Anda di halaman 1dari 8

Virus Corona:

Hal-hal apa yang perlu diketahui


Dasdo Antonius Sinaga, dr, SpJP(K)
Anggota Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) Riau
Ketua Perhimpunan Dokter Kardiovaskular se-Indonesia (PERKI) cabang Riau-
Pekanbaru
Dokter ahli-konsultan Jantung dan Pembuluh Darah di salah satu Rumah Sakit
Swasta di Pekanbaru

Virus Corona
Penyakit virus corona adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
corona. Seluruh dunia sedang dilanda bencana kesehatan yang melumpuhkan
dunia kesehatan dan ekonomi diakibatkan oleh penyakit ini, yang disebut
dengan penyakit COVID-19 (coronavirus disease 2019) oleh WHO (World Health
Organisation). Sedangkan virusnya dinamai SARS-CoV-2.
Corona dalam bahasa Inggris “crown” artinya mahkota. Sebutan ini diambil dari
struktur dinding virus yang memiliki duri atau “spike” yang mengelilingi sel,
sehingga berbentuk mirip mahkota.

(gambar korona)

Virus SARS-CoV-2 adalah jenis termuda dari 7 virus corona yang bisa
menginfeksi manusia. Sebelumnya pada tahun 2002, virus corona bernama
SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome) pernah menyebabkan pandemi
yang menyerang lebih dari 8000 orang dari 29 negara; 774 pasien di antaranya
meninggal dunia. Negara yang paling berimbas pandemik SARS 2002 adalah
Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Singapura, Kanana, dan Vietnam. Pada tahun 2012,
infeksi virus MERS-CoV (Middle Ease Respiratory Syndrome) mewabah di Saudi
Arabia, dengan tingkat kematian sangat tinggi mencapai 35%.
Asal muasal virus corona
Virus corona, baik SARS, MERS atau SARS CoV-2 pada dasarnya adalah virus
zoonotik, artinya dalam kondisi normal terdapat pada hewan. Dengan
kemampuannya bermutasi (merubah komposisi DNA dan sifat), akhirnya dapat
menginfeksi sel manusia. Khusus untuk SARS-CoV-2, berdasarkan hasil analisis
genetika, para ahli menyatakan bahwa virus ini berasal dari mutasi virus yang
ditemukan di kelelawar di Cina bagian selatan, tepatnya di kota Wuhan.
Wabah infeksi corona yang saat ini terjadi bermula disana. Awalnya pada akhir
Desember 2019 ada sejumlah orang yang mengalami infeksi paru-paru
(pneumonia), yang dilaporkan sebagai pneumonia atipikal. Atipikal artinya tidak
serupa dengan yang pernah ada sebelumnya, karena perburukan kondisi pasien
sangatlah progresif hingga menyebabkan kematian. Yang terjadi berikutnya
adalah seperti yang tercatat dalam sejarah hingga saat ini, yaitu penyebaran
yang sangat cepat dari Covid-19 ke lebih dari 120 negara, menjangkit lebih 3,3
juta orang, dengan kematian lebih dari 240.000 orang (8%) hingga tulisan ini
dibuat.

Penyebaran virus corona


Virus corona menyebar melalui droplet atau cairan dari mulut dan hidung saat
berbicara, batuk atau bersin; dan masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung,
atau mulut. SARS-CoV-2 bisa hidup pada permukaan benda mati hingga berjam-
jam (8-16 jam, tergantung jenis material). Oleh sebab itu, penyebaran infeksi
bisa pula terjadi saat menyentuh meja, gagang pintu, piring, yang sudah dilekati
virus.

Bagaimana virus corona masuk ke dalam sel tubuh manusia?


Protein pada mahkota dinding sel SARS-CoV-2 (spike protein) bisa berikatan
dengan reseptor dinding sel manusia. Ikatan protein dan reseptor ini akan
membuka jalan masuk buat virus untuk menginvasi. Di dalam sel manusia, virus
corona akan bereplikasi dan memperbanyak diri. Setelah jumlahnya bertambah,
virus ini akan keluar dari sel, dan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah.
Respon tubuh manusia setelah virus masuk
Secara alamiah, tubuh akan melakukan perlawanan dengan mengakifkan sistem
kekebalan tubuh, yang pertama disebut respon non-spesifik, dengan sel
makrofag, netrofil, dan sel dentritik yang memperlambat pertumbuhan virus;
pada beberapa pasien, mencegah timbulnya gejala penyakit. Kedua, respon
adaptif tubuh dengan cara membentuk antibodi yang secara spesifik bisa
berikatan dan membunuh virus. Antibodi adalah protein yang disebut
imunoglobulin. Jenis respon kekebalan tubuh yang ketiga adalah imunitas
selular dengan membentuk sel-T. Sel-T bisa mengenali sel yang sudah terinfeksi
virus, menghancurkannya bersamaan dengan seluruh virus di dalamnya.
Gabungan ketiga respon kekebalan ini mencegah progresivitas penyakit,
sehingga gejala yang timbul tidak menjadi berat, dan mencegah infeksi ulangan
oleh virus yang sama.

