Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN UROLITHIASIS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 2 oleh dosen,

Ibu Dian Anggraini, S.Kep.,Ners.,M.Kep

disusun oleh :

Andri Dwi Pranata (218047)

Aisyah Mansyur ()

Meliana (218064)

Selly Marselina (218077)

Vega Ershanda Cahyani (218082)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKEP PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini tentang
“UROLITHIASIS” bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, November 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih adalah batu yang terbetuk dari berbagai macam proses kimia di
dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta saluran kemih pada manusia seperti
ureter (Pharos, 2012: hal 4) Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda
padat pada saluran kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa
tertentu. Batu tersebut bias berbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat
(60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). (Prabowo. E dan Pranata, 2014: hal
111)
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno
dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim, 2007). Batu saluran
kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum,
ureter, buli-buli dan ureter.
Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah
atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti
pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003).

1.2 Etiologi
Menurut (Purnomo, 2011: hal 2) Terbentuknya batu saluran kemih diduga karena ada
hubungannya gangguan cairan urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih dehidrasi
dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang yaitu :
1. Faktor intrinsik: herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling sering di
dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan).
2. Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet pekerjaan.

Mineralisasi pada semua system biologi merupakan temuan umum. Tidak terkecuali batu
saluran kemih, yang merupakan kumpulan kristal yang terdiri dari bermacam-macam Kristal
dan matrik organik. Teori yang menjelaskan mengenai penyakit batu saluran kemih kurang
lengkap. Proses pembentukan membutuhkan supersaturasi urine. Supersaturasi tergantung
pada PH urine, kekuatan ion, konsntrasizat terlarut, dan kompleksasi. (Stoller 2010 : hal 4).

Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena konsentrasi inhibitor
alami yang rendah seperti magnesium, sitrat, firofosfat, dan sejumlah kecil logam. Teori ini
tidak absolit karena tidak semua orang yang inhibitor pembentuk kristalnya rendah terkena
batu saluran kemih. (Stoller 2010 : hal 5).
1. Komponen Kristal batu terutama terdiri dari komponen Kristal dengan ukuran dan
transparansi yang mudah di identifikasi dibawah polarisasi mikroskop. Difraksi X-ray
terutama untuk menilai geometris dan arsitektur batu. Banyak tahap yang terkait dalam
pembentukan batu. Meliputi nukleasi, perkembangan dan agregasi, nukleasi memulai
proses dan di induksi oleh beberapa subtansi sepertimatrik protein, Kristal, zatasing dan
partikel-partikel lainnya. (Stoller 2010 : hal 5)
2. Komponen matrik Sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu saluran kemih
memiliki tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2% hingga 10% beratnya terdiri dari
protein, dengan sejumlah kecil heksosa dan heksamin. (Stoller, 2010: hal 5)

1.3 Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-
buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan
batu. (Dinda, 2011: hal 2)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang
terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable
(tetap larut) kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat
Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu
agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.
Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam
urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih, atau adanya
koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu
saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun
dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu
sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas
hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya
jenis batu itu tidak sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,
sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.
2.4 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala BSK menurut Stoller, 2010: hal: 12 antara lain:

1. Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari ginjal kolik
renal umumnya disebabkan karena batu melewati saluran kolektivus atau saluran sempit
ureter, sementara non kolik renal disebabkan oleh distensi dari kapsula ginjal.

2. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna
seperti air teh) terutama pada obstruksi ureter

3. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi.

4. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat
karena dapat menyebabkan urosepsis

5. Mual-muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan
muntah.

Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli dalam traktus urinarius.
Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala.

Namun perlahan keluhan akan dirasakan seiring bertanbahnya ukuran kalkuli seperti:

- Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang dapat menjalar ke perut bagian depan,
dan lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.

- Hematuria: buang air kecil berdarah Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau

- Nyeri saat buang air kecil

- Infeksi saluran kencing

- Demam.

Urolitiasis yang masih berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan gejala yang
signifikan, namun perlahan seiring berjalannya waktu dan perkembangan di saluran kemih akan
menimbulkan gejala seperti rasa nyeri (kolik renalis) di punggung, atau perut bagian bawah
(kolik renalis).

Kolik didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan, spasme otot
polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti nyeri tajam yang disebabkan
sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal atau saluran kencing (ureter). Nyeri klasik
pada pasien dengan kolik renal akut ditandai dengan nyeri berat dan tiba-tiba yang awalnya
dirasakan pada regio flank dan menyebar ke anterior dan inferior. Hampir 50% dari pasien
merakan keluhan mual dan mutah. Kolik ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat
(posisi irrespektif).

