Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EVIDENCE BASE MIDWIFERY PADA BBL

Tugas ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Profesionalisme kebidanan
Dosen Pengampu : Kartika Dian Listyaningsih, SST.,M.Sc

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3

1. Antika Nurvidary 6. NandaMeilawati


2. Arum Nur Syahidah 7. Rachell Yuki
3. Dwi Putri Ulina 8. Susilowati
4. Emma Biring 9. Tika Pamuji Yumarno
5. Endah Suci 10. Vela Dhita

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA AHLI KREDIT


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi baru lahir merupakan masa yang perlu mendapatkan perhatian dan
perawatan yang ekstra karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi, Perawatan
bayi baru lahir sangat dibutuhkan oleh bayi, karena pada waktu kelahiran, sejumlah
adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan dramatis
ini, bayi memerlukan pemantuan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu
transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus. Pendidikan sangat
mempengaruhi seseorang dalam menerima suatu informasi.

Perawatan tali pusat sebenarnya merupakan tindakan sederhana untuk mencegah


infeksi pada tali pusat. Perawatan tali pusat secara medis dapat meggunakan bahan
antiseptik yang meliputi alkohol 70% atau povidon iodine 10% (Bethadine), dll (Sodikin,
2009). Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/ lembab (Depkes RI, 2009). Masalah
perawatan neonatal yang dialami masyarakat adalah kemandirian ibu dalam perawatan
BBL yang kurang sehingga perawatan BBL dilakukan orang lain tanpa memperhatikan
kebersihan maupun sterilitas saat pada perawatan BBL. Kurangnya kemandirian dalam
perawatan bayi baru lahir terutama didaerah desa pelosok banyak dijumpai ibu yang baru
melahirkan menyerahkan perawatan BBL pada ibu kandung, nenek, dukun bayi yang
masih tradisional atau berdasarkan pengalaman yang salah.

Bayi yang lahir dipandang sebagai bagian dari keluarga. Perawatan bayi tidak
terlepas dari peran serta keluarga. Perawatan bayi yang baik dan benar akan dapat
mencegah bayi dari suatu keadaan yang tidak diinginkan dan bisa membuat bayi menjadi
bugar dan sehat. Diharapkan bayi akan bisa tumbuh dan berkembang menjadi generasi
yang cerdas. Oleh karena itu, perawatan bayi haruslah dimulai sedini mungkin dengan
melibatkan keluarga terutama orang yang dekat dengan bayi seperti ibu. Pendekatan yang
bisa dilakukan adalah dengan mengunakan model perawatan ibu dan bayi atau lebih
dikenal dengan mother-baby care (M-BC). Salah satu model yang bertujuan untuk
memandirikan pasien dan membelajarkan pasien agar kebutuhannya terpenuhi adalah
model Mother-Baby Care.

Salah satu cara perawatan pada bayi untuk meningkatkan berat badan pada bayi
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan prematur yaitu dengan cara metode kanguru,
dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan pernapasannya lebih teratur, sehingga
penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah
bayi kedinginan. Bayi lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya
menjadi lebih cepat (Luize. 2003) (Fandizal, 2007).

