Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

KONSEP DASAR DAN MOTIVASI


BERWIRAUSAHA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :

1. ESTER ELVRIDA S. SIMANGUNSONG (172103001)


2. NAUFAL BATUBARA (172103008)
3. ANGGI OLIVIA (172103027)
4. ZAVIRA HUSNA (172103038)
5. JESSICA ANGELINA CLARISSA (172103051)

PROGRAM STUDI D-III KESEKRETARIATAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Dasar Dan Motivasi
Berwirausaha. Makalah ini kami rangkum dalam rangka menyelesaikan tugas dari matakuliah
Kewirausahaan.

Dalam penulisan makalah ini kami masih banyak kekurangan-kekurangan baik secara
teknis penulisan maupun secara materi, mengingat kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginsprasi kita semua.

Medan, 21 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................

2.1 Pentingnya Berkewirausahaan Sejak Dini ...............................................................4

2.2 Profil Penduduk Indonesia Dan Pemicu Berwirausaha ............................................6

2.3 Motivasi Seseorang Berwirausaha ...........................................................................7

2.4 Perbedaan Wirausahawan Dengan Karyawan ........................................................10

2.5 Keuntungan Dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan ..........................................12

2.6 Jumlah Keluarga Miskin Di Indonesia ...................................................................13

2.7 Proses Pemiskinan Mutlak Melalui BLT................................................................15

2.8 Jumlah Pengangguran Di Indonesia .......................................................................16

2.9 Perkembangan Pinjaman Luar Negeri dan Dalam Negeri Di Indonesia ................17

2.10 Konsep Cash Flow Quadrant Oleh Robert T. Kiyosaki .......................................18

2.11 Contoh Kasus .......................................................................................................20

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................22


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan


baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dan lain-lain. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan
dan perluasan organisasi melalui inovasidan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan
utama. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil resiko
artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha tanpa diikuti rasa takut atau cemas
sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2007:18)

Kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakupeksploitasi peluang - peluang


yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan
atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi
resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan
innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan
faktor produksi lainnya menjadi lebih besar dari pada sebelumnnya dan juga orang yang
melakukan perubahan, inovasi, dan cara-cara baru.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial,
psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan
pribadi. Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak
awal sebagian orang masih kurang cocok dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama
dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah penekanan pada
kemandirian (swasta), pada wiraswasta, dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah
wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi
bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat
ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival
dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.

Pengembangan kewirausahaan yang di masyarakatkan secara menyeluruh ke semua


lapisan termasuk ke semua instansi baik pemerintah maupun swasta telah berlangsung hingga
sekarang. Pelaksanaan program tersebut secara resmi tertuang dalam Instruksi Presiden No.IV
Tahun 1995.

Mengacu pada program tersebut, sebagai generasi muda perlu kiranya untuk menyambut
dan melaksanakannya. Hal ini juga termotivasi dengan keadaan bangsa Indonesia sejak berbagai
krisis (khususnya bidangekonomi) sejak tahun 1997 hingga kini kita masih dihadapkan
berbagaimasalah. Pasar global yang kini telah berlangsung dengan penerapan AFTA( Asian Free
Trade Area ) 2003 juga menjadi perhatian kita bersama, karenamau atau tidak mau, siap atau
tidak siap kita harus mengikuti era tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa sejak krisis ekonomi melanda bangsa Indonesia hingga


kini belum menunjukkan perubahan yang berarti, dampaknya pada bertambahnya PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja ).

Di sisi lain lulusan Perguruan Tinggi hingga kini belum sepenuhnya terserap dalam
lapangan kerja, hal ini berdampak pada banyaknya jumlah pengangguran. 

Lulusan Perguruan Tinggi sekarang ini harus bersedia bersaing mencari pekerjaan sendiri 
atau menciptakan peluang kerja bagi dirinya ataupun untuk orang lain. Kesenjangan status
ekonomi masyarakat di Indonesia masih terasa artinya yang kaya semakin kaya yang miskin
semakin miskin.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan kewirausahaan perlu ditanamkan


kepada generasi muda, karena dengan pengembangan jiwa kewirausahaan ini mereka diharapkan
berperan sebagai :
1. Pendukung lajunya pembangunan bangsa baik secara fisikmaupun non fisik

2. Insan yang berpendidikan, diharapkan sebagai penggerak /motivator dan bertanggung


jawab terhadap kemajuan
suatu pengetahuan, teknologi dan seni khususnya pengetahuan di bidang kewirausahaan /
kemandirian

3. Suri tauladan sebagai praktisi di bidang kewirausahaan yangmemiliki pendidikan tinggi,


karena selama ini masyarakat kitayang menjadi praktisi di bidang kewirausahaan pada
umumnyamemiliki pendidikan yang rendah.

4. Sebagai lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak sebagai insan pencari kerja, tetapi


menciptakan lapangan pekerjaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian di atas maka dapat mengambil kesimpulan berupa permasalahan yang
akan dibahas. Permasalahan itu sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman tentang konsep dasar dari kewirausahaan ?


