Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Usia Prasekolah ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik Blok 6
yang telah dilaksanakan di Puskesmas Simomulyo Surabaya periode praktik
tanggal
30 November 2020 - 27 Februari 2021
Al Usnaini, SST., M.Kes. Kharisma K, SST., M.Keb. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes.
NIP.196301021988032006 NIP.198103232008012014 NIP: 196702061990032003
Mengetahui,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat kasih yang
dianugerahkan-Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Asuhan Kebidanan
Holistik Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah ini dilaksanakan
sebagai dokumen/laporan praktik Blok 6 yang telah dilaksanakan di Puskesmas
Simomulyo Surabaya, sebagai salah satu syarat menyelesaikan Prodi Pendidikan
Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Dalam laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
2. drg. Dharmawati Zahara, selaku Kepala Puskesmas Simomulyo Surabaya yang
telah memberikan kesempatan praktik klinik .
3. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Evi Pratami, SST., M.Keb., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
5. Kharisma K, SST., M.Keb., selaku pembimbing I yang banyak memberikan
petunjuk, koreksi dan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
6. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes., selaku pembimbing II yang banyak
memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga laporan ini dapat
terlaksanakan.
7. Al Usnaini, SST., M.Kes., selaku bidang koordinasi KIA yang banyak
memberikan ilmu, petunjuk dan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan
8. Ibu-ibu yang berkenan membantu memberikan informasi dan atas kerja samanya
yang baik antara petugas dan klien.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang
telah diberikan dan semoga laporan ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.
Surabaya, 06 Januari 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). Pada
virus cacar sapi atau cowpox. Sebelum ditemukan vaksin cacar, penyakit
ini sempat menyebar ke seluruh dunia dan menelan banyak jiwa (Achmadi,
2011). Namun saat ini, kejadian penyakit cacar jarang ditemukan karena
(Depkes, 2010).
Masa balita adalah masa keemasan (golden period) yaitu masa puncak
lingkungan dan tidak tidak dapat diulang lagi. Setiap orang tua
global yang sangat kompetitif, hal ini harus dianggap sebagai suatu
investasi untuk masa depan dan hal ini juga merupakan hak anak. Salah
masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak balita dan anak prasekolah,
tumbuh kembang akan memberikan hasil yang lebih baik. Dengan ditemukan
secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi
akan lebih mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam
membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus
intervensi akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang
Surabaya.
sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat
pelayanan kesehatan.
udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan terbuka halaman
letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara
cairan disinfektan. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air
Atur meja pelayanan antar petugas dan orang tua agar jarak aman 1 – 2
anak sehat. Sebaiknya sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi
Atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan masuk bergantian.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah dan dokumentasi
soap.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Penulis dapat melaksanakan pengkajian Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah
baik data subyektif maupun data obyektif.
2. Penulis dapat membuat interpretasi data yang tepat Pada Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah.
Bayi merupakan mahluk yang sangat peka dan halus (Choirunisa, 2009).
Masa bayi adalah saat bayi berumur satu bulan sampai dua belas bulan (Anwar,
2011). Masa bayi dimulai dari usia 0–12 bulan ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi
(Notoatmodjo, 2007).Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa
neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12
bulan (Nursalam,2013). Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena
bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta
mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry &Potter, 2005).Masa bayi dimulai
dari usia 0–12 bulan ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi (Notoatmodjo, 2011).
Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi
premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009). Bayi
(Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang
mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode
emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010)
2.1.2 Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi
Pertumbuhan adalah sesuatu yang berkaitan dengan perubahan baik dari segi
jumlah, ukuran, dan dimensi pada tingkat sel, organ yang di ukur maupun individu.
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai
dengan bertambahnya usia anak secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah
kepala ke kaki (cephalokauudal). Kemtangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala
berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh 11
bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara
teratur (Chamidah, 2009).
