Anda di halaman 1dari 10

B PERCOBAAN 9

ALIRAN MELALUI CRUMP WEIR

9.1 DASAR TEORI


Crump weir adalah peluap bersegitiga (triangular profile), dimana rincian
bendung dengan profil segitiga ini telah dikembangkan di Stasiun Riset Hidrolika
pada tahun 1952. Crump weir dituntut untuk memberikan kinerja yang lebih dapat
diprediksi dalam kondisi terendam dari panjang lainnya berbasis bendung (gambar
9.1 ) dimana Crump diusulkan mempunyai kemiringan 1:2 pada bagian hulu dan
kemiringan 1:5 pada bagian hilir. Lereng hulu dirancang sehingga sedimen yang ada
tidak akan mencapai puncak sedangkan lereng hilir dangkal cukup untuk
memungkinkan lompatan hidrolik terbentuk pada bendung di bawah kondisi aliran
modular sehingga memberikan energi dissipator terpisahkan. Persamaan debit untuk
bendung Crump adalah bentuk Q Cd Cv bg½ H³/², yang jelasnya berdasarkan konsep
yang sama dengan persamaan untuk bendung persegi panjang dimana koefisien
kecepatan (Cv) bervariasi sesuai dengan rasiohi / (h1 + id) dan koefisien debit (Cd)
mempunyai nilai 0,5≤ x ≤ 1 . Aliran modular terjadijika weir (peluap) dalam kondisi
tidak tenggelam atau tinggi muka air rendah.

Garisenergi

H2

H1 H3
Ps

Gambar 9.1 Aliran Modular pada Crump Weir.

Dengan menerapkan persamaan Bernaulli, maka dapat dituliskan debit yang melimpah
adalah:
Q=C d⋅C v⋅B⋅√ g⋅H 3/2
2

dimana: Q: debit modular (m3/dtk)


Cd : koefisien debit
Cv : koefisien kecepatan  0.97

92
B : lebar pelimpah (m)
H2 :tinggi air meluap (m)
g : percepatan grafitasi (9,81 m/dtk2)

9.2 ALAT DAN BAHAN


1. Alat peluap bendungan.
2. Mistar.

9.3 PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Pasang Crump weir pada saluran terbuka dan pasangkan lem lilin pada celah
pintu peluap dengan terlebih dahulu mengukur lebar peluap (B) dengan
menggunakan mistar sorong.
2. Jalankan mesin pompa dan buka katup pemasukan, hingga mencapai batas dasar
peluap.
3. Kemudian katup ditutup dan mesin pompa dimatikan sejenak hingga permukaan
air sejajar dengan dasar bukaan atau tidak terjadi pelimpahan lagi.
4. Pasang alat ukur tinggi air, kemudian setting alat tersebut sejajar dengan muka air
pada angka 0 (nol) dan ditetapkan sebagai dasar pengukuran (nol ketinggian).
5. Kemudian jalankan mesin pompa lalu buka katup pemasukan hingga terjadi
peluapan di peluap crump dengan memulai ketinggian tertentu.
6. Catat tinggi air yang meluap di bagian hulu peluap sebagai H2 dengan
menggunakan alat ukur tinggi air.
7. Hitung debit (Q =V/T) yang meluap dengan terlebih dahulu menentukan volume
air (V) yaitu sebesar 4 ltr, kemudian catat waktu (T) yang dibutuhkan untuk
mencapai volume yang sudah ditentukan dengan stop wacth.
8. Langkah no.5 hingga no 7 diulangi dengan penambahan ketinggian dengan
membuka katup secara perlahan untuk beberapa variasi ketinggian.

9.4 DATA HASIL PERCOBAAN


Tabel 9 .1 Data Percobaan Aliran Melalui Crump Weir
93
Volume Waktu (detik) Tinggi Air (H)
No
(liter) T1 T2 T3 H1 H2 H3
1 18 12.84 24.84 25.37 105 30 18
2 19 13.2 27.26 29.12 104 29 13
3 20 14.53 39.16 40.26 98 24 15

Sumber :Hasil percobaan di laboratorium

13.5 ANALISA PERHITUNGAN

 Menghitung nilai debit modular (Q)


V
Q = Dimana : Q = Debit modular (m3/dtk)
T
V = Volume (m3)
T = Waktu (dtk)
Penyelesaian :
 Pembacaan 1
V₁
Q1 =
T 1 rata−rata

0,003 0,018
= = 0,000856 m³/dtk
6,34 21.02

Untuk selanjutnya hasil perhitungan debit modular disajikan pada table sebagai berikut :

Tabel 9.2 : Analisa perhitungan Debit Pada Crump Weir

Volume (v) Volume Waktu (T) Debit (Q)


NO
(ltr) (m3) Rata-rata m3/dtk
1 18 0.018 21.02 0.000856
2 19 0.019 23.19 0.000819
3 20 0.020 31.32 0.000639

Sumber : Hasil Perhitungan

 Menghitung nilai koefisien debit (Cd)


Q
Cd = 3
Cv⋅B⋅√ g⋅H 2 2

Penyelesaian :

94
- Koefisien kecepatan (Cv) = 0,97
- Koefisien debit (Cd) :
 Pembacaan 1 :
Q1
Cd 1 = 3
Cv⋅B⋅√ g⋅H 2 2

0.000729
Cd 1=
0.97 .0 .123 . √ 9.81 x 0.0253/ 2 .

Cd1 =0 , 0123
Untuk perhitungan koefisien debit selanjutnya dapat dilihat pada table dibawah :
Tabel 9.3 Analisa Perhitungan Koefisien Debit Pada Crump Weir

Debit (Q) Lebar (b) Tinggi Air (H) g Koefisien Debit


No
(M3/dtk) (m) (m) H2 (m3/dtk) (Cd)
1 0.000856 0.123 0.03 9.81 0.0132
2 0.000819 0.123 0.029 9.81 0.0129
3 0.000639 0.123 0.024 9.81 0.0110
∑ 0.002314 0.123 0.083 9.81 0.0371

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 9.4 Analisa Perhitungan Hubungan Antara Debit Dengan Koefisien Debit
Debit (Q) Koef. Debit
No Q² Cd² Q x Cd
m3/dtk (Cd)
1 0.0006 0.0110 0.0000004 0.000122 0.0000070
2 0.0008 0.0129 0.0000007 0.000166 0.0000105
3 0.0009 0.0132 0.0000007 0.000175 0.0000113
∑ 0.0023 0.0371 0.0000018 0.000463 0.0000289

Sumber : Hasil Perhitungan


 Persamaan regresi
y = a.x + b
n . ∑ (Q .Cd )−∑ Q . ∑ Cd
a=
n . ∑ Q2 −( ∑ Q )2
3 x 0.0000289−0.0023 x 0.0371
a=
3 x 0.0000018−0.00232

a =10.1335

95
2
∑ Cd . ∑ Q −∑ Q . ∑ (Q. Cd )
b=
n . ∑ Q2 −( ∑ Q )2
0.0371 x 0.0000018−0.0023 x 0.0000289
b=
3 x 0.0000018−0.00232

b = 0,005

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit (Q) dengan Koefisien
Debit (Cd) adalah :
y = a.x + b
Cd= 10.1335x+ 0,005

Hubungan debit Q dengan koef. Debit Cd


0.0135 0.0132
f(x) = 10.13 x + 0 0.0129
0.0130
R² = 1
Koefisien Debit (Cd)

0.0125
0.0120
0.0115
0.0110
0.0110
0.0105
0.0100
0.0005 0.0006 0.0006 0.0007 0.0007 0.0008 0.0008 0.0009 0.0009
Debit (Q)

Grafik 9.1 Hubungan Antara Debit (Q) Dan Koefisien Debit (Cd)

Tabel 9.5 Analisa Perhitungan Hubungan Antara Tinggi Luapan AirDengan Koefisien
Debit.
Tinggi Air (H) Koef.Debit H²
No Cd² H x Cd
(m) (Cd) (m)
1 0.0457 0.01103 0.002085 0.000122 0.00050378
2 0.0487 0.01287 0.002368 0.000166 0.00062649
3 0.0510 0.01323 0.002601 0.000175 0.00067485
∑ 0.1453 0.03714 0.007055 0.000463 0.00180511
Sumber : Hasil Perhitungan
 Persamaan regresi
y = a.x + b
96
n . ∑ ( H .Cd )−∑ H . ∑ Cd
a=
n . ∑ H 2 −( ∑ H )2

3 x 0.00180511−0.1453 x 0.03714
a=
3 x 0.007055−0.14532
a = 0,422

2
∑ Cd . ∑ H −∑ H . ∑ ( H . Cd )
b=
n . ∑ H 2 −( ∑ H )2
0.03714 x 0.007055−0.1453 x 0.00180511
b=
3 x 0.007055−0.14532
b = -0,008
Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Muka Air (H)
dengan Koefisien Debit (Cd) adalah :
Cd = a.H + b
Cd= 0.422 H + -0.008

Hubungan Tinggi Luapan Air (H) dengan koef. Debit


(Cd)
0.01350
f(x) = 0.42 x − 0.01 0.01323
0.01300 R² = 0.91
0.01287
Koefisien Debit (Cd)

0.01250

0.01200

0.01150

0.01100 0.01103

0.01050

0.01000
0.0450 0.0460 0.0470 0.0480 0.0490 0.0500 0.0510 0.0520

Tinggi Luapan AIr (H)

Grafik 9.2 Hubungan Antara Tinggi Luapan Air (H) Dan Koefisien Debit (Cd)

Tabel 9.6 Analisa Perhitungan Hubungan Antara Tinggi Luapan Air Dengan Debit.

97
Tinggi Air (H) Debit
No H² Q² HxQ
(m) (Q)
1 0.0457 0.000639 0.002085 0.0000004 0.0000292
2 0.0487 0.000819 0.002368 0.0000007 0.0000399
3 0.0510 0.000856 0.002601 0.0000007 0.0000437
∑ 0.1453 0.002314 0.007055 0.0000018 0.0001127

Sumber : Hasil Perhitungan


 Persamaan regresi
y = a.x + b
n . ∑ ( H .Q )−∑ H . ∑ Q
a=
n . ∑ H 2 −( ∑ H )2
3 x 0.0001127−0.1453 x 0.002314
a=
3 x 0.007055−0.14532
a = 0,042
2
∑ Q . ∑ H −∑ H . ∑ ( H .Q)
b=
n . ∑ H 2−(∑ H )2
0.002314 x 0.007055−0.1453 x 0.0001127
b=
3 x 0.007055−0.14532

b = -0,001

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi muka air dengan
Debit (Q) adalah :
Q = a.H + b
Q= 0,042 H+ -0,001

98
Hubungan Tinggi Luapan Air (H) dengan Debit (Q)
0.000900

f(x) = 0.04 x − 0 0.000856


0.000850 R² = 0.92
0.000819
0.000800
Debit (Q)

0.000750

0.000700

0.000650
0.000639

0.000600
0.0450 0.0460 0.0470 0.0480 0.0490 0.0500 0.0510 0.0520

Tinggi Luapan Air (H)

Grafik 9.3 Hubungan Antara Tinggi Luapan Air (H) Dan Debit (Q)

99
9.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, kami dapat menyimpulkan bahwa :
a. Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit (Q) dengan Koefisien debit
(Cd), yaitu Cd =10.1335x+ 0,005
b. Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Muka Air (H) dengan
Koefisien debit (Cd), yaitu Cd = 0.422 H + -0.008
c. Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Muka Air (H) dengan
Koefisien debit (Q), yaitu Q = 0,042 H+ -0,001

Asisten,
Laboratoriumhidrolika

HenroWidarto ST.,MT

100
9.7 GAMBAR ALAT

Alat Ukur Tinggi Muka Air

Tilting Flume

9.8 FOTO DOKUMENTASI

101

Anda mungkin juga menyukai