2. Bagaimana kiat menjadi seorang wirausahawan yang berhasil ?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang inigin dicapai dalam penyusunan makalah ini,adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan tentang konsep dasar dari kewirausahaan.


2. Menambah wawasan tentang kewirausahaan, kewiraswastaan, dan entrepreneurship.
3. Mengetahui ciri– ciri dan kiat menjadi seorang wirausahawan yang berhasil.
4. Mengetahui cara mengatasi pengangguran di Indonesia.
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. PENTINGNYA BERKEWIRAUSAHAN SEJAK DINI

Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa yang dilihat dan apa
yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk pelajaran sebelum masuk
menempahati nuraninya. Melalui seluruh indera yang manusia miliki inilah, akan muncul
pembelajaran yang kuat terkait dengan apa-apa yang diterima oleh indera. Bila anak terbiasa
dengan dunia wirausaha sejak kecil, maka karakter inilah yang akan muncul kelak ketika anak
dewasa. Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada perubahan mental.
Mien Uno berpendendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan handal dibutuhkan karakter
unggul yang meliputi pengenalan terhadap diri sendiri, kreatif, mampu berpikir kritis, mampu
memecahkan permasalahan, dapat berkomunikasi,mampu membawa diri di berbagai lingkungan,
menghargai waktu, mampu berbagi dengan orang lain, mampu mengatasi stress, bisa
mengendalikan emosi dan mampu membuat keputusan.
Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi bagian dari
dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian,
namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang dewasa, orangtua maupun
guru. Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapatkan manfaat
yang besar untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar
menumbuhkan pembelajaran wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas
yang terlatih sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal
utama produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti.
 Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika
anak-anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata lebih kepada
menggerakkan perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha
itu berkat adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Beberapa puluh tahun lalu, ada yang berpendapat bahwa kewirausahaan tidak dapat
diajarkan, namun pada dekade terakhir ini entrepreneurship (berkewirausahaan) telah menjadi
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah dan menjadi mata kuliah wajib yang diajarkan
disebagian besar perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Menurut Buchari Alma (2005) “tahun 1980an di Amerika Serikat telah lahir sebanyak 20
juta wirausahawan baru, mereka menciptakan lapangan pekerjaan baru. Demikian pula di Eropa
Timur wirausahawan ini bermunculan. Bahkan, di negeri China yang masa lalu menganut paham
komunisme murni, kini mulai membuka diri terhadap lahirnya wirausahawan baru dan menerima
investasi dari luar.

Transformasi pengetahuan berkewirausahawan telah berkembang pada dekade terakhir


ini. Demikian pula tren di negara-negara lain termasuk Indonesia, mata pelajaran atau mata
kuliah kewirausahaan telah di ajarkan dibeberapa sekolah menengah atas kejuruan, dan berbagai
perguruan tinggi, bahkan di jadikan sebagai kurikulum wajib. Tujuannya agar paradigma
berpikir peserta didik berubah, yakni perubahan dari jika mereka setelah lulus sekolah akan
melamar pekerjaan atau menjadi pegawai, tetapi memiliki atau mau dan mamapu mengubah
paradigma berpikir dan termotivasi bahwa setelah mereka lulus sekolah atau kuliah akan menjadi
seorang wirausahawan.

Saat ini, pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah
penawaran kesempatan kerja di seluruh sector, baik didalam maupun di luar negeri yang meliputi
sector industry, pertanian, pertambangan, transportasi, pariwisata, tidak sebanding dengan
jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru yang dihasilkan disegala level pendidikan.

Solusi untuk mengatasi hal itu tentu tidak ada jalan lain kecuali jika setiap lulusan atau
tenaga kerja baru, baik yang dihasilkan dari tingkat pendidikan paling bawah sampai dengan
tingkat perguruan tinggi, mau tidak mau harus dibekali dan diarahkan untuk tidak lagi
berorientasi menjadi pegawai atau pencari kerja sebagai orang gajian, namun diarahkan untuk
menjadi seorang pemula wirausahawan atau pengusaha kecil sebagai pemberi kerja atau gaji bagi
orang lainatau mampu menciptakan pekerjaan atau lapangan kerja nagi orang lain. Pembekalaan
keterampila berwirausaha tersebut harus menjadi program pemerintah, baik jangka pendek,
sedang maupun panjang guna memperkecil jumlah keluarga miskin karena tidak memiliki
pekerjaan atau pengangguran yang pada akhirnya tidak berpenghasilan.
2.2. PROFIL PENDUDUK INDONESIA DAN PEMICU BERWIRAUSAHA

Banyaknya pengangguran karena pertumbuhan ekonomi suatu negara yang rendah,


ataupu karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga tidak mampu menampung antara
pertambahan tenaga kerja baru dengan ketersediaan lapangan kerja baru.

