Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan mendeskripsikan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian.

Data yang diperoleh dalam penelitian telah melalui serangkaian proses yang kemudian

dianalisis secara deskriptif maupun statistik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu sebanyak 335 remaja dengan rentang usia 16 sampai 17 tahun yang merupakan siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Banda Aceh.Penelitian dilakukan pada empat

sekolah di Kota Banda Aceh, yaitu SMAN 11, SMAN 12, SMAN 5 dan SMAN 16.

A. Deskripsi Subjek Penelitian

1. Deskripsi subjek penelitian

Data penelitian diuraikan secara deskriptif dari data demografi

subjekpenelitian. Data deskriptif ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan ayah,

pekerjaan ayah, dan usia ayah. Penelitian ini dilakukan pada empat sekolah di Kota

Banda Aceh dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 335.Data demografi

subjek penelitian yang diperoleh dapat dilihat padatabel dibawah ini:


Tabel 4.1
Data demografi subjek penelitian
No. Deskripsi subjek Kategori Jumlah Persentase Total

1. Jenis kelamin Laki-laki 149 44,47


100 %
Perempuan 186 55,53

2. Usia 16 tahun 140 41,79


100 %
17 tahun 195 58,21

3. Pendidikan ayah SD 19 5,67

SMP 27 8,05

SMA (SMK/STM) 224 66,86

D1 1 0,29

D2 1 0,29 100%

D3 20 5,97

S1 38 11,34

S2 4 1,19

S3 1 0,29

4. Pekerjaan ayah Wiraswasta 147 43,88 100%

Buruh 27 8,05

Petani 18 5,37

Nelayan 2 0,59

PNS 41 12,23

TNI 8 2,38

Polri 5 1,49

Supir 18 5,37
Pensiunan 11 3,28

Karyawan 20 5,97

Tukang bangunan 21 6,26

Tukang parkir 2 0,59

Tukang becak 5 1,49

Perawat 1 0,29

Montir 5 1,49

Dosen 3 0,89

Seniman 1 0,29

5. Usia ayah 35-40 tahun 16 16

41-45 tahun 58 58

46-50 tahun 150 150

51-55 tahun 65 65
100%
56-60 tahun 32 32

61-65 tahun 10 10

66-70 tahun 3 3

81-85 tahun 1 1

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dlilihat bahwa terdapat 149 subjek penelitian

(44,47%) berjenis kelamin laki-laki dan 186 subjek penelitian (55,52%) berjenis kelamin

perempuan. Kemudian diketahui pula usia subjek dalam penelitian berkisar antara 16

sampai 17 tahun, dengan jumlah tertinggi terdapat pada subjek yang berusia 17 tahun yaitu

sebanyak 195 (58,21%). Selanjutnya terdapat sembilan kategori pendidikan ayah

subjekpenelitian, dengan jumlah tertinggi pendidikan ayah sebanyak 224 lulusan SMA
(SMK/STM) (66,86%). Kemudian terdapat sebanyak 17 kategori pekerjaan ayah, dengan

jumlah tertinggi pekerjaan ayah terdiri dari 147 pekerja wiraswasta (43,88%). Selanjutnya

terdapat delapankategori usia ayah dari subjek penelitian, dengan jumlah tertinggi terdapat

pada rentang usia 46 tahun sampai dengan 50 tahun yaitu sebanyak (44,77%).

2. Analisis deskriptif

a. Deskriptif data keterlibatan ayah

Analisis secara deskriptif dilakukan untuk melihat deskripsi datahipotetik (yang

mungkin terjadi) dan empiris (berdasarkan kenyataandilapangan) dari variabel

keterlibatan ayah. Adapun deskripsi data hasilpenelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Deskriptif data skala keterlibatan ayah
Data hipotetik Data empirik
Variabel
X max X min Mean SD X max X min Mean SD

keterlibatan
ayah yang 100 20 60 20 100 20 71,59 18,076
dilaporkan

Keterangan Rumus Skor Hipotetik :


