Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pernahkah anda menghadapi masalah? Bagaimanakah kebiasaan anda dalam
menghadapi masalah? Bagimana pemecahannya?. Mungkin kalau orang dihadapkan pada
pertanyaan tersebut, akan mempunyai jawaban yang berbeda-beda, namun yang pasti
adalah semua orang yang mau bertahan hidup dan mempunyai mimpi pasti akan
mendapatkan masalah.
Setiap hari bahkan setiap saat, manusia berhadapan dengan masalah yang menuntut
penyelesaian , mulai dari masalah yang paling sederhana sampai pada masalah yang rumit.
Masalah pada hakikatnya adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diinginkan, atau antara kenyataan dan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut
menempakkan diri dalam bentuk keluhan, keresahan dan kecemasan masalah sosial adalah
kesenjangan antara situasi yang diharapkan dalam kehidupan sekelompok manusia dalam
masyarakat.
Sejauh mana masalah yang dihadapi, dan semampu apa dia menghadapi, dalam islam
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 286, yang artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Berdasarkan ayat tersebut, jelas Allah akan menguji seseorang sesuai dengan
kemampuannya, dalam hal ini, setiap orang pernah mempunyai masalah, dan tentunya
masalah tersebut mennimpa sesuai dengan kemampuan seseorang tersebut, namun tidak
sedikit orang yang mendapatkan masalah akan mengeluh dan merasa terlalu berat dalam
menghadapi masalah tersebut.
Kembali lagi mengacu pada ayat di atas, yang menjadi persoalan bukan pada seberat
apa masalah tersebut, melainkan bagaimana orang tersebut memecahkan masalah. Untuk
itu penting bagi kita tahu bagaimana cara menghadapi masalah, di bawah ini akan dibahas
tentang bagaimana menghadapi masalah (problem solving).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Problem Solving?
2. Apa saja jenis-jenis masalah dalam Problem Solving?
3. Bagaimana pemecahan masalah Problem Solving?
4. Apa yang dimaksud dengan Decision Making?
5. Apa saja fungsi dan tujuan Decision Making?
6. Apa saja jenis-jenis keputusan dalam Decision Making?
7. Apa saja fase-fase dan langkah-langkah dalam Decision Making?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Problem Solving.
2. Untuk Mengetahui jenis-jenis masalah dalam Problem Solving.
3. Untuk Mengetahui bagaimana pemecahan masalah Problem Solving.
4. Untuk mengetahui apa itu Decision Making.
5. Untuk Mengetahui fungsi dan tujuan Decision Making.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan dalam Decision Making.
7. Untuk mengetahui fase-fase dan langkah-langkah dalam Decision Making.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problem Solving


Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan
masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat
diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151).
Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk
ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai
tahap application selanjutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam
penyelesaian masalah tersebut. (Qruztyan. Blogs. Friendster.com).
Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah
berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan
langkah-langkah berikutnya sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan
spesifik (Qrustian Blogs Friendster.com).
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian
bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh
siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah
metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha
untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri
Djamara.

2.2 Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara suatu yang diharapkan dengan suatu kenyataan.
Masalah pada hakikatnya tidak pernah berdiri sendiri atau terisolasi dengan faktor-faktor

3
lainnya. Masalah selalu berkonstelasi dengan faktor lainnya, sehingga menjadi latar
belakang suatu masalah
Masalah adalah suatu situasi dimana seseoorang dihadapkan pada suatu hal yang
memerlukan suatu solusi dimana jalan menuju solusi tersebut tidak secara langsung
diketahui. Dalam kehidupan sehari-hari suatu masalah biasanya, muncul dari segala
sesuatu yang berasal dari masalah pribadi seperti cara terbaik untuk meyebrangi suatu
jalan, sampai kepada permasalahan yang kompleks seperti bagaimana memasang sebuah
sepeda baru.

Masalah memiliki beberapa struktur diantaranya        :

1. Masalah terstruktur yakni masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan
antara elemen yang hubungannya dipengaruhi oleh pemecah masalah.
2. Masalah terstruktur yakni masalah yang berisi elemen-elemen atau hubungan antar
elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecah masalah dilakukan
oleh manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian tugas besar untuk
memecahkan masalah.
3. Masalah semi terstruktur yakni masalah yang berisi sebagian elemen atau hubungan
elemen yang dimengerti oleh pemecah masalah.

Jenis-jenis Masalah   :

1. Masalah yang Rumit

Suatu masalah yang tidak berdiri sendiri atau memiliki kaitan erat dengan masalah
yang lainnya sehingga dapat kita sebut masalah dengan skala yang besar.
Contohnya seperti krisis keuangan perusahaan yang berakibat akan timbulnya
permasalahan yang lainnya, seperti masalah pengurangan karyawan, penjualan
asset perusahaan untuk menutupi krisis tersebut.

4
2. Masalah Yang Terstruktur

Suatu masalah yang bersifat rutin dan terjadi berulangkali dan sudah jelas faktor
penyebabnya. Contohnya seperti : masalah penggajian, mutasi, kepangkatan.

3. Masalah Yang Tidak Terstruktur

Suatu masalah yang bersifat tidak rutin, tidak jelas faktor penyebabnya, pemecahan
masalahnya pun lebih rumit dan lebih lama.

2.3 Pemecahan Masalah

1. Mengidentifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang sangat jelas dan spesifik adalah langkah awal yang
penting. Keberhasilan identifikasi akan mendukung akurasi dan validasi data dalam
proses pemecahan masalah. Dalam mengidentifikasi masalah ada beberapa teknik
yang digunakan, yaitu : dengan teknik pengamatan langsung, teknik consensus
seperti matrik prioritas dan Teknik Analisis data.

2. Mendefinisikan Masalah

Setelah masalah telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan


masalah yang kemudian akan menjadi informasi lebih rinci. Selanjutnya dapat
ditetapkan signifikansi masalah dan prioritas masalah sehingga akan lebih efisien
dalam pemecahan masalah. Ini juga merupakan langkah awal menuju mendapatkan
pendanaan dan rencana untuk mengalokasikan sumber daya untuk proses
pemecahan masalah.

3. Mengorganisir Informasi

Informasi yang tersedia akan lebih berkualitas, lebih maksimal dan akurat apabila
diorganisir atau diatur dengan baik sehingga lebih siap dengan solusi yang akurat
kedepannya.

5
4. Membentuk suatu Strategi

Selanjutnya adalah mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah. Banyak


strategi yang dapat digunakan tergantung pada jenis dan beratnya masalah yang
dihadapi.

5. Mengalokasikan Sumber

Sebelum mulai untuk memecahkan masalah, Prioritas masalah yang telah


ditetapkan pada langkah sebelumnya sangat diperlukan dalam mengalokasikan
sumber daya yang dimiliki, baik itu SDM, anggaran atau sumber daya yang lain.
Untuk masalah yang penting, mungkin selayaknya mengalokasikan lebih banyak
sumber daya untuk proses pemecahan masalah, karena supaya lebih cepat tuntas
atau tidak berlarut-larut masalah tersebut dan tidak menimbulkan masalah lainnya
yang berkaitan.

6. Membuat Keputusan

Setelah melalui beberapa tahapan dan menghasilkan berbagai macam opsi, langkah
selanjutnya adalah mengambil keputusan melalui sikap realistis dan berfikir yang
logis atas kelebihan dan kekurangan potensi masing-masing opsi untuk memilih
beberapa opsi yang diinginkan.

7. Pemantauan Kemajuan (Monitoring)

Setelah Solusi telah diputuskan atau ditetapkan dan dalam proses pelaksanaan
untuk pemecahan masalah, langkah berikutnya adalah melakukan pemantauan
secara berulang dari waktu ke waktu untuk mengukur apakah menunjukkan
pergerakkan ke arah tujuan atau tidak sama sekali.

8. Mengevaluasi

Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi
yang penting untuk dilakukan suatu evaluasi atau penilaian. Apakah solusi tersebut

6
tetap dilanjutkan, menyarankan perbaikan, dilakukan revisi atau dihentikan sama
sekali jika tidak ada kemajuan sedikit pun.

2.4 Pengambilan Keputusan (Decision Making)


Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari alternatif-alternatif yang ada.
Banyak orang menyangka bahwa membuat pilihan adalah bagian yang besar dalam proses
pengambilan keputusan, tetapi tidak. Membuat pilihan hanyalah satu bagian saja.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses dalam mengenali masalah-masalah
dan peluang-peluang untuk kemudian dipecahkan. Pengambilan keputusan mengharuskan
adanya usaha baik sebelum ataupun sesudah dibuatnya pilihan yang nyata.
Intisari pengambilan keputusan yaitu perumusan beberapa alternatif tindakan dalam menggarap
situasi yang dihadapi, serta menetapkan pilihan yang tepat antara beberapa alternatif yang
tersedia setelah diadakan evaluasi mengenai efektivitas alternatif tersebut untuk mencapai
tujuan para pengambil keputusan.

2.5 Fungsi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara
individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara
organisasional.
2. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa akan
datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

2.6 Tujuan Pengambilan Keputusan


Tujuan dalam pengambilan keputusan antara lain :
1. Tujuan Yang Bersifat Tunggal, terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan
masalah lain.

7
2. Tujuan Yang Bersifat Ganda, terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut
lebih dari satu masalah, artinya bahwa keputusan yang diambil itu sekaligus
memecahkan dua masalah atau lebih, yang bersifat kontradiktif atau yang tidak
kontradiktif.

2.7 Jenis-Jenis Keputusan


Keputusan-keputusan dalam manajemen dibagi dalam 2 jenis yaitu :
1. Keputusan Yang Terprogram (Programmed Decision)
Penyelesaian masalah rutin yang ditetapkan dengan peraturan, prosedur atau kebiasaan. Contoh
: Manajer produksi dari PT. ALI SUKSES selalu melakukan kegiatan rutin disetiap awal bulan,
yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk persediaan.

2. Keputusan Tidak Terprogram (Nonprogrammed Decision)


Penyelesaian spesifik yang diciptakan lewat proses tidak terstruktur untuk menangani masalah
non rutin. Keputusan ini biasanya terjadi di manajemen tingkat atas Informasi untuk
pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah
tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yang
sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Contoh : Pak Ali adalah
seorang Presiden Direktur PT. Angkasa. Ia harus selalu bisa mengambil keputusan dengan
cepat demi kelangsungan perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil berdasarkan
informasi pasar yang harus selalu ia ketahui. Contohnya adalah harga saham yang selalu
berubah. Dia harus bisa menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga saham perusahaan pada
bursa efek bisa selalu stabil.

Menghadapi Kejelasan Dan Ketidakjelasan


Setiap situasi saat pengambilan keputusan dapat diatur dalam sebuah skala sesuai dengan
ketersediaan informasi dan kemungkinan akan kegagalan. Empat posisi dalam skala tersebut
adalah kejelasan, resiko, ketidakjelasan, dan ambiguitas.

8
Sementara keputusan yang terprogram dapat dibuat dalam situasi yang melibatkan
kejelasan, sebagian besar situasi yang harus ditangani manajer setiap hari terdiri atas setidaknya
tingkat ketidakjelasan dan mengharuskan adanya pengambilan keputusan yang tidak
terprogram.

1) Kejelasan (Certainly)
Kondisi pengambilan keputusan saat seorang manajer mempunyai informasi yang akurat, dapat
diukur dan dapat diandalkan tentang hasil dari berbagai alternatif yang sedang
dipertimbangkan.

2) Resiko (Risk)
Sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan yang jelas dan informasi yang baik selalu
tersedia, tetapi hasilnya di masa depan yang berhubungan dengan setiap alternatif belum lah
pasti. Namun, informasi yang cukup selalu tersedia bagi kemungkinan diperkirakannya hasil
yang sukses untuk setiap alternatif. Analisis statistik dapat digunakan untuk menghitung
kemungkinan untuk mengalami kegagalan dan keberhasilan. Pengukuran risiko akan mencegah
peristiwa-peristiwa di masa depan yang dapat menggagalkan alternatif solusi yang di ambil.