Table 2.1 Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan

no Pendidikan Usaha Usaha Usaha + Karyawan Petani Pekerjaan Pekerjaan Jumlah


Mencari Keluarga buruh (%) (%) pertanian tidak ribuan
(%) (%) tetap (%) dibayar (%)
(%)
1 TPS 18,7 39,0 1,9 4,5 9,1 2,1 24,7 5.328
2 TTSD 20,8 33,0 2,5 8,9 8,8 3,5 22,5 12.515
3 SD 21,3 27,4 2,8 14,8 6,1 5,3 22,2 35.125
4 SMP 22,4 19,5 3,6 27,0 3,2 4,8 19,4 17.248
5 ST 26,1 19,5 4,5 26,5 2,7 3,2 17,6 1.324
6 SMU 16,7 12,2 4,2 52,7 0,8 2,4 10,9 11.389
7 SMK 13,8 8,3 3,8 64,0 0,4 2,5 7,2 5.903
8 Diploma II, 5,1 2,7 1,4 88,9 0,0 0,0 1,9 393
III
9 Diploma 6,3 3,4 3,7 82,0 0,1 0,3 4,1 1.163
III/Ak
10 Universitas 5,8 3,4 4,9 83,1 0,0 0,5 2,2 2.834
JUMLAH 19,5 23,0 3,2 27,2 4,7 4,0 18,5 93.722

Keterangan :

1. TPS : tidak pernah sekolah


2. TTSD : tidak tamat SD
3. ST : sekolah teknik
4. SMP : sekolah menengah pertama
5. SMU : sekolah menengah umu
6. SMK : sekolah menenga kejurusan
Dapat disimpulkan bahwa 83,1% lulusan universitas menjadi karyawan, 82% lulusan D3
menjadi karyawan dan 88,9% lulusan D1 dan D2 juga menjadi karyawan, sedangan yang
menjadi usahawan seluruh lulusan perguruan tinggi masih dibawah 6%, sedangkan yang menjadi
usahawan persentase tertinggi adalah lulusan SLTA ke bawah sehingga agak sulit mrngharapkan
perkembangan usahawan yang andal di Indonesia. Peristiwa yang mempercepat atau memicu
seseorang menjadi wirausahawan antara lain :

1. Sebuah peristiwa yang menyakitkan seperti hilangnya pekerjaan karena mengalami


pemutusan hubungan kerja (PHK) dari tempat kerjanya.
2. Memasuki usiapensiun, sehingga memiliki waktu luang yang lebih banyak.
3. Sulitnya memperoleh pekerjaan, melamar pekerjaan diberbagai instansi yang selalu
ditolak.
4. Tidak mengikuti berbagai seminar, khursus atau metakuliah kewirausahaan.
5. Memperoleh sharing pengalaman dari wirausahawan atau family yang telah berhasil atau
memiliki bisnis sebelumnya.

2.3 MOTIVASI SESEORANG BERWIRAUSAHA

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku
seseorang. Motivasi orang melakukan bisnis, wirausaha sering berbeda. Keanekaragaman ini
menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan            

Adanya risiko yang cukup besar, banyaknya waktu dan energi yang dibutuhkan tidak
menurunkan semangat munculnya wirausaha-wirausaha baru. Seorang wirausaha termotivasi
untuk melakukan kegiatan usaha dengan berbagai alasan  :
a.Indepedensi
b.Pengembangan diri
c.Pekerjaan yang tidak memuaskan
d.Penghasilan
e.Keamanan
Motif berprestasi kewirausahaan ( teori david McClelland) seorang wirausaha melakukan
kegiatan usaha didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi, berhubungan dengan orang lain, dan
untuk mendapatkan kekuasaan baik secara financial maupun secara sosial.

Wirausaha melakukan kegiatan usaha dimotivasi oleh :

1) Motif berprestasi (need for achievement)


Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan prestasi dan
pengakuan dari keluarga maupun masyarakat.

2) Motif berafiliasi ( need for affiliation)


Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan
orang lain secara sosial kemasyarakatan.

3) Motif kekuasaan ( need for power )


Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan kekuasaan atas
sumber daya yang ada. Peningkatan kekayaan, pengusahaan pasar sering menjadi pendorong
utama wirausaha melakukan kegiatan usaha.

Di Negara-negara maju, keinginan seseorang untuk menjadi bos terhadap dirinya sendiri
cukup besar, berkeinginan sukses tanpa harus dibawah tekanan orang lain, misalnya meskipun
perusahaan baru berjalan satu tahun, sudah berusaha keras untuk di-Franchise-kan atau
diwaralabakan, hal ini dapat dilakukan jika pemerintah ikut memfasilitasi dengan cara
mempermudah proses pemberian hak intelektual, seperti hak dan atau lisensi trade mark, hak
warabala, hak cipta (copyright) dan sejenisnya.

Dalam aspek lain, keberaniaan seseorang untuk mendirikan usaha sendiri (berwarausaha)
sering kali terdorang oleh motivasi dari guru atau dosen, atau koporasi yang memberikan
matapelajaran atau mata kuliah berkewirausahaan yang praktis dan menarik, sehingga dapat
membangkitkan minat siswa/mahasiswa untuk memulai mencoba berwirausaha seperti yang
terjadi di MIT, Harvard Business School, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), dan
beberapa perguruan tinggi lainnya yang memiliki konsentrasi kewirausahaan.
            Tidak jarang juga setelah seseorang memperoleh kursus atau pendidikan non-gelar
melalui koperasi dan atau koperasi kridit, bahkan setalah mendengarkan cerita sukses
pengalaman bisnis yang dimiliki orang-orang disekitar kita. Meskipun bisnis kecil-kecilan, dapat
menjadi pemicu, seseorang wirausaha biasanya muncul dengan sendirinya, setelah memiliki
bekal cukup untuk mengelolah usaha dan siap mental secara total.

Motivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan antara lain:

1. Laba
Dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang diterima, dan berapa
yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau pegawainya.

2. Kebebasan
Bebas mengatur waktu, bebas dari supervise, bebas aturan main yang menekan, bebas
dari aturan budaya organisasi atau perusahaan.
3. Impian personal
Bebas mencapai standar hidup yang diharapkan, lepas dari rutinitas kerja yang
membosakan, karne harus mengikuti visi misi impian orang lain. Imbalah untuk
menentukan nasip dan impiannya sendiri.
4. Kemandirian
Memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala hal, seperti permodalan,
mandiri dalam pengelolaan atau manajemen, mandiri dalam pengawasan, serta menjadi
manajer terhadap dirinya sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa dengan berwirausaha seseorang akan termotivasi untuk


memperoleh imbalan minimal dalam bentuk laba, kebebasan, impian personal yang mungkin
menjadi kenyataan, kemandirian disamping memiliki peluang peluang pengembangan usaha,
memiliki peluang untuk mengendalikan nasipnya sendiri. Seorang wirausaha tidak menunggu
hari gajian atau tanggal gajian tetapi setiap hari diharapkan memperoleh pendapatan utuh.
Seorang wirausaha akan berusaha system bisnisnya dapat dijalankan orang lain dan dirinya
sendiri dapat berjalan-jalan.
2.4 PERBEDAAN WIRAUSAHA DENGAN KARYAWAN

Banyak diantara kita yang mendambakan ingin mempunyai usaha sendiri, karena walau
bagaimanapun setiap orang selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Namun masalah yang
dihadapi sekarang ini adalah peluang untuk bisa membangun bisnis sendiri memang tidaklah
mudah, bayangkan saja apabila kita menghitung-hitung untuk modal awal saja rasanya pikiran
ini sudah membuat dompet kita kembang kempis. Belum lagi memikirkan cara membuat
produknya, membangun marketnya dan lain-lain, sehingga tidak mengherankan apabila banyak
diantara kita yang memilih menjadi pegawai saja, karena dengan menjadi pegawai/karyawan
setiap bulan pasti dapat gaji.

Berapa banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi pengusaha.
Bandingkan dengan orang tua yang menyuruh anak-anaknya agar bercita-cita jadi pegawai.
Melihat budaya masyarakat kita, memang sepertinya opsi kedua yang lebih banyak. Kebanyakan
dari kita menginginkan anak-anak agar punya cita-cita dengan profesi-profesi yang dianggap
lebih menjanjikan ketimbang jadi pengusaha.

Begitulah didikan kita sejak kecil. Pola berpikir (mindset) kita sudah terbiasa dengan
bercita-cita untuk menjadi dokter, pilot, PNS, insinyur, dan profesi lainnya. Tapi jarang, bahkan
dulu hampir tidak ada pendidikan yang mengarahkan kita untuk menjadi pengusaha. Paling-
paling kita disuruh untuk menciptakan lapangan kerja. Tapi di sisi lain kita tidak pernah
dibimbing untuk tahu bagaimana caranya menciptakan lapangan kerja.

Lulus sekolah atau lulus kuliah adalah ajang dimulainya menyebarkan surat lamaran.
Ratusan lamaran pekerjaan dikirimkan ke berbagai perusahaan. Bahkan rela mendatangi satu
demi satu perusahaan-perusahaan itu. Tak jarang yang mereka yang diusir security yang bosan
menghadapi pertanyaan lowongan kerja.  

Maka dari itu, jalan terbaiknya memang dengan berani untuk melakukan terobosan atau
membuka usaha sendiri. Karena dengan mempunyai usaha sendiri berarti kita mempunyai
peluang untuk bisa meningkatkan pendapatan bulanan kita, walaupun memang dibutuhkan waktu
dan usaha serta doa untuk menggapainya. Tetapi dapat dipastikan apabila dengan berusaha
sendiri maka, kita akan memperoleh hasil yang sesuai dengan usaha yang kita lakukan.

Resiko bangkrut adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan masyarakat usia
produktif enggan memilih menjadi wirausaha. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang
beranggapan bahwa membuka usaha sendiri hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang terlahir
dari keluarga kaya, yang bisa meminta modal seenaknya kepada orang tua. Padahal, untuk
menjadi seorang wirausaha, anda tidak melulu harus punya uang/modal, bahkan hanya dengan
modal ide gagasan kreatif dan inovatif pun anda sudah bisa menjadi seorang wirausaha dengan
cara menjual ide anda, atau joint dengan orang yang mempunyai modal, atau meminta pinjaman
dari pihak bank/penyandang dana dengan bunga rendah. Yang penting adalah kemauan, serta
jangan malu untuk memulai sebuah usaha dari kecil. Bahkan seandainya usaha anda tetap kecil,
buatnya 10 usaha kecil lainnya yang serupa, maka anda akan menerima keuntungan 10x lebih
banyak.

