbagai usia residu mineral
Kaolin pada daun tanaman cabai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 mineral yang
diuji yang menyebabkan kematian kutu daun tertinggi pada 48 jam setelah perlakuan adalah
kaolin dan kalsit. Pengujian lebih lanjut menunjukkan bahwa usia residu mineral kaolin pada
tanaman cabai berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago kutu daun A. gossypii dan
jumlah keturunan (nimfa) yang dihasilkannya.

Kata kunci: Aphid, kalsit, kalsium oksida, dolomite


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 50
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #33

Pemanfaatan Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Agen


Biokonversi Kotoran Ayam
Ateng Supriyatna, Risda Arba Ulfa, Silvi Rismayanti Rahman ,
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung,
Jl. A.H. Nasution No. 105, Cibiru, Bandung 40614
atengsupriatna@uinsgd.ac.id

ABSTRAK
Hermetia illucens merupakan agen biokonversi yang banyak dimanfaatkan dalam aplikasi
pengelolaan limbah organik. Pada fase prepupa lalat ini juga dapat dijadikan sebagai pakan
ternak dengan kandungan protein tinggi. Lalat ini banyak ditemukan pada berbagai limbah
organik termasuk kotoran ayam. Kotoran ayam merupakan limbah peternakan yang minim
pemanfaatannya. Meskipun demikian, limbah ini mengandung protein, karbohidrat, lemak
dan senyawa organik yang berasal dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak dicerna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konversi kotoran ayam oleh larva H. illucens
berdasarkan laju pertumbuhan, biomassa, estimasi waktu pertumbuhan, neraca massa, dan
mengukur uptake pakan berdasarkan WRI (waste Reduction Index) dan ECD (Efficiency of
Conversion of Digested - feed). Sebanyak 100 ekor larva berumur 6 hari diberi pakan kotoran
ayam dengan variasi perlakuan 50, 100, 150 dan 200 mg/larva/hari. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perlakuan yang paling efektif ialah 100 mg/larva/hari yang ditunjukkan
dengan nilai WRI 14,21 dan nilai ECD 3,58% serta pertumbuhan tercepat selama 12 hari
dengan kelulushidupan 68%. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa larva Hermetia illucens
sangat efektif dalam mengkonversi limbah kotoran ayam menghasilkan biomassa larva yang
berpotensi sebagai pakan ternak.

Kata Kunci: Biokonversi, Hermetia illucens, Pengelolaan limbah


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 51
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #34

Potensi Pemanfaatan Mikroba Endosimbion Sebagai Alternatif


Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan
Awaluddin 1 Purnama Hidayat2
1
Departem Proteksi Tanaman Universitas Halu Oleo
2
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB
awaluddin@uho.ac.id

ABSTRAK
Mikroba endosimbion serangga, merupakan mikroorganisme endosimbiotik yang hidup di dalam
usus, di celah antar sel, dan di dalam sel serangga inang. Istilah simbiosis mengacu pada hubungan
permanen antara dua atau lebih individu yang berbeda, yang disebut simbion, yang merupakan
bagian dari evolusi serangga. Mikroba endosimbion adalah mahluk yang berkoloni hidup di dalam
jaringan inang tampa menimbulkan efek negatif, bahkan banyak memberi keuntungan terhadap
inangnya. Pengkajian hubungan atau interaksi antara mikroba endosimbion dan serangga inang
secara spesifik, kontribusi dan perannya di Indonesia masih sangat minim. Beberapa peneliti telah
mepelajari dan mengidentifikasi jenis-jenis endosimbion yang diisolasi dari usus larva lalat buah
Bactrocera oleae (Rossi), yaitu Bacterium savastano atau (Pseudomonas savastanoi) dan
Ascobacterium luteum (Pantoea agglomerans). Mikroba simbion tersebut banyak ditemukan pada
saluran pencernaan dan sistem reproduksi serangga hama. Imago serangga betina dari lalat buah
yang di dalam sistem pencernaanya terdapat mikroba endosimbion Candidatus erwinia dacicola
menghasilkan telur yang lebih banyak walaupun diberi pakan yang kekurangan asam amino
esensial, sementara betina yang tidak memiliki atau kekurangan kompososi mikroba endosimbion
yang diberi pakan buatan dengan komposisi yang sama tidak menghasilkan telur. Pada tanaman
yang telah terinfeksi oleh mikroba endosimbion dapat mengeluarkan volatil yang bertindak sebagai
atraktan yang memungkinkan serangga hama untuk menemukan sumber makanannya. Wolbachia
memeperlihatkan karakteristik yang luar biasa dimana kemampuan bakteri ini untuk mengubah
secara genetik, dari gen inang yang terinfeksi untuk diteruskan ke generasi berikutnya. Mikroba
endosimbion serangga, dapat memberikan beragam manfaat dalam sintesis nutrisi pada serangga
inang antara lain sintesis asam amino esensial, vitamin dan nitrogen, selain itu mikroba
endosimbion memainkan peranan penting dalam dektosifikasi senyawa cemical compon yang
berbahaya bagi inangnya. Simbiosis, Pseudomonas sp, Serratia marsescens dengan kumbang
Hilobius abietis; Dendrotonus penderosae, mendektosifikasi terpenoid, Peseudomonas fulva
dengan kumbang Hypothenemus hampei mendektosifikasi senyawa kafein, nikotinoid. Simniosis
Burkholderia sp. dan Riptortus pedestris dapat mendektosifikasi pestisida fenitrothion
(Organophosphate) ; Bacillus cereus dan imago Plutella xylostella dapat mendektosifikasi pestisida
berbahan aktif Oxadiazine dan Organophosphate.
Kata kunci: Endosimbion, Serangga, Dektosifikasi, Resistensi, Resurgensi
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 52
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #35