Berbeda dengan pasien peritonitis yang cenderung berbaring saja dan tidak mau bergerak.
Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat palpasi abdominal ginjal. Namun
untuk batu staghorn walaupun besar sering tanpa gejala nyeri karena jenis batu ini membesar
mengikuti system anatomi saluran ginjal. Gejala dari batu ginjal atau batu ureter dapat diprediksi
dari pengetahuan tempat terjadinya obstruksi. Nyeri yang khas dirasakan pada testis untuk pasien
pria dan labia mayora pada pasien wanita.

Lokasi dan karakteristik dari nyeri pada urolitiasis meliputi:

- Di ureteropelvic: nyeri bersifat ringan sampai berat dirasakan lokasinya agak dalam dalam
regio flank tanpa penyebaran ke regio inguinal, urgensi (dorongan kuat untuk berkemih disertai
dengan kandung kemih yang tidak nyaman dan banyak berkemih), frekuensi (sering berkemih),
disuria (nyeri saat berkemih) dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri akibat
spasme uretra dan kandung kemih).

- Di ureter: nyeri yang mendadak, berat, nyeri di regio flank dan ipsilateral dari abdomen bagian
bawah, menyebar ke testes atau vulva, mual yang terus menerus tanpa muntah

- Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio flank atau area lumbar

- Di ureter di bagian medius: nyeri menyebar ke anterior dan caudal

- Di uterer di bagian distal: menyebar ke inguinal atau testes atau labia majora

- Waktu melewati vesica ruinaria: paling sering asimptomatis, retensio urin posisiona

Klasifikasi

Berdasarkan Etiologi Berdasarkan etiologinya urolitiasis dapat diklasifikasikan menjadi: infeksi,


non infeksi, genetik, atau efek samping obat. Dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Urolitiasis Berdasarkan Etiologi


Klasifikasi Berdasarkan Ukuran dan Lokasi

Berdasarkan diameter ukurannya secara dua dimensi dibagi menjadi >5 cm, 4-10 cm, 10-
20 cm, dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi anatominya kalkuli dibagi menjadi: calyx
superior, medius, atau inferior; pelvis renali; ureter proksimal, medius, dan distal; dan vesica
urinaria

Klasifikasi Berdasarkan Gambaran Radiologis

Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran radiologisnya menjadi tiga yaitu: radiopak,


radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat radiopak yaitu: kalkuli kalsium oksalat dihidrat,
kalsium oksalat monohidrat, dan kalsium phospat.

Klasifikasi Menurut (Turk, 2011: hal 11) Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan
aspek berikut:

1. Ukuran batu, lokasi batu, karakteristik X-ray dari batu, penyebab terbentuknya batu,
komposisi batu (mineralogi), dan resiko kelompok terjadinya pembentukan batu.

2. Ukuran Batu biasanya dinyatakan dalam milimeter, menggunakan satu atau dua dimensi
pengukuran. Batu bisa dikelompokkan panjangnya hingga 5mm, >5-10 mm, > 10-20 mm dan >
20 mm.
3. Lokasi Batu Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan posisi anatomi pada
saluran kemih pada diagnosa: upper calyx, middle calyx atau lower calyx, renal pelvis, upper
ureter, middle ureter ataudistal ureter, urinary bladder.

4. Karakteristik X-ray Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan menurut penampakannya pada
X-ray. Batu saluran kemih bervarisai berdasarkan komposisi mineral. Jika tidak digunakan
komputer tomography Hounsfield Units (HU) mungkin dapat memberi data mengenai massa
jenis batu dan komposisi batu (kekerasan batu).

5. Etiologi pembentukan Batu dapat disebabkan oleh infeksi dan bukan infeksi, batu karena
kelainan genetik, dan pembentukan batu karena efek samping pengobatan (‘drug stones’)

6. Komposisi Batu (mineralogi) Aspek metabolik memiliki peran penting dala pembentukan batu
dan evaluasi metabolik yang dibutuhkan untuk mengatasi kelainan metabolik. Analisis batu yang
benar dalam hubungannya dengan kelainan metabolik akan menjadi dasar untuk diagnosa lebih
lanjut dan tindakan selanjutnya. Batu biasanya terdiri dari campuran substansi yang berbeda