Semua bidang usaha pasti memiliki resiko. Bahkan saat kita menjadi karyawan sekalipun
ada resiko pemotongan gaji atau di pecat. Tapi apakah kemudian kita harus menyerah sebelum
berperang? Jawabnya tidak. Resiko usaha bisa diminimalisir di-manage dan diprediksi
sebelumnya melalui perencanaan yang matang. Selain itu, membuka usaha dengan cara patungan
juga bisa meminimalisir resiko karena hutang-hutang perusahaan saat bangkrut akan ditanggung
bersama-sama.

Wirausahawan Karyawan
1. Penghasilan bervariasi atau tidak
1. Memiliki penghasilan pasti atau teratur,
teratur,sehingga pada tahap awal sulit
sehingga mudah diatur meskipun gaji kecil.
mengatur karena penghasilan tidak pasti.
2. Memiliki peluang lebih besar untuk 2. Peluang kaya relatif.
menjadi orang kaya, penghasilan sebulan
dapat menutupi pengeluaran/ biaya hidup
untuk satu tahun.
3. Pekerjaan bersifat tidak rutin 3. Pekerjaan bersifat rutin.
4. Waktu tidak bebas pada jadwal/jam kerja
4. Kebebasan waktu yang tinggi
perusahaan.
5. Tidak ada kepastian dalam banyak hal 5. Ada kepastian dalam banyak hal, kekayaan
termasuk meramalkan kekayaan. dapat diramal atau dihitung.
6. Kreativitas dan inovasi dituntut setiap saat. 6. Bersifat menunggu perintah.
7. Kebergantungan rendah 7. Kebergantungan tinggi.
8. Berbagai resiko tinggi bila dijadikan 8. Resiko relatif rendah bahkan dapat
sebagai agunan dalam dan usahanya bangkrut. diramalkan.
9. Menjadi bos relatif sulit apalagi bekerja
9. Terbuka peluang untuk menjadi bos.
pada perusahaan keluarga.
10. Tanggung jawabnya besar. 10. Tanggung jawab relatif.

2.5 KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN MENJADI WIRAUSAHAWAN

Beberapa keuntungan menjadi wirausahawan menurut Buchari Alma (2000), yaitu:

1. Tercapai peluang-peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.

2. Terbuka peluang untuk mendomenstrasikan potensi sesorang secara penuh.

3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal.

4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkret.

5. Terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri.

Selain keuntungan, ada pula kelemahan menjadi wirausahawan, antara lain:

1. Memperoleh pendatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko, jika resiko ini
telah diantisipasi secara baik, wirausahawan telah mampu menggeser risiko tersebut.

2. Bekerja keras dan atau jam kerja yang mungkin lebih panjang.

3. Kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab pada tahap-
tahap awal wirausahawan harus bersedia untuk berhemat.
4. Memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat walaupun
mungkin kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

Saat ini, tuntutan untuk menjadi wirausahawan sangat besar, sebab jika hanya
mengandalkan untuk memperoleh pekerjaan melalui perusahaan orang lain atau instansi
pemerintah, maka kemungkinannya memperoleh pekerjaan menjadi sedikit. Bahkan, paradigma
para orang tua sudah mulai bergeser, untuk mencari seorang menantu tidak lagi berpandangan
negatif lagi bila memperoleh menantu seseorang pengusaha/ wiraswasta/ pedagang. Bahkan,
tidak merasa atau turun drajat/ gengsinya. Orang tua dalam memilih menantunya tidak lagi harus
seseorang menantu yang memiliki pekerjaan tetap kerena menjadi pegawai suatu institusi
pemerintahan maupaun swasta, sebaliknya anak-anak mudah zaman sekarang yang baru lulus
sekolah dari tingkatan pendidikan apa pun saat ini juga tidak merasa malu berdagang atau
berwiraswasta. Bahkan, para artis juga banyak yang terjun kedunia bisnis/
perdangangan  berbagai komoditas, baik perdagangan di tingkat local, maupun ekspor dan
impor.

2.6 JUMLAH KELUARGA MISKIN DI INDONESIA

Valentino Dinsi (2005) dalam bukunya Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian
memotivasi kita semua untuk “melawan kebiasaan/jalan/mitos tradisional yang sudah mapan
dipikiran kebanyakan anak muda dan atau pikiran orang tua di Indonesia pada umumnya”.
Bahwa setelah lulus dari sekolah maupun lulus perguruan tinggi, pilihan pertama dan utama
adalah agar putera puterinya menjadi pegawai, agar dapat hidup teratur, terhormat dan menjadi
karyawan perusahaan bergengsi, baik badan usaha milik swasta maupun badan usaha milik
negara ataupun badan usaha daerah/ PNS. Ajakan Valentino Dinsi dalam buku tersebut agar anak
muda dan orang tua termotivasi dan mengubah pandangan mereka untuk melawan kebiasaan
lama.
Kebijakan Pemerintah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) yang
diberikan akibat kenaikan harga BBM tidak pernah akan mengentaskan mereka dari kubang
kemiskinan. BLT tidak akan membuat orang melarat terangkat martabatnya justru membuat
mereka semakin melarat dan sekarat, baik lambat ataupun cepat disaat ini maupun masa datang.

