Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pernahkah anda menghadapi masalah? Bagaimanakah kebiasaan anda dalam
menghadapi masalah? Bagimana pemecahannya?. Mungkin kalau orang dihadapkan pada
pertanyaan tersebut, akan mempunyai jawaban yang berbeda-beda, namun yang pasti
adalah semua orang yang mau bertahan hidup dan mempunyai mimpi pasti akan
mendapatkan masalah.
Setiap hari bahkan setiap saat, manusia berhadapan dengan masalah yang menuntut
penyelesaian , mulai dari masalah yang paling sederhana sampai pada masalah yang rumit.
Masalah pada hakikatnya adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diinginkan, atau antara kenyataan dan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut
menempakkan diri dalam bentuk keluhan, keresahan dan kecemasan masalah sosial adalah
kesenjangan antara situasi yang diharapkan dalam kehidupan sekelompok manusia dalam
masyarakat.
Sejauh mana masalah yang dihadapi, dan semampu apa dia menghadapi, dalam islam
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 286, yang artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Berdasarkan ayat tersebut, jelas Allah akan menguji seseorang sesuai dengan
kemampuannya, dalam hal ini, setiap orang pernah mempunyai masalah, dan tentunya
masalah tersebut mennimpa sesuai dengan kemampuan seseorang tersebut, namun tidak
sedikit orang yang mendapatkan masalah akan mengeluh dan merasa terlalu berat dalam
menghadapi masalah tersebut.
Kembali lagi mengacu pada ayat di atas, yang menjadi persoalan bukan pada seberat
apa masalah tersebut, melainkan bagaimana orang tersebut memecahkan masalah. Untuk
itu penting bagi kita tahu bagaimana cara menghadapi masalah, di bawah ini akan dibahas
tentang bagaimana menghadapi masalah (problem solving).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Problem Solving?
2. Apa saja jenis-jenis masalah dalam Problem Solving?
3. Bagaimana pemecahan masalah Problem Solving?
4. Apa yang dimaksud dengan Decision Making?
5. Apa saja fungsi dan tujuan Decision Making?
6. Apa saja jenis-jenis keputusan dalam Decision Making?
7. Apa saja fase-fase dan langkah-langkah dalam Decision Making?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Problem Solving.
2. Untuk Mengetahui jenis-jenis masalah dalam Problem Solving.
3. Untuk Mengetahui bagaimana pemecahan masalah Problem Solving.
4. Untuk mengetahui apa itu Decision Making.
5. Untuk Mengetahui fungsi dan tujuan Decision Making.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan dalam Decision Making.
7. Untuk mengetahui fase-fase dan langkah-langkah dalam Decision Making.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara suatu yang diharapkan dengan suatu kenyataan.
Masalah pada hakikatnya tidak pernah berdiri sendiri atau terisolasi dengan faktor-faktor
3
lainnya. Masalah selalu berkonstelasi dengan faktor lainnya, sehingga menjadi latar
belakang suatu masalah
Masalah adalah suatu situasi dimana seseoorang dihadapkan pada suatu hal yang
memerlukan suatu solusi dimana jalan menuju solusi tersebut tidak secara langsung
diketahui. Dalam kehidupan sehari-hari suatu masalah biasanya, muncul dari segala
sesuatu yang berasal dari masalah pribadi seperti cara terbaik untuk meyebrangi suatu
jalan, sampai kepada permasalahan yang kompleks seperti bagaimana memasang sebuah
sepeda baru.
1. Masalah terstruktur yakni masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan
antara elemen yang hubungannya dipengaruhi oleh pemecah masalah.
2. Masalah terstruktur yakni masalah yang berisi elemen-elemen atau hubungan antar
elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecah masalah dilakukan
oleh manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian tugas besar untuk
memecahkan masalah.
3. Masalah semi terstruktur yakni masalah yang berisi sebagian elemen atau hubungan
elemen yang dimengerti oleh pemecah masalah.
Jenis-jenis Masalah :
Suatu masalah yang tidak berdiri sendiri atau memiliki kaitan erat dengan masalah
yang lainnya sehingga dapat kita sebut masalah dengan skala yang besar.
Contohnya seperti krisis keuangan perusahaan yang berakibat akan timbulnya
permasalahan yang lainnya, seperti masalah pengurangan karyawan, penjualan
asset perusahaan untuk menutupi krisis tersebut.