1. Skor maksimal (Xmaks) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai
tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban
2. Skor minimal (Xmin) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendah
dari pembobotan pilihan jawaban.
3.Mean (μ) dengan rumus μ = (skor maks + skor min)/2
4. Standar deviasi (σ) dengan rumus σ = (skor maks – skor min)/6
Berdasarkan tabel4.2 di atas, deskripsi data hasil penelitian tersebut dijadikan

batasan dalam pengkategorian subjek penelitian yang terdiri dari dua kategori, yaitu tinggi

dan rendah. Pembagian dua kategorisasi ini berdasarkan hasil penelitian Finley dan

Schwartz (2004) dan penelitian lainnya yang menggunakan FIS. Pembagian kategori subjek

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan batas kisaran skor atau fluktuasi

skor mean (Azwar, 2013). Pengkategorian variabel keterlibatan ayah baik keterlibatan ayah

yang dilaporkan maupun keterlibatan ayah yang diinginkan menggunakan rumus interval

seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3
Rumus norma kategorisasi keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported)

Rumusan interval Kategori

X > Zα/2(Se) + M Tinggi

Zα/2(Se) + M ≥ X ≤ Zα/2(Se) – M Tidak terkategorisasi

X < Zα/2(Se) – M Rendah

Keterangan:
M = Mean
Z = Nilai Z Skor
Α = Taraf signifikansi penelitian
Se = Eror standar dalam pengukuran
Berdasarkan norma kategori tersebut, pembagian kategorisasi pada keterlibatan

ayah yang dilaporkan (reported) dapat dilakukan dengan cara mendapatkan eror standar

terlebih dahulu, yaitu:

Se = Sx √(1-rxx’)

= 18,076 √(1-0,960)

= 18,076 √(0,04)
= 18,076 (0,2)

= 3, 6152 (dibulatkan menjadi 4)

Keterangan rumus standar eror:

Se = Standar eror dalam pengukuran

Sx = Deviasi standar eror

rxx’ = Koefisien reliabilitas

Besarnya Se akan memberikan gambaran kecermatan fungsi ukur skala karena

dengan menggunakan Se fluktuasi skor keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) dapat

diestimasi, yaitu:

X ± Zα/2 (Se)

X ± Z0,025 (4)

X ± 1,960 (4)

X ± 7,84 (dibulatkan menjadi 8)

Keterangan persamaan fluktasi skor:

Z = Nilai Z skor

α = Taraf signifikasi penelitian

Se = Eror standar dalam pengukuran

Dengan skor mean (M) = 71,59, maka batas skor untuk kategorisasi tinggi dimulai dari skor

71,59 + 8 = 79,59 dan batas skor untuk kategorisasi rendah dimulai dari skor 71,59 - 8 =

63,59 (Azwar, 2013). Setelah mendapatkan interval kategorisasi skor, maka norma
kategorisasi diagnosis pada keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4
Kategorisasi keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported)
Rumusan norma kategori Kategorisasi Jumlah Persentase (%)

X > 79,59 Tinggi 125 37,31

63,59 ≤ X ≥ 79,59 Tidak terkategorisasi 119 35,52

X <63,59 Rendah 91 27,16

Total 335 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa pada keterlibatan ayah yang

dilaporkan (reported), subjek penelitian yang masuk ke dalam kategori tinggi yaitu

sebanyak 125 remaja (37,31%), sementara 119 remaja lainnya tidak terkategorisasi

(35,52%).

b. Deskripsi data kenakalan remaja

Analisis secara deskriptif dilakukan untuk melihat deskripsi datahipotetik (yang

mungkin terjadi) dan empiris (berdasarkan kenyataandilapangan) dari variabel

kenakalan remaja. Adapun deskripsi data hasilpenelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Deskriptif data skala kenakalan remaja
Data hipotetik Data empirik
Variabel
X max X min Mean SD X max Xmin Mean SD

Kenakalan
423 47 235 62,6 87 47 53,28 7,517
remaja
Keterangan Rumus Skor Hipotetik :
1. Skor maksimal (Xmaks) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilaitertinggi dari
pembobotan pilihan jawaban
2. Skor minimal (Xmin) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendahdari
pembobotan pilihan jawaban.
3.Mean (μ) dengan rumus μ = (skor maks + skor min)/2
4. Standar deviasi (σ) dengan rumus σ = (skor maks – skor min)/6

