Bab ini akan mendeskripsikan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian telah melalui serangkaian proses yang kemudian
dianalisis secara deskriptif maupun statistik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 335 remaja dengan rentang usia 16 sampai 17 tahun yang merupakan siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Banda Aceh.Penelitian dilakukan pada empat
sekolah di Kota Banda Aceh, yaitu SMAN 11, SMAN 12, SMAN 5 dan SMAN 16.
subjekpenelitian. Data deskriptif ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan ayah,
pekerjaan ayah, dan usia ayah. Penelitian ini dilakukan pada empat sekolah di Kota
SMP 27 8,05
D1 1 0,29
D2 1 0,29 100%
D3 20 5,97
S1 38 11,34
S2 4 1,19
S3 1 0,29
Buruh 27 8,05
Petani 18 5,37
Nelayan 2 0,59
PNS 41 12,23
TNI 8 2,38
Polri 5 1,49
Supir 18 5,37
Pensiunan 11 3,28
Karyawan 20 5,97
Perawat 1 0,29
Montir 5 1,49
Dosen 3 0,89
Seniman 1 0,29
41-45 tahun 58 58
51-55 tahun 65 65
100%
56-60 tahun 32 32
61-65 tahun 10 10
66-70 tahun 3 3
81-85 tahun 1 1
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dlilihat bahwa terdapat 149 subjek penelitian
(44,47%) berjenis kelamin laki-laki dan 186 subjek penelitian (55,52%) berjenis kelamin
perempuan. Kemudian diketahui pula usia subjek dalam penelitian berkisar antara 16
sampai 17 tahun, dengan jumlah tertinggi terdapat pada subjek yang berusia 17 tahun yaitu
subjekpenelitian, dengan jumlah tertinggi pendidikan ayah sebanyak 224 lulusan SMA
(SMK/STM) (66,86%). Kemudian terdapat sebanyak 17 kategori pekerjaan ayah, dengan
jumlah tertinggi pekerjaan ayah terdiri dari 147 pekerja wiraswasta (43,88%). Selanjutnya
terdapat delapankategori usia ayah dari subjek penelitian, dengan jumlah tertinggi terdapat
pada rentang usia 46 tahun sampai dengan 50 tahun yaitu sebanyak (44,77%).
2. Analisis deskriptif
Tabel 4.2
Deskriptif data skala keterlibatan ayah
Data hipotetik Data empirik
Variabel
X max X min Mean SD X max X min Mean SD
keterlibatan
ayah yang 100 20 60 20 100 20 71,59 18,076
dilaporkan
batasan dalam pengkategorian subjek penelitian yang terdiri dari dua kategori, yaitu tinggi
dan rendah. Pembagian dua kategorisasi ini berdasarkan hasil penelitian Finley dan
Schwartz (2004) dan penelitian lainnya yang menggunakan FIS. Pembagian kategori subjek
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan batas kisaran skor atau fluktuasi
skor mean (Azwar, 2013). Pengkategorian variabel keterlibatan ayah baik keterlibatan ayah
yang dilaporkan maupun keterlibatan ayah yang diinginkan menggunakan rumus interval
Tabel 4.3
Rumus norma kategorisasi keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported)
Keterangan:
M = Mean
Z = Nilai Z Skor
Α = Taraf signifikansi penelitian
Se = Eror standar dalam pengukuran
Berdasarkan norma kategori tersebut, pembagian kategorisasi pada keterlibatan
ayah yang dilaporkan (reported) dapat dilakukan dengan cara mendapatkan eror standar
Se = Sx √(1-rxx’)
= 18,076 √(1-0,960)
= 18,076 √(0,04)
= 18,076 (0,2)
dengan menggunakan Se fluktuasi skor keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) dapat
diestimasi, yaitu:
X ± Zα/2 (Se)
X ± Z0,025 (4)
X ± 1,960 (4)
Z = Nilai Z skor
Dengan skor mean (M) = 71,59, maka batas skor untuk kategorisasi tinggi dimulai dari skor
71,59 + 8 = 79,59 dan batas skor untuk kategorisasi rendah dimulai dari skor 71,59 - 8 =
63,59 (Azwar, 2013). Setelah mendapatkan interval kategorisasi skor, maka norma
kategorisasi diagnosis pada keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported)
Rumusan norma kategori Kategorisasi Jumlah Persentase (%)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa pada keterlibatan ayah yang
dilaporkan (reported), subjek penelitian yang masuk ke dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 125 remaja (37,31%), sementara 119 remaja lainnya tidak terkategorisasi
(35,52%).