4
2. Masalah Yang Terstruktur
Suatu masalah yang bersifat rutin dan terjadi berulangkali dan sudah jelas faktor
penyebabnya. Contohnya seperti : masalah penggajian, mutasi, kepangkatan.
Suatu masalah yang bersifat tidak rutin, tidak jelas faktor penyebabnya, pemecahan
masalahnya pun lebih rumit dan lebih lama.
1. Mengidentifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang sangat jelas dan spesifik adalah langkah awal yang
penting. Keberhasilan identifikasi akan mendukung akurasi dan validasi data dalam
proses pemecahan masalah. Dalam mengidentifikasi masalah ada beberapa teknik
yang digunakan, yaitu : dengan teknik pengamatan langsung, teknik consensus
seperti matrik prioritas dan Teknik Analisis data.
2. Mendefinisikan Masalah
3. Mengorganisir Informasi
Informasi yang tersedia akan lebih berkualitas, lebih maksimal dan akurat apabila
diorganisir atau diatur dengan baik sehingga lebih siap dengan solusi yang akurat
kedepannya.
5
4. Membentuk suatu Strategi
5. Mengalokasikan Sumber
6. Membuat Keputusan
Setelah melalui beberapa tahapan dan menghasilkan berbagai macam opsi, langkah
selanjutnya adalah mengambil keputusan melalui sikap realistis dan berfikir yang
logis atas kelebihan dan kekurangan potensi masing-masing opsi untuk memilih
beberapa opsi yang diinginkan.
Setelah Solusi telah diputuskan atau ditetapkan dan dalam proses pelaksanaan
untuk pemecahan masalah, langkah berikutnya adalah melakukan pemantauan
secara berulang dari waktu ke waktu untuk mengukur apakah menunjukkan
pergerakkan ke arah tujuan atau tidak sama sekali.
8. Mengevaluasi
Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi
yang penting untuk dilakukan suatu evaluasi atau penilaian. Apakah solusi tersebut
6
tetap dilanjutkan, menyarankan perbaikan, dilakukan revisi atau dihentikan sama
sekali jika tidak ada kemajuan sedikit pun.
7
2. Tujuan Yang Bersifat Ganda, terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut
lebih dari satu masalah, artinya bahwa keputusan yang diambil itu sekaligus
memecahkan dua masalah atau lebih, yang bersifat kontradiktif atau yang tidak
kontradiktif.
8
Sementara keputusan yang terprogram dapat dibuat dalam situasi yang melibatkan
kejelasan, sebagian besar situasi yang harus ditangani manajer setiap hari terdiri atas setidaknya
tingkat ketidakjelasan dan mengharuskan adanya pengambilan keputusan yang tidak
terprogram.
1) Kejelasan (Certainly)
Kondisi pengambilan keputusan saat seorang manajer mempunyai informasi yang akurat, dapat
diukur dan dapat diandalkan tentang hasil dari berbagai alternatif yang sedang
dipertimbangkan.
2) Resiko (Risk)
Sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan yang jelas dan informasi yang baik selalu
tersedia, tetapi hasilnya di masa depan yang berhubungan dengan setiap alternatif belum lah
pasti. Namun, informasi yang cukup selalu tersedia bagi kemungkinan diperkirakannya hasil
yang sukses untuk setiap alternatif. Analisis statistik dapat digunakan untuk menghitung
kemungkinan untuk mengalami kegagalan dan keberhasilan. Pengukuran risiko akan mencegah
peristiwa-peristiwa di masa depan yang dapat menggagalkan alternatif solusi yang di ambil.
3) Ketidakjelasan (Uncertainly)
Artinya adalah bahwa manajer mengetahui tujuan mana yang ingin dicapainya, tetapi informasi
tentang alternatif-alternatif dan peristiwa di masa depan tidaklah lengkap. Faktor-faktor yang
mungkin akan mempengaruhi sebuah keputusan, seperti masalah harga, biaya produksi,
volume, dan suku bunga di masa yang akan datang, adalah persoalan yang sulit untuk dianalisis
dan diperkirakan.
9
tersedia. Situasi yang benar-benar ambigu dapat menciptakan apa yang terkadang disebut
dengan masalah keputusan yang gagal. Keputusan yang gagal adalah keputusan yang
mendatangkan konflik dan bukan mencapai tujuan serta alternatif keputusan, membuat keadaan
yang tidak stabil, tidak memiliki informasi dan link yang jelas di antara unsur-unsur penting
dalam mengambil keputusan.