Ada perbedaan antara konsep pertumbuhan dan perkembangan pada bayi,
konsep pertumbuhan lebih kearah fisik, yaitu pertambahan berat tubuh bayi. Dalam
hal ini terjadi pertumbuhan organ-organ bayi seperti tulang, gigi, organ-organ dalam,
dan sebagainya. Sementara itu, konsep perkembangan lebih mengarah pada segi
psikologis, yaitu menyangkut perkembangan sosial, emosional, dan kecerdasan.
Perkembangan pada bayi terdiri dari beberapa tahap antara lain sebagai berikut
(Chamidah, 2009):
1) Periode usia 0-1 bulan (periode neonatus/bayi awal): terjadi
penyesuaian sirkulasi darah dan insiasi pernapasan serta fungsi lain.
2) Periode usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun (periode bayi tengah):
terjadi pertumbuhan yang cepat dan maturasi fungsi terutama pada
saraf. Maturasi fungsi adalah pemataangan fungsi-fungsi organ tubuh,
misalnya pada organ pencernaan dari hanya bias mencerna susu
hingga dapat mencerna makanan padat.
3) Periode usia 1-2 tahun (periode bayi akhir): terjadi perkembangan
motoric besar dan halus, control fungsi ekskresi (buang air besar) dan
pertumbuhan lambat.
2.1.3 Ciri-ciri Pertumbuhan Hidayat (2009),
menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi
perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi
badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan
proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari
masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara 12 perlahan mengikuti
proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksial, pubis atau dada,
hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya
kelenjar timus, lepasnya gigi sus, atau hilangnya refleks tertentu.
2.1.4 Parameter Pertumbuhan Bayi
Pengukuran pertumbuhan pada bayi yang dijadikan patokan adalah berat
badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang,
otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan
gizi atau tumbuh kembang anak. Selain itu berat badan juga dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya
normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena
keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang
mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali
pada hari kesepuluh (Hidayat, 2009).
Bayi akan memiliki berat badan 2 kali berat lahirnya pada umur 5 sampai 6
bulan dan 3 kali berat lahirnya pada umur 1 tahun. Berat badannya bertambah 4 kali
lebih banyak dalam 2 tahun, 5 kali lebih banyak dalam 3 tahun, 6 kali lebih banyak
dalam 5 tahun dan 10 kali lebih banyak dalam 10 tahun. Rata-rata pertambahan pada
bayi adalah 90-150 gram/minggu (Dintansari dkk., 2010).
Pengukuran pertumuhan pada bayi selain berat badan adalah panjang badan.
Pengukuran panjang badan dilakukan ketika anak terlentang. Pengukuran panjang 14
badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Panjang badan bayi baru lahir
normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh
National Center For Health statistic (NCHS), bayi akan mengalami penambhan
panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Penambhan tersebut akan berangsur-
angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan
penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Ernawati dkk., 2014).
2.2 Konsep Dasar Imunisasi
2.2.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit dengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun
cukup untuk menyiapkan respons imun, sehingga apabila kelak terpajan pada
penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Ranuh dkk, 2017).
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Terdiri atas
imunisasi terhadap penyakit hepatits B, poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertussis,
tetanus, pneumonia dan meningitis, dan campak (Kemenkes RI, 2017).
2.2.2 Tujuan imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi antara lain :
1. Meningkatkan kualitas hidup anak sehingga tidak terkena penyakit
2. Meningkatkan nilai kesehatan orang di sekitarnya
3. Menurunkan angka morbiditas, moralitas dan cacat serta bila mungkin
didapat eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri (Ranuh
dkk, 2017).
2.2.3 Manfaat imunisasi
Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian,
sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan
mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi yang mendapat
imunisasi dasar lengkap akan meningkatkan kualitas hidup anak sehingga tidak
terkena penyakit dan peningkatan nilai kesehatan orang disekitarnya (Ranuh dkk,
2017).
2.2.4 Macam-macam imunisasi
Imunitas atau kekebalan dibagi menjadi dua hal yaitu aktif dan pasif. Aktif
apabila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif
adalah apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya
menerimanya saja (Ranuh dkk, 2017).
munisasi aktif, adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Contohnya imunisasi polio atau campak. Keuntungan imunisasi aktif
yaitu pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup, murah dan efektif,
tidak berbahaya, reaksi yang serius jarang terjadi (Ranuh dkk, 2017).