Sebaiknya, uang tunai yang diberikan kepada keluarga miskin dijadikan sebagai sarana
untuk modal usaha bersama secara berkelompok dapat ditingkat desa atau kecamatan untuk
sebuah usaha yang dijalankan/ hak usaha yang dikerjakan.

Tahun 2009 sebagai Tahun Kemiskinan Terendah sejak 2006

Tabel 2.3 Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun Jumlah (juta jiwa) Presentase


1996 34,01 17,47
1998 49,50 24,23
1999 47,97 23,43
2000 38,70 19,14
2001 37,90 18,41
2002 38,40 18,20
2003 37,30 17,42
2004 36,10 16,66
2005 35,10 15,97
2006 39,30 17,75
2007 37,17 16,58
2008 35,96 15,42
2009 32,53 14,15

Angka kemiskinan di negeri ini terus menurun sejak terjadi lonjakan pada awal krisis
ekonomi. Data terbaru BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di negeri ini tinggal
32,53 juta jiwa atau 14,15%.

2.7 PROSES PEMISKINAN MUTLAK MELALUI BLT

BLT, atau Bantuan Langsung Tunai adalah dana yang dikeluarkan pemerintah untuk
rakyat miskin sebagai kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Propagandanya
adalah, sekarang subsidi bukan diberikan kepada BBM, melainkan langsung kepada orangnya.
Dengan cara ini, katanya, subsidi menjadi tepat sasaran, tidak lagi dinikmati (juga) oleh orang
kaya seperti model subsidi BBM sebelumnya

Bantuan langsung tunai (BLT) untuk keluarga miskin (gakin) rawan penyelewengan,
mulai dari jual beli kartu kompensasi BBM hingga uang jasa dan biaya transportasi pengambilan
subsidi yang membebani. Sejak BLT dikucurkan bagi gakin, terdapat orang-orang yang tak
merasa malu mengaku miskin hanya karena menginginkan BLT itu.

Sosiologis, kemiskinan diartikan keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara diri
sendiri sesuai taraf hidup suatu kelompok dan tidak mampu memanfaatkan potensi fisik maupun
mentalnya untuk memenuhi kebutuhan minimum. Dengan demikian kemiskinan merupakan
masalah sosial bagi masyarakat. Logikanya, seseorang enggan disebut miskin. Namun, kini
gakin populer karena mendapat BLT. Kenyataan bahwa berlomba-lombanya masyarakat
mendapatkan status miskin, menunjukkan rasa malu individu hilang ketika hal itu dilakukan
secara kolektif. Harga diri tidak lagi jadi pertimbangan utama. Tapi perebutan status miskin demi
BLT ini bukan fenomena baru. Berbagai manipulasi kemiskinan yang dulu dimainkan Orde
Baru, telah menyebar ke masyarakat dan menjadi sesuatu yang lumrah. Ketika menjadi sesuatu
yang lumrah, rasa malu sudah tidak relevan lagi.

Secara psikososial, orang hilang rasa malunya bila melakukan sesuatu beramai-ramai.
Demikian pula korupsi secara kolektif, tidak menimbulkan rasa malu bagi pelakunya. Jika pada
era Orde Baru berbagai daerah berebut meraih label daerah miskin untuk mendapat bantuan
Inpres Desa Tertinggal (IDT), kini orang berebut meraih status miskin. Inilah simptom dari
kondisi penyakit sosial yang berat, dan diperparah oleh sistem yang salah kaprah. BLT muncul
sebagai virus psikososial yang dapat melumpuhkan potensi sumber daya manusia (SDM) dalam
masyarakat.

Jika dana BLT yang menjadi kebijakan pemerintah terus menerus dijalankan dalam
rangka pengentasan kemiskinan, hal ini justru hanya akan menjadi proses pembodohan dan akan
mendorong kemalasan bagi para penerima BLT, sebab tidak usah bekerja atau berusaha toh akan
diberi dana kompensasi BLT. Pemberian dana BLT hanya mendorong sikap konsumtif dan
memanjakan masyarakat, itulah yang oleh rohaniwan alois Budi Purnomo yang disebut proses
pemiskinan mutlak. Bila kebijakan ini ditempuh, kemungkinan besar keluarga miskin yang
sebagaian adalah sebagai penganggur, baik penganggur berpendidikan maupun tidak
berpendidikan akan berubah menjadi pengusaha, sehingga keluarga miskin akan menjadi sehat
dan sejahtera dapat tercapai secara berangsur-angsur.

2.8 JUMLAH PENGANGGURAN DI INDONESIA

Menurut Valentino Dinsi (2005) jumlah penganggur di Indonesia mencapai 45,2 juta
orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,65 juta orang penganggur terdidik lulusan perguruan
tinggi. Dari jumlah penganggur terbuka 65,71% dikatakan sebagai penganggur terdidik yang
berpendidikan.