10
4) Pengambil keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika untuk
menetapkan nilai-nilai, membuat pilihan, mengevaluasi alternatif, dan
mengambil keputusan yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.
Model klasik dalam mengambil keputusan dianggap sebagai model yang normatif, yang
berarti bahwa model ini menentukan bagaimana seorang pengambil keputusan seharusnya
mengambil keputusan. Model ini tidak benar-benar menggambarkan bagaimana cara
manager mengambil keputusan, seperti dengan memberikan panduan dalam mendapatkan
keluaran yang ideal bagi perusahaan. Pendekatan yang ideal dan rasional yang ada dalam
model klasik ini sering kali tidak mampu dilakukan oleh orang-orang di organisasi, tetapi
model ini memiliki nilai karena model ini membantu pengambil keputusan untuk lebih
rasional dan tidak sepenuhnya mengandalkan pilihan pribadi dalam mengambil keputusan.
Model klasik ini paling berguna jika diterapkan untuk keputusan terprogram dan untuk
keputusan-keputusan dengan kepastian dan risiko yang jelas dimana terdapat informasi
yang berhubungan dan kemungkinan-kemungkinan pun dapat diperhitungkan.
11
Simon mengajukan dua konsep yang dapat berperan dalam membentuk model
administrative yaitu :
1. Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) konsep bahwa manusia memiliki
waktu dan kemampun kognitif untuk memproses informasi dalam jumlah yang
terbatas yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
2. Pemuasan (satisficing) berarti bahwa seorang pengambil keputusan memilih
alternatif solusi pertama yang dapat memuaskan kriteria minimal dalam membuat
sebuah keputusan yang baik, meskipun solusi yang lebih baik bisa jadi akan
terpikirkan nanti.
Model administratif mengandalkan asumsi yang berbeda dari asumsi-asumsi pada model
klasik, dan model administratif ini berfokus pada faktor-faktor di organisasi yang
memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan individu Menurut model
administrative yaitu :
1) Tujuan-tujuan dari pengambilan keputusan sering kali tidak jelas, bertentangan dan
kurang adanya konsensus di antara para manajer.
2) Prosedur rasional tidak selalu digunakan, dan ketika prosedur rasional digunakan,
prosedur ini dibatasi hingga menjadi sebuah cara sederhana dalam memandang
masalah yang tidak menangkap kompleksitas dari hal-hal yang sebenarnya terjadi
dalam organisasi.
3) Pencarian untuk menemukan alternatif yang dilakukan oleh manajer bersifat terbatas
karena manusia, informasi, dan sumber daya pun bersifat terbatas.
4) Sebagian besar manajer akhirnya melakukan pemuasan daripada mencari solusi
yang paling baik, karena sebagian maanajer-manajer tersebut memiliki keterbatasan
informasi dan sebagian lagi karena mereka hanya memiliki kriteria yang tidak jelas
untuk mencari solusi yang paling baik.
Aspek lain dari pengambilan keputusan dengan model administatif yaitu intuisi (intuition)
adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan pengalaman di masa
lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi
tidaklah sewenang-wenang atau tidak rasional karena didasarkan pada pengalaman aktif
12
selama bertahun-tahun yang memungkinkan manajer untuk menentukan solusi dengan
cepat tanpa harus melalui perhitungan yang sangat seksama.
C. Model Politik
Model pengambilan keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat keputusan
yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya terbatas, dan adanya konflik
antara manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan dilakukan.
Sebuah koalisi (coalition) adalah sebuah aliansi tidak resmi di antara manajer-manajer yang
mendukung sebuah tujuan tertentu. Pembangunan koalisi adalah proses pembentukan aliansi di
antara manajer-manajer. Pembangunan koalisi memberikan kesempatan bagi manajer-manajer
untuk berkontribusi dalam mengambil keputusan, dengan meningkatkan komitmen mereka
pada alternatif yang akhirnya mereka pilih. Model politik sangatlah mewakili lingkungan
politik yang asli dimana sebagian besar manajer dan para pengambil keputusan bekerja.
Keputusan adalah sesuatu yang kompleks dan melibatkan banyak orang, informasi sering kali
ambigu, dan ketidaksepakatan serta konflik di setiap masalah dan juga solusi adalah hal yang
biasa ada. Model politik dimulai dengan empat asumsi dasar:
1) Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai
yang beragam. Para manajer biasanya tidak sepakat dalam menentukan prioritas
masalah dan mungkin tidak mengerti atau memiliki tujuan dan kepentingan yang sama
dengan sesama manajer lain.
