Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKUNTANSI FORENSIK & AUDIT KECURANGAN

Tentang

“Internal Control, Fraud Prevention And Detection”

Disusun Oleh:

Nur Avni Syamsuddin


C 301 18 004

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berkaitan dengan
Internal Control, Fraud Prevention And Detection. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Forensik & Audit Kecurangan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari
bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Nur Avni Syamsuddin

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Internal Control, Fraud Preventatio dan Detection ........................... 3
2.2 Cara- Cara Pencegahan Kecurangan .................................................................. 6
2.3 Tujuan dan Komponen Pengedalian Internal ( Internal Control) ..................... 10
2.4 Cara Mendeteksi Kecurangan............................................................................ 12
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 14
3.2 Saran .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraud adalah kata yang mungkin asing didengar oleh sebagian kalangan di
Indonesia. Berbeda dengan seorang akuntan terutama dibidang akuntansi forensik.
Mereka pasti akrab dengan kata fraud. Fraud dalam bahasa Indonesia bisa diartikan
sebagai penipuan. Penipuan adalah sebuah kebohongan yang dibuat untuk
keuntungan pribadi tetapi merugikan orang lain. Sedangkan definisi fraud secara
umum adalah “is a deception deliberately practiced in order to secure unfair or
unlawful gain” atau sebuah kecurangan yang dilakukan dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan yang tidak wajar atau melanggar hukum (Wikipedia.com).
Menurut Wilopo (2006), pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan
korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan adalah memanipulasi,
pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau
perekonomian negara. Kecenderungan menunjukan adanya indikasi untuk melakukan
tindakan yang mengarah adanya kecurangan atau penipuan. Kecenderungan
kecurangan akuntansi dapat dikatakan sebagai tendensi korupsi dalam definisi dan
terminologi karena keterlibatan beberapa unsur yang terdiri dari fakta-fakta
menyesatkan, pelanggaran aturan atau penyalahgunaan kepercayaan, dan omisi fakta
kritis (Soepardi, 2007).
Untuk menangani masalah kecurangan akuntansi, diperlukan monitoring, untuk
mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal yang
efektif (Wilopo, 2006). Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah maka
kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan semakin besar. Sebaliknya, jika
pengendalian internalnya kuat, maka kemungkinan terjadinya kecurangan dapat
diperkecil. Keefektifan pengendalia internal mempunyai pengaruh yang besar dalam
upaya pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya
pengendalian internal maka pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap
pekerjaan seseorang oleh orang lain.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini adalah :
1. Pengertian Internal Control, Fraud Preventatio dan Detection?
2. Cara- Cara Pencegahan Kecurangan?
3. Tujuan dan Komponen Pengedalian Internal ( Internal Control)?
4. Cara mendeteksi kecurangan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian internal control, Fraud Preventatio dan
Detection.
2. Untuk mengetahui cara-cara pencegahan kecurangan.
3. Untuk mengetahui tujuan dan komponen pengedalian internal (Internal
Control).
4. Untuk mengetahui cara mendeteksi kecurangan.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Internal Control, Fraud Preventatio dan Detection


1) Internal Control (Pengedalian Internal)
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol
intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya
manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern
merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber
daya suatu organisasi.
Pengendalian intern adalah proses yang dilakukan
atas amanat dari dewan direksi atau manajemen dalam suatu organisasi yang
bertujuan untuk melindungi aset perusahaan, serta memastikan kepatuhan
pada hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian intern yang efektif
dapat membantu perusahaan dalam mengarahkan kegiatan operasional
perusahaan dan mencegah adanya kecurangan atau penyalahgunaan lainnya.
Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikannya akuntan
perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi setiap
tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para
pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan.
Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung
dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan
laporan keuangan yang tepat serta menjamin ditaatinya atau
dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau
dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan
prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan

3
informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan
peraturan yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan
dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap
pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis, serta kepatuhan pada
hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik, pengendalian intern
merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (mis.
Memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan terhadap suatu
layanan yang benar-benar dilakukan). Prosedur pengedalian intern
mengurangi variasi proses dan pada gilirannya memberikan hasil yang lebih
dapat diperkirakan.
2) Fraud Preventation (Pencegahan Kecurangan)
Pencegahan terhadap kecurangan merupakan garis pertahanan pertama
dan memberikan metode yang paling hemat untuk mengendalikan
kecurangan. Menurut Dr. Steve Albert (3th 2009): tahap awal pencegahan
fraud adalah menghilangkan kesempatan atau peluang melakukan fraud,
dan menciptakan budaya jujur, terbuka dan saling tolong menolong.
Kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan
manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan
dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat
memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 ( tiga ) tujuan pokok yaitu
; keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta
kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang berlaku. ( COSO: 1992).
Pencegahan fraud menghendaki suatu system aturan yang secara
aggregat meminimalkan kemungkinan terjadinya fraud dan memaksimalkan
kemungkinan pendektesian setiap aktivitas fraud yang mungkin terjadi.
Kemungkinan tertangkap merupakan factor yang paling mempengaruhi

4
pelaku untuk melakukan atau tidak melakukan fraud. Karena prinsip ini
adanya system pengendalian menjadi amat penting untuk pencegahan fraud.
3) Fraud Detection (Pendekteksian Kecurangan)
Prevention fraud merupakan teknik pencegahan fraud yang belum
terjadi. Lalu bagaimana dengan tindakan fraud yang telah terjadi. mendeteksi
fraud atau (fraud detection) adalah cara bagaimana kita mengetahui fraud itu
telah terjadi. kejahatan fraud biasnya sulit terlihat oleh mata. Pada umumnya,
perusahaan memiliki risiko yang akan dihadapi selama menjalankan kegiatan
usahanya. Risiko yang akan dihadapi tersebut dapat berupa risiko yang
berhubungan dengan kecurangan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu risiko
adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan ilegal,
atau tindak penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik atau
reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya risiko
tersebut mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan
atau prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan tersebut.
Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus
memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya
kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak
dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis
kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat
mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-
jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar
bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung.
Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala-
gejala seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang,
dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan
dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui
timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan

5
lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi
atau situasi tertentu, perilaku atau kondisi seseorang personal tersebut
dinamakan Red flag (Fraud indicators).
Menurut Kumaat (2011), mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk
mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindakan kecurangan,
sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan. Sedangkan
menurut Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP, 2008)
pendeteksian fraud oleh internal auditor merupakan tindakan untuk
mengindentifikasi indikator-indikator fraud yang mengarahkan perlu tidaknya
dilakukan pengujian. Dari beberapa definisi tersebut, sudah jelas bahwa
pendeteksian fraud merupakan sebuah tindakan yang harus dilakukan agar
tindak kecurangan dapat dihindari.

2.2 Cara- Cara Pencegahan Kecurangan


Untuk hal tersebut , kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah
antara lain dengan cara –cara berikut :
1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik
Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas
manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi
semakin berat. Agar tujuan yang telah ditetapkan top manajemen dapat
dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa
dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan
struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah
kecurangan.
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
a) Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau
kinerja priode sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data

6
yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain, bersama
dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan
perbaikan; dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas
seseorang manajer kredit atas laporan cabang perusahaan tentang
persetujuan dan penagihan pinjaman.
b) Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek
ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua
pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi
adalah pengendalian umum ( general control ) dan pengendalian
aplikasi ( application control). Pengendalian umum biasanya
mencakup pengendalian atas operasi pusat data, pemerosesan dan
pemeliharaan perangkat lunak sistem, keamanan akses,
pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini
berlaku untuk maiframe, minicomputer dan lingkungan pemakai
akhir (end-user ). Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa
transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, da n diolah secara
lengkap dan akurat.
c) Pengengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva,
penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari
akses terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program
komputer dan data files; dan perhitungan secara periodik dan
pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan
d) Pengendalian Pemisahan tugas
Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan
penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi
seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan

7
sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam
menjalankan tugasnya dalam keadaan normal
3. Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja
sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang
saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip-prinsip
dasar tersebut adalah (menurut Saifuddien Hasan, 2000) :
a) Keadilan ( Fairness )
Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan
steakholders lainnnya dari rekayasa transaksi yang
bertentangandengan peraturan peraturan yang berlaku
b) Transparansi
Keterbukaan ( disclosure ) bagi steakholder yang terkait
untuk melihat dan memahami proses suatu pengambilan
keputusan/pengelolaan suatu perusahaan. Dalam hal ini terkait
pula kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan informasi
material kepada pemegang saham /publik dan pemerintah
secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu.
c) Akuntabilitas ( Accountability )
Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan
atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota
direksi, komisaris, pemegang saham dan pengawas. Di sini
menyangkut pula proses pertanggungjawaban para pengurus
perusahaan atas keputusan – keputusan yang dibuat dan kinerja
yang dicapai.