Jumlah penganggur lulusan sekolah menengah terus meningkat dari 2,1 juta orang pada
tahun 1997 menjadi 2,5 juta orang pada tahun 2000. Peningkatan jumlah penganggur ini juga
terhjadi pada lulusan perguruan tinggi tidak kurang dari 250 ribu penganggur lulusan sarjana
setiap tahunnya, 120 ribu orang penganggur lulusan D-3, dan 60 ribu lulusan D-1 dan D-3.
Potensi tenaga kerja yang cukup signifikan bila ada kebijakan pemerintah yang dapat
memperdayakan mereka.

Untuk mengatasi pengangguran tersebut, perlu ada instansi khusus yang tidak sekedar
proyek pelatihan tradisional atau konvensional selama ini seperti yang dilakukan oleh
Departemen Tenaga Kerja. Tetapi perlu dibentuk Departemen Pengentasan Pengangguran
Terdidik yang dapat menangani atau mengatasi para penganggur.

Dengan semakin rendahnya persen pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini


mengindikasikan bahwa tidak ada jalan lain, bila semua generasi muda dan juga orang tua untuk
mendorong para putera puterinya untuk mengubah paradigma agar tidak berusaha untuk menjadi
karyawan atau mencari pekerjaan melainkan mengubah paradigma setelah lulus dari bangku
kuliah bercita-cita menjadi pegawai agar mengubah kebiasaan untuk menjadi wirausahawan
yang dimulai dari pengusaha mikro, kecil atau menjadi pencipta lapangan kerja baru bagi orang
lain.
2.9 PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN DALAM NEGERI
INDONESIA

Silvia Mila Arlini dan Bernadetta Dwi Suatmi (2006) mengatakan bahwa “setiap negara
membutuhkan dana untuk membiayai proses pembangunannya. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan pemerintah untuk membiayai proses pembangunannya. pertama, dengan
mengandalkan sumber penerimaan dalam negeri berupa pajak. Kedua, dengan melakukan
pinjaman baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri. Ketiga, dengan mencetak uang.

Periode setelah krisis ekonomi Indonesia, pinjaman dari tahun 1998 sampai dengan
triwulan II tahun 2006, total pinjaman luar negeri Indonesia, baik pinjaman pemerintah dan
swasta mencapai sejumlah US$150,9 miliar. Total pinjaman luar negeri ini cenderung menurun
dari tahun ke tahun hingga pada triwulan II tahun 2006 menjadi US$128,9 miliar yang terdiri
atas pinjaman pemerintah dan swasta masing-masing US$78,6 miliar dan US$50,3 miliar.
Penurunan total pinjaman luar negeri ini terutama berasal dari penurunan pinjaman luar negeri
swasta, sementara pinjaman pemerintah periode ini cenderung meningkat. Sementara pinjaman
dalam negeri pemerintah sampai dengan 31 Desember 2005, total pinjaman dalam negeri
pemerintah Rp620,74 triliun. Selain itu, Pemerintah juga menerbitkan surat pinjaman dalam
bentuk dollar AS yang sampai dengan 31 Desember 2005 sejumlah US$3,50 miliar.

2.10 KONSEP CASH FLOW KUADRAN OLEH ROBERT T. KIYOSAKI

Robert T Kiyosaki adalah penulis buku Rich Dad Poor Dad, dan The Cash Flow
Quadrant yang menjadi best seller di seluruh dunia. Karyanya telah diterjemahkan ke berbagai
bahasa, dan menjadi panduan penting bagi masyarakat yang ingin menjadi pengusaha dan
investor.“Banyak orang bergumul dengan kesulitan finansial, yang sebenarnya disebabkan
mereka bertahun-tahun sekolah tapi tidak belajar apapun tentang uang. Hasilnya, orang bekerja
untuk mendapatkan uang, dan tak pernah belajar bagaimana memiliki uang yang bekerja untuk
mereka,”demikian ujar Robert dalam buku Rich Dad Poor Dad.Karya Robert yang paling dikenal
adalah membagi kategori hidup orang berdasarkan sumber penghasilan ke dalam 4 kuadran,
yakni kuadran I E (employee/pegawai), Kuadran II S (Self Employed/pekerja lepas), Kuadran III
B (business

Owner/pemilik usaha), dan kuadran IV I (Investor/penanam modal)

Robert mengatakan, kebanyakan dari kita berpotensi memperoleh penghasilan dari


keempat kuadran. Contoh kasus seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit dengan
jabatan direktur, memiliki klinik spesialis anak, dan punya usaha perkebunan. Sebagai direktur
rumah sakit, sang dokter ada di kuadran I (E), namun sebagai seorang ahli penyakit anak, ia
bertindak sebagai self employed (S). Ia juga memiliki usaha perkebunan, yang berarti seorang
business owner (B). Bisa jadi dokter itu juga melakukan investasi di sektor properti atau yang
lainnya yang berarti masuk ketagori kuadran IV. Nah sang dokter adalah orang yang lengkap
hidupnya karena mengalami hidup dalam kuadran I-IV.
Kiyosaki menawarkan konsep cemerlang bahwa dalam memperoleh pendapatn, seseorang
dikelompokkan dalam 4 kuadran, yaitu:

1) Kuadran Satu, Kuadran E (Employee), seseorang yang berposisi sebagai employee. Ia


sebagai pekerja untuk orang lain atau orang gajian, atau bekerja untuk asset bos,
misalnya guru, dosen, buruh pabrik, PNS, polisi, ABRI, dll.