7. Kelompok resiko terkena BSK Status resiko dari pembentuk batu adalah dari sebab khusus
yang memungkinkan terjadinya atau perkembangan batu dan imperative untuk tindakan
farmakologi. Sekitar 50%dari semua yang terkena batu hanya satu yang terkena selama
hidupnya. Tingginya kejadian penyakit yang sedikit yang diteliti lebih dari 10% dari semua
pembentuk batu. Tipe batu dan keparahan penyakit merupakan determinan yang menyatakan
pasien dengan resiko rendah atau resiko tinggi terjadi batu

Komplikasi

Batu Saluran Kemih Menurut (S. Wahap, 2013: hal 168) batu saluran kemih selain
memicu terjadinya renal colic, ada beberapa komplikasi ada beberapa komplikasi yang di
waspadai :

1. Pembendungan dan pembengkakan ginjal

2. Kerusakan dan gagal fungsi ginjal,

3. Infeksi saluran kemih

4. Timbulnya batu berulang

Pemeriksaan Laboratorium

Pada 85% dari pasien yang mengalami kolik renalis pada pemeriksaan urinalisisnya
ditemukan adanya hematuria secara mikroskopis, kadang-kadang kristaluria .Derajat hematuria
bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya suatu
batu. Tidak dijumpai hematuria secara mikroskopis pada urinalisis tidaklah menyingkirkan
adanya suatu batu saluran kemih, dan lebih kurang 10% penderita batu urin dijumpai darah
didalam urinnya.

Bakteriuria biasanya tidak dijumpai kecuali bila pasien secara bersamaan menderita
infeksi saluran kencing (ISK). Meskipun ISK bukan secara langsung merupakan konsekuensi
dari batu, tapi ISK dapat terjadi setelah instrumentasi atau pemakaian alat seperti kateter pada
bedah traktus urinarius ataupun dalam pengobatan batu ginjal. Urinalisis harus dilakukan dalam
pada semua pasien dengan dugaan urolitiasis. Selain mikrohematuria tipikal, temuan penting
yang perlu diperhatikan adalah pH urin dan adanya kristal, yang dapat membantu
mengidentifikasi komposisi batu. Penderita batu asam urat biasanya memiliki urin yang bersifat
asam, dan mereka yang memiliki formasi batu akibat infeksi memiliki urine alkalin.

Identifikasi bakteri penting dalam perencanaan terapi, dan kultur urin harus dilakukan
secara rutin. Pyuria terbatas adalah respon yang cukup umum terhadap iritasi yang disebabkan
oleh batu.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan Intravenous Pielography (IVP) dan foto
polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun pada keadaan tertentu misalnya wanita
hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras, ditentukan dengan pemeriksaan
Ultrasonography (USG). Dikatakan USG lebih sensitif untuk mendeteksi batu ureteral vesical
junction dibandingkan dengan IVP, namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat mendeteksi
batu ureter tengah dan distal.

Ultrasonografi abdomen terbatas digunakan dalam diagnosis dan pengelolaan urolitiasis.


Meskipun ultrasonografi sudah tersedia, dilakukan dengan cepat dan sensitif terhadap kalkuli
ginjal, hampir sulit mendeteksi adanya batu ureter (sensitivitas: 19 persen), yang kemungkinan
besar bersifat simtomatik daripada kalkuli ginjal. Namun, jika batu ureter itu ada,
divisualisasikan dengan ultrasound, temuannya dapat diandalkan (spesifisitas: 97 persen).
Pemeriksaan ultrasonografi juga sangat sensitif terhadap hidronefrosis, yang mungkin
merupakan manifestasi obstruksi ureter, namun seringkali terbatas pada penentuan tingkat atau
sifat obstruksi.

Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk mendokumentasikan ukuran dan lokasi
kalkuli yang bersifat radiopaque. Batu yang mengandung kalsium, seperti batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat, paling mudah dideteksi dengan radiografi. Batu yang bersifat radiopaque
lemah, seperti batu asam urat murni dan batu yang terutama terdiri dari sistin atau magnesium
amonium fosfat, mungkin sulit, jika tidak mungkin, untuk dideteksi pada radiografi film biasa.
Sayangnya, kalkuli yang bersifat radiopaque sering dikaburkan oleh tinja atau gas usus,
dan batu-batu ureter yang melintang di atas processus transversus corpus vertebra sangat sulit
untuk diidentifikasi. Selanjutnya, radiopacities nonurologis, seperti kelenjar getah bening yang
mengalami kalsifikasi, batu empedu, tinja dan phlebolith (vena pelvis yang mengandung
kalsifikasi), dapat disalahartikan sebagai batu. Meskipun 90% kalkuli urin secara historis
dianggap radioopak, sensitivitas dan spesifisitas radiografi BNO tetap saja buruk (sensitivitas:
45-59%; Spesifisitas: 71-77%).

