Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN READING JURNAL

STASE 7 (BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH)


STATUS IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS
PARU PADA ANAK USIA BALITA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Dosen Pembimbing Pendidikan : Istri Utami,SST,M Keb

Disusun Oleh :

( DARWATI – 2010106033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN READING JURNAL
STASE 7 (BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH)
STATUS IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS
PARU PADA ANAK USIA BALITA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Temanggung, 23 Maret 2021


Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

Istri Utami,SST,M Keb Isnaini S Darwati


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kebidanan

Klinik Reading jurnal Tentang “Tuberkulosis Paru Pada Anak Usia Balita” untuk

memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Profesi Kebidanan

Universitas Aisyah Yogyakarta.

Selama penyusunan laporan Praktik Kebidanan Klinik Reading Jurnal penulis

mendapat bimbingan, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Praktik Kebidanan Klinik

Reading Jurnal, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Temanggung, 23 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Masalah...............................................................................................1

B. Skala ..................................................................................................1

C. Kronologi............................................................................................3

D. Solusi..................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan (Logbook)............................................................6

B. Telaah Jurnal.......................................................................................8

C. Deskripsi.............................................................................................8

D. Teori..................................................................................................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.......................................................................................14

B. Saran.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Masalah

TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberkulosis, dan mudah sekali

menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita

batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat bada anak susah

bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di

malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12

minggu (Rhipiduri, dkk : 2020). Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mikobacterium Tuberculosis.Bakteri ini merupakan bakteri

basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.Bakteri

ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia

(Yendrizal, dkk : 2019). Penyakit TB pada anak di bawah usia 15 tahun (disebut juga

tuberkulosis anak) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting

karena merupakan penanda penularan TB baru-baru ini. Juga dengan signifikansi

khusus, bayi dan anak kecil lebih mungkin dibandingkan anak yang lebih tua dan

orang dewasa untuk mengembangkan bentuk penyakit TB yang mengancam jiwa

(misalnya, TB yang menyebar, meningitis TB). WHO menjelaskan bahwa anak dan

remaja yang terkena TBC biasanya tidak ditangani dengan serius karena sulit

didiagnosis (Adeline, 2020).

Gejalanya antara lain: berat bada anak susah bertambah, sulit makan, mudah

sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten.

Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu (Rhipiduri, dkk : 2020).

Tuberkulosis pada anak diawali dengan gejala demam maupun batuk dalam kurun

waktu lama, berat badan mengalami kesulitan peningkatan, benjolan di kelenjar


daerah leher rahang bawah, ketiak dan selangkangan (Kemenkes RI, 2020). Penularan

TBC (Tuberkulosis) dapat tersebar lewat udara apabila orang yang mengidap TBC

(Tuberkulosis) paru atau tenggorokan sedang batuk, bersin ataupun berbicara dan

menularkannya melalui udara (droplet). Apabila kuman tersebut terhirup oleh orang

lain maka orang dengan kekebalan tubuh yang rendah dapat terkena infeksi. TBC

(Tuberkulosis) juga dapat menyebar melalui pergaulan yang sering seperti anggota

keluarga dan teman (dr. Roni, dkk : 2020). Beberapa risiko yang mesti diwaspadai

bila terjangkit TBC pada bayi Gangguan fungsi ginjal, Gangguan fungsi otak,

Perikarditis (Adeline, 2020).

B. Skala

Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi program pemerintah dan

sedang dijalankan adalah program pemberantasan penyakit dan penyehatan

lingkungan terutama pemberantasan penyakit menular salah satunya penyakit

Tuberculosis Paru (Kemenkes RI, 2019). Terdapat 9 juta penduduk dunia telah

terinfeksi kuman TB. Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi

kuman TB (WHO, 2017). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada

pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania

Timur (17%) (WHO, 2017).

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara

ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan

rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan

pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB,

maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara

ekonomis, TB juga emberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan dikucilkan
oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2018). Indonesia termasuk Negara edemis TB

(penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun). Dan merupakan salah satu Negara

dengan penderita TB tertinggi di dunia (WHO, 2018). Angka kematian bayi

merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di

suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan

lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status

sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan

pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas

dengan menurunnya tingkat AKB. Sepanjang tahun 2019, jumlah kemtian neonatus

(angka kematian neonatus) ditemukan 611 kematian atau 2,02 per 1.000 kelahiran

hidup. Angka itu menurun dibandingkan tahun 2018 yaitu 722 kematian atau 2,35 per

1.000 kelahiran hidup (Badan Pusat Statistik, 2020)

AKN di Jawa Tengah tahun 2018 sebesar 6,1 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan gambar 5.21, kabupaten/kota dengan AKN tertinggi adalah Rembang

sebesar 11,7 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Grobogan (11,5 per 1.000 kelahiran

hidup) dan Banjarnegara (10,7 per 1.000 kelahiran hidup). Kabupaten/kota dengan

AKN paling rendah adalah Kota Surakarta 1,8 per 1.000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 sebesar 8,37 per 1.000 kelahiran

hidup. Kabupaten/kota dengan AKB terrendah adalah Kota Surakarta yaitu 2,8 per

1.000 kelahiran hidup dan tertinggi adalah Rembang (17 per 1.000 kelahiran hidup)

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019)

C. Kronologi

Bayi atau anak masih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis penyebab

penyakit TBC, akibat adanya kontak dengan penderita TBC yang ada di sekitarnya,
seperti: orang tua, keluarga, pengasuh, dan lain (Rhipiduri, dkk : 2020).