Tabel 4.5
Deskriptif data skala kenakalan remaja
Data hipotetik Data empirik
Variabel
X max X min Mean SD X max Xmin Mean SD
Kenakalan
423 47 235 62,6 87 47 53,28 7,517
remaja
Keterangan Rumus Skor Hipotetik :
1. Skor maksimal (Xmaks) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilaitertinggi dari
pembobotan pilihan jawaban
2. Skor minimal (Xmin) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendahdari
pembobotan pilihan jawaban.
3.Mean (μ) dengan rumus μ = (skor maks + skor min)/2
4. Standar deviasi (σ) dengan rumus σ = (skor maks – skor min)/6
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Huizinga dan Elliott (1986) yang
menyebutkan bahwa kategori kenakalan yang rendah yaitu yang melaporkan lima atau
lebih sedikit pelanggaran dan kategori kenakalan yang tinggi yaitu yang melaporkan enam
atau lebih pelanggaran. Pernyataan tersebut dijadikan batasan dalam pengkategorian subjek
penelitian yang terdiri dari dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Kategorisasi diagnosa
Tabel 4.6
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa pada kenakalan remaja, subjek
penelitian yang masuk ke dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 76 remaja (22,68%),
sebagian besar remaja lainnya yaitu sebanyak 293 remaja (77,32%) tergolong pada kategori
rendah.
B. Hasil Penelitian
a. Uji normalitas
variabel dalam penelitian ini diketahui bahwadata tidak berdistribusi normal. Uji
signifikansi p< 0,05, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi
secara normal. Selanjutnya, hasil uji normalitas variabel keterlibatan ayah yang
diinginkan diketahui memiliki nilai signifikansi p< 0,05, nilai tersebut menujukkan
bahwa data tidak berdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas variabel
kenakalan remaja diperoleh nilai signifikansi p< 0,05 nilai tersebut menunjukkan
skewness dan kurtosis sekitar -0,780 dan 0,209, yang juga diikuti nilai mean dan
median sekitar 71,58 dan 75,00. Kemudian titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang
(reported) tidak berdistribusi normal. Titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang
skewness dan kurtosis sekitar -0,333 dan 0,287, yang juga diikuti nilai mean dan
median sekitar 68,63 dan 68,00. Kemudian titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang
berdistribusi normal. Titik Q-Q plot keterlibatan ayah yang diinginkan (desired)
sekitar 1,937 dan 4,115, yang juga diikuti nilai mean dan median sekitar 53,28 dan
50,00. Kemudian titik Q-Q plot kenakalan remaja tidak mengikuti garis lurus.
remaja tidak berdistribusi normal. Titik Q-Q plot kenakalan remaja dapat dilihat
b. Uji linieritas
bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel keterlibatan ayah dengan
kenakalan remaja.
2. Hasil uji hipotesis
remaja di Kota Banda Aceh, artinya semakin tinggi keterlibatan ayah maka akan
semakin rendah kenakalan remaja di Kota Banda Aceh dan begitu pula sebaliknya.
ini digunakan untuk melihat kesesuaian antara keterlibatan ayah yang subjek
analisis tambahan ini menunjukkan adanya korelasi antara keterlibatan ayah yang
meiliki koefisien korekasi sebesar (r) = 0,487 dengan nilai signifikansi penelitian
sebesar p< 0.05. Dari hasil analisis tersebut mengartikan bahwa terdapat hubungan
ayah yang diinginkan (desired), artinya semakin tinggi keterlibatan ayah yang
pengasuhan dengan kenakalan remaja di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini
kenakalan remaja. Dapat disimpulkanbahwa hipotesis (HA) yang diajukan pada penelitian
ini diterima, yaitu semakin tinggi keterlibatan ayah maka akan semakin rendah kenakalan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harris
dkk., (1998) yang menyebutkan bahwa tingginyaketerlibatandan kedekatan antara ayah dan
tekanan emosional. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sarkadi dkk.,(2007) juga
menyebutkan bahwa keterlibatan ayah dapat memengaruhi bentuk masalah perilaku yang
signifikan selama masa remaja dandewasa awal seperti kenakalan atau kriminalitas.Hurlock
(2009) menyebutkan bahwa bentuk masalah perilaku lainnya selama masa remaja yaitu
perbuatan seks.
remaja dan agresi(Loeber dkk.,dalam Gryczkowski dkk., 2010). Hawkins dan Palkovits
dalam pengasuhan dapat mengurangi perilaku membolos dan pencurian pada anak.