3) Ketidakjelasan (Uncertainly)
Artinya adalah bahwa manajer mengetahui tujuan mana yang ingin dicapainya, tetapi informasi
tentang alternatif-alternatif dan peristiwa di masa depan tidaklah lengkap. Faktor-faktor yang
mungkin akan mempengaruhi sebuah keputusan, seperti masalah harga, biaya produksi,
volume, dan suku bunga di masa yang akan datang, adalah persoalan yang sulit untuk dianalisis
dan diperkirakan.

4) Ambiguitas Dan Konflik Ambiguitas (Ambiguity)


Adalah situasi paling sulit dalam pengambilan keputusan. Ambiguitas berarti bahwa tujuan-
tujuan yang akan dicapai atau permasalahan-permasalahan yang hendak dipecahkan tidak jelas,
alternatif-alternatif sangatlah sulit ditentukan, dan informasi mengenai hasilnya nanti tidaklah

9
tersedia. Situasi yang benar-benar ambigu dapat menciptakan apa yang terkadang disebut
dengan masalah keputusan yang gagal. Keputusan yang gagal adalah keputusan yang
mendatangkan konflik dan bukan mencapai tujuan serta alternatif keputusan, membuat keadaan
yang tidak stabil, tidak memiliki informasi dan link yang jelas di antara unsur-unsur penting
dalam mengambil keputusan.

2.8 Model Pengambilan Keputusan


Pendekatan-pendekatan yang digunakan seorang manajer untuk mengambil keputusan
biasanya berupa salah satu dari 3 jenis yaitu model klasik, model administratif, atau model
politik. Model yang akan dipakai bergantung pada pilihan pribadi sang manajer, baik keputusan
tersebut bersifat terprogram atau tidak terprogram serta dengan tingkat ketidakjelasan yang
lebih tinggi.

A. Model Yang Ideal Dan Rasional


 Model Klasik (Classical Model)
Model klasik (classical model) dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi
ekonomi rasional dan keyakinan manajer tentang seperti apakah seharusnya pengambilan
keputusan yang ideal itu. Model klasik ini telah muncul dalam literatur manajemen karena
manajer diharapkan untuk mengambil keputusan yang pantas secara ekonomi dan demi
kepentingan ekonomi perusahaan. Empat asumsi yang menggarisbawahi model ini adalah
sebagai berikut.
1) Pengambil keputusan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah
diketahui dan disepakati. Masalah-masalah harus dirumuskan dan ditentukan
dengan tepat.
2) Pengambil keputusan bekerja keras dalam kondisi ketidakpastian, dengan
mengumpulkan informasi yang lengkap. Semua alternatif dan hasil yang
mungkin didapatkan harus diperhitungkan.
3) Kriteria untuk mengevaluasi pilihan alternatif harus diketahui. Pengambil
keputusan memilih alternatif yang akan memaksimalkan laba bagi organisasi.

10
4) Pengambil keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika untuk
menetapkan nilai-nilai, membuat pilihan, mengevaluasi alternatif, dan
mengambil keputusan yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.

Model klasik dalam mengambil keputusan dianggap sebagai model yang normatif, yang
berarti bahwa model ini menentukan bagaimana seorang pengambil keputusan seharusnya
mengambil keputusan. Model ini tidak benar-benar menggambarkan bagaimana cara
manager mengambil keputusan, seperti dengan memberikan panduan dalam mendapatkan
keluaran yang ideal bagi perusahaan. Pendekatan yang ideal dan rasional yang ada dalam
model klasik ini sering kali tidak mampu dilakukan oleh orang-orang di organisasi, tetapi
model ini memiliki nilai karena model ini membantu pengambil keputusan untuk lebih
rasional dan tidak sepenuhnya mengandalkan pilihan pribadi dalam mengambil keputusan.
Model klasik ini paling berguna jika diterapkan untuk keputusan terprogram dan untuk
keputusan-keputusan dengan kepastian dan risiko yang jelas dimana terdapat informasi
yang berhubungan dan kemungkinan-kemungkinan pun dapat diperhitungkan.

B. Bagaimanakah Sebenarnya Manajer Mengambil Keputusan


 Model Administratif (Administrative Model)
Sebuah model dalam pengambilan keputusan yang menggambarkan bagaimana manager
sebenarnya membuat keputusan dalam situasi yang dicirikan dengan keputusan yang tidak
terprogram, ketidakpastian dan ambiguitas. Model administratif dianggap bersifat deskriptif
(descriptive) yang artinya model ini menggambarkan bagaimana manajer benar-benar
melakukan pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, dan bukannya mendikte
bagaimana manajer seharusnya mengambil keputusan berdasarkan teori ideal. Model
administratif mengenali keterbatasan yang dimiliki manusia dan lingkungan yang
memengaruhi tingkat rasionalitas manajer dalam proses pengambilan keputusan. Dalam
situasi situasi yang sulit, seperti situasi yang dicirkan oleh pengambilan keputusan yang
tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas, manajer biasanya tidak mampu membuat
keputusan yang rasional secara ekonomi bahkan jika sebenarnya ia menginginkan. model
administratif dalam pengambilan keputusan didasarkan pada karya Herbert A. Simon.

11
Simon mengajukan dua konsep yang dapat berperan dalam membentuk model
administrative yaitu :
1. Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) konsep bahwa manusia memiliki
waktu dan kemampun kognitif untuk memproses informasi dalam jumlah yang
terbatas yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
2. Pemuasan (satisficing) berarti bahwa seorang pengambil keputusan memilih
alternatif solusi pertama yang dapat memuaskan kriteria minimal dalam membuat
sebuah keputusan yang baik, meskipun solusi yang lebih baik bisa jadi akan
terpikirkan nanti.

Model administratif mengandalkan asumsi yang berbeda dari asumsi-asumsi pada model
klasik, dan model administratif ini berfokus pada faktor-faktor di organisasi yang
memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan individu Menurut model
administrative yaitu :
1) Tujuan-tujuan dari pengambilan keputusan sering kali tidak jelas, bertentangan dan
kurang adanya konsensus di antara para manajer.
2) Prosedur rasional tidak selalu digunakan, dan ketika prosedur rasional digunakan,
prosedur ini dibatasi hingga menjadi sebuah cara sederhana dalam memandang
masalah yang tidak menangkap kompleksitas dari hal-hal yang sebenarnya terjadi
dalam organisasi.
3) Pencarian untuk menemukan alternatif yang dilakukan oleh manajer bersifat terbatas
karena manusia, informasi, dan sumber daya pun bersifat terbatas.
4) Sebagian besar manajer akhirnya melakukan pemuasan daripada mencari solusi
yang paling baik, karena sebagian maanajer-manajer tersebut memiliki keterbatasan
informasi dan sebagian lagi karena mereka hanya memiliki kriteria yang tidak jelas
untuk mencari solusi yang paling baik.
Aspek lain dari pengambilan keputusan dengan model administatif yaitu intuisi (intuition)
adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan pengalaman di masa
lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi
tidaklah sewenang-wenang atau tidak rasional karena didasarkan pada pengalaman aktif

12
selama bertahun-tahun yang memungkinkan manajer untuk menentukan solusi dengan
cepat tanpa harus melalui perhitungan yang sangat seksama.

C. Model Politik
Model pengambilan keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat keputusan
yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya terbatas, dan adanya konflik
antara manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan dilakukan.
Sebuah koalisi (coalition) adalah sebuah aliansi tidak resmi di antara manajer-manajer yang
mendukung sebuah tujuan tertentu. Pembangunan koalisi adalah proses pembentukan aliansi di
antara manajer-manajer. Pembangunan koalisi memberikan kesempatan bagi manajer-manajer
untuk berkontribusi dalam mengambil keputusan, dengan meningkatkan komitmen mereka
pada alternatif yang akhirnya mereka pilih. Model politik sangatlah mewakili lingkungan
politik yang asli dimana sebagian besar manajer dan para pengambil keputusan bekerja.
Keputusan adalah sesuatu yang kompleks dan melibatkan banyak orang, informasi sering kali
ambigu, dan ketidaksepakatan serta konflik di setiap masalah dan juga solusi adalah hal yang
biasa ada. Model politik dimulai dengan empat asumsi dasar:
1) Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai
yang beragam. Para manajer biasanya tidak sepakat dalam menentukan prioritas
masalah dan mungkin tidak mengerti atau memiliki tujuan dan kepentingan yang sama
dengan sesama manajer lain.
2) Informasi sering kali ambigu dan tidak lengkap. Usaha untuk mengambil keputusan
dengan rasional terbatasi oleh komplesitas banyak hal dan juga batasan-batasan yang
datang dari diri sendiri ataupun organisasi.
3) Para manajer tidak memiliki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental untuk
mengenali semua dimensi masalah dan memproses semua informasi yang relevan.
Manajer saling berbincang satu sama lain dan bertukar pikiran guna mengumpulkan
informasi dan mengurangi ambiguitas.
4) Manajer terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan mendiskusikan
alternatif-alternatifnya. Keputusan adalah hasil tawar-menawar dan diskusi di antara
anggota-anggota koalisi.

13
D. Ciri-Ciri Model Pengambilan Keputusan Klasik, Administratif
Dan Politik
Model Klasik Model Administratif Model Politik
Permasalahan dan tujuan Permasalahan dan tujuan Tujuan yang banyak dan
yang jelas yang tidak jelas bertentangan
Kondisi dengan kepastian Kondisi dengan Kondisi dengan
ketidakpastian ketidakpastian/ambiguitas

Informasi yang lengkap Informasi yang terbatas akan Sudut pandang yang tidak
akan alternatif dan alternatif dan keluarannya konsisten, informasi yang
keluarannya ambigu

Pilihan rasional oleh Pilihan pemuasan untuk Tawar-menawar dan


individu untuk menyelesaikan masalah diskusi diantara anggota-
memaksimalkan keluaran dengan menggunakan intuisi anggota koalisi

Fase-Fase Dalam Pengambilan Keputusan


Fase-fase pengambilan keputusan akan mempengaruhi perancangan sistem informasi.
Sebuah model terkenal mengenai proses pengambilan keputusan yang diketengahkan oleh
Hebert A. Simon terdiri dari 4 tahap, yaitu :

1. Penelusuran Lingkup Masalah (Intelligence)


Pengumpulan informasi untuk mengindetifikasikan permasalahan. Intelegensi dalam
pengambilan keputusan meliputi pemindaian (scanning) lingkungan. Inteligensi mencakup
berbagai aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang – peluang masalah. tahap
inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran organisasional yang
berkaitan dengan isu yang terkait dan menentukan apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Data
masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

14
2. Perancangan Penyelesaian Masalah (Design)
Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternative pemecahan masalah. Tahap perancangan
meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin dilakukan.

3. Pemilihan Tindakan (Choice)


Tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yang disediakan. Tahap pemilihan meliputi
pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang tepat untuk model.

4. Pelaksanaan Tindakan (Implementation)


Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.

Langkah-Langkah Dalam Pengambilan Keputusan


Baik sebuah keputusan itu terprogram atau tidak terprogram dan baik model yang
dipilih manajer itu klasik, administrative, atau politik, ada 6 langkah yang biasanya dianggap
sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif . antara lain :

1. Pengenalan Syarat-Syarat Sebuah Keputusan


Manajer menghadapi syarat-syarat dalam mengambil sebuah keputusan dalam bentuk masalah
maupun peluang. Sebuah masalah (problem) muncul ketika pencapaian organisasi kurang dari
tujuan yang telah ditentukan. Ada beberapa aspek dari kinerja bisnis yang tidak memuaskan.
Sebuah peluang (opportunity) muncul ketika manajer melihat pencapaian yang potensial yang
melebihi tujuan organisasi saat itu. Manajer melihat kemungkinan untuk meningkatkan kinerja
di atas kinerja kerja yang selama ini telah dilakukan. Kesadaran akan masalah dan peluang
merupakan langkah awal dalam rangkaian dan menuntut adanya pengamatan terhadap
lingkungan internal dan eksternal akan persoalan-persoalan yang pantas diperhatikan oleh para
eksekutif.

2. Diagnosis Dan Analisis Sebab-Akibat

15
Diagnosis adalah langkah dalam proses pengambilan keputusan di mana manajer menganalisis
faktor-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan situasi penting. Kepner dan
Tregoe, yang melakukan penelitian ekstensif tentang pengambilan keputusan yang dilakukan
manajer, menyarankan bahwa manajer menanyakan serangkaian pertanyaan untuk
menspesifikasikan sebab-sebab penting. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan membantu
mengenali apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa.

3. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternatif bertujuan untuk membuat solusi alternatif yang akan menjawab
kebutuhan yang ada dan memperbaiki sebab yang mendasarinya. Untuk keputusan yang
terprogram, alternatif-alternatif dapat dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah
tersedia dalam peraturan dan prosedur organisasi. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat di
bawah kondisi dengan ketidakpastian yang tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu
atau dua solusi yang akan bisa jadi pemuasan dalam mengatasi masalah. Namun, penelitian
menunjukkan bahwa membatasi pencarian alternatif merupakan sebab utama gagalnya
pengambilan keputusan di organisasi.

4. Pemilihan Alternatif Yang Dikehendaki


Setelah beberapa alternatif berhasil di kembangkan, organisasi harus memilih satu alternatif.
Pilihan keputusan adalah seleksi dari arah tindakan alternatif yang paling menjanjikan. Yang
terbaik adalah yang solusinya paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai keseluruhan
organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan sumber daya paling
sedikit. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan resiko dan ketidakpastian paling sedikit.
Dikarenakan beberapa resiko selalu ada dalam keputusan yang tidak terprogram, manajer
mencoba untuk mengukur prospek-prospek menuju sukses. Manajer dapat mengandalkan
intuisi dan pengalaman untuk memperkirakan jika suatu arah tindakan sekiranya akan berhasil.

5. Penerapan Alternatif Terpilih


Tahap penerapan (implementation) adalah tahap di mana kemampuan manajerial, administratif,
dan persuasif yang dimiliki seorang manajer akan digunakan untuk menjamin bahwa alternatif
terpilih akan dijalankan. Keahlian dalam berkomunikasi, memotivasi, dan memimpin harus

16
digunakan untuk mewujudkan keputisan ini dan menggerakkan para pegawai untuk lebih
berkomitmen.

6. Evaluasi dan umpan balik


Pada tahap evaluasi, yang merupakan bagian proses pengambilan keputusan, para pengambil
keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa baiknya mereka menerapkan
keputusan yang telah mereka ambil dan apakah penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan
mereka. Umpan balik adalah hal yang penting karena pengambilan keputusan adalah proses
yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir.
Umpan balik memberikan informasi pada pengambil keputusan yang nantinya bisa membentuk
siklus pengambilan keputusan yang baru. Keputusan yang diambil bisa saja gagal, karena
manajer dapat menciptakan analisis permasalahan yang baru, mengevaluasi alternatif-alternatif,
dan menyeleksi alternatif yang baru.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajemen dimana pihak terkait
melakukan pertimbangan dan menjatuhkan pilihan yang meliputi merumuskan masalah,
menganalisa masalah, menentukan dan mengembangkan alternatif, mengambil tindakan
berdasarkan hasil pertimbangan, dan melakukan evaluasi.
Pengambilan keputusan sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemecahan masalah
dalam kegiatan manajemen. hal ini diharapkan dapat membantu kegiatan-kegiatan organisasi
dalam mencapai tujuan organisasinya. dengan kata lain, pengambilan keputusan dimaksudkan
untuk memecahkan masalah dalam kegiatan organisasi.
Keputusan dapat dilakukan secara mendadak, hal ini bisa dikarenakan keadaan yang tidak
memungkinkan untuk merumuskan keputusan terlebih dahulu; dan pengambilan keputusan
yang didasarkan pada kegiatan rutin sehingga dapat dirumuskan terlebih dahulu.

3.2 SARAN
Pengambilan keputusan baik dalam organisasi, perusahaan, maupun dalam lembaga
pemerintahan yang berhubungan dengan proses manajemen merupakan bagian dari kegiatan
manajemen yang sangat vital berkaitan dengan hari depan/masa yang akan datang, dimana
efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. Karena itu setiap aspek dari pengambilan
keputusan aruslah diperhatikan dengan saksama tanpa meninggalkan sedikitpun celah.

18
DAFTAR PUSTAKA
Daft, L, Richard, 2010, Era Baru Manajemen, Edisi 9, Salemba Empat.

Syamsi, Ibnu. 1989. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara.

19

Anda mungkin juga menyukai