Meningkatnya kasus TB paru salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Pada

kondisi lingkungan yang baik, cukup mendapat sinar matahari, kuman TB tidak bisa

bertahan lama di udara.tapi kalau di tempat yang lembab kuman ini bisa bertahan

hidup dalam waktu lama. Inilah yang menyebabkan TB Paru lebih banyak mengenai

masyarakat miskin yang hidup di daerah kumuh dan biasanya daya tahan tubuh

mereka juga kurang akibat kurangnya makan makanan bergizi Yendrizal, dkk : 2019)

Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi syarat

kesehatan) akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit

TB Paru. Pada lingkungan fisik, kelembaban rumah dan kepadatan penghuni rumah

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB Paru tersebut dapat

dipahami karena kelembaban rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan

menjadi media yang baik bagi pertumbuhan berbagai mirkoorganisme seperti bakteri,

sporoket, ricketsia, virus dan mikroorganisme yang dapat masuk ke dalam tubuh

manusia melalui udara dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan pada

penghuninya Yendrizal, dkk : 2019). Menurut asumsi peneliti, banyak responden

yang telah mendapatkan imunisasi BCG menunjukkan adanya kesadaran akan

pentingnya imunisasi BCG bagi pertumbuhan dan perkembangan anak juga dampak

yang dapat diakibatkannya jika tidak diberikan. Namun jumlah balita yang telah

mendapat imunisasi tersebut masih sangat jauh dari target nasional yaitu 90%.

Sementara bagi balita yang tidak mendapatkan imunisasi BCG disebabkan

karena beberapa faktor, seperti tidak aktifnya pelaksanaan kegiatan posyandu,

sarana transportasi yang kurang memadai untuk menuju tempat imunisasi (Yendrizal,

dkk : 2019).
Tuberkulosis disebabkan oleh micobakterium tuberkulosis dan micobakterium

bovis.Basil ini dapat tetap hidup beberapa minggu dalam keadaan kering tetapi mati

didalam cairan yang bersuhu 60% C selama 15-20 menit. Faktor lain yang

mempengaruhi perkembangan tuberkulosis meliputi herediter, jenis kelamin, usia,

stress, status nutrisi, infeksi kambuhan, pada masa pubertas dan remaja dimana terjadi

masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi sangat tinggi karena diit yang

tidak adekuat (Yendrizal, dkk : 2019).

D. Solusi

Upaya yang dilakukan Bidan yaitu untuk mencegah penyakit TBC adalah

dengan melakukan imunisasi BCG pada bayi. Imunisasi merupakan salah satu cara

pencegahan penyakit menular khususnya Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi hingga

remaja tetapi juga kepada dewasa. Cara kerja imunisasi dengan memberikan antigen

bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan

merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk

setelah imunisasi berguna untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I

(Rhipiduri, dkk : 2020).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap

suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut

diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti digunakan

tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Rhipiduri,

dkk : 2020). Imunisasi BCG adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau

yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG

merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan (Yendrizal,

dkk : 2019).

Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu untuk mencegah bayi

atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan TBC

milier. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar pada bayi

sebanyak dosis yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada bayi 1-3

bulan (Rhipiduri, dkk : 2020). Tujuan dari pemberian vaksin BCG adalah untuk

membuat kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis atau TBC. Vaksin BCG

mengandung kuman bacilus calmete Guerin dari bibit penyakit atau kuman hidup

yang dilemakan. Diberikan pada bayi usia 0-2 bulan dengan dosis 0,05 cc vaksinasi

ulang pada umur anak 5 tahun. Sebelum penyuntikan vaksin ini harus dilarutkan

terlebi dahulu dengan 4 cc pelarut atau Nacl 0,9 %, vaksin yang sudah dilarutkan

harus digunakan dalam waktu 3 jam (Yendrizal, dkk : 2019). Efek sampingnya akan

timbul setelah dua minggu seperti terjadi pembengkakan kecil, merahdan tempat

penyuntikan akan terjadi abses kecil dengan garis tangan 10 mm. Luka ini akan

sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar) bergaris tengah 3-7 mm.

Kontraindikasi yaitu anak yang sakit kulit atau infeksi kulit pada tempat penyuntikan

anak yang telah terjangkit dengan penyakit TBC (Yendrizal, dkk : 2019).
BAB II

KASUS DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan (Logbook Data Fokus)

Format Laporan Target Kompetensi(LogBook ASKEB)

Nama Mahasiswa: DARWATI

Asuhan Kebidanan Bayi pada By. A umur 1 bulan Fisiologis di Puskesmas Parakan

Deskripsi Kegiatan Responsi TTD

Pembimbing CI
Tanggal : Subjektif : TTD

20-3-2021 Ibu By. A mengatakan ingin mengimunisasikan bayinya

Pukul :
Objektif :
09.00 WIB
-KU : baik , Kesadaran : Composmentis , JK = perempuan
No RM : 21.0713
BB = 2600 gram , PB = 47 cm , LK = 33 cm , LD = 32 cm , LILA = 11,5 cm , Nadi =
Identitas Pasien :
112 x/m , Respirasi = 40 x/m , suhu = 36,7 C Mahasiswa:
Nama : By. A

Analisa :

Umur : 1 bulan
By. A usia 1 bulan Fisiologis
Agama : Islam
Penatalaksanaan :
TTD CI:
Suku : Jawa
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu
Pendidikan : -
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayi
Alamat :
2. Memberikan imunisasi BCG kepada bayi pada lengan kanan atas dengan dosis 0,05 cc
Wanutengah’
dan menjelaskan efek dari imusasi BCG akan menimbulkan jaringan parut (scar)
Parakan,
Hasil : Telah diberikan imunisasi BCG
TTD
Temanggung
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa harus sering menyusui bayinya maksimal 2 jam sekali
Pembimbing PKK
Nama Ibu: Ny. L atau secara on demand (setiap kali bayi mengiginkan) dan memberikan ASI Eksklusif.

Nama Ayah : Hasil : Ibu memahami untuk menyusui bayinya.