Finley dan Schwartz (2004) menyebutkan bahwa ayah dapat terlibat dalam tiga bentuk
sosial, spiritual, serta berbagi kegiatan bersama, selanjutnya bentuk keterlibatan ekspresif
yaitu terlibat dalam perkembangan etika dan moral, memberikan uang atau materi, serta
sertamemberikan nasihat.
Finley dan Schwartz (2006) menyebutkan bahwa ayah secara signifikan lebih
satu bentuk keterlibatan instrumental adalah kedisiplinan. Menurut Coley dan Medeiros
perilaku pada remaja karena kesediaan ayah dalam mengawasi anak dapat menurunkan
peluang munculnya masalah perilaku pada remaja seperti tindakan kenakalan remaja.
efektif yang rendah yaitu sebesar 14,3% terhadap kenakalan remaja. Sementara sebesar
85,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Berdasarkan pengelompokkan kategorisasi keterlibatan ayah dalam penelitian ini
diperoleh sebanyak 125 remaja (37,31%) melaporkan keterlibatan ayah yang tinggi dan
dapat memberi pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan sosial (social growth) remaja
penelitian ini menunjukkan sebanyak 76 remaja (22,68%) berada pada tingkat kenakalan
yang tinggi dan 259 remaja (77,32%) berada pada tingkat kenakalan yang rendah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perilaku kenakalan pada remaja saat inidi Kota Banda Aceh
(2010) perilaku kenakalan pada remaja dapat mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
penelitian ini, tingkat kenakalan pada subjek penelitian memiliki kemungkinan untuk
oleh Unayah dan Sabarisman (2015) telah menunjukkan bahwa perilaku kenakalan yang
dilakukan oleh remaja saat ini sudah mencapai bentuk kenakalan berat seperti pencurian,
tawuran, perampokan, bahkan pemerkosaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada orang tua,
pihak sekolah, serta orang-orang di lingkungan sekitar agar dapat melakukan pengawasan
yang lebih efektif terhadap remaja di Kota Banda Aceh guna mencegah munculnya perilaku
keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan
(desired)menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterlibatan ayah yang
dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan (desired) artinya semakin
tinggi keterlibatan ayah yang dilaporkan (reported) maka akan semakin tinggi pula
keterlibatan ayah yang diinginkan (desired). Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan ayah
yang dilaporkan (reported) dengan keterlibatan ayah yang diinginkan (desired) telah sesuai
dan terpenuhi.
kekurangan dalam penelitian ini.Seperti, pernyataan pada setiap butir aitem skala
keterlibatan ayah yang terdiri dari bentuk frase sehingga terjadi kesalahpahaman pada
subjek penelitian dalam menangkap informasi, oleh karena itu peneliti membutuhkan waktu
lebih banyak untuk menjelaskan agar subjek penelitian dapat memahami pernyataan
tersebut. Kemudian, mungkin saja subjek penelitian memilih jawaban yang cenderung
dirasa baik secara sosial karena mereka melakukan faking good (berpura-pura baik) agar
tidak dianggap sebagai orang yang kurang mampu menilai dirinya secara positif.
penelitianguna memperoleh jawaban yang jujur, hal ini disebabkan karena remaja khawatir
apabila informasi yang mereka berikan akan dilaporkan pada pihak tertentu seperti pihak
sekolah, orangtua bahkan institusi terkait. Selain itu, keterlibatan ayah yang diukur dalam
penelitian ini hanya melihat pandangan dari anak (remaja) tanpa melihat dari sisi ayah
sehingga informasi yang didapatkan tidak menyeluruh. Beberapa keterbatasan ini dapat