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Huizinga dan Elliott (1986) yang

menyebutkan bahwa kategori kenakalan yang rendah yaitu yang melaporkan lima atau

lebih sedikit pelanggaran dan kategori kenakalan yang tinggi yaitu yang melaporkan enam

atau lebih pelanggaran. Pernyataan tersebut dijadikan batasan dalam pengkategorian subjek

penelitian yang terdiri dari dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Kategorisasi diagnosa

pada kenakalan remaja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Kategorisasi kenakalan remaja


Rumusan norma kategori Kategorisasi Jumlah Persentase (%)

X ≥6 pelanggaran Tinggi 76 22,68

X ≤ 5 pelanggaran Rendah 259 77, 32

Total 335 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa pada kenakalan remaja, subjek

penelitian yang masuk ke dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 76 remaja (22,68%),

sebagian besar remaja lainnya yaitu sebanyak 293 remaja (77,32%) tergolong pada kategori

rendah.
B. Hasil Penelitian

1. Hasil uji asumsi

a. Uji normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas data melalui Kolmogorov Smirnov tehadap

variabel dalam penelitian ini diketahui bahwadata tidak berdistribusi normal. Uji

normalitas untuk variabel keterlibatan ayah yang dilaporkan diperoleh nilai

signifikansi p< 0,05, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi

secara normal. Selanjutnya, hasil uji normalitas variabel keterlibatan ayah yang

diinginkan diketahui memiliki nilai signifikansi p< 0,05, nilai tersebut menujukkan

bahwa data tidak berdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas variabel

kenakalan remaja diperoleh nilai signifikansi p< 0,05 nilai tersebut menunjukkan

bahwa data tidak berdistribusi secara normal.

Selanjutnya, berdasarkan Exploratory Data Analysis (EDA), hasil analisis

pada keterlibatan ayah yang dlaporkan (reported) diperoleh hasil analisadeskriptif

skewness dan kurtosis sekitar -0,780 dan 0,209, yang juga diikuti nilai mean dan

median sekitar 71,58 dan 75,00. Kemudian titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang

dilaporkan (reported) tidak mengikuti garis lurus.Berdasarkan penjelasan analisis

deskriptif menunjukkan bahwa variabel keterlibatan ayah yang dilaporkan

(reported) tidak berdistribusi normal. Titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang

dilaporkan (reported) dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.


Gambar 4.1 Titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported)

Sementara itu, berdasarkan Exploratory Data Analysis (EDA), hasil analisis

pada keterlibatan ayah yang diinginkan (desired)diperoleh hasil analisa deskriptif

skewness dan kurtosis sekitar -0,333 dan 0,287, yang juga diikuti nilai mean dan

median sekitar 68,63 dan 68,00. Kemudian titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang

diinginkan (desired) mengikuti garis lurus. Berdasarkan penjelasan analisis

deskriptif menunjukkan bahwa variabel keterlibatan ayah yang diinginkan (desired)

berdistribusi normal. Titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang diinginkan (desired)

dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4.2Titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang diinginkan (desired)


Selanjutnya, berdasarkan Exploratory Data Analysis (EDA), hasil analisis

pada kenakalan remaja diperoleh hasil analisadeskriptif skewness dan kurtosis

sekitar 1,937 dan 4,115, yang juga diikuti nilai mean dan median sekitar 53,28 dan

50,00. Kemudian titik Q-Q plot kenakalan remaja tidak mengikuti garis lurus.

Berdasarkan penjelasan analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel kenakalan

remaja tidak berdistribusi normal. Titik Q-Q plot kenakalan remaja dapat dilihat

pada gambar 4.3 dibawah ini.

