Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SUKU BANJAR”

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN MULTIKULTURALISME

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dan Multikulturalisme

Dosen Pengampu: H. Deddy Yusuf Yudhyarta, S.MN.,M.Pd.I

Disusun Oleh:

ABDUL HARUN

PAI/II /A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI AULIAURRASYIDIN – TEMBILAHAN

INHIL - RIAU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kmi
miliki sangat kurang.Olehkerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. 

 
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……………………………………………...................….

DAFTA……………………………………………………………....................

BAB I PENDAHULUAN

Latarbelakang………………………………………………………...................

RumusanMasalah….…………………………………………………................

BAB II PEMBAHASAN

DefinisidanPengertianKebudayaan……………………………………….......

AsalUsulSukuBanjar…………………………………………………................

UnsurKebudayaanSukuBanjar…………………………………………............

Kerajinan…………………………………………………………......................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………....................

Saran…………………………………………………………….....................… 
BAB I

PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku,


kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat
terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah
di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun
sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan
keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka
juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari
kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang
kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di
daerah Kalimantan Selatan yaitu³suku Banjar´.Melihatkeunikkan dari
daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih
lanjut.

1.2  Rumusan Masalah

– Bagaimana sejarah kebudayaan suku banjar?

– Bagaimana kesenian suku banjar?

– Bagaimana system kepercayaan suku banjar?

– Bagaimana system kekerabatan suku banjar?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Pengertian Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki


bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat


kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika


berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di  Amerika, “keselarasan
individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif”  di  Cina.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-


anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang


koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan BronislawMalinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun


temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan


pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward BurnettTylor, kebudayaan merupakan keseluruhan


yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan SoelaimanSoemardi, kebudayaan


adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai


kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku,
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

2.2 Asal Usul Suku Banjar

Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang


menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan
sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga
dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung
Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.

Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta


jiwa. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta
orang Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar
lainnya tinggal di luar Kalimantan.

Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan


pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS
Barito, DAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini
suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak melakukan migrasi secara
sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku Banjar kuno sudah
terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau
Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara
alias Madagaskar dan ke wilayah lainnya.

Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam
maka diikuti seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke
agama Islam, sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini
bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan
agamis. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut Oloh
Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak
Maanyan.

Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau


berjiwa kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar
Tamjidillah I dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh VOC-
Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak
boleh berlayar ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok, batas ke
sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung.

Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun


sisa-sisa jiwa kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan
masyarakat Banjar di daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh
Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi
lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar
abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal
dari bahasa Arab, yakni madah (‫ )ﻤﺪﺡ‬yang artinya pujian. Madihin merupakan
puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam
bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan
konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel.
Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang
pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari
negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah
dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya
disesuaikan menjadi bahasa Banjar.

2.3 Unsur Budaya Suku Banjar

A. Larangan

Masyarakat suku banjar juga mempercayai pantangan – pantangan yang harus


dihindari oleh istri yang hamil dan suaminya, yaitu :
a.       tidak boleh duduk didepan pintu, dikhawatirkan akan susah dalam
melahirkan

b.      tidak boleh keluar pada waktu maghrib,karena akan diganggu oleh roh jahat

c.       tidak boleh makan pisang dompet, dikhawatirkan anak akan kembar siam

d.      jangan membelah kayu api yang sudah terbakar, karena anak yang
dilahirkan bisa sumbing

e.       dilarang pergi kehutan,karewna wanita hamil baunya harum,dan dapat


diganggu roh jahat

f.       dilarang menganyam bakul, karena jari- jari anak yang dilahirkan dapat
dempet menjadi satu

B.     Kepribadian Banjar, Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem


sosial dan material budaya yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses
adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam
aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih
dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama
sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun
dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.

C. Makanan

Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang


digunakan untuk membuat makanan tersebut mempunyai nilai lebih. Bagaimana
cara mengolah, memasak dan menyajikannya juga harus diperhatikan, palagi
penggunaan bumbu-bumbunya. Salah satu hasil makanan orang Banjar yang
terkenal adalah SOTO BANJAR yang telah tuurun temurun menggunakan resep
warisan leluhur mereka.

2.4 Budaya Banjar


1.      MADIHIN

Madihin berasal dari kata madah dalam bahasa arab artinya nasihahat.
Madihin dapat diartikan sebagai sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia,
karena ia nenyanyikan syair-syair yang berasal dari kata akhir persamaan bunyi
atau sebagai kalimat puji-pujian ( bahasa arab) karena bisa dilihat dari kalimat
dalam madihin yang kadang kala berupa puji-pujian. Menurut (2006)
mendifinisikanmadihin yaitu puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang
dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Penyampaian syair-syair yang
dibacakan oleh seniman madihin yang disebut Pamadihin.

Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena


para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan
kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh
seorang tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan
hormat Datu Madihin. Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung
diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran
Purwa Sari. Datu Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara
geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di
Kalsel.

Kesenian madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari,


lamanya sekitar 2 sampai 3 jam ditempatkan diarena terbuka. Seniman
pamadihin ini terdiri dari 1 samapai 4 orang pria atau wanita.Seorangpamadihin
harus memiliki keterampilan memukul terbang sesuai dengan penyajian syair-
syair yang dibacakan, madihin ini temanya saling sindir menyindir antara
pamadihinnya.

2.      PASAR TERAPUNG

Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan
sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya
pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi
jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan
berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama
disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk
dijual kembali disebut panyambangan.

Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara


perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang
bersliwerankesana kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai
Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan,
sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian
pedagang bersarkan barang dagangan.

3.      BAAYAN MAULID

Baayun asal katanya “ayun” yang diartikan”melakukan proses


ayunan”. Asal kata maulid berasal dari peristiwa maulid (kelahiran) Nabi
Muhammad SAW.

Sebelum mendapat pengaruh Islam, maayun anak sudah dilaksanakan


ketika masyarakat masing menganut kepercayaan nenek moyang. Tradisi
asalnya dilandasi oleh kepercayaan Kaharingan. Setelah Islam masuk dan
berkembang serta berkat perjuangan dakwah para ulama, akhirnya upacara
tersebut bisa “diislamisasikan”.

Dengan demikian, baayun anak adalah salah satu tradisi simbol


pertemuan antara tradisi dan pertemuan agama. Inilah dialektika agama dan
budaya, budaya berjalan seiring dengan agama dan agama datang menuntun
budaya.

4.      PLUI

Palui merupakan salah satu tokoh cerita rakyat kalimantan tengah yang
ketika itu secaradministrative bergabung dengan bagian Kalimantan selatan
namun dalam perkembangannya justru berkembang diwilayah Kalimantan
selatan.
Penulisnya adalah seorang tokoh bernama Drs. H. Z YustanAdzin kini
almarhum yang mengangkat cerita khas, muncul setiap hari diharian
Banjarmasin Post sejak awal terbitnya yaitu tahun 1971 dalam bahasa banjar
dan berbagai logat bahasa banjar derah seperti Banjar Kuala,Banjarmasin,
Martapura, Pelaihari dan Banjar Hulu.

Cerita si Palui yang dipublikasikan pada harian Banjarmasin Post


mengandung nilai budaya Banjar yang cukup beragam, tokoh Palui
mencerminkan bagaimana dinamika dan perkembangan kehidupan orang
Banjar. Kehidupan keseharian orang Banjar sangat terikat dengan nilai-nilai
Islam.

2.5 Kerajinan

Salah satu kerajinan penduduk yang telah ada sejak dulu adalah
mengukir (= menatah), memberikan tatah = ukiran dari kayu untuk perhiasan
rumah, pinti-pintu rumah (tatah dahi lawang), jendela, juga ukiran-ukiran pada
perahu-perahu, makam. Selain itu ada juga ukiran pada bahan-bahan kuningan
seperti tempat sirih pinang (penginangan), peludahan, peti kuningan dan
sebagainya terutama dibuat oleh orang Banjar Negara. Selain itu dibuat pula
ukiran-ukiran dari bahan tanduk dan kayu untuk kepala keris dna tongkat yang
terutama dikembangkan di Amuntai, Barabai, Martapura dan Banjarmasin.  
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian


besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang
Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan
untuk berdagang.

Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi


Kalimantan Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam.
Pengakuan bahwa religi sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna
religi yang terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana
masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang tersendiri.

3.2 SARAN

Pembuatan makalah ini diharapkan agar dapat membantu teman-teman


untuk mengenal suku Banjar secara lebih dalam. Dan di harapkan dengan
makalah ini dapat membantu teman-teman sebagai referensi atau pun untuk
menambah pengetahuan teman-teman.
Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar,
http://masda01.blogspot.co.id/2015/10/makalah-suku-banjar.html

Anda mungkin juga menyukai