Tn.A 4. Mendokumentasikan tindakan pada buku register

Hasil : telah dilakukan dokumentasi di buku register.


B. Telaah Jurnal

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasi Outcame Time


Penelitian Status populasi adalah Pengolahan dan Dalam penelitian tidak Hasil penelitian Penelitian
ini Imunisasi BCG anak yang datang analisa data terdapat kelompok menunjukkan ini
termasuk Dengan ke Poliklinik anak dilakukan secara kontrol atau kelompok bahwa hasil analisa dilakukan
dalam Kejadian RSUD komputerisasi. pembanding. Penelitian bivariat diketahui selama 1
penelitian Tuberkulosis Dr.Achmad Hasil analisa ini mengunakan 1 ada hubungan bulan.
kuantitatif Paru Pada Muchtar univariat diketahui kelompok yang status imunisasi
dengan Anak Usia Bukittinggi rata – 57,1 % responden dianalisa tentang BCG dengan
rancangan Balita. rata perbulan mendapatkan hubungan pemberian kejadian
korelasi. Penelitian yang adalah 162 orang. imunisasi BCG, imunisasi BCG pada tuberkulosis paru
dilakukan oleh Sampel berjumlah dan 74,3 % tidak bayi dengan kejadian pada anak usia
Yendrizal 35 orang, diambil terjadi penyakit TB TBC pada usia balita. balita di Poloklinik
Jafri, secara accidental Paru yang Anak RSUD
Sesrinayenti. sampling kemudian Dr.Achamad
Penelitian dihubungkan Mochtar
dilakukan pada dengan kejadian Bukittinggi(p=0,02
tahun 2019. TBC dengan 2 dan OR=7,875).
riwayat pemberian Disimpulkan
imunisasi BCG bahwa ada
atau tidak. hubungan status
imunisasi BCG
dengan kejadian
tuberkulosis paru
pada anak usia
balita. Dimana
adanya hubungan
status imunisasi
BCG pada masa
bayi dengan
kejadian TB paru
pada anak balita
karena anak yang
tidak mendapatkan
imunisasi BCG
cendrung untuk
mengalami
kejadian TB Paru.
Sebaliknya anak
yang mendapatkan
imunisasi BCG
cendrung tidak
terjadi penyakit TB
paru. Hal ini dapat
terjadi karena anak
yang mendapatkan
imunisasi BCG
telah memiliki anti
bodi terhadap
kuman TB,
sehingga mereka
tidak mudah
tertular oleh
penyakit TB paru.
C. Deskripsikan

Asuhan Kebidanan Bayi pada By. A umur 1 bulan Fisiologis di Puskesmas

Parakan setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Maret 2021 didapatkan :

Hasil pemeriksaan objektif yaitu By. A dengan hasil KU : baik, Kesadaran :

Composmentis, JK = perempuan, BB = 2600 gram , PB = 47 cm , LK = 33 cm ,

LD = 32 cm , LILA = 11,5 cm , Nadi = 112 x/m , Respirasi = 40 x/m , suhu =

36,7 C. Dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa ciri-ciri bayi baru lahir normal

adalah lahir aterm antara 37 – 42 minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang

lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan

11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali/menit (Arum dan Arfiana,

2017). Suhu normal bayi adalah antara 36,5-37,5°C (Dr. Setya Wandita, 2020).

Penatalaksanaan sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan By. A yaitu Bidan

melakukan pemberian imunisasi BCG kepada bayi pada lengan kanan atas dengan

dosis 0,05 cc dan menjelaskan efek dari imusasi BCG akan menimbulkan jaringan

parut (scar). Dimana imunisasi BCG adalah imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang

primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.

Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah

dilemahkan (Yendrizal, dkk : 2019). Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette

Guerin) yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang

berat, seperti: meningitis TBC dan TBC milier. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari

pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak dosis yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1

Ml dosis diberikan pada bayi 1-3 bulan (Rhipiduri, dkk : 2020). Tujuan dari

pemberian vaksin BCG adalah untuk membuat kekebalan aktif terhadap penyakit

tubercolosis atau TBC. Vaksin BCG mengandung kuman bacilus calmete Guerin
dari bibit penyakit atau kuman hidup yang dilemakan. Diberikan pada bayi usia 0-2

bulan dengan dosis 0,05 cc vaksinasi ulang pada umur anak 5 tahun. Sebelum

penyuntikan vaksin ini harus dilarutkan terlebi dahulu dengan 4 cc pelarut atau Nacl

0,9 %, vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam (Yendrizal,

dkk : 2019).

Efek sampingnya akan timbul setelah dua minggu seperti terjadi

pembengkakan kecil, merahdan tempat penyuntikan akan terjadi abses kecil dengan

garis tangan 10 mm. Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut

(scar) bergaris tengah 3-7 mm. Kontraindikasi yaitu anak yang sakit kulit atau infeksi

kulit pada tempat penyuntikan anak yang telah terjangkit dengan penyakit TBC

(Yendrizal, dkk : 2019). Melakukan dokumentasi pada buku register. Dimana hal ini

sesuai dengan teori kebidanan dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat

digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari

berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan

yang diberikan (Varney, 2019).

D. Teori yang mendasari

Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37 – 42 minggu, berat

badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar

kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung 120 – 160

kali/menit, kulit kemerah-merahan, nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi langsung

menangis kuat (Arum dan Arfiana, 2017). Suhu normal bayi adalah antara 36,5-

37,5°C. Hipotermia dibagi menjadi tiga jenis yaitu stres dingin, hipotermia sedang,
dan hipotermia berat. Batasan stres dingin suhu antara 35,5-36,4°C, hipotermia

sedang suhu antara 32-35,4°C, dan hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C.

