Corona Virus - Dasdo For Kagama
Corona Virus - Dasdo For Kagama
Virus Corona
Penyakit virus corona adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
corona. Seluruh dunia sedang dilanda bencana kesehatan yang melumpuhkan
dunia kesehatan dan ekonomi diakibatkan oleh penyakit ini, yang disebut
dengan penyakit COVID-19 (coronavirus disease 2019) oleh WHO (World Health
Organisation). Sedangkan virusnya dinamai SARS-CoV-2.
Corona dalam bahasa Inggris “crown” artinya mahkota. Sebutan ini diambil dari
struktur dinding virus yang memiliki duri atau “spike” yang mengelilingi sel,
sehingga berbentuk mirip mahkota.
(gambar korona)
Virus SARS-CoV-2 adalah jenis termuda dari 7 virus corona yang bisa
menginfeksi manusia. Sebelumnya pada tahun 2002, virus corona bernama
SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome) pernah menyebabkan pandemi
yang menyerang lebih dari 8000 orang dari 29 negara; 774 pasien di antaranya
meninggal dunia. Negara yang paling berimbas pandemik SARS 2002 adalah
Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Singapura, Kanana, dan Vietnam. Pada tahun 2012,
infeksi virus MERS-CoV (Middle Ease Respiratory Syndrome) mewabah di Saudi
Arabia, dengan tingkat kematian sangat tinggi mencapai 35%.
Asal muasal virus corona
Virus corona, baik SARS, MERS atau SARS CoV-2 pada dasarnya adalah virus
zoonotik, artinya dalam kondisi normal terdapat pada hewan. Dengan
kemampuannya bermutasi (merubah komposisi DNA dan sifat), akhirnya dapat
menginfeksi sel manusia. Khusus untuk SARS-CoV-2, berdasarkan hasil analisis
genetika, para ahli menyatakan bahwa virus ini berasal dari mutasi virus yang
ditemukan di kelelawar di Cina bagian selatan, tepatnya di kota Wuhan.
Wabah infeksi corona yang saat ini terjadi bermula disana. Awalnya pada akhir
Desember 2019 ada sejumlah orang yang mengalami infeksi paru-paru
(pneumonia), yang dilaporkan sebagai pneumonia atipikal. Atipikal artinya tidak
serupa dengan yang pernah ada sebelumnya, karena perburukan kondisi pasien
sangatlah progresif hingga menyebabkan kematian. Yang terjadi berikutnya
adalah seperti yang tercatat dalam sejarah hingga saat ini, yaitu penyebaran
yang sangat cepat dari Covid-19 ke lebih dari 120 negara, menjangkit lebih 3,3
juta orang, dengan kematian lebih dari 240.000 orang (8%) hingga tulisan ini
dibuat.
Pengobatan Covid-19
Seperti dijelaskan di atas, sebagian besar orang tidak menimbulkan gejala yang
serius. Namun 10-14% penderita Covid-19 perlu dirawat di rumah sakit karena
demam yang tinggi, atau sesak nafas dan batuk yang berat, membutuhkan
bantuan oksigen dan mesin ventilator (alat bantu nafas).
Pengobatan Covid-19 umumnya sangat bersifat suportif: antara lain memberikan
oksigenasi pada pasien yang hipoksia (kekurangan oksigen), infus cairan dan
makanan jika dehidrasi atau tidak bisa makan per oral, vitamin dosis tinggi
untuk menguatkan kekebalan tubuh, terapi antivirus dan antibiotika untuk
mengatasi infeksi sekunder dari bakteri lain.
Beberapa obat baru sedang dalam tahap pengembangan dan uji coba.
Obat kloroquin atau hidroklorokuin yang dikenal sebagai obat malaria, pun
dipakai dengan hipotesa bahwa kloroquin bisa mencegah virus berikatan dengan
dinding sel manusia. Hasil ujicoba dari berbagai penelitian untuk obat ini pada
Covid-19 masih bervariasi. Tidak semua penelitian menyimpulkan hasil positif
seperti yang diharapkan, terutama karena ada potensi efek samping kloroquin
yang bisa menyebabkan gangguan irama jantung yang letal.
Laporan penelitian yang dirilis paling akhir pada tanggal 29 April 2020 adalah
remdesivir, suatu antivirus yang menghambat replikasi virus di dalam sel,
menunjukkan hasil paling menjanjikan dibandingkan antivirus lainnya.
Penggunaan obat ini bisa mempercepat penyembuhan pasien dari 14 hari
menjadi rata-rata 11 hari.
Obat lain yang poten adalah Tocilizumab, suatu obat golongan anti reseptor IL-6,
yang menekan respon inflamasi/peradangan tubuh, mencegah badai sitokin
yang merupakan penyebab kerusakan organ vital pada pasien Covid-19,
misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, dan saluran nafas. Obat ini sudah
digunakan dan tersedia dalam jumlah yang terbatas di Indonesia.
Imunoglobulin adalah obat berupa protein kekebalan tubuh yang diinfuskan ke
dalam tubuh pasien dengan gejala yang berat.
Pengobatan yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media dan media sosial
adalah terapi dengan menggunakan plasma atau darah pasien yang sudah
sembuh dari Covid-19. Terapi serupa sudah pernah dilakukan untuk penyakit
lainnya. Antibodi pasien yang sudah sembuh diinfuskan dengan harapan bisa
melawan virus yang ada pada pasien yang sedang sakit. Kekebalan tubuh dari
antibodi ini lebih spesifik untuk menyerang virus SARS-CoV-2 dibandingkan
imunoglobulin.