Keanekaragaman Semut pada Perkebunan Kelapa Sawit Berbatasan


dengan Ekosistem Hutan
Arlen Hasan1, Yaherwandi2, Siska Efendi1*
1)
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Kampus III Universitas Andalas Dharmasraya. Jl. Lintas Sumatera Km 4 Pulau
Punjung, Dharmasraya, Sumatera Barat 27612
2)
Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas, Limau Manis, Padang,
Sumatera Barat 25163
siskaefendi@agr.unand.ac.id

ABSTRAK
Deforestasi atau perubahan fungsi dari hutan menjadi non-hutan berperan dalam perubahan
ekosistem dan spesies di dalamnya. Serangga sebagai salah satu fauna di dalamnya merupakan
aspek yang menarik untuk dikaji khususnya semut. Penelitian dilaksanakan di Nagari Gunung
Selasih dan Sungai Kambut, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat
pada bulan November 2017 sampai Januari 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman semut pada ekosistem perkebunan kelapa sawit berbatasan dengan ekosistem
hutan. Penelitian ini berbentuk survei, dengan pengambilan titik sampel menggunakan metode
purposive random sampling. Cara pengambilan sampel pada tiap-tiap tanaman menggunakan
metode Hand Collecting, Bait Trap, dan Pitfall Trap. Identifikasi sampel yang didapat dilakukan
pada Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas,
Padang. Total semut (Hymenoptera : Formicidae) yang dikoleksi selama penelitian sebanyak 3.046
individu yang terdiri dari 5 subfamili, 15 genus, dan 29 spesies. Spesies yang paling dominan adalah
spesies Anoplolepis graciliphes diikuti spesies Odontoponera denticulate, dan Odontomachus
simillimus . Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat
kelimpahan dan keanekaragaman spesies semut tidak dipengaruhi langsung oleh jarak dari
ekosistem hutan akan tetapi sangat dipengaruhi oleh komposisi faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, intensitas cahaya; ketinggian tempat dan pengelolaan habitat serta vegetasi yang
ada.

Kata Kunci : Bioindikator; Deforestasi; Hama, Hymenoptera; Musuh alami


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 53
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #36

Tinjauan Kritis Potensi Sediaan Dua Puluh Spesies dari Empat Belas
Famili Tumbuhan untuk Pengendalian Hama Tanaman
Maria Trifena Siregar*, Djoko Prijono
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
mariatrifena23@gmail.com