B. Metode Penelitian
1. Desain penelitian yang digunakan yaitu cohort menggunakan pendekatan retrospektif
2. Desain penelitian ini adalah deskriptif survey
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
4. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan
mengunakan pretest-postest only.
5. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pendekatan pre dan post control
group design yaitu atau eksperimen yang tidak sebenarnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Riwayat Usia Pernikahan dengan Sikap Ibu dalam Perawatan Bayi Baru
Lahir
Hasil tabel mengenai riwayat usia pernikahan didapatkan responden menikah
pada usia cukup (≥ 20 - < 35 tahun) sebanyak 18 orang (25,7%). Menurut BKKBN
(2008), usia pernikahan antara ≥ 20 - < 35 tahun merupakan usia pernikahan cukup. Usia
pernikahan cukup terjadi pada masa dewasa awal . Masa dewasa awal merupakan masa
dalam membentuk kemandirian, pribadi dan ekonomi .Hal ini dapat ditunjukkan dengan
hasil observasi pada saat penelitian beberapa responden yang menikah pada usia cukup
tinggal secara terpisah dari orang tua atau mertua mereka.
Terdapat faktor yang mempengaruhi sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir
yaitu tingkat pendidikan ibu yang rendah dan pandangan budaya masyarakat yang
bersangkutan, serta keluarga merupakan pihak yang dapat mempengaruhi seorang ibu
dalam memberikan perawatan pada bayinya . Kebudayaan secara turun-temurun yang
salah juga akan menimbulkan pandangan yang negatif mengenai sikap ibu dalam
perawatan bayi baru lahir. Hal ini dapat didukung oleh hasil penelitian yakni sebanyak 39
responden (55,71%) dalam pengisian kuesioner menjawab sangat setuju atau setuju
melakukan perawatan bayi baru lahir dengan cara membungkus tali pusat dengan kain
kassa.
Responden usia pernikahan cukup namun memiliki sikap negatif yang lebih besar
dikarenakan tidak tinggal bersama dengan orang tua. Orang tua sangat berperan dalam
membantu perawatan bayi baru lahir. Keluarga merupakan pihak yang dapat
mempengaruhi seorang ibu dalam memberikan perawatan pada bayinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang menikah pada usia dini memiliki sikap positif dan negatif
yang persentasenya hampir berimbang yaitu memiliki sikap positif sebanyak 28 orang
(53,8%). Ibu primipara setelah melahirkan lebih membutuhkan dukungan daripada yang
sudah mempunyai pengalaman melahirkan sebelumnya. Kurangnya dukungan dari orang-
orang terdekat dapat menyebabkan penurunan fungsi psikologis yang bisa menyebabkan
ibu menjadi depresi.
B. Kemandirian Ibu Nifas Primipara Dan Perawatan Bayi Baru Lahir
Kemandirian responden dalam perawatan memandikan bayi dapat dipengaruhi
berbagai faktor diantaranya adalah kemauan ibu, pendidikan, pengalaman, dan
pengetahuan yang bisa diperoleh dari berbagai sumber seperti: penyuluhan dari petugas
kesehatan (bidan, dokter dan perawat) selama dirumah bersalin sebelum pulang, atau dari
media elektronik dan lain-lain.
Pekerjaan dinilai sebagai hal yang memengaruhi dalam hal merawat bayinya,
didapatkan sebagian besar responden ibu rumah tangga sehingga dengan mudah
responden melakukan perawatan memandikan neonatus dirumah secara mandiri, kerena
bisa fokus melakukan perawatan memandikan bayinya sendiri tanpa harus disibukkan
dengan pekerjaan lain, berbeda dengan responden yang mempunyai pekerjaan sampingan
yang tidak dapat fokus pada perawatan memandikan bayinya kerena harus membagi
waktu dengan pekerjaan lain.
C. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Dengan Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa dengan
pendidikan yang cukup tinggi terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan
kearah yang lebih baik dan dan matang pada diri individu. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi daya serap responden terhadap informasi yang diterima, sehingga
responden akan lebih mudah menerima pengaruh dari luar, lebih obyektif, dan terbuka
terhadap berbagai informasi termasuk informasi tentang perawatan bayi baru lahir.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan didapat
seseorang melalui penjelasan, keterangan yang menarik dan contohcontoh konkret yang
sederhana, dimana seseorang itu diharapkan bisa memahami konsep-konsep ilmu
pengetahuan yang diajarkan dengan cepat dan mudah. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan terutama
pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir.9 Bagi responden yang pengetahuannya
tentang perawatan bayi baru lahir dalam kategori kurang bisa disebabkan kurangnya
kemampuan responden untuk menyerap informasi yang diberikan. Bila dilihat pada tabel
3 bahwa pengetahuan yang kurang ini hanya terdapat pada responden yang berasal dari
pendidikan dasar yang berarti pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang
terutama pengetahuan ibu hamil tentang perawatan bayi baru lahir.
D. Kemandirian Ibu Postpartum Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir dengan
Menggunakan Pendekatan Model “Mother-Baby Care (M-BC)”
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan
bayi baru lahir sebelum dilakukan intervensi didapatkan data bahwa semua ibu
postpartum yaitu 20 orang (100%) belum mempunyai pengetahuan yang baik tentang