Bila tubuh dan ekstremitas hangat maka interpretasinya adalah normal. Bila tubuh

teraba hangat tapi ekstremitas teraba dingin maka berarti bayi mengalami stres dingin.

Sedangkan bila tubuh dan ekstremitas teraba dingin berarti bayi mengalami

hipotermia. Pada perabaan tidak dapat ditentukan gradasi hipotermia (Dr. Setya

Wandita, 2020). Asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan

pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut

tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin

dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan (Varney, 2019).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dari jurnal yang telah dilakukan didapatkan pemeriksaan

menunjukan bahwa By. A dalam keadaan sehat dan baik. Hasil dari asuhan kebidanan

yang dilakukan terhadap By. A Umur 1 Bulan Fisiologis sudah dilakukan sesuai

dengan kebutuhan bayi usia 1 bulan yaitu dilakukan imunisasi BCG untuk mencegah

penyakit TBC pada anak dan dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku di

Puskesmas.

B. SARAN

1. Bagi Ibu

Diharapkan melakukan imunisasi dasar lengkap pada anaknya untuk

mencegah terjadinya berbagai penyakit yang mungkin akan terjadi pada anak.

2. Bagi Bidan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas ataupun di Rumah Sakit

agar dapat memotivasi para ibu untuk memberikan imunisasi BCG pada bayi baru

lahir, dan melakukan kunjungan rumah pada ibu yang tidak bisa mendatangi

pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi BCG.


DAFTAR PUSTAKA

Adeline Wahyu (2020). TBC Pada Bayi, Kenali Gejala, Resiko, dan Cara Mengobatinya.
Available at : https://www.orami.co.id/magazine/gejala-dan-risiko-penyakit-tbc-
pada-bayi-yang-harus-diwaspadai/

Badan Pusat Statistik (2020). Angka Kematian Bayi (AKB atau IMR). Available at
:https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/1160

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Avalable at :
https://jateng.bps.go.id/publication/2020/06/04/7cc72f7ad0473a35c595f0de/profil
-kesehatan-provinsi-jawa-tengah-2019.html

Dr. Setya Wandita (2020). Ikatan Dokter Anak Indonesia : Hipotermia pada Bayi Baru
Lahir. Available at : https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-
anak/hipotermia-pada-bayi-baru-lahir-kapan-harus-membawa-bayi-ke-dokter

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Asuhan Kebidanan Dalam Neonatus.


Available at : https://artikel/asuhan-kebidanan-dalam-neonatus

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Kematian Maternal dan Neonatal di


Indonesia. Available at : https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-
terkini/rakerkesnas-2019/SESI%20I/Kelompok%201/1-Kematian-Maternal-dan-
Neonatal-di-Indonesia.pdf

Rhipiduri Rivanica, Inna Hartina (2020). Pemberian Imunisasi Bcg Pada Bayi (1-3 Bulan)
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu. Available at :
https://jurnal.stikes-aisyiyah-
palembang.ac.id/index.php/JAM/article/download/328/276

Yendrizal Jafri, Sesrinayenti (2019). Status Imunisasi BCG Dengan Kejadian


Tuberkulosis Paru Pada Anak Balita. Available at :
https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/127/116

Varney, Helen (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Jiid 1. ECG : Jakarta
LAMPIRAN : JURNAL KEBIDANAN

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-


2256 Vol. 1 No. 2 Tahun 2019

STATUS IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN


TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK USIA BALITA
Yendrizal Jafri1, Sesrinayenti2
STIKes Perintis Padang

Abstract
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by bacteria Mikobacterium Tuberculosis.
Giving BCG can reduce the morbidity of tuberculosis to 74% and therefore the government
encourages mothers to give BCG immunization in children. This study aimed to determine the
relationship status of BCG immunization with pulmonary tuberculosis in children aged under five
in the Polyclinic Children's Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.This research is
quantitative with corelational design. The population is children who come to the Polyclinic
Hospital child Dr.Achmad average Muchtar Bukittinggi - monthly average is 162 people. Samples
of 35 people, taken by accidental sampling. Processing and analysis of data is computerized.The
results of the univariate analysis are known 57.1% of respondents get BCG, and 74.3% did not
occur with pulmonary TB disease. The results of the bivariate analysis is known to have a
relationship with the incidence of BCG immunization status of pulmonary tuberculosis in children
aged under five in Poloklinik Children's Hospital Dr.Achamad Mochtar Bukittinggi (p=0.022 and
OR=7.875).Concluded that there is a correlation with the incidence of BCG immunization status
of pulmonary tuberculosis in children aged under five. Therefore it is expected that health
workers at health center or hospital in order to motivate the mother to give BCG immunization in
newborns, and conduct home visits to mothers who can not come to the health service to obtain
BCG immunization.

Keywords: BCG immunization, pulmonary TB in Toddlers

Abstrak

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobacterium
Tuberculosis.Pemberian BCG dapat mengurangi morbiditas tuberkulosis sampai 74% oleh karena itu
pemerintah menganjurkan para ibu untuk memberikan imunisasi BCG pada anaknya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan status imunisasi BCG dengan tuberkulosis paru pada anak usia balita
di Poliklinik Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain corelational.Populasi adalah anak yang datang ke Poliklinik anak RSUD Dr.Achmad Muchtar
Bukittinggi rata – rata perbulan adalah 162 orang. Sampel berjumlah 35 orang, diambil secara accidental
sampling. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara komputerisasi. Hasil analisa univariat diketahui
57,1 % responden mendapatkan imunisasi BCG, dan 74,3 % tidak terjadi penyakit TB Paru. Hasil analisa
bivariat diketahui ada hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak usia
balita di Poloklinik Anak RSUD Dr.Achamad Mochtar Bukittinggi(p=0,022 dan OR=7,875). Disimpulkan
bahwa ada hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak usia balita. Oleh
sebab itu diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas ataupun di Rumah Sakit agar dapat memotivasi
para ibu untuk memberikan imunisasi BCG pada bayi baru lahir, dan melakukan kunjungan rumah pada ibu
yang tidak bisa mendatangi pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi BCG.