ABSTRAK
Serangan hama tanaman dapat menimbulkan kerugian yang besar sehingga harus dikelola
dengan tindakan pengendalian yang tepat. Insektisida sintetik yang sering digunakan petani
dapat menyebabkan berbagai dampak samping yang tidak diinginkan terhadap organisme
bukan sasaran dan lingkungan. Insektisida nabati merupakan salah satu alternatif potensial
untuk mengendalikan hama tanaman. Kajian pustaka ini dilakukan untuk meninjau secara
kritis publikasi tentang sediaan insektisida nabati 20 spesies dari 14 famili tumbuhan. Potensi
insektisida nabati tersebut dievaluasi berdasarkan ketersediaan, keefektifan, keamanan
terhadap organisme bukan sasaran, dan potensi pemasyarakatannya. Publikasi daring yang
relevan ditelusuri melalui database seperti Google, Google Scholar, ResearchGate, PubMed,
National Center for Biotechnology Information, dan IPB Repository, dengan tambahan
beberapa materi cetak. Hasil analisis literatur menunjukkan bahwa di antara 20 spesies
tumbuhan yang dievaluasi, hanya 5 spesies yang ekstrak pelarut organik atau minyak atsirinya
memiliki aktivitas insektisida yang sangat kuat terhadap setidaknya satu spesies hama
sasaran. Kelima spesies tumbuhan tersebut ialah Allium sativum, Azadirachta indica, Curcuma
longa, Dysphania ambrosioides, dan Nicotiana tabacum. Sementara itu, sediaan A. sativum,
A. indica, dan Citrus limon yang disiapkan dengan pelarut air juga memiliki aktivitas
insektisida yang sangat kuat. Data yang tersedia menunjukkan bahwa insektisida nabati aman
bagi organisme bukan sasaran dan lingkungan. Peningkatan penggunaan insektisida nabati
dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pemasyarakatan dan penggunaannya dalam
program pengelolaan hama yang relevan.

Kata kunci: hama tanaman, insektisida nabati, keamanan, kelayakan, sosialisasi


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 54
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #37

Aplikasi Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Apel


dan Berpotensi Mencegah Serangan Hama
Ali Ikhwan dan Herwastoeti
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang
aliikhwan64@gmail.com

ABSTRAK
Hasil diskusi dengan mitra petani apel organik ada beberapa permasalahan mengenai aplikasi
teknologi pupuk hayati yaitu: (1) mitra tidak menguasai teknologi produksi dan aplikasi
pupuk hayati di lapang dan (2) mitra ingin pupuk hayati berpotensi ganda yaitu sebagai pupuk
dan pestisida hayati. Hasil penelitian telah menghasilkan pupuk hayati bakteri endofitik yang
mampu memacu pertumbuhan tanaman (Plant Growth Promotting Rhizobacteria / PGPR)
dan menyintesis beberapa metabolit yang berfungsi sebgai pestisida hayati. PGPR tersebut
berfungsi ganda yaitu penghasil growth hormone IAA, GA, dan Sitokinin. Disisi lain,
Rhizobakteri tersebut juga menyintesis beberapa senyawa yang berpotensi sebagai pestisida
organik, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi permasalah tersebut. Dengan demikian,
pupuk hayati tersebut berkemampuan ganda selain dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman apel, serta meningkatkan ketahanan serangan terhadap hama.

Kata Kunci: pupuk hayati, apel, rhizobakteri, hormon pertumbuhan dan metabolit
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 55
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #38

Peluang dan Tantangan Bidang Taksonomi Serangga di Indonesia


Purnama Hidayat 1* dan Suputa 2
1)
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
2)
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada
phidayat@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity memiliki keanekaragaman flora
dan fauna yang sangat tinggi. Sebagai negara dengan biodiversitas yang tinggi, Indonesia
memiliki banyak peluang dan tantangan dalam bidang entomologi, salah satunya adalah
taksonomi serangga. Bidang taksonomi serangga merupakan dasar dan diperlukan dalam
berbagai bidang lain seperti pengelolaan hama terpadu (PHT), ekologi, konservasi, karantina
pertanian, dan banyak bidang lainnya. Menurut para ahli, jumlah serangga yang sudah
diidentifikasi di seluruh dunia lebih-kurang satu juta spesies dan diperkirakan lebih dari tiga
juta spesies masih belum teridentifikasi. Serangga-serangga yang belum teridentifikasi
tersebut dapat dipastikan sebagian besar berada di negara-negara mega diversity, termasuk
Indoneisa. Hal ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan besar bagi ahli taksonomi
serangga di Indonesia. Para ahli taksonomi serangga di Indonesia mempunyai kemewahan
dapat melakukan berbagai macam penelitian taksonomi serangga dengan mudah di
negaranya sendiri, dan sekaligus memiliki peluang yang tinggi menemukan spesies serangga
baru. Banyak peneliti asing dalam bidang taksonomi dan ekologi serangga dari berbagai
benua dan negara lain tertarik melakukan penelitian di Indonesia. Hal ini juga merupakan
peluang bagi para ahli taksonomi serangga di Indonesia untuk bekerjasama dengan peneliti
asing berkelas dunia tersebut meskipun dengan tantangan adanya peraturan yang ketat dan
agak kaku tentang perizinan untuk peneliti asing dan pengiriman spesimen serangga ke ahli
taksonomi di negara lain. Jumlah pelaku taksonomi serangga yang sangat sedikit merupakan
tantangan besar dalam bidang entomologi di Indonesia. Dalam paper ini dibahas berbagai
peluang dan tantangan lain yang berkaitan dengan bidang taksonomi serangga serta strategi
dalam menangkap peluang dan mengatasi tantangan tersebut di Indonesia.