Grafik 4.3 Titik Q-Q plot kenakalan remaja

b. Uji linieritas

Hasil uji linieritas yang dilakukan terhadap variabel penelitian melalui

ANOVA test for linearity, pada variabelketerlibatanayahdengan kenakalan remaja

menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p< 0.05).Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel keterlibatan ayah dengan

kenakalan remaja.
2. Hasil uji hipotesis

Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan analisis statistik

nonparametric dengan teknik korelasi Spearman. Hasil analisis untuk keterlibatan

ayahdalam pengasuhan dengan kenakalan remaja menunjukkan adanya korelasi,

yaitu diperolehkoefisien korelasi sebesar (r) = −0,287 dengan nilai signifikansi

penelitian sebesar p< 0.05.Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian

diterimayaitu terdapat hubungan negatif antara keterlibatan ayahdengan kenakalan

remaja di Kota Banda Aceh, artinya semakin tinggi keterlibatan ayah maka akan

semakin rendah kenakalan remaja di Kota Banda Aceh dan begitu pula sebaliknya.

Analisiskorelasi tambahan dilakukan dalam penelitian ini.Analisis korelasi

ini menggunakan variabel keterlibatan ayah yang diinginkan (desired). Variabel

ini digunakan untuk melihat kesesuaian antara keterlibatan ayah yang subjek

laporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang subjek inginkan (desired).Hasil

analisis tambahan ini menunjukkan adanya korelasi antara keterlibatan ayah yang

dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan (desired) yang

meiliki koefisien korekasi sebesar (r) = 0,487 dengan nilai signifikansi penelitian

sebesar p< 0.05. Dari hasil analisis tersebut mengartikan bahwa terdapat hubungan

positif antara keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) dengan keterlibatan

ayah yang diinginkan (desired), artinya semakin tinggi keterlibatan ayah yang

dilaporkan (reported) dalam pengasuhan maka akan semakin tinggi pula

keterlibatan ayah yang diinginkan (desired) dan begitpula sebaliknya.


C. Pembahasan

Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dalam

pengasuhan dengan kenakalan remaja di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini

menunjukkanbahwaterdapat hubungan yang negatif antaraketerlibatan ayahdengan

kenakalan remaja. Dapat disimpulkanbahwa hipotesis (HA) yang diajukan pada penelitian

ini diterima, yaitu semakin tinggi keterlibatan ayah maka akan semakin rendah kenakalan

remaja begitupula sebaliknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harris

dkk., (1998) yang menyebutkan bahwa tingginyaketerlibatandan kedekatan antara ayah dan

remaja dapat melindungi remaja untuk terlibat dalam perilakukenakalandan mengalami

tekanan emosional. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sarkadi dkk.,(2007) juga

menyebutkan bahwa keterlibatan ayah dapat memengaruhi bentuk masalah perilaku yang

signifikan selama masa remaja dandewasa awal seperti kenakalan atau kriminalitas.Hurlock

(2009) menyebutkan bahwa bentuk masalah perilaku lainnya selama masa remaja yaitu

sepertimerokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam

perbuatan seks.

Kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhandapat berhubungan dengan kenakalan

remaja dan agresi(Loeber dkk.,dalam Gryczkowski dkk., 2010). Hawkins dan Palkovits

(1999) menyebutkan bahwa adanya keterlibatan ayah dalam pengasuhandapatmengurangi

risiko perilaku kenakalan pada remajaMenurut Zimmermandkk.,(dalam Volker,2014)


kualitasketerlibatan ayah serta dukungan yang diberikan ayah dapatmengurangi

perkembangan masalah perilakuseperti penggunaan narkotika, kenakalan, dan perilaku

kekerasan lainnyapada remaja.Barnes (1992) juga menambahkan bahwa keterlibatan ayah

dalam pengasuhan dapat mengurangi perilaku membolos dan pencurian pada anak.

Finley dan Schwartz (2004) menyebutkan bahwa ayah dapat terlibat dalam tiga bentuk

keterlibatan yaitu keterlibatan instrumental seperti terlibat dalam perkembangan emosional,

sosial, spiritual, serta berbagi kegiatan bersama, selanjutnya bentuk keterlibatan ekspresif

yaitu terlibat dalam perkembangan etika dan moral, memberikan uang atau materi, serta

memberikan kedisiplinan, dan berikutnya yaitu bentuk keterlibatan mentoring/advising

yaituterlibat dalam perkembangan intelektual, mengembangkan kompetensi anak,

sertamemberikan nasihat.