8
d) Tanggung jawab ( Responsibility )
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi
hukum dan ketentuan/peraturan yang berlaku termasuk tanggap
terhadap lingkungan di mana perusahaan berada
e) Moralitas
Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib
menjunjung tinggi moralitas, di dalam prinsip ini terkandung
unsur- unsur kejujuran, kepekaan sosial dan tanggug jawab
individu
f) Kehandalan ( Reliability )
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk
memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan
perusahaan
g) Komitmen
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk
memiliki komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai
perusahaan , dan bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang
sahamnnya ( duty of loyalty ) serta menurunkan risiko
perusahaan
4. Mengefektifkan fungsi internal audit
Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa
kecurangan tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan
kemahiran jabatannya dengan saksama sehingga diharapkan mampu
mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran-saran
yang bermafaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya
kecurangan.

9
2.3 Tujuan dan Komponen Pengedalian Internal ( Internal Control)
1. Tujuan Pengedalian Internal (Internal Control)
Tujuan adanya pengendalian internal adalah agar perusahaan bisa
mencapai tujuannya dengan cara mendapatkan kesempatan dan keuntungan
serta mencegah adanya kerugian. Selain itu, ada beberapa tujuan lainnya
yaitu.
 Menghasilkan informasi seperti laporan keuangan yang bisa dipercaya
dan dipertanggungjawabkan
 Memastikan segala aktivitas perusahaan sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
 Meningkatkan efisiensi dan mencegah adanya pemborosan
pengelolaan sumber daya perusahaan.
 Memastikan segala anggota perusahaan atau organisasi mengetahui
dan mematuhi kebijakan yang telah dibuat.
 Menjaga aset perusahaan.
 Menjamin keamanan operasional perusahaan.
2. Komponen Pengendalian Internal (Internal Control)
Ada lima komponen pengendalian internal yang disempurnakan oleh
COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission)
yaitu:
a) LingkunganPengedalian
Lingkungan pengendalian adalah seluruh aspek yang membentuk
perilaku, struktur, standar, dan pedoman yang menjalankan operasional
perusahaan.
Ada tiga hal yang mempengaruhi lingkungan pengendalian internal
yaitu:
 Filosofi dan gaya operasional manajemen;
 Integritas dan nilai kode etik perusahaan;

10
 Komitmen pada kompetensi;
 Struktur organisasi;
 praktik administrasi dan personalia;
 kebijakan operasional.
b) Penilaian Resiko
Setiap aktivitas memiliki risiko termasuk aktivitas operasional
maupun produksi perusahaan. Baik risiko yang berkaitan dengan bisnis
secara langsung maupun tidak. Perusahaan menilai risiko dengan
melakukan manajemen risiko yang terdiri dari analisis, tindakan, dan
evaluasi. Penilaian risiko juga berkaitan dengan proses pencapaian tujuan
perusahaan. Dengan mengurangi risiko, perusahaan bisa lebih mudah
mencapai tujuan yang diinginkan; mendapatkan keuntungan maksimal dan
mengurangi kerugian. Adapun risiko yang mungkin terjadi adalah risiko
perubahan hukum, situasi politik dan ekonomi, internal fraud, ancaman
pesaing, hingga anomali permintaan pasar.
c) Prosedur Pengendalian
Dalam melakukan pengendalian, terdapat prosedur atau pedoman yang
harus dijalankan. Hal ini agar segala upaya pengendalian benar-benar
berada di jalurnya dalam mencapai tujuan perusahaan. Adanya prosedur
juga menjadi alat deteksi adanya masalah pengendalian seperti kecurangan
atau ketidakberesan dalam aktivitas perusahaan. Seperti yang telah
dijelaskan dalam poin unsur-unsur pengendalian internal secara umum,
prosedur pengendalian internal meliputi;
 anggota atau karyawan yang berkompetensi;
 rotasi kerja dan kewajiban cuti;
 pemisahan fungsi dan tanggung jawab;
 ulasan kinerja;
 perlindungan aset dan data akuntan