Keluhan apa yang dirasakan orang setelah terinfeksi SARS-CoV-2?


Gejala paling umum Covid-19 adalah demam, batuk kering, dan badan lemas.
Keluhan lain yang dialami pasien antara lain sesak nafas, sakit tenggorokan,pilek,
nafsu makan berkurang, diare, hingga berkurangnya sensasi penciuman dan
perasa.
Gejala akan timbul 4-14 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh lewat mata
hidung atau mulut. Masa ini disebut masa inkubasi. Selama masa inkubasi,
pasien tidak bergejala.
Karakter SARS-CoV-2 yang sangat berbahaya dibandingkan virus corona lainnya
adalah SARS-CoV-2 dapat menular bahkan sebelum gejala dirasakan. Kelompok
orang ini dikategorikan Orang Tanpa Gejala (OTG) oleh Gugus Tugas Covid-19
pemerintah Indonesia.

Bagaimana cara diagnosis seseorang terkena Covid-19?


Diagnosis pasti pemeriksaan Covid-19 adalah dengan pemeriksaan PCR
(polymerase chain reaction) dari hasil swab/usapan dari hidung, tenggorokan,
mulut. Pada beberapa pasien, dilakukan pengambilan swab/usapan dari anus,
terutama kalau gejala dominannya adalah pada saluran pencernaan.
Tes PCR dari swab adalah standar baku (gold standard). Dalam perawatan di
rumah sakit, usapan akan diambil 2 kali, biasanya dalam 2 hari berturut-turut.
Prinsip dari tes PCR adalah untuk untuk mencari “serpihan” dari virus, yaitu
kode genetik RNA virus. Ukuran virus SARS-CoV-2 sangat kecil, dengan diameter
125 nm (0,125 mikrometer). Oleh sebab itu tes ini sangat detail dan
membutuhkan alat & keahlian khusus dan kecermatan.
Rangkaian pemeriksaan PCR ini akan memecah bagian-bagian sel virus (terdiri
dari dinding sel/amplop) untuk mendapatkan RNA virus.

RAPID TEST Apakah sama dengan pemeriksaan PCR?


Jika tujuan PCR adalah untuk mencari rangkaian kode genetik RNA virus, atau
dengan kata lain, mencari identitas virus itu sendiri, rapid test bertujuan
mengecek apakah sudah terdapat antibodi pada tubuh manusia.
Antibodi terbentuk sebagai bentuk pertahanan tubuh pada pasien yang pernah
terinfeksi. Karena belum ada vaksin, antibodi terhadap SARV-CoV-2 pastinya
belum ada di tubuh kita.
Akurasi pemeriksaan ini lebih rendah daripada PCR, yaitu berkisar 40-80%. Ada
lebih dari 20 jenis test cepat yang direkomendasikan oleh Gugus Tugas Covid-19.
Tingkat akurasinya pun bervariasi.
Setelah terinfeksi, paling cepat antibodi baru terbentuk dalam waktu 7-14 hari.
Oleh sebab itu, hasil rapid test yang negatif belum tentu berarti seseorang tidak
terinfeksi. Bisa saja antibodi belum terbentuk karena masih dalam window
period (<7 hari). Oleh sebab itu, rapid test dianjurkan dilakukan secara serial,
atau diulang lagi 7-10 hari setelah pemeriksaan pertama.

Siapa saja yang bisa terinfeksi SARS-CoV-2?


Orang dari semua umur, mulai dari bayi hingga lanjut usia bisa terinfeksi.
Sebagian besar (80-85%) orang yang terinfeksi oleh Covid-19 akan mengalami
gejala gangguan saluran pernafasan derajat ringan-sedang, yang bisa hilang
sendiri tanpa pengobatan khusus. Hal ini dipengaruhi faktor tingkat kekebalan
tubuh.
Namun orang tua usia lanjut, pasien dengan penyakit kronis, seperti jantung,
stroke, diabetes, penyakit paru-paru kronis, dan kanker, lebih rentan mengalami
gejala yang kritis. Hasil survei di Amerika dari 15000 pasien, diketahui bahwa 3
dari 4 penderita Covid-19 adalah orang dari kelompok rentan.
Jangan disalahartikan! Orang muda yang bugar dan fit juga berpotensi terinfeksi
Covid-19, menjadi carrier/pembawa virus, hingga bermanifestasi menjadi infeksi
berat.