perawatan bayi baru lahir secara mandiri. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan data
bahwa ada peningkatan pengetahuan ibu postpartum dalam perawatan bayi baru lahir ke
arah yang baik dimana 16 dari 20 orang ibu post partum atau 80% mempunyai
pengetahuan yang baik dalam perawatan bayi baru lahir secara mandiri. Intervensi yang
dilakukan berupa pendidikan kesehatan kepada ibu tentang perawatan bayi baru lahir
dengan mengunakan modul serta dibantu dengan booklet. Pendidikan kesehatan
merupakan salah satu teknik dalam memberikan informasi kepada seseorang.
Tomey (2002) mengatakan bahwa ibu postpartum bisa melakukan perawatan bayi
baru lahir secara mandiri dengan mengunakan pendekatan Mother Baby Care (M-BC).
Pengunaan pendekatan MBC ini mempunyai banyak keuntungan seperti meningkatnya
kepercayaan diri ibu dalam melakukan perawatan bayi serta menimbulkan rasa bangga
pada ibu bahwa dia bisa melakukan perawatan kepada bayinya langsung tanpa bantuan
orang lain.
E. Pengaruh Penerapan Metode Kangguru dengan Peningkatan Berat Badan Bayi
Baru Lahir Rendah ( BBLR )
Hasil penelitian ini membuktikan keefektifan metode kanguru untuk
meningkatkan berat badan bayi dengan BBLR. Berdasarkan kerangka konsep penelitian,
penerapan metode kanguru dapat meningkatkan berat badan bayi secara optimal. Hal ini
dikarenakan seorang bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), umumnya akan
diletakkan ke dalam inkubator agar suhu tubuhnya tetap normal serta diberi bantuan
oksigen untuk pernafasan dan bayi berat lahir rendah (BBLR) juga dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga dalam
perawatannya membutuhkan biaya perawatan yang tinggi, selain inkubator suhu tubuh
bayi dapat dipertahankan kehangatannya dengan metode kanguru. Dulu metode ini
dianggap hanya untuk orang miskin karena kalau orang kaya diletakkan di inkubator, tapi
berdasarkan pengalaman, hasilnya malah lebih efektif metode kanguru (Rahmi, 2008).
Selain itu, pada metode kanguru risiko bayi mendapat infeksi lebih kecil, karena
flora normal kulit ibu tentu lebih baik daripada yang tidak menggunakan metode
kanguru. Lebih lanjut pada bayi baru lahir yang sakit atau kecil (berat lahir < 2500 gram),
membutuhkan penambahan kehangatan tubuh untuk mempertahankan suhu normal. Bayi
berat badan rendah dapat dengan cepat terjadi hipotermi dan untuk menghangatkan
kembali membutuhkan waktu yang lama. Risiko komplikasi dan kematian meningkat
secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karakteristik usia responden sebagian besar berusia 20 - 35 tahun. Seluruh
responden beragama islam. Sebagian besar responden memiliki suku madura. Tingkat
pendidikan sebagian besar responden adalah SD. Pekerjaan responden terbanyak adalah
ibu rumah tangga.
Kemandirian ibu nifas primipara dalam perawatan memandikan bayi baru lahir
sebanyak 67% mandiri dan 33% tidak mandiri dan, 2) kemandirian ibu nifas primipara
dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebanyak 83% mandiri dan 17% tidak
mandiri.
Adanya hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan pengetahuan ibu
hamil tentang perawatan bayi baru lahir di Kalurahan Suruhkalang Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar tahun 2013 dengan hasil rs (0,647) > rtabel (0,364) dan nilai
signifikansi thitung (4,496) > ttabel (2,042) dengan nilai p (0,00 < 0,05).
Rata-rata peningkatan metode kanguru berdasarkan uji statistik dinyatakan
signifikan, hal ini berarti metode kanguru pantas dijadikan rekomendasi bagi orang tua,
pelayanan kesehatan untuk menangani masalah BBLR dengan menerapkan metode
kanguru.
B. SARAN
Praktek pada masyarakat mengenai pembelajaran perawatan bayi baru lahir
berdasarkan bukti keilmuan terkini. Konseling pada remaja mengenai pendewasaan usia
pernikahan pada masyarakat setempat guna menyiapkan kesiapan menjadi ibu. Perawat
yang berada di maternitas perlu meningkatkan edukasi mengenai pendidikan kesehatan
mengenai perawatan bayi baru lahir yang tepat dan Saran bagi pelayanan kesesehatan
bidan diharapkan bisa terus meningkatkan motivasi dan penyuluhan kepada setiap ibu
nifas khususnya primipara tentang cara perawatan memandikan dan perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir secara mandiri dan benar sehingga dapat membantu menurunkan
angka kematian bayi oleh karena tetanus nenatorum sebagai akibat salah satunya
perawatan tali yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R.O.W., Hardiani, R.S., Dewi, E.I 2014 Hubungan Riwayat Usia Pernikahan
dengan Sikap Ibu dalam Perawatan Bayi Baru Lahir dari Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa

Herawati, T 2015 Kemandirian ibu nifas primipara dan perawatan bayi baru lahir dari
Jurnal Keperawatan Terapan Vol.01.No.1

Puspaningrum, N., Setyorini, C 2013 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal


Dengan Pengetahuan Ibu hamil Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir

Pricilla, V 2013 Kemandirian Ibu Postpartum Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir dengan
Menggunakan Pendekatan Model “Mother-Baby Care (M-BC)” dari Ners Jurnal Keperawatan
Vol 9, No 2

Astuti, D.P., Mutoharoh, S., Priyanti, R 2015 Metode Kanguru pada Peningkatan Berat
Badan, BBLR dari Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9

Anda mungkin juga menyukai