Intravenous Pielography (IVP) telah dianggap sebagai modalitas pencitraan standar


untuk urolitiasis. IVP memberikan informasi yang berguna tentang batu (ukuran, lokasi,
radiodensitas) dan lingkungannya (anatomi calyx, tingkat obstruksi), serta unit ginjal
kontralateral (fungsi, anomali). IVP tersedia secara luas, dan interpretasinya juga terstandarisasi.
Dengan modalitas pencitraan ini, kalkulus ureter dapat dengan mudah dibedakan dari
radiopacities nonurologis.

Keakuratan IVP dapat dimaksimalkan dengan persiapan usus yang tepat, dan efek buruk
kontras yang merugikan. Media dapat diminimalkan dengan memastikan bahwa pasien terhidrasi
dengan baik. Sayangnya, langkah persiapan ini memerlukan waktu dan seringkali tidak bisa
dilakukan saat pasien dalam kondisi darurat. Dibandingkan dengan USG abdomen dan BNO,
IVP memiliki sensitivitas yang lebih tinggi (64-87%) dan spesifisitas (92-94%) untuk deteksi
urolitiasis. Namun, IVP dapat membingungkan dengan adanya batu radiolusen yang tidak
mengganggu, yang mungkin tidak selalu menghasilkan "defek pengisian." Selanjutnya, pada
pasien dengan obstruksi tingkat tinggi, bahkan IVP yang berkepanjangan selama 12-24 jam
mungkin tidak menunjukkan tingkat penyumbatan karena konsentrasi media kontras yang tidak
memadai.

Media kontras yang digunakan dalam IVP efek samping berupa nefrotoksik yang telah
terbukti. Kadar serum kreatini harus diukur sebelum media kontras diberikan. Meskipun kadar
serum kreatinin lebih besar dari 1,5 mg/dL (130 µmol/L) bukan kontraindikasi mutlak. Risiko
dan manfaat menggunakan 16 media kontras harus dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama
pada pasien diabetes melitus, penyakit kardiovaskular atau mieloma multipel. Resiko ini dapat
diminimalisir dengan menghidrasi pasien denagn cukup, meminimalkan jumlah bahan kontras
yang diinfuskan, dan memaksimalkan interval waktu antara pemberian kontras berturut-turut.
Meskipun demikian, adalah bijaksana untuk menghindari penggunaan media kontras bila
modalitas pencitraan alternatif dapat memberikan informasi yang setara.

PENANGANAN

Pengobatan urolitiasis meliputi penanganan darurat kolik renalis (ureter), termasuk jika
ada indikasi untuk intervensi pembedahan, dan terapi medis untuk kalkulinya. Dalam keadaan
darurat dimana ada kekhawatiran tentang kemungkinan gagal ginjal, fokus pengobatan adalah
harus memperbaiki dehidrasi, mengobati infeksi saluran kemih, mencegah terjadinya jaringan
parut, mengidentifikasi pasien dengan ginjal fungsional soliter, dan mengurangi risiko cedera
ginjal akut akibat nefrotoksisitas kontras, terutama pada pasien. dengan azotemia yang sudah ada
sebelumnya (kreatinin > 2 mg/dL), diabetes, dehidrasi, atau multiple myeloma. Hidrasi intravena
yang adekuat sangat penting untuk meminimalisi efek nefrotoksik dari media kontras.

Sebagian besar pasien hidronefrosis karena urolitiasis yang berukuran kecil dapat
ditangani dengan melakukan observasi dan pemberian asetaminofen. Kasus yang lebih serius
dengan nyeri yang sulit ditangani mungkin memerlukan drainase dengan memasang stent
nefrostomi stent atau perkutan. Stent ureter interna biasanya lebih disukai dalam situasi ini
karena dapat menurunkan angka morbiditas.

Ukuran batu merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat memprediksi
perjalanannya dalam traktur urinarius. Batu yang berdiameter kurang dari 4 mm memiliki
kemungkinan 80% dapat melewati traktus urinarius secara spontan. Dan menurun sebesar 20%
jika batu berdiameter >8mm. Tapi perjalanan batu pada traktus urinarius juga tergantung pada
bentuk dan lokasi pasti dari batu, dan anatomi dari traktus urinarius bagian superior. Jika terjadi
obstruksi pada junctura ureteropelvis meskipun berukuran kecil sangat sulit melwati junctura
tersebut.