Bagaimana cara menekan penularan Covid-19?


Agar tidak tertular, dan untuk menekan transmisi/penyebaran virus, seluruh
masyarakat perlu ikut andil. Melindungi diri sendiri dan orang lain dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu selalu mencuci tangan dengan
sabun dan air yang mengalir, atau menggunakan cairan berbasis alkohol, serta
tidak menyentuh wajah sebelum membasuh tangan. Semua orang wajib
menajga jarak dengan orang lain yang tidak tinggal serumah, minimal 1 meter.
Kondisi ini diistilahkan sebagai social distancing, atau kadang disebut physical
distancing.
Wajib memakai masker, baik orang yang sakit ataupun sehat. Bukan hanya untuk
melindungi diri sendiri, tapi juga memproteksi orang lain.
Di tingkat nasional, banyak negara, termasuk negara tetangga Malaysia, menutup
batas negara dan melarang warganya untuk saling berinteraksi dan mengurung
diri di rumah, dikenal dengan istilah lockdown. Berkurangkan kontak fisik
diharapkan memutus rantai penularan.

Spanish – Flu, pandemik serupa Covid-19 di tahun 1918


Seratus tahun yang lalu, wabah mematikan pernah menjangkiti seluruh dunia.
Penyebabnya adalah virus H1N1 (virus ini serupa dengan flu babi yang terjadi di
tahun 2009). Dalam jangka waktu 1-2 tahun, 500 juta orang terinfeksi (1/3 dari
penduduk dunia saat itu), dengan perkiraan hingga 50 juta orang meninggal
dunia.

Pengobatan Covid-19
Seperti dijelaskan di atas, sebagian besar orang tidak menimbulkan gejala yang
serius. Namun 10-14% penderita Covid-19 perlu dirawat di rumah sakit karena
demam yang tinggi, atau sesak nafas dan batuk yang berat, membutuhkan
bantuan oksigen dan mesin ventilator (alat bantu nafas).
Pengobatan Covid-19 umumnya sangat bersifat suportif: antara lain memberikan
oksigenasi pada pasien yang hipoksia (kekurangan oksigen), infus cairan dan
makanan jika dehidrasi atau tidak bisa makan per oral, vitamin dosis tinggi
untuk menguatkan kekebalan tubuh, terapi antivirus dan antibiotika untuk
mengatasi infeksi sekunder dari bakteri lain.
Beberapa obat baru sedang dalam tahap pengembangan dan uji coba.
Obat kloroquin atau hidroklorokuin yang dikenal sebagai obat malaria, pun
dipakai dengan hipotesa bahwa kloroquin bisa mencegah virus berikatan dengan
dinding sel manusia. Hasil ujicoba dari berbagai penelitian untuk obat ini pada
Covid-19 masih bervariasi. Tidak semua penelitian menyimpulkan hasil positif
seperti yang diharapkan, terutama karena ada potensi efek samping kloroquin
yang bisa menyebabkan gangguan irama jantung yang letal.
Laporan penelitian yang dirilis paling akhir pada tanggal 29 April 2020 adalah
remdesivir, suatu antivirus yang menghambat replikasi virus di dalam sel,
menunjukkan hasil paling menjanjikan dibandingkan antivirus lainnya.
Penggunaan obat ini bisa mempercepat penyembuhan pasien dari 14 hari
menjadi rata-rata 11 hari.
Obat lain yang poten adalah Tocilizumab, suatu obat golongan anti reseptor IL-6,
yang menekan respon inflamasi/peradangan tubuh, mencegah badai sitokin
yang merupakan penyebab kerusakan organ vital pada pasien Covid-19,
misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, dan saluran nafas. Obat ini sudah
digunakan dan tersedia dalam jumlah yang terbatas di Indonesia.
Imunoglobulin adalah obat berupa protein kekebalan tubuh yang diinfuskan ke
dalam tubuh pasien dengan gejala yang berat.
Pengobatan yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media dan media sosial
adalah terapi dengan menggunakan plasma atau darah pasien yang sudah
sembuh dari Covid-19. Terapi serupa sudah pernah dilakukan untuk penyakit
lainnya. Antibodi pasien yang sudah sembuh diinfuskan dengan harapan bisa
melawan virus yang ada pada pasien yang sedang sakit. Kekebalan tubuh dari
antibodi ini lebih spesifik untuk menyerang virus SARS-CoV-2 dibandingkan
imunoglobulin.