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa 16 harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. (Ranuh dkk, 2017).
2.2.5 Waktu pemberian Imunisasi Dasar
Umur Jenis Interval minimal untuk
jenis Imunisasi yang sama
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak
Keterangan :
1) Hepatitis B Imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada umur umur <12 jam,
diberikan apabila anak akan mendapat vaksin DTP-HB- HiB pada umur dua
Imunisasi BCG pada bayi optimal diberika pada bayi usia <3 bulan,
TBC masih sangat tinggi. Apabila bayi berusia 3 bulan belum diberikan
3) Pentavalen
Imunisasi pentavalen diberikan tiga kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Vaksin pentavalen tidak diberikan pada anak kurang dari usia 6 minggu,
memperdulikan adanya antibodi maternal, disamping itu KIPI pada usia <6
4) Polio
3 bulan dengan dosis tiga kali berturut-turut dengan interval waktu 6-8
minggu. Imunisasi IPV dapat diberikan bersamaan dengan suntikan vaksin
Imunisasi MR diberikan pada anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari
15 tahun mulai akhir tahun 2017 secara bertahap (Kemenkes RI, 2017).
dan tuberkulosa primer. Imunisasi BCG diberikan pada bayi <3 bulan, atau
pada anak dengan uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG diberikan secara
defisiensi sistem kekebalan, reaksi uji tuberkulin >5 mm, demam tinggi,
KIPI yang terjadi yaitu reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi
tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan
terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam (Ranuh dkk, 2017).
2. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah
dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
KIPI yang terjadi yaitu reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
3. Imunisasi Pentavalen
yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk
infeksius dan komponen HiB sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul
paha atas, dengan dosis anak 0,5 ml. kontraindikasi pemberian vaksin ini
lokasi injeksi, demam ringan, anak gelisah dan menangis terus menerus, dan
4. Imunisasi Polio
penyakit polio. Vaksin yang digunakan yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine)
Vaksin IPV sedikit memberikan kekebalan lokal pada dinding usus sehingga
virus polio masih dapat berkembang biak dalam usus orang yang telah
ini tidak dapat mencegah penyebaran virus polio liar. IPV tidak dipergunakan
untuk eradikasi polio, namun dapat mencegah kelumpuhan baik akibat virus
polio liar atau virus polio vaksin sabin (Ranuh dkk, 2017).
pada mereka yang sedang menderita demam, penyakit atau penyakit kronis
demam akibat infeksi akut : tunggu sampai sembuh (Ranuh dkk, 2017).
KIPI yang terjadi reaksi lokal pada tempat penyuntikan antara lain
nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam
setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari. Kejadian
dan tingkat keparahan dari reaksi lokal tergantung pada tempat dan cara
yang ditimbulkan demam dengan atau tanpa disertai myalgia, sakit kepala
yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis),
anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester pertama dapat
dosis tinggi. Anak dengan alergi berat gelatin atau neomisin. Anak yang
mendapat vaksin hidup yang lain harus di tunda minimal 1 bulan setelah
2017).
KIPI yang terjadi yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam dan
ruam yang berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi dan pada umumnya
2.3.1 Pengertian
banyak) sel-sel tubuh dan juga karena adanya pertambahan besamya sel. Jadi,
menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala Perkembangan adalah serangkaian
perubahan progresif yang teratur sebagai akibat kematangan. Pengertian
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri ciri
Keterangan:
BB/T : Berat Badan terhadap Tinggi badan TDL : Tes Daya Lihat
B : Lingkar Kepala KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
LK : Kuesioner Pra Skrining M-CHAT : Modified Checklist for Autism in
KPS Perkembangan Toddlers
GPP : Gangguan Pemusatan Perhatian dan
P : Tes Daya Dengar H Hiperaktivitas
TDD
Intervensi:
1.Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
b. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
c.Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
umur dan kesiapan
anak.
d. lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan),
anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
e.Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24
sampai 72 buIan.
2.Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a.Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap
saat dan sesering mungkin.
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c.Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan
lakukan pengobatan.
d.Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
e.jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
yang ditunjuk
pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu "E"
dengan benar.
6.Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih
dapat di lihat.
8. Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada
poster.
9.Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
10.Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada
kertas yang telah di sediakan : Mata kanan : .............
Mata kiri : ...............
lnterpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster "E". Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga
poster E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya
dengan arah "E" pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
lntervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa berikutnya,
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat
baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
D. Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku Emosional
• Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale), Formulir ini terdiri 10
pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak/guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
• Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
1.Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
2.Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
3.Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada,
misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll);setiap saat dan ketika anak
dengan siapa saja.
4.Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
5.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
• lnterpretasi:
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan "bobot nilai" berikut
ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total
- Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
- Nilai 1:jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
- Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
- Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
• lntervensi:
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang
member pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas
kesehatan jiwa untuk konsultasi dan lebih lanjut.
b.Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-
orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru, dsb).
2.4 Konsep Dasar COVID
Pelayanan imunisasi di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya
yang memberikan pelayanan imunisasi pada masa pandemi covid 19
a. Ketentuan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi: Diselenggarakan
sesuai prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter:
1. Menggunakan ruang/tempat pelayanan yang cukup besar dengan
sirkulasi udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di
lapangan terbuka halaman puskesmas atau di dalam kendaraan
puskesmas keliling di halaman puskesmas atau fasilitas kesehatan
lainnya yang memberikan layanan imunisasi)
2. Apabila ruang/tempat pelayanan menggunakan kipas angin,
letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah
aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga kesehatan ke
sasaran imunisasi
3. Ruang/tempat pelayanan imunisasi tidak berdekatan atau terpisah
dari poli pelayanan anak atau dewasa sakit
4. Memastikan ruang/tempat pelayanan bersih dengan
membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan
disinfektan
5. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
atau hand sanitizer
6. Atur meja pelayanan antar petugas dan orang tua agar jarak aman
1 – 2 meter
7. Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi
dan anak sehat
8. Sebaiknya sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi
sasaran imunisasi dan pengantar dengan pengunjung puskesmas
yang sakit. Atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan
masuk bergantian
9. Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua dan
pengantar untuk menunggu sebelum dan 30 menit sesudah
imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter.
Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sebelum dan
sesudah imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk
menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka.
b. Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:
B. Data objektif
1) Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : tidak letargi
- Tanda-tanda vital : RR : normal (40-60x/menit)
Suhu : normal (36,5-37,5oC)
Nadi : normal (120-160x/menit)
2) Pemeriksaan Antropometri
- Berat badan
- Panjang badan
- Lingkar kepala
- Lingkar dada
3) Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada kelainan seperti
2.5.7 Evaluasi
Pada langka ini dilakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Tahapan tersebut dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanannya. Ada kemampuan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum.
BAB 3
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI SEHAT
USIA 9 BULAN 2 HARI DENGAN IMUNISASI MR DASAR DAN DDTK
SESUAI DENGAN USIA
d. Pola Istirahat
Tidur malam : 8 jam
Siang : 3 jam
e. Pola Personal Higiene
Bayi dimandikan 2x/ hari, ganti pempres ketika penuh
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : tidak letargis
c. Tanda-tanda vital : Nadi : 120 x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 36,3 oC
2. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 7000 gram
Panjang badan : 70 cm
Lingkar kepala : 43 cm
Lingkar dada : 44 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Bayi sehat usia 9 bulan 2 hari dengan imunisasi MR dasar dan DDTK sesuai dengan
usia
3.4 Penatalaksanaan
Tanggal Penatalaksanaan Tanda tangan
05 Desember 1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
2020 2. Memberikan KIE tentang :
Manfaat imunisasi MR yaitu untuk
melindungi dari penyakit measles (campak)
dan rubela
efek samping imunisasi campak seperti
demam bengkak kemerahan atau nyeri pada
bekas suntikan dan cara penanganannya
kompres hangat pada bekas suntikan
Cara merawat botol / sterilisasi mininimal
memiliki 4-5 botol cara mencuci di lepas
semua ring botol , dicuci dengan sabun dan
air mengalir , dibilas hingga bersih, di
pasang kembali dot dalam ring lalu direbus
pada panji khusus merebus sampai terendam
selama 10 menit dari air mendidih angkat
dan tempatkan pada tempat khusus pasang
ring ke botol susu tanpa menyentuh pentil
dot dan pentil dot tertutup botol siap
digunakan dalam keadaan steril.
3. Melakukan menyuntikan imunisasi MR dosis 0,05
ml di lengan kiri secara IM
4. Memberikan terapi paracetamol 3x 1/5 tab (puyer)
5. Mensepakati jadwal pada usia 12 bulan untuk
melakukan DDTK
Mensepakati jadwal imunisasi lanjutan pada usia 18
– 24 bulan untuk imunisasi booster penta dan MR
booster
6. Evaluasi, ibu mengerti, memahami, dapat
mengulang penjelasan yang diberikan dan mau
melaksanakan asuhan kebidanan yang
sudah diberikan
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
1. Pengkajian
Pada pengkajian terdapat pengkajian data secara subyektif dan obyektif. Dari
kedua pengkajian tersebut tidak terdapat kesenjangan di karenakan klien
sangat membantu dan mau di ajak berkomunikasi, mampu menjawab semua
pertanyaan sehingga pada pengumpulan data secara subyektif yang di dapat
dari pasien.dan pada pengkajian data secara obyektif yang dilakukan melalui
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan juga tidak terdapat kesenjangan karena
pasien sangat membantu dalam proses pemeriksaan.
2. Analisa Data
Pada analisa data, dari diagnose dan data dasar yang diperoleh tetap melalui
DS dan DO “Asuhan Kebidanan Pada By “A” Usia 9 Bulan 2 hari DDTK
sesuai dengan usia dengan imunisasi MR dasar tidak mengalami kesenjangan,
karena pemeriksaan dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Tidak
terdapat masalah potensial yang timbul pada asuhan yang diberikan pada
Asuhan Kebidanan Pada Pada By “A” Usia 9 Bulan 2 hari dengan imunisasi
MR DDTK sesuai dengan usia Dikarenakan tidak terdapat masalah potensial
pada langkah ke 3 pembuatan Asuhan Kebidanan Pada By “A” Usia 9 Bulan 2
hari dengan imunisasi MR dan DDTK sesuai dengan usia
3. Penatalaksanaan
Pada pelaksanaan intervensi yang telah dibuat menurut standart asuhan
kebidanan pada asuhan antenatal care, tidak terdapat kesenjangan dikarenakan
semua intervensi yang dibuat dapat dilakukan kepada pasien tanpa kesulitan.
Setelah mendapatkan penjelasan dari bidan. Ibu mengerti dan merasa puas
dengan saran yang diberikan oleh bidan dan pelayanan yg diberikan.
Menganjurkan ibu untuk datang kembali apabila ada keluhan, jadi pada
evaluasi tidak terdapat kesenjangan karena ibu dapat mengerti dan merasa
puas dengan asuhan yang diberikan. Jadi dalam pembahasan yang sudah
dijelaskan secara perkelompok dapat dikatakan tidak terdapat kesenjangan
antra tinjauan teori dan tinjauan kasus yang dibuat, semua item-item yang
terdapat pada tinjauan kasus Pada By “A” Usia 9 Bulan dengan imunisasi
MR dan DDTK sesuai dengan usia standar managemene7 langkah Varney.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sesuai dengan manajemen kebidanan. Pengkajian data diperoleh dari data subyektif
dan data obyektif. Data subyektif diperoleh anamnesa dan ibu mengatakan tidak ada
pemeriksaan umum, laboratorium), hasil dari pemeriksaan pada By. “A” semuanya
normal. Dari data pengkajian penulis menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara praktek dilapangan dengan teori dan penjelasan yang telah diterima selama
perkuliahan.
Pada pemeriksaan kehamilan yang perlu diutamakan adalah KIE yang tepat
sehingga apabila terjadi masalah pada bayi ibu dapat menerima keadaan tersebut dan
5.2 Saran
1 Bagi pasien