Finley dan Schwartz (2006) menyebutkan bahwa ayah secara signifikan lebih

terlibatdalam keterlibatan instrumental dibandingkandengan keterlibatan ekspresif. Salah

satu bentuk keterlibatan instrumental adalah kedisiplinan. Menurut Coley dan Medeiros

(2007) kedisiplinan yang diberikan ayah dalam pengasuhan dapatmengurangi masalah

perilaku pada remaja karena kesediaan ayah dalam mengawasi anak dapat menurunkan

peluang munculnya masalah perilaku pada remaja seperti tindakan kenakalan remaja.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keterlibatan ayah memiliki sumbangan

efektif yang rendah yaitu sebesar 14,3% terhadap kenakalan remaja. Sementara sebesar

85,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Berdasarkan pengelompokkan kategorisasi keterlibatan ayah dalam penelitian ini

diperoleh sebanyak 125 remaja (37,31%) melaporkan keterlibatan ayah yang tinggi dan

91remaja (27,16%) melaporkan keterlibatan ayah yang rendah.Tingginya keterlibatan ayah

dapat memberi pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan sosial (social growth) remaja

(Santrock, 2005).Selanjutnya pengelompokkan kategorisasi kenakalan remaja dalam

penelitian ini menunjukkan sebanyak 76 remaja (22,68%) berada pada tingkat kenakalan

yang tinggi dan 259 remaja (77,32%) berada pada tingkat kenakalan yang rendah. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa perilaku kenakalan pada remaja saat inidi Kota Banda Aceh

termasuk ke dalam kategori rendah.

Perilaku kenakalan remaja semakin memprihantinkan. Menurut Raaijmakers dkk.,

(2010) perilaku kenakalan pada remaja dapat mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil

penelitian ini, tingkat kenakalan pada subjek penelitian memiliki kemungkinan untuk

mengalami peningkatan pada tahap perkembangan selanjutnya. Penelitian yang dilakukan

oleh Unayah dan Sabarisman (2015) telah menunjukkan bahwa perilaku kenakalan yang

dilakukan oleh remaja saat ini sudah mencapai bentuk kenakalan berat seperti pencurian,

tawuran, perampokan, bahkan pemerkosaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada orang tua,

pihak sekolah, serta orang-orang di lingkungan sekitar agar dapat melakukan pengawasan

yang lebih efektif terhadap remaja di Kota Banda Aceh guna mencegah munculnya perilaku

kenakalan yang lebih serius.

Selanjutnya, berdasarkan perhitungan statistik analisis korelasi tambahan antara

keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan
(desired)menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterlibatan ayah yang

dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan (desired) artinya semakin

tinggi keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) maka akan semakin tinggi pula

keterlibatan ayah yang diinginkan (desired). Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan ayah

yang dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan (desired) telah sesuai

dan terpenuhi.

Pada proses pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari banyaknya keterbatasan dan

kekurangan dalam penelitian ini.Seperti, pernyataan pada setiap butir aitem skala

keterlibatan ayah yang terdiri dari bentuk frase sehingga terjadi kesalahpahaman pada

subjek penelitian dalam menangkap informasi, oleh karena itu peneliti membutuhkan waktu

lebih banyak untuk menjelaskan agar subjek penelitian dapat memahami pernyataan

tersebut. Kemudian, mungkin saja subjek penelitian memilih jawaban yang cenderung

dirasa baik secara sosial karena mereka melakukan faking good (berpura-pura baik) agar

tidak dianggap sebagai orang yang kurang mampu menilai dirinya secara positif.

Selanjutnya, peneliti mengalami kesulitan untuk membangun kepercayaan dengan subjek

penelitianguna memperoleh jawaban yang jujur, hal ini disebabkan karena remaja khawatir

apabila informasi yang mereka berikan akan dilaporkan pada pihak tertentu seperti pihak

sekolah, orangtua bahkan institusi terkait. Selain itu, keterlibatan ayah yang diukur dalam

penelitian ini hanya melihat pandangan dari anak (remaja) tanpa melihat dari sisi ayah

sehingga informasi yang didapatkan tidak menyeluruh. Beberapa keterbatasan ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai