Anda di halaman 1dari 12

Tugas Bahasa Indonesia

Nama : Rizna Kurnia Putri


NIM : 201914027
Kelas : S1 Manajemen (Transfer)

BAHASA

I. BAHASA
Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan/perasaan dengan
memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture yang berkaitan dengan mimik atau tanda- tanda
yang disepakati dan mengandung makna yang dapat dipahami.

 Bahasa sebagai sistem, terdiri dari unsur/komponen teratur dan menurut pola
tertentu.
 Bahasa sebagai lambang, diwujudkan dalam bentuk bunyi, yang berupa satuan-
satuan bahasa seperti kata/gabungan kata.
 Bahasa adalah bunyi. Sistem bahasa itu berupa lambang yang diwujudkan berupa
bunyi. Yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa/termasuk lambang bahasa adalah
bunyi yang bukan dihasilkan alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa.
 Bahasa itu bermakna, mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat
dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
 Bahasa itu arbitrer, artinya bahasa sembarang, sewenang-wenang, mana suka,
berubah-ubah dan tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud lambang tersebut.
 Bahasa itu konvensional, bahwa hubungan antara lambang bunyi dengan yang
dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu
konsep tertentu bersifat konvensional.
 Bahasa itu bersifat produktif, walaupun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi
dapat dibuat satuan bahasa yang jumlahnya tak terbatas, meski secara relatif, sesuai
dengan yang berlaku pada masa itu.
 Bahasa itu unik, memiliki ciri khas spesifik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri
khas tertentu yang tidak dimiliki bahasa lain.
 Bahasa itu universal, memiliki ciri yang sama di dunia. Karena bahasa itu berupa
ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu
mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
 Bahasa itu dinamis, keterkaitan bahasa dengan kehidupan bermasyarakat tidak tetap
dan selalu berubah, maka bahasa itu juga ikut berubah.
 Bahasa itu bervariasi. Anggota masyarakat beraneka ragam, dengan latar belakang
pendidikan & pekerjaan yg berbeda maka bahasa yang mereka gunakan bervariasi.
Contoh; pedagang sate Madura dengan pedagang sate banjar menyebutkan kata
satenya berbeda. Pedagang Madura (Te-Satte), sedangkan pedagang Banjar (Sate).
 Bahasa itu manusiawi, artinya hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh
manusia.

Tiga Fungsi Bahasa:


a. Bahasa sebagai ekspresi diri, Bahasa berfungsi mengekspresikan suatu
keadaan/ kondisi diri manusia secara langsung (lisan) maupun tidak langsung
(tulisan) berupa perasaan dan aspirasi
b. Bahasa sebagai alat berpikir, Bahasa membantu manusia dalam
mengabstraksikan segala sesuatu terkait kehidupannya dan mengambil
tindakan sesuai dengan tujuannya.
c. Bahasa sebagai alat komunikasi, Adanya tata bahasa (gramatika) dan kata-
kata yang konstan maknanya dalam bahasa, maka bahasa verbal adalah satu-
satunya sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa membantu
manusia tidak saja mengekspresikan/mengungkapkan ide dan alat berpikir,
tetapi bahasa membuat manusia dapat memahami satu sama lain.

II. BAHASA INDONESIA


Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir
pada tanggal 28 Oktober 1928. Adapun empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu
diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan
dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku Jawa, suku Sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
1. Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan.
2. Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa.
4. Bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan antardaerah, antarwarga, dan
antarbudaya.
Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan.
4. Bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
RAGAM BAHASA
I. RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). 
Penyebab Timbulnya Ragam Bahasa di Indonesia
1. Faktor Budaya
Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup yang berbeda seperti
wilayah Jawa dan Papua dan beberapa wilayah Indonesia lainnya
2. Faktor Sejarah
Setiap daerah mempunyai kebiasaan dan bahasa nenek moyang sendiri-sendiri dan
berbeda-beda.
3. Faktor Perbedaan Demografi
Setiap daerah memiliki dataran yang berbeda seperti wilayah di daerah pantai,
pegunungan yang biasanya cenderung mengunakan bahasa yang singkat jelas dan
dengan intonasi volume suara yang besar. Berbeda dengan pada pemukiman padat
penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang lebar dikarenakan lokasinya
yang saling berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.

II. JENIS RAGAM BAHASA INDONESIA


Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis :
1. Berdasarkan Media
Ragam ini di bedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Ragam Lisan
Ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan
waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam lisan antara lain meliputi:
·  Ragam bahasa cakapan
·  Ragam bahasa pidato
·  Ragam bahasa kuliah
·  Ragam bahasa panggung
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
·  Adanya lawan bicara
·  Terikat waktu dan ruang
·  Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota
tubuh
·  Unsur-unsur dramatika biasanya dihilangkan atau tidak lengkap
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan
waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara
visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis baku maupun nonbaku. 
Ragam tulis yang antara lain meliputi:
·   Ragam bahasa teknis
·   Ragam bahasa undang-undang
·   Ragam bahasa catatan
·   Ragam bahasa surat

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :


·   Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca
·   Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap
·   Komunikasi resmi
·   Wacana teknis
·   Pembicaraan di depan khalayak ramai
·   Pembicaraan dengan orang yang dihormati

2. Berdasarkan Cara Pandang Penutur


a. Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat atau dialek
Dapat di bedakan menjadi :
1. Dialek regional,
Yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia
membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah. Oleh karena itu,
dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau
bahasa Melayu dialek Medan.
2. Dialek sosial,
Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang
menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan
dialek remaja.
3. Dialek temporal
yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contoh : dialek
masa orde baru/ P.soeharto
4. Idiolek
yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa
Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam
pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
b. Ragam pendidikan terdiri atas :
1. Ragam baku
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang
baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah,
suasana resmi, atau surat resmi.
2. Ragam tidak baku
ragam bahasa yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Ragam
bahasa tidak baku biasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar karena ragam tidak baku tidak
digunakan dalam situasi yang formal.

3. Berdasarkan Topik Pembicaraan


a. Ragam bahasa ilmiah
ragam bahasa yang berdasarkan pada pengelompokan menurut jenis
pemakaian dalam bidang kegiatan yang bersifat keilmuan, dan ditujukan
kepada lingkungan keahlian tertentu yang bertumpu pada pengetahuan
yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, dengan langkah-langkah yang
teratur, tertata, dan terkontrol.
Ciri- ciri ragam bahasa ilmiah antara lain:
-     Menggunakan bahasa baku;
-     Menggunakan kalimat yang efektif;
-     Menghindari makna ganda;
-     Menggunakan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
-     Menghindari penonjolan pesona dalam pemakaian dengan tujuan
menjaga objektivitasnya.

b. Ragam sastra
Ragam bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan
perasaan, fantasi dan imajinasi, penghayatan lahir dan batin, peristiwa
atau kejadian dan khayalan dengan bentuk-bentuk bahasa menurut
tatanan khusus dalam penuturannya dan digunakan sastrawan untuk
mempertinggi efek penuturannya menggunakan arti, bunyi, irama,
tekanan suara, penyesuaian bunyi kata, sajak, aliterasi ulangan
kata/kalimat. 
Ciri-ciri dari ragam bahasa sastra antara lain;
-    Menggunakan bahasa yang tidak baku;
-    Menggunakan kalimat yang tidak efektif;
-    Adanya rangkaian kata yang bermakna konotatif
c. Ragam bisnis
Ragam bahasa bisnis adalah ragam yang digunakan dalam urusan bisnis.
Ciri-ciri ragam bahasa bisnis antara lain:
-     Menggunakan bahasa yang komunikatif;
-     Menggunakan bahasa yang cenderung resmi;
-     Terikat oleh ruang dan waktu;
-     Membutuhkan adanya orang lain.

d. Ragam filosof
Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual
knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa.

Contoh bahasa filsafat


- Kunci kebajikan ialah selalu bersikap benar, kunci ilmu pengetahuan
selalu bertanya dan mendengar. 
- Amarah adalah kegilaan yang singkat.
- Suara rakyat suara Tuhan.
- Waktu berubah dan kita pun berubah seiring dengannya

e. Ragam jurnalistik
Ragam bahasa yang digunakan oleh para wartawan/jurnalis dalam menulis
karya-karya jurnalistik di media massa. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-
sifat yang khas yaitu; singkat, padat, jelas, sederhana, lugas, menarik, dan
kosa kata yang digunakan mengikuti perkembangan bahasa dalam
masyarakat.
KALIMAT EFEKTIF

I. KALIMAT EFEKTIF
kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan
pembicara/penulis sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain/pembaca
serta penulisannya sesuai dengan kaidah/aturan penulisan yang tepat dan benar.

II. PERSYARATAN KALIMAT EFEKTIF


1. Kesatuan fungsi gramatikal
unsur struktur dalam kalimat terdiri dari : subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan.
Contoh :
a. Evaluasi pembelajaran mahasiswa meliputi empat komponen, yaitu komponen
UTS, komponen UAS, komponen partisipasi, dan tugas individu. (S – P – O – K1
– K2- K3 – K4)
b. Selama tahun 2012, fluktuasi harga saham mengalami kenaikan sebanyak 12
kali di Bursa Efek Jakarta (K1 – S – P – O – K2)

2. Kepaduan/koherensi dalam kalimat


hubungan timbal balik antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis.
Contoh tidak koherensi :
(1) Setiap hari dia pulang-pergi Bogor–Jakarta dengan kereta api.
  (2) Pelaksanaan seminar itu karena jalan macet harus ditunda satu jam
kemudian.
Contoh koherensi :
(1) Setiap hari dia pergi-pulang Bogor-Jakarta dengan kereta api
(2) Karena jalan macet, pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian.

3. Kehematan kalimat/ekonomi bahasa


Penulisan kalimat yang langsung menyampaikan gagasan/ pesan secara jelas,
lugas, dan logis.
Contoh kalimat yang tidak hemat :
Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti
meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
Perbaikan kalimat yang hemat sebagai berikut :
Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, lampu, dan lain-
lain.
4. Penekanan dalam kalimat efektif
Upaya penulis untuk memfokuskan kata atau frasa dalam kalimat, penekanan
dilakukan dengan intonasi yang dapat disertai mimik muka dan bentuk
nonverbal lainnya.
Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
(1) Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian
yang dipentingkan pada awal kalimat.
Contoh:
Seminar “Pencerahan Pancasila bagi Mahasiswa”, akan diadakan minggu
depan.
diubah menjadi :
Minggu depan akan diadakan seminar ”Pencerahan Pancasila bagi
Mahasiswa”
  (2) Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama dalam kalimat dan bukan berupa
sinonim kata.
Contoh:
Kalau pimpinan sudah mengatakan tidak tetap tidak.
  (3) Kursif, yaitu menulis miring, menghitamkan, atau menggarisbawahi kata
yang dipentingkan.
  Contoh:
Bab II skripsi ini tidak membicarakan fluktuasi harga saham.
  (4) Pertentangan,yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat.
  Pertentangan bukan selalu berarti antonim kata.
Contoh: Dia sebetulnya pintar tetapi malas kuliah.
  (5) Partikel, yaitu menempatkan paretikel (lah, kah, pun, per) sebelum atau
sesudah kata yang dipentingkan dalam kalimat.
Contoh:
Dalam setiap fase bisnis, tidak seorang manajer-pun yang berani gegabah
dalam mengambil keputusan investasi .

5. Kesejajaran dalam kalimat/paralelisme


Upaya penulis merinci unsur yang sama penting dan sama fungsi secara
kronologis dan logis dalam kalimat. Kesamaan bentuk dalam paralelisme
menjaga pemahaman yang fokus bagi pembaca dan sekaligus menunjukkan
konsistensi sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif adalah
sebagai berikut:
(1) Tentukanlah apakah terdapat kesejajaran bentuk bahasa kalimat atau
paragraf.
  (2) Jika urutan rincian dalam bentuk frasa, maka rincian uraian berikutnya
harus dalam bentuk frasa.
(3) Penomoran dalam rincian harus konsisten.
  (4) Perhatikanlah penempatan tanda baca yang benar.
(5) Hindarilah gejala bahasa yang bermakna sama : seperti; dan lain lain;
antara lain; sebagai berikut; yakni; dalam satu kalimat

Contoh :
Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada: 
hari :…,
tanggal :….,
waktu : ….,
acara : …., dan
tempat : …..

6. Kevariasian dalam kalimat


Upaya penulis menggunakan berbagai pola kalimat dan jenis kalimat untuk
menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca terhadap teks karangan
ilmiah. Fungsi utama kevariasian adalah menjaga perhatian dan minat baca
terhadap teks ilmiah
Hal-hal yang perlu dijaga oleh penulis agar kevariasian kalimat diperoleh
sebagai berikut :
a. Awal kalimat tidak selalu dimulai dengan unsur subjek, tetapi kalimat
b. dapat dimulai dengan predikat dan keterangan sebagai variasi dalam
penataan pola kalimat.
c. Kalimat yang panjang dapat diselingi dengan kalimat yang pendek.
d. Kalimat berita dapat divariasikan dengan kalimat tanya, kalimat perintah,
dan kalimat seruan.
e. Kalimat aktif dapat divareiasikan dengan kalimat pasif.
f. Kalimat tunggal dapat divariasikan dengankalimat majemuk.
g. Kalimat tak langsung dapat divariasikan dengan kalimat langsung.
h. Kalimat yang diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan
tampilan gambar, bagan, grafik, kurva, matrik, dan lain-lain.
i. Apapun bentuk kevariasian yang dilakukan oleh penulis jangan sampai
mengubah atau keluar dari pokok masalah yang dibicarakan.
7. Penalaran dalam kalimat efektif
proses mental dalam mengembangkan pikiran logis (nalar) dari beberapa fakta
atau prinsip (KBBI,2005:772). Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat
melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat.
Hubungan logis dalam kalimat terdiri atas tiga jenis hubungan berikut.
(1) Hubungan logis koordinatif adalah hubungan setara di antara bagian-
bagian kalimat dalam kalimat majemuk setara. Hubungan logis koordinatif
ini ditandai dengan konjungsi (dan, serta, tetapi, atau, melainkan,
sedangkan, padahal)
Contoh: Mobil itu kecil tetapi pajaknya sangat besar.
 
(2) Hubungan logis korelatif adalah hubungan saling kait diantara bagian
kalimat. Hubungan korelatif ini ditandai oleh konjungsi berikut.
Hubungan penambahan : baik….maupun, tidak hanya..., tetapi juga……..
Hubungan perlawanan : tidak….., tetapi….., bukan……., melainkan
 Hubungan pemilihan : apakah…., atau….., entah….entah…… Hubungan
akibat : demikian…..sehingga, sedemikian rupa…sehingga
 Hubungan penegasan : jangankan…..,…..pun…..
(3) Hubungan logis subordinatif adalah hubungan kebergantungan diantara
induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
Beberapa pengusaha UKM dianggap telah mengalami kemajuan usaha yang
signifikan karena mampu mengelola keuangan sesuai dengan sistem yang
telah disosialisasikan oleh para akademisi dari Universitas Surakarta. 
Hubungan subordinatif dalam kalimat majemuk tak setara (bertingkat)
cukup banyak hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yang
ditandai dengan konjungsi-konjungsi berikut :
(a) Hubungan waktu : ketika,setelah, sebelum,
(b) Hubungan syarat : jika,, kalau, jikalau,
(c) Hubungan pengandaian : seandainya andaikan,andai kata,
(d) Hubungan tujuan : untuk, agar,supaya,
(e) Hubungan perlawanan : meskipun,walaupun, kendatipun,
(f) Hubungan pembandiungan : seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih,
(g) Hubungan sebab : sebab,karena, oleh sebab,lantaran,
(h) Hubungan hasil/akibat : sehingga, maka, sampai (sampai)
(i) Hubungan alat : dengan, tanpa
(j) Hubungan cara : dengan, tanpa,
(k) Hubungan pelengkap : bahwa, untuk, apakah
(l) Hubungan keterangan : yang,
(m) Hubungan perbandingan : sama….dengan,
lebih….daripada,berbeda…..dari
 

Anda mungkin juga menyukai