Apa itu isolasi mandiri, PDP, dan ODP?


Isolasi mandiri adalah upaya pencegahan transmisi yang dianjurkan oleh Gugus
Tugas Covid-19 terhadap orang sehat yang pernah terpapar dengan Covid-19
atau dicurigai terinfeksi Covid-19, namun belum memeriksakan diri.
Isolasi mandiri adalah bentuk sumbangsih masyarakat untuk ikut mengatasi
wabah. Latar belakangnya adalah ketersediaan alat pemeriksaan diagnostik dan
begitu cepatnya virus ini menular.
Hingga saat ini, di Indonesia, pemeriksaan PCR hanya dilakukan pada pasien
yang sudah bergejala yang dirawat di rumah sakit, atau orang yang dilabel PDP
(pasien dalam pengawasan). Orang-orang yang pernah kontak dengan pasien
Covid-19, namun belum menunjukkan gejala disebut sebagai ODP (orang dalam
pemantauan). Kelompok ODP (tanpa gejala) dan orang PDP dengan gejala ringan
bisa melakukan isolasi mandiri di rumah.
Isolasi mandiri dilakukan dengan tidak keluar rumah selama 14 hari, tidur pisah
kamar jika serumah dengan orang lain yang bukan ODP, selalu menjaga jarak
minimal 1 meter dengan orang lain, selalu memakai masker dan rajin mencuci
tangan.

Apa yang menyebabkan infeksi Covid-19 lebih berbahaya dibandingkan


infeksi virus atau bakteri lainnya?
1. Virus ini mudah menular melalui droplet saluran nafas.
2. Penularan bisa terjadi bahkan pada pasien yang tidak bergejala. Orang
yang terlihat sehat belum tentu tidak terinfeksi SARS-CoV-2 (disebut
OTG/orang tanpa gejala).
3. Masa inkubasi yang panjang (4-14 hari), dibandingkan 2-5 hari pada
infeksi virus lainnya. Sehingga banyak OTG yang merasa tubuhnya sehat,
tapi berpotensi menularkan Covid-19.
4. Virus ini sangat mematikan, walau angka kematiannya 8-15%, lebih
rendah dibandingkan dengan MERS tahun 2008 (35%).
5. Virus ini mengakibatkan disregulasi sistem kekebalan tubuh, yang
disebut dengan cytokine storm (badai sitokin). Sitokin adalah sel imun
tubuh yang diproduksi dalam jumlah terkontrol saat ada peradangan dan
mengatasi infeksi virus atau bakteri. Pada Covid-19, jumlah yang
diproduksi sangat banyak, menjadi senjata makan tuan dan merusak
organ-organ tubuh.

Apa yang harus dilakukan oleh orang-orang dengan kerentanan tinggi


(orang tua, memiliki penyakit kronis seperti jantung, diabetes, sakit paru
menahun, sakit ginjal, dan mengkonsumsi obat yang bisa menurunkan
kekebalan tubuh)?
Walau dalam kondisi panik, hati mesti tetap gembira, karena hati yang gembira
adalah obat. Tetap tenang, tidak panik dan tidak kuatir yang berlebihan.
Pasien kronik dianjurkan tetap minum obat rutin secara teratur.
Menjaga kebugaran dengan selalu aktif melakukan aktivitas fisik ringan 20-30
menit per hari. Usahakan berjemur pagi hari pada pukul 8-10 selama 10-15
menit. Selama di rumah, mengisi hari dengan ibadah, bisa menonton acara
televisi yang mendidik, atau sambil bermain gembira dengan anak, cucu dan
keluarga lainnya.

Apakah aman untuk datang kontrol ke rumah sakit?


Selama melakukan social distancing (jaga jarak 1 meter dengan orang lain),
memakai masker, rajin mencuci tangan, tidak menyentuh benda-benda yang
tidak perlu, rumah sakit adalah aman untuk dikunjungi terutama untuk kontrol,
berkonsultasi dengan dokter dan menambah persediaan obat rutin.
Banyak rumah sakit yang mempermudah akses berobat, salah satunya dengan
telekonsultasi (konsultasi via telepon atau teleconference whatsapp atau zoom-
meeting). Konsultasi jarak jauh ini juga bisa dilakukan dengan beberapa aplikasi
swasta lain (misalnya halodoc atau klikdokter).

Anda mungkin juga menyukai