2) Informasi sering kali ambigu dan tidak lengkap. Usaha untuk mengambil keputusan
dengan rasional terbatasi oleh komplesitas banyak hal dan juga batasan-batasan yang
datang dari diri sendiri ataupun organisasi.
3) Para manajer tidak memiliki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental untuk
mengenali semua dimensi masalah dan memproses semua informasi yang relevan.
Manajer saling berbincang satu sama lain dan bertukar pikiran guna mengumpulkan
informasi dan mengurangi ambiguitas.
4) Manajer terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan mendiskusikan
alternatif-alternatifnya. Keputusan adalah hasil tawar-menawar dan diskusi di antara
anggota-anggota koalisi.
13
D. Ciri-Ciri Model Pengambilan Keputusan Klasik, Administratif
Dan Politik
Model Klasik Model Administratif Model Politik
Permasalahan dan tujuan Permasalahan dan tujuan Tujuan yang banyak dan
yang jelas yang tidak jelas bertentangan
Kondisi dengan kepastian Kondisi dengan Kondisi dengan
ketidakpastian ketidakpastian/ambiguitas
Informasi yang lengkap Informasi yang terbatas akan Sudut pandang yang tidak
akan alternatif dan alternatif dan keluarannya konsisten, informasi yang
keluarannya ambigu
14
2. Perancangan Penyelesaian Masalah (Design)
Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternative pemecahan masalah. Tahap perancangan
meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin dilakukan.
15
Diagnosis adalah langkah dalam proses pengambilan keputusan di mana manajer menganalisis
faktor-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan situasi penting. Kepner dan
Tregoe, yang melakukan penelitian ekstensif tentang pengambilan keputusan yang dilakukan
manajer, menyarankan bahwa manajer menanyakan serangkaian pertanyaan untuk
menspesifikasikan sebab-sebab penting. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan membantu
mengenali apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa.
3. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternatif bertujuan untuk membuat solusi alternatif yang akan menjawab
kebutuhan yang ada dan memperbaiki sebab yang mendasarinya. Untuk keputusan yang
terprogram, alternatif-alternatif dapat dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah
tersedia dalam peraturan dan prosedur organisasi. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat di
bawah kondisi dengan ketidakpastian yang tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu
atau dua solusi yang akan bisa jadi pemuasan dalam mengatasi masalah. Namun, penelitian
menunjukkan bahwa membatasi pencarian alternatif merupakan sebab utama gagalnya
pengambilan keputusan di organisasi.
16
digunakan untuk mewujudkan keputisan ini dan menggerakkan para pegawai untuk lebih
berkomitmen.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajemen dimana pihak terkait
melakukan pertimbangan dan menjatuhkan pilihan yang meliputi merumuskan masalah,
menganalisa masalah, menentukan dan mengembangkan alternatif, mengambil tindakan
berdasarkan hasil pertimbangan, dan melakukan evaluasi.
Pengambilan keputusan sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemecahan masalah
dalam kegiatan manajemen. hal ini diharapkan dapat membantu kegiatan-kegiatan organisasi
dalam mencapai tujuan organisasinya. dengan kata lain, pengambilan keputusan dimaksudkan
untuk memecahkan masalah dalam kegiatan organisasi.
Keputusan dapat dilakukan secara mendadak, hal ini bisa dikarenakan keadaan yang tidak
memungkinkan untuk merumuskan keputusan terlebih dahulu; dan pengambilan keputusan
yang didasarkan pada kegiatan rutin sehingga dapat dirumuskan terlebih dahulu.
3.2 SARAN
Pengambilan keputusan baik dalam organisasi, perusahaan, maupun dalam lembaga
pemerintahan yang berhubungan dengan proses manajemen merupakan bagian dari kegiatan
manajemen yang sangat vital berkaitan dengan hari depan/masa yang akan datang, dimana
efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. Karena itu setiap aspek dari pengambilan
keputusan aruslah diperhatikan dengan saksama tanpa meninggalkan sedikitpun celah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Daft, L, Richard, 2010, Era Baru Manajemen, Edisi 9, Salemba Empat.
Syamsi, Ibnu. 1989. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara.
19