2) Kuadran Dua, Kuadran S (Self-employee), seseorang yang berposisi sebagai pemilik


pekerjaan untuk dirinya sendiri. Contoh: dokter, atlet, pengacara, artis, pemilik took, dll.

3) Kuadran Tiga, Kuadran B (Business Owner), seseorang yang berposisi sebagai pemilik
usaha dengan membangun jaringan atau system. Contoh dalam kuadran ini:
konglomerat, waralaba, network marketing, dll.

4) Kuadran Empat, Kuadran I (Investor), seseorang yang berposisi sebagai pemodal,


pemilik modal. Contoh kuadran ini: pemilik deposito, pemilik saham, pemilik properti.

2.11 CONTOH KASUS

Toko ini sudah berdiri sejak lima tahun yang lalu, toko ini pada mulanya dijalankan oleh
adiknya Pak Tabah, tetapi adanya keterbataasan dana akhirnya Pak Tabah diberi kewenangan
untuk ikut untuk mengembangkan toko ini. Toko ini berada di Jalan Kenanga Raya no. 24, atau
tepatnya dibelakang toko roti Mawar. Toko ini berdiri karena motivasi dari kakaknya Pak Tabah,
dan waktu itu sedang terjadi masa krisis yang panjang di Indonesia. Pada waktu pertama berdiri
toko ini masih bangunan yang kecil, yang dimodali oleh Pak Tabah dan kakaknya. Dan ada
bebrapa karyawan yang telah berkerja pada toko ini.

            Modal pertama yang digunakan oleh Pak Tabah dan adiknya pada awal berdiri toko ini
sekitar Rp.70.000.000,-, dan modal sebesar itu bisa untuk membeli persediaan yang dibutuhkan
oleh toko, contohnya: semen, tegel, pipa, cat tembok, pintu warna, kuas dan lain-lain. Dari toko
ini Pak Tabah memperoleh penghasilan kotor sekitar Rp.80.000.000.00,-.

            Toko ini terkadang memiliki banyak konsumen juga terkadang sepi konsumen,
dikarenakan banyak persaingan yang terjadi diantara para pedagang toko. Toko beliau ini
menyediakan pesanan sesuai dengan permintaan pasar.

            Lama kelamaan toko bangunan Pak Tabah akhirnya terkenal di kalangan masyarakat
Medan, karena pelayanannya yang memuaskan para pelanggannya, yang membuat toko ini juga
laku keras adalah informasi dari mulut-kemulut yang dilakukan konsumen. Semakin larisnya
toko bangunan ini, maka dengan kebijakan Pak Tabah dan adiknya memutuskan untuk
menambah jumlah karyawannya.

Dengan ini Pak Tabah dan adiknya telah membantu untuk mengurangi jumlah
pengangguran yang ada di Kota Medan.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta
kebebasan pribadi. Kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola
pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu
berorientasi kepada pelanggan atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang
yang mampu memberikan nilai terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Berwirausaha bukan hanya didunia orang dewasa saja, tetapi juga bisa menjadi bagian
dari dunianya anak-anak. Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua
dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata
lebih kepada menggerakkan perubahan mental.

Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari hal yang paling
kecil dan sedehana yang dekat dengan kehidupan anak. Dengan mengandalkan hobi, kreativitas,
imajinasi dan ketekunan anak, hal tersebut tentunya memerlukan dukungan dan bimbingan dari
orangtua,atau dari sekolah agar anak dapat lebih terarah dalam menciptakan suatu hal yang dapat
bermanfaat bagi oranglain dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Mengingat bahwa di zaman
sekarang ini pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah
penawaran kesempatan kerja di seluruh sector tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau
penawaran tenaga kerja baru yang dihasilkan disegala level pendidikan.

Sangatlah sulit dalam mencari pekerjaan ataupun untuk mendapatkan pekerjaan. Jika kita
dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, kenapa tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Saiman, Leonardus. 2017. Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-Kasus. Jakarta: Selemba
Empat.

Azzam, Amierul. Konsep Dasar Dan Motivasi Berwirausaha. Diambil dari :

http://amieruddiensaliem.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-dan-motovasi-
berwirausaha_3801.html

Anonim,https://www.scribd.com/document/334252090/PENDIDIKAN-YANG-
BERWAWASAN-KEWIRAUSAHAAN-SEJAK-USIA-DINI-pdf

Anonim, http://www.hobo18.com/2016/06/motivasi-adalah-suatu-faktor-yang.html

Anonim,https://www.kaskus.co.id/thread/50ed1f2f2775b4fe1a000001/wirausahawan-vs-
karyawan/

Anonim, http://dhiyanpsi.blogspot.com/2008/06/bantuan-langsung-tunai-blt.html

Anda mungkin juga menyukai