Kata kunci: ekologi, hama tanaman, keanekaragaman serangga, konservasi


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 56
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #39

Pengaruh Dosis Tepung Biji Sirsak (Annona muricata L ) terhadap


Mortalitas Hama Gudang (Sitophilus oryzae L ) pada Beras Hitam
(Oryza sativa L)
Budiasih, Endeh,Ai Komariah,Elly R,Indra.
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
entybudiasih@gmail.com

ABSTRAK
S oryzae L merupakan hama kumbang yang menyerang bulir beras hitam pada penyimpanan
yang mengakibatkan beras menjadi rusak, maka dari itu Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, mempelajari dan mendapatkan dosis tepung biji sirsak yang baik untuk
meningkatkan mortaitas dan jumlah imago S oryzae L serta persentase kerusakan dan
persentase kehilangan bobot beras hitam O sativa L. Penelitian dilaksanakan di Fakultas
Pertanian Universitas Winaya Mukti, Tanjungsari, Sumedang dengan ketinggian 850 meter
diatas permukaan laut. Percobaan dilaksanakan pada bulan juli 2020 sampai September
2020. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6
perlakuan dan 4 ulangan. Dosis tepung biji sirsak yang digunakan adalah : A= 0 g/100 g beras
hitam, B= 2 g/100 g beras hitam, C= 4 g/100 g beras hitam, D= 6 g/100 g beras hitam, E= 8
g/100 gberas hitam, dan F= 10 g/100 g beras hitam. Berdasarkan hasil percobaan didapat
kesimpulan, tepung biji sirsak berpengaruh terhadap mortalitas, dan jumlah imago S oryzae
L serta persentase kerusakan, dan persentase kehilangan bobot beras hitam. Dosis tepung
biji sirsak sebanyak 2 g efektif menurunkan serangan hama gudang S oryzae L pada beras
hitam dipenyimpanan

Kata kunci : Beras Hitam, Biji sirsak, S oryzae L


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 57
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #40

Deteksi Dini Gen Non Molting Dwarf (nmd) pada Mutan Ulat Sutera,
Bombyx mori (Lepidoptera: Bombycidae)
Adrian Triandi* dan Endang Sri Ratna
1
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
adrian_98@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK
Ulat sutera (Bombyx mori) merupakan serangga yang bernilai ekonomi dan sosial, khususnya
dalam pemanfaatan benang sutera yang berasal dari kokon. Indonesia memiliki Pusat
Pembibitan Ulat Sutera di Candiroto dan Soppeng yang produksinya masih bergantung pada
impor telur dari Jepang dan China. Petani sutera jepang pada prakteknya seringkali
melakukan persilangan individu untuk mendapatkan kualitas kokon yang lebih baik.
Persilangan antar strain diduga berpotensi menjadi penyebab timbulnya individu mutan gagal
molting. Mutan tersebut ditemukan sebagai hasil persilangan strain normal Jepang (p50T)
dan strain carrier (a47) dengan ciri kerdil, berwarna hitam, dan bersifat letal, umum disebut
sebagai non-molting dwarf (nmd) pada generasi F2 larva instar 1, sedangkan generasi F1 tidak
menunjukan fenotip nmd. Penelitian ini bertujuan menentukan gen penyebab gagal molting
melalui penyempitan lokasi pasang basa gen pada kromosom ke-9. Ulat sutera strain normal
(p50T) disilangkan dengan ulat sutera mutan nmd (a47) hingga didapatkan 200 generasi F2,
dengan metode positional cloning. Karakterisasi basa DNA dianalisis langkah demi langkah
melalui tahap purifikasi DNA, metode AFLP dan enzim restriksi, serta aplikasi primer spesifik
melalui proses PCR, elektroforesis, dan UV Transilluminator. Penerapan primer spesifik dapat
mempersempit lokasi pasang basa DNA yang mengekspresikan mutasi nmd. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 89 kandidat gen mutasi nmd yang berada pada kromosom 9 berlokasi
pada kisaran pasangan basa 9330803 bp - 12075121 bp (2,7mb).

Kata Kunci: Gagal molting, mutasi gen, positional cloning, primer spesifik.
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 58
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #41

Pengaruh Dosis Serbuk Seledri (Apium graveolens L.) terhadap


Perkembangan Serangga Hama Gudang (Callosobruchus chinensis L.)
pada Biji Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas VIMA 3
Elly Roosma Ria1*, Lia Sugiarti1, Muhammad Ridho Fajari2 dan Suarna Samai3
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
2
Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti
3
Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Halu Oleo, Kendari
*Alamat korespondensi: elly.roosma.ria@gmail.com

ABSTRAK
Callosobruchus chinensis merupakan salah satu serangga hama gudang yang menyerang biji
kacang hijau. Sesuai dengan konsep IPM, untuk mengendalikan serangan C. chinensis
digunakan insektisida nabati yaitu serbuk seledri Apium graveolens L. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis insektisida nabati dari serbuk seledri Apium
graveolens L. terhadap perkembangan serangga hama gudang Callosobruchus chinensis L., uji
toksisitas, intensitas kerusakan, dan susut bobot sehingga dapat dijadikan alternatif
pengendalian serangga hama gudang yang ramah lingkungan. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Dasar Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Kecamatan Tanjungsari,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2019.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah RancanganAcak Lengkap (RAL) yang terdiri 5
ulangan dan 5 perlakuan dosis serbuk seledri yaitu A0: 0 gram, A1: 0,25 gram, A2 : 0,5 gram,
A3: 0.75 gram, dan A4: 1 gram. Masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam stoples berisi
10 pasang C. chinensis/100 g kacang hijau. Pengamatan dilakukan terhadap LD50, mortalitas
imago, jumlah telur , jumlah larva, jumlah pupa, jumlah imago generasi kedua, intensitas
kerusakan dan susut bobot. Berdasarkan hasil penelitian ternyata pemberian dosis serbuk
seledri 1.5 - 2,5 gram berpengaruh terhadap mortalitas imago dan perkembangan serangga
C. chinensis, intensitas kerusakan serta susut bobot kacang hijau di penyimpanan.

Kata kunci: Apium graveolens L, Callosobruchus chinensis L, Kacang Hijau, Insektisida Nabati
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 59
Bandung, 14 Januari 2021

ABSTRAK PRESENTASI ORAL #42

Effects of snails and water management on abundance of aquatic


organisms and terrestrial arthropods in paddy fields
Vira Kusuma Dewi 1 and Hironori Yasuda 2
1
Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Indonesia
2
Faculty of Agriculture, Yamagata University
vira.kusuma.dewi@unpad.ac.id

ABSTRAK
Aquatic organisms such as snails positively influence on rice plant growth due to nutrient
release. In addition, the way of water management might give different effects on
development and/or survival of aquatic organisms which might in turn result in rice plant
growth. In order to understand the effects of snails and water management on abundance of
aquatic organisms, terrestrial arthropods, and rice plant growth, we carried out two factorial
experiments with snails and water management. The results showed that the longer water
management and aquatic snails gave positive effects on rice plant growth. The treatments
also gave different effects on abundance of aquatic organisms and terrestrial arthropods.