Kata kunci : Imunisasi BCG, TB Paru pada Balita


mengenai masyarakat miskin yang hidup di daerah
kumuh dan biasanya daya tahan tubuh mereka juga
kurang akibat kurangnya makan makanan
bergizi.Pada umumnya, lingkungan rumah yang
buruk (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan
PENDAHULUAN berpengaruh pada penyebaran penyakit menular
Program pembangunan kesehatan
termasuk penyakit TB Paru. Pada lingkungan fisik,
merupakan bagian dari pembangunan Nasional kelembaban rumah dan kepadatan penghuni rumah
yang berupaya meningkatkan kualitas manusia
memiliki hubungan yang bermakna dengan
dan masyarakat Indonesia, yang dilaksanakan kejadian TB Paru. Hal tersebut dapat dipahami
selama ini telah berhasil meningkatkan derajat
karena kelembaban rumah yang tidak memenuhi
kesehatan secara cukup bermakna, namun masih syarat kesehatan akan menjadi media yang baik bagi
terdapat berbagai masalah dan hambatan yang
pertumbuhan berbagai mirkoorganisme seperti
akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan bakteri, sporoket, ricketsia, virus dan
kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
mikroorganisme yang dapat masuk ke dalam tubuh
masih menjadi program pemerintah dan sedang manusia melalui udara dan dapat menyebabkan
dijalankan adalah program pemberantasan
terjadinya infeksi pernafasan pada penghuninya.
penyakit dan penyehatan lingkungan (Kompasiana, 2012)
terutama pemberantasan penyakit menular
Berdasarkan data World Health
salah satunya penyakit Tuberculosis Paru (TB Organization (WHO) pada tahun 2009 terdapat
Paru).(Kemenkes 2010)
1,7 juta orang meninggal akibat penyebab kuman
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit TB dan ada 9,4 juta kasus baru. Tahun 2010
infeksi yang disebabkan oleh bakteri menurun sebanyak 6,3% menjadi 8,8 juta kasus
Mikobacterium Tuberculosis.Bakteri ini baru.Tahun 2011 menurun lagi sebanyak 1,1%
merupakan bakteri basil yang sangat kuat menjadi 8,7 juta dengan kasus TB anak (usia <15
sehingga memerlukan waktu lama untuk tahun) sebanyak 490.000 dan
mengobatinya.Bakteri ini lebih sering menginfeksi
kematian TB sebanyak 64.000.( WHO 2011)
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
Indonesia termasuk dalam high burden
manusia. ( Yuliadi, R, 2010.)
countries, menempati urutan ketiga setelah India
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok
dan China. Jumlah penderita TB Paru BTA positif
usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
di Indonesia secara nasional pada tahun 2005
tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa,
adalah sebesar 158.640 orang. Sedangkan tahun
akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai
2008 angka penderita TB Paru BTA positif
4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-
161.741 kasus (Depkes RI, 2010).Laporan
30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan
Triwulan Sub Direktorat Penyakit TB
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain
menyebutkan estimasi kasus baru TB paru di
merugikan secara ekonomis, TB juga emberikan
Indonesia tahun 2011 sebesar 244
dampak buruk lainnya secara sosial bahkan
kasus/100.000
dikucilkan oleh masyarakat (DepkesRI, 2011).
penduduk/tahun.(Kemenkes RI, 2011)
Mycobakterium tuberkulosis telah
Indonesia peringkat empat terbanyak untuk
menginfeksi sepertiga dari penduduk dunia,
penderita TB setelah China, India, dan Afrika
menurut WHO tahun 2002 sekitar delapan juta
Selatan.prevalensi TB di Indonesia pada 2013
penduduk dunia diserang tuborkulosis dengan
ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus
kematian tiga juta orang pertahun, di negara
baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus.
berkembeng kematian ini merupakan 25% dari
Dengan demikian, total kasus hingga 2013
kematian penyakit yang sebenarnya dapat
mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus. (data
diadakan pencegahan. Dieperkirakan 95%
kesehatan RI tahun 2013)
penderita tuborkulosis berada di negara-negara
Di Sumatera Barat, penderita TB
berkembang dengan munculnya epidemi
menempati urutan ketujuh nasional. Jumlah
HIV/AIDS di dunia sehingga mengakibatkan
penderita TB Paru di Sumatera Barat pada tahun
jumlah penderita tuborkulosis akan selalu
2010 sebanyak 104.992 orang setelah dilakukan
meningkat (Lely, 2011).
pemeriksaan dan yang diobati sebanyak 13.744
Meningkatnya kasus TB paru salah satunya
orang, dari jumlah yang diobati jumlah pasien
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Pada kondisi
yang sembuh sebanyak
lingkungan yang baik, cukup mendapat sinar
9.390 orang atau sekitar 68,32% (Dinkes
matahari, kuman TB tidak bisa bertahan lama di
Prov.Sumatera Barat, 2010).
udara.tapi kalau di tempat yang lembab kuman ini
Kota Bukittinggi
bisa bertahan hidup dalam waktu lama. Inilah
merupakan yangterbesar
yang menyebabkan TB Paru lebih banyak
jumlah penderitaTBbila dibandingkan dengan
jumlah penduduk dari tiap Kab/Kota dengan Imunisasi BCG pada Anak Usia Balita di
jumlah penderita sebanyak 10.653 orang yang Poliklinik Anak RSUD Dr.Achmad
positif setelah dilakukan pemeriksaandan yang Mochtar Bukittinggi
diobati sebanyak 1.960 orang, dari jumlah yang usia balita di Poliklinik Anak RSUD Dr.
diobati yang sembuh sebanyak 790 orangatau Achmad
sekitar 40,30% (Dinkes Kota Bukittinggi, 2010). StatusMuchtar Bukittinggi.
Imunisasi BCG Frekuensi
%
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Tidak imunisasi 15 42,9
METODOLOGI PENELITIAN
kepada 10 orang anak yang datang ke poli anak Imunisasi 20 57,1
RSUD Achmad Muchtar Bukittinggi di dapatkan
Jenis penelitian yang digunakan secara
Jumlah
kuantitatif. 35 yang 100
Desain penelitian
6 (60 %) orang anak yang melakukan imunisasi
BCG dan 4 (40 %) orang yang tidak melakukan digunakan
imunisasi BCG. adalah penelitian corelational, untuk mengetahui
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Varibel
melakukan penelitian dengan mengambil judul yang dimaksud adalah “ hubungan status imunisasi
penelitian tentang “ hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak
BCG dengan tuberkulosis paru pada anak usia usia balita di Poliklinik Anak RSUD Dr.Achmad
balita di Poliklinik Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi”. Penelitian dilakukan di
Mochtar Bukittinggi”. Poliklinik Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar
Berdasarkan latar belakang yang telah Bukittinggi.Waktu penelitian dilaksanakan pada
penulis uraikan diatas, maka dalam penyusunan bulan Januari 2018, dimana penelitian akan
karya tulis ilmiah ini yang menjadi rumusan melakukan penyebaran kuesioner kepada orang tua
masalah penulisan ini adalah apakah ada “ anak sebagai responden. Populasi dalam penelitian
hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian ini adalah keseluruhan anak usia balita yang datang
tuberkulosis paru pada anak usia balita di dibawa orang tua nya atau keluarganya untuk
Poliklinik Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar berobat ke Poliklinik Anak RSUD Dr. Achmad