11
d) Pengawasan
Komponen selanjutnya adalah pengawasan. Fungsi pengawasan dalam
pengendalian internal adalah memastikan bahwa setiap aktivitas
pengendalian berjalan sesuai dengan pedoman atau prosedur. Selain itu
dengan adanya pengawasan, manajemen perusahaan bisa mengidentifikasi
langkah-langkah yang lebih efektif dalam mencapai tujuan.
Pengawasan dapat dilakukan dengan dua hal. Pertama penilaian
khusus atau audit internal maupun keuangan. Kedua dengan
mengidentifikasi adanya sinyal peringatan yang berhubungan dengan
perilaku karyawan dan juga sistem akuntansi. Contoh sinyal peringatan
yang berhubungan dengan karyawan adalah perubahan perilaku seperti
kinerja yang semakin memburuk dan seringnya karyawan mengambil
absen. Sedangkan contoh sinyal peringatan pada sistem akuntansi adalah
adanya transaksi yang tidak biasa pada pembelian atau perbedaan data
antara setoran kas harian dengan setoran bank.
e) Informasi dan Komunikasi
Komponen informasi dan komunikasi juga tidak kalah pentingnya
dengan elemen-elemen lain. Tanpa adanya informasi, segala proses
pengendalian mulai dari pembentukan kebijakan, analisis risiko, hingga
pengawasan mustahil bisa dilakukan. Informasi dan komunikasi juga
digunakan untuk menilai kejadian atau kondisi yang mampu berpengaruh
dalam pengambilan keputusan dan juga pelaporan eksternal.

2.4 Cara Mendeteksi Kecurangan


Adanya resiko kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak internal perusahaan
mengharuskan seorang internal auditor memahami bagaimana cara mendeteksi secara
dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul di perusahaan. Biasanya,
kecurangan dapat dideteksi melalui adanya atau munculnya gejala-gejala pada
perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan,

12
kecurigaan dari rekan kerja. Pada awalnya, kecurangan dapat terindikasi dari gejala
tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku
seseorang. Dalam Bahasa audit, gejala ini disebut red flags . terkadang, adanya red
flags tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flags ini
biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi.
Berdasarkan pada jurnal yang berjudul Persepsi Akuntan Tentang Metode
Deteksi Dan Pencegahan Kecurangan yang ditulis oleh Jemes L. Bierstaker;
Richard G. Brody; Carl Pacini, banyak teknik pencegahan dan deteksi kecurangan
sekarang digunakan untuk mengurangi biaya langsung dan tidak langsung yang
terkait dengan segala bentuk kecurangan. Berbagai teknik ini termasuk:
mempertahankan kebijakan penipuan, membangun hotlne telepon, cek referensi
karyawan, ulasan kerentanan kecurangan, review kontrak vendor, tinjauan analitis
(analisis rasio keuangan), proteksi password, firewall, analisis digital dan bentuk
teknologi perangkat lunak lainnya, dan penemuan sampling (Carpenter dan
Mahoney), 2001; Thomas dan Gibson, 2003)

13
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pemaparan yang dilakukan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
siapapun dapat melakukan tindakan fraud. Tidak membedakan orang kepercayaan,
baik karyawan, manager, CEO semuanya dapat melakukan tindakan fraud. Motive
pelaku fraud pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu pressure, received
opportunity dan rationalization yang dikenal dengan fraud triangle. Sebuah tindakan
fraud dapat terjadi apabila telah memenuhi fraud triangle. Strategi yang digunakan
untuk menangulangi fraud dapat dibagi menjadi tiga tahap dan kondisi. Pertama
kondis fraud sebelum terjadi, strategi yang digunakan adalah fraud prevention
contohnya meningkatkan sistem pengendalian intern dan membangun lingkungan
yang bersiat jujur. Kedua kondisi fraud terjadi, strategi yang digunakan adalah fraud
detection contohnya memahami gejala-gejala fraud atau symptoms of fraud sebagai
alat pendeteksi dan melakukan audit investigatif.

3.2 Saran
Berdasarkan isi makalah ini, diharapkan pembaca bisa memahami tentang
bagaimana cara mencegah kecurangan dan cara mendeteksi kecurangan sehingga
apabila di sebuah perusahaan tidak adanya lagi tingkat kecurangan yang dilakukan
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.rusdionoconsulting.com/pengendalian-internal-perusahaan/
https://danielstephanus.wordpress.com/2018/10/29/deteksi-fraud-fraud-
detection/
http://auditor-community.blogspot.com/2015/03/fraud-prevention.html
https://kamus.tokopedia.com/p/pengendalian-intern/
https://www.academia.edu/36616206/FRAUD_ACCOUNTING

15

Anda mungkin juga menyukai