Terapi medikamentosa untuk kalkulus memerlukan waktu yang panjang. Tujuan


pemberian obat adalah untuk melarutkan atau menghancurkan kalkulus sehingga dapat melewati
traktus urinarius dengan mudah. Selain itu bertujuan untuk mencegah munculnya kembali
kalkulus pada traktus urinarius. Terutama pada pasien yang memiliki risiko tinggi seperti
menderita urolitiasis sebelum umur 30 tahun, memiliki keluarga yang sama menderita urolitiasis,
dan pasien yang menderita urolitiasis setelah pembedahan.

Batu yang berdiameter lebih besar (yaitu, ≥ 7 mm) yang tidak mungkin lewat secara
spontan memerlukan beberapa jenis prosedur pembedahan. Dalam beberapa kasus, pasien
dengan batu berukuran besar perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Namun, kebanyakan
pasien dengan kolik ginjal akut dapat diobati secara rawat jalan. Sekitar 15-20% pasien
memerlukan intervensi invasif karena ukuran batu yang besar, penyumbatan, infeksi, atau nyeri
yang sulit diatasi. Teknik yang tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati
traktus urinarius secara spontan meliputi:

-Penempatan stent

- Nefrostomi perkutan

- Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)

- Ureteroscopi (URS)

- Nephrostolithotomi Perkutan
- Open nephrostomy

- Anatrophic nephrolithotomy

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Secara otomatis ,tidak factor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian urolgitiasis dilapangan sering kali terjadi pada laki-
laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan
geografis. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)

2. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran kemih
yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi
nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dinda,
2011: hal 2)

3. Pola psikososial

Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat)


pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak terjadi karena
bukan merupakan penyakit menular. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)

4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi
dikarenakan gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas relative dibantu oleh
keluarga,misalnya berpakaian, mandi makan,minum dan lain sebagainya,terlebih jika
kolik mendadak terjadi. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)

b. Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri hebat.
Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang asam akibat sekresi HCL
berlebihan. Pemenuhan kebutuhan cairan sbenarnya tidak ada masalah. Namun,klien
sering kali membatasi minum karena takut urinenya semakin banyak dan 8 memperparah
nyeri yang dialami. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)

c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti oleh
penyakit penyerta lainnya. Klien mengalami nyeri saat kencing (disuria, pada diagnosis
uretrolithiasis).Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (oliguaria), disertai vesika
(vesikolithiasis). (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)

5. Pemeriksaan fisik

Anamnese tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat. Oliguria,
disuria, gross hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasis. Kaji TTV, biasanya tidak perubahan
yang mencolok pada urolithiasis. Takikardi akibat nyeri yang hebat, nyeri pada pinggang,
distensi vesika pada palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu
(uretrolthiasis).

A. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik
sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan. (Dian, 2011: hal 2 )

Pemeriksaan fisik persistem


1) Sistem persyarafan, tingkat kesadaran, GCS, reflex bicara, compos mentis.
2) Sistem penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor, dengan reflex cahaya (+)
3) Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas. Atau
tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma,
empisema, pneumonia.
4) Sistem pendengaran, tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran.
5) Sistem pencernaan, Mulut dan tenggorokan: Fungsi mengunyah dan menelan
baik, Bising usus normal.
6) Sistem abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, teraba massa keras atau batu,
nyeri ketok pada pinggang.
7) Sistem reproduksi tidak ada masalah/gangguan pada sistem reproduksi.
8) Sistem kardiovaskuler, tidak ditemukan gangguan pada sistem kardiovaskular.
9) Sistem integumen, hangat, kemerahan, pucat.
10) Sistem muskuluskletal, mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri yang
dirasakan yang melakukan mobilitas fisik tertentu.
11) Sistem perkemihan, adanya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi ciri khas
dari urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika
pada palpasi vesika (vesikolithiasis/ urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok
pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis),
teraba massa keras/batu (uretrolithiasis). nilai frekuensi buang air kecil dan
jumlahnya, Gangguan pola berkemih. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 122)
3.2 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2X24 jam
diharapkan nyeri akut berkurang
dengan kriteria hasil :
1. Perasaan takut
mengalami cedera.
2. Tekanan darah membaik
3. Fungsi berkemih
membaik.
4. Pola tidur membaik.
5. Gelisah cukup menurun.

2. Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x24 jam

Anda mungkin juga menyukai