Bukittinggi”. Mochtar Bukittinggi. Rata – rata anak yang datang
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ke Poliklinik anak RSUD Dr.Achmad Muchtar
dikemukakan diatas maka penulis menyusun Bukittinggi rata – rata perbulan adalah 162 orang.
tujuan penelitian adalah untuk menganalisis Teknik sampel yang di gunakan dalam penelitian ini
hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian adalah Accidental Sampling.Sampel dalam
tuberkulosis paru pada anak yang berjumlah 35 penelitian ini adalah keluarga ibu yang memiliki
orang yang memenuhi kriteria inklusi YAITU bayi
Bersedia jadi respoden, Ibu yang mempunyai Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
balita usia 1 – 5 tahun dan Ibu yang datang ke bahwa lebih dari separoh responden mendapatkan
poli anak RSUD Dr Achmad Muchtar. Data yang imunisasi BCG yaitu sebanyak 57,1 %.
dikumpulkan berapa data primer dan data Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan
sekunder.Data primer merupakan data yang
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat
diperoleh dari responden melalui instrumen
konsioner, dan juga observasi peneliti dengan sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang
responden. Data sekunder yang didapatkan dari ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
dokumentasi poliklinik anak RSUD Achmad imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC
Muchtar Bukittinggi. Data dianalisis secara pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan
univariat dan bivariat dengan menggunakan uji paru, atau
statistic chi square test.Untuk melihat kemaknaan, TBC tulang.
penghitungan statistic digunakan dalam batas VaksinBCG merupakan vaksinyang
kemaknaan 0,05 sehingga jika nilai P ≤ 0,05 maka mengandung kuman TBC yangtelah
hasil secara statistic bermakna sedangkan jika P dilemahkan. (Marimbi, Hanum.2010).
> 0,05 maka hasil hitungan tidak bermakna.
Efek sampingnya akan timbul setelah dua minggu
seperti pembengkakan kecil, merah, dan tempat
HASIL PEELITIAN
penyuntikan akan terjadi abses kecil dengan garis
DAN PEMBAHASAN
tangan 10 mm. Luka ini akan sembuh sendiri dan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status meninggalkan jaringan parut (scar) bergaris tengah 3-
7 mm.
(2014) dengan judul Hubungan Kejadian
Kontra indikasinya yaitu anak yang sakit kulit atau Tuberkulosis Paru Pada Anak Dengan Kepatuhan
infeksi kulit pada tempat penyuntikan anak yang Pemberian Imunisasi BCG Di Puskesmas
telah terjangkit dengan penyakit denagan penyakit Parongpong Kabupaten Bandung Barat, diketahui
TBC. (Andi Mariam ddk.2011). bahwa 60 % responden mendapatkan imunisasi
BCG.
Sejalan dengan penelitian Imarruah
Menurut asumsi peneliti, banyak responden bovis.Basil ini dapat tetap hidup beberapa minggu
yang telah mendapatkan imunisasi BCG dalam keadaan kering tetapi mati didalam cairan
menunjukkan adanya kesadaran akan pentingnya yang bersuhu 60% C selama 15-
imunisasi BCG bagi pertumbuhan dan 20 menit. Faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan anak juga dampak yang dapat perkembangan tuberkulosis meliputi herediter,
diakibatkannya jika tidak diberikan. Namun jenis kelamin, usia, stress, status nutrisi, infeksi
jumlah balita yang telah mendapat imunisasi kambuhan, pada masa pubertas dan remaja dimana
tersebut masih sangat jauh dari target nasional terjadi masa pertumbuhan yang cepat,
yaitu 90%. kemungkinan infeksi sangat tinggi karena diit
Sementarabagibalitayangtidak yang tidak adekuat (Mansur, Herawati.2011).
mendapatkanimunisasiBCGdisebabkan karena Sejalan dengan penelitian Imarruah
(2014) dengan judul Hubungan Kejadian
beberapa faktor, seperti tidak aktifnya
saran Tuberkulosis Paru Pada Anak Dengan Kepatuhan
pelaksanaankegiatanposyandu, Pemberian Imunisasi BCG Di Puskesmas
transportasiyangkurangmemadai a Parongpong Kabupaten Bandung Barat, diketahui
menujufasilitaskesehatan,serta untuk bahwa 60 % responden tidak terjadi TB paru.
pelaksanaan kegiatan posyandu yanglokasi sulit Menurut asumsi peneliti, banyak balita
dijangkau oleh masyarakat. Kegiatan posyandu yang tidak pernah mengalami penyakit TB
yang tidak aktif menyebabkan ibu kurang disebabkan mereka sudah mendapat imunisasi
mengetahui tentang imunisasi yang harus BCG. Melalui imunisasi BCG ini maka bayi akan
diberikan pada anak karena mereka juga jarang kebal terhadap penyakit TB. Sedangkan balita
yang pernah mengalami TB disebabkan karena
datang ke posyandu yang letaknya jauh dari
mereka tidak mendapat imunisasi BCG, dan balita
tempat tinggal. Begitu juga dengan ibu yang mengalami gizi buruk (malnutrisi). Balita
memiliki pengalaman dalam pemberian yang tidak mendapat imunisasi BCG, dengan
imunisasi BCG pada bayi, mereka tidak mau mudah tertular dari penderita TB karena mereka
memberikan imunisasi BCG dengan alasan BCG tidak memiliki antibodi untuk melawan virus TB
merupakan tersebut.
menyakitkan imunisasi
bagi yang
anak paling
karena cara Penyakit TB pada anak didasarkan atas
penyuntikan vaksinnya yang harus intradermal gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan
(vaksin harus disuntikkan hanya ke dalam uji tuberkulosis. Sehingga harus memperhatikan
lapisan kulit saja. Sementara ibu yang sudah hal - hal yang mempunyai sejarah berkaitan erat
mengetahui tentang imunisasi BCG, juga tidak dapat dengan penderita TB BTA psitif, tes tuberkulosis
memberikan imunisasi BCG pada anaknya yang positif (>10mm). Gambaran foto rontgen
disebabkan sarana transportasi yang kurang untuk sugestif TB, terdapat reaksi kemerahan lebih cepat
datang ke puskesmas. Oleh sebab itu, sangat (dalam 3
diperlukan peran aktif bidan untuk mendata dan -7 hari) setelah imunisasi BCG. Batuk lebih dari 3
melakukan kunjungan rumah terhadap bayi yang minggu,
TB Paru sakit dan demam lama atau
Frekuensi %
tidak mendapatkan imunisasi BCG.
9 25,7
TB Paru
26 74,3
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Tidak TB paru
TB Paru pada Anak Usia Balita di Jumlah 35 100
Poliklinik Anak RSUD Dr.Achmad
Mochtar Bukittinggi
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
bahwa lebih dari separoh responden tidak terjadi
penyakit TB Paru yaitu sebanyak 74,3
%.
Tuberkulosis (TB) adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobacterium Tuberculosis.Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya.Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain tubuh manusia. ( Yuliadi, R, 2010.)
Tuberkulosis disebabkan oleh
micobakterium tuberkulosis dan micobakterium
berulang tanpa sebab yang jelas, berat badan penanganan gizi yang baik, serta gejala-gejala
turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik klinis spesifik (pada kelenjar limfe, otak, tulang
dalam satu bulan meskipun sudah dengan dan lain-lain).
Tabel 3 Hubungan Status Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada
Anak Usia Balita di Poliklinik Anak RSUD Dr.Achamad Mochtar Bukittinggi.