Key words : Bio-based nutrition, Comunity structure, Organic farming,


Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 60
Bandung, 14 Januari 2021

PEMBICARA UTAMA & PEMBICARA TAMU


Nama Institusi
Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc Institut Pertanian Bogor
Prof. Ir. Y. Andi Trisyono, M.Sc., Ph.D Universitas Gajah Mada
Prof. Parikesit, M.Sc., PhD Universitas Padjadjaran
Dr. Akhmad Rizali, SP., M.Si. Universitas Brawijaya

DAFTAR PEMBICARA ORAL


No Nama Institusi
1 Siska Rasiska, S.P., M.Si Universitas Padjadjaran
2 Nadzirum Mubin, SP., MSi IPB
Universitas Perjuangan
3 R. Arif Malik Ramadhan, S.P., M.P.
Tasikmalaya
Universitas Perjuangan
4 R. Arif Malik Ramadhan, S.P., M.P.
Tasikmalaya
5 Fitrah Murgianto SP MSI PT Bumitama Gunajaya Agro
Fakultas Pertanian Universitas
6 Mahra Arari Heryanto
Padjadjaran
Fakultas Pertanian universitas
7 Mahra Arari Heryanto
Padjadjaran
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
8 LIA SUGIARTI, S.P., M.P.
(UNWIM)
Program Studi Agroteknologi,
9 Efrin Firmansyah, SP., MSi Fakultas Pertanian, Universitas
Perjuangan Tasikmalaya
10 Dr. R Mochamad A UIN Jakarta
11 Yusmar Mahmud SP,M.Si UIN SUSKA RIAU
12 Dr. Suarna Samai, SP., MP. Universitas Halu Oleo
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 61
Bandung, 14 Januari 2021

Balai Penelitian Tanaman


13 Rohimatun, SP., MP. Rempah dan Obat,
Balitbangtan, Kementan
Prof. Dr. Ir. Fransiscus Xaverius Fakultas Pertanian Universitas
14
Wagiman, SU. Gadjah Mada
UIN Sunan Gunung Djati
15 Novita Awalia Rahmah
Bandung
16 Anggun Setyaningrum Universitas Gadjah Mada
17 Dr. N. Usyati BB Padi
18 Dewi Fitri Wijayanti, S.P UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
19 Yendra P. Setyawan M.Si Smartri
Universitas Muhammadiyah
20 Dr.Ir. Dian Indratmi, MP
Malang
21 Mohamad Suheri, S.Hut PT KORINTIGA HUTANI
Departemen Hama dan
Dr. Sri Nur Aminah Ngatimin, SP., Penyakit Tanaman, Fakultas
22
M.Si Pertanian, Universitas
Hasanuddin Makassar
23 Sri Endah Nurzannah, SP, MSi BPTP SUMUT
Noldy Rusminta Estorina Kotta, Balai Pengkajian Teknologi
24
SP., M.Sc. Pertanian Nusa Tenggara Timur
Departemen Biologi FMIPA IPB,
25 Tri Atmowidi, Dr.
Bogor
26 Wisda Bahlis, S. Pd Biologi IPB
Prodi Proteksi Tanaman
27 Dr.Ir. Chandra Irsan, M.Si. Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya
28 Resi ALpionita S.Pd IPB UNIVERSITY
PT. SMART Tbk Research
29 Anak Agung Ketut Aryawan, SP
Institute (SMARTRI)
Balai Penelitian Jeruk dan Buah
30 Rudi Cahyo Wicaksono, SP.
Subtropik
Buku Panduan dan Abstrak
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung 62
Bandung, 14 Januari 2021

31 Ina Risna Dewi Indriawati Universitas Islam "45 Bekasi


32 Yusup Hidayat, S.P., M.Phil., Ph.D Faperta Unpad
UIN Sunan Gunung Djati
33 Dr. Ateng Supriatna
BAmdung
34 Awaluddin, S.P.,M.Sc Universitas Halu Oleo
35 Siska Efendi, SP.,MP Universitas Andalas
36 Maria Trifena Siregar Institut Pertanian Bogor
Universitas Muhammadiyah
37 Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP
Malang
Departemen Proteksi Tanaman,
38 Purnama Hidayat, Ph.D.
IPB
39 Dr.Dra.R.Budiasih.MP Universitas Winaya Mukti
40 Adrian Triandi Institut Pertanian Bogor
Faperta Universitas Winaya
41 Dr. Ir. Elly Roosma Ria, M.Si
Mukti
42 Vira Kusuma Dewi Faperta Unpad

Anda mungkin juga menyukai