Kejadian TB Paru
Jumlah
Statu OR
s TB Tidak n = 35 va
Imunisasi BCG Paru Paru (CI 95 %)
TB p
f % f % f %

Tidak imunisasi 7 46,7 8 53,3 15 100


7,875
Imunisasi 2 10,0 18 90,0 20 100 0,022
(1,330-46,628)
Jumlah 9 25,7 26 74,3 35 100
terjadimendapatkan
yang 53,3 %. Setelah dilakukan
imunisasi uji statistic diperoleh nilai p = 0,022 (p < 0,05) anak
BCG.
Tujuan dari pemberian vaksin BCG adalah untuk membuat kekebalan aktif terhadap
penyakit tubercolosis atau TBC. Vaksin BCG mengandung kuman bacilus calmete
Guerin dari bibit penyakit atau kuman hidup yang dilemakan. Diberikan pada bayi
usia 0-2 bulan dengan dosis 0,05 cc vaksinasi ulang pada umur anak 5 tahun.
Sebelum penyuntikan vaksin ini harus dilarutkan terlebi dahulu dengan 4 cc pelarut
atau Nacl 0,9 %, vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam.
Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan anak
menderita TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC barat, TBC Tulang, dan TBC
selaput otak (Andi Mariam ddk.2011).
Menurut Hadinegoro (2011), bahwa tujuan BCG yaitu untuk mencegah
bayi atau anak terserang penyakit TB Paru yang berat. Dikarenakan anak balita
masih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis penyebab penyakit TBC,
akibat adanya kontak dengan penderita Tuberkulosis yang ada di sekitarnya,
seperti : orang tua, keluarga, pengasuh, dan lainnya.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil Penelitian Windy
Rakhmawati (2010) “Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Tuberkulosis pada Anak di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
Barat” menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna dari faktor –
faktor seperti imunisasi BCG, status gizi, riwayat kontok dan status
ekonomi yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis pada anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Erni Murniasih & Livana dengan judul
“Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada
Anak Balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru Ambarawa Tahun 2007, diperoleh
hasil bahwa ada hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB
Paru.Dengan demikian pemberiaimunisasi BCG dapat mengurangi resiko
terjadinya TB Paru pada anak balita.
Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan status imunisasi BCG dengan
kejadian TB paru pada anak balita karena anak yang tidak mendapatkan imunisasi
BCG cendrung untuk mengalami kejadian TB Paru. Sebaliknya anak yang
mendapatkan imunisasi BCG cendrung tidak terjadi penyakit TB paru. Hal ini dapat
terjadi karena anak yang mendapatkan imunisasi BCG telah memiliki anti bodi
terhadap kuman TB, sehingga mereka tidak mudah tertular oleh penyakit TB paru.
Namun demikian, juga ditemukan anak yang sudah mendapatkan
imunisasi BCG tetapi terjadi penyakit TB paru. Anak yang telah diberikan
imunisasi BCG (ada jaringan parut atau scar pada lengan kanan) dan ternyata
menderita Tuberkulosis Paru besar kemungkinan karena anak telah terinfeksi
kuman Tuberkulosis sebelum diberikan Imunisasi BCG atau anak menderita
Tuberkulosis Paru karena faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti
status gizi, bayi berat lahir rendah, air susu ibu (ASI), pendidikan ibu, dan
kebiasaan merokok dalam keluarga, sering kontak langsung dengan orang positif
TB atau memiliki lingkungan (sanitasi) rumah yang berisiko terhadap penyakit TB.
Sedangkan anak yang tidak mendapatkan imunisasi BCG tetapi tidak
terjadi penyakit TB paru dapat disebabkan oleh adanya upaya pencegahan yang
dilakukan oleh orang tua, seperti menghindari kontak dengan orang positif TB,
menjauhkan anak dari asap rokok dan udara kotor, serta segera melakukan
pengobatan ke Puskesmas ketika anak menampakkan gejala TB paru seperti batuk
berdahak dalam waktu lebih dari 2 minggu.

KESIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 orang anak yang berobat ke
Poliklinik Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015, dapat
disimpulkan sebagai berikut :Lebih dari separoh responden mendapatkan imunisasi
BCG yaitu sebanyak 57,1 %. Lebih dari separoh responden tidak terjadi penyakit
TB Paru yaitu sebanyak 74,3
%. Ada hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada
anak usia balita di Poloklinik Anak RSUD Dr.Achamad Mochtar Bukittinggi
tahun 2015 (p = 0,022 dan OR = 7,875). Diharapkan kepada tenaga kesehatan di
Puskesmas ataupun di Rumah Sakit agar dapat memotivasi para ibu untuk
memberikan imunisasi BCG pada bayi baru lahir, dan melakukan kunjungan rumah
pada ibu yang tidak bisa mendatangi pelayanan kesehatan untuk memperoleh
imunisasi BCG.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama. 2010. Tuberkulosis diagnosis. Edisiv.Jakarta :Yayasan Penerbitan
ikatan dokter
Andi Mariam ddk.2011. Imunisasi Dalam Praktek : Jakarta.
Depkes. RI,2010, Modul Pelatihan Tenaga Pelaksanaan Imunisasi
Puskesmas : Jakarta. Halimul, Aziz, Hidayat, A, 2010, Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak : Jakarta.
Imaruah 2014.Hubungan Kejadian Tuberculosis Paru Pada Anak
Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi BCG Dipuskesmas
Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi
Lely.2011. Rahasia Tiongkok Kuno Untuk Hidup Sehat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, nggota IKAPI.
Lisnawati Lilis, 2011, Generasi Sehat Melalui Imuniasi: Jakarta.
Marimbi, Hanum.2010.Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi
Dasar Pada Balita.Yogyakarta:Nuha Medika.
Mansur, Herawati.2011.Psikologi Ibu Dan Anak Untuk
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.
Mirzal tawi,2010. Ilmu Kesehatan Anak II
:Fakultas Kedokteran UI : Jakarta : Infomedika. Ngastiyah,
2004.Perawatan Anak Sakit : Jakarta.
Nursalam. 2010.Asuhan Keperawatan Bayi dan anak (Untuk Perawat dan
Bidan).
Jakarta : Salemba Medika Proverawati,
Atikah.2010.Imunisasi dan Vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset.
Ronald H.S.2011.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta :
EGC.
Rakhmawati Windy 2010.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Tuberculosis Pada Anak Dikecamatan Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat.Skripsi.
Smeltzer, Suzane, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner and Sudarth, Jakarta : EGC.
Suriadi, Skp, dkk, 2010, Asuhan Keperawatan Anak Edisi I : Jakarta.

Yuliadi, R, 2010. Kamus Saku Keperawatan, Jakarta : Jakarta :EGC.


Http://www.whosea. Co. id.Kompasiana, 2012.
Penyakit Menular.
Http://www.Cybernned. Cbn.Net. September 2006. Budi, Darmawan,
Setyanto, Dr, SpA. Penyakit sistem Pernapasan.
Http://www.Infektioni. Co. id. Wahid Iqbal, 2010. Penyakit Menular.
Http://imunisasihsu.wordpress.com Sudayasa, Putu.2010.Latar Belakang Program
Imunisasi.
Kemenkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta. Op
cit
Kompasiana, 2012. Masyarakat dari Kalangan Atas pun Bisa Kena Infeksi TB Paru.
Http://kesehatan.kompasiana.com Https://nursepreneursindonesia.wordpress.com
Http://www.skripsistikes.wordpress.comHubun
gan Antara Pemberian Imunisasi BCG,Status Gizi Dan Lingkungan
Dengan Kejadian Penyakit TB Paru Pada Anak Balita Di BKPM
Semarang Heny Noor Wijayanti (2010)
http://pustaka.unpad.ac.idcontentfaktor_faktor_ kejadian_tuberkulosis_pada-
anak.pdf Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis
pada Anak di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung BaratWindy
Rakhmawati (2010)

Anda mungkin juga menyukai