Anda di halaman 1dari 8

MATERI NOVEL

A. Pengertian Novel
Novel merupakan teks naratif yang fiksional. Isinya mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Karena kisah kehidupan yang diceritakan itu
bersifat utuh, bentuk novel terdiri atas puluhan bahkan ratusan halaman.

Karakteristik novel lainnya adalah sebagai berikut.

1. Alur rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh perubahan nasib pada diri sang tokoh.
Misalnya, dari menjomblo menjadi menikah, dari miskin menjadi kaya raya.

2. Tokohnya banyak dalam berbagai karakter. Ada tokoh protagonis, anta gonis, statis,
dan macam-macam tokoh lainnya dalam beragam peran.

3. Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu yang relatif lama, bisa
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.

4. Tema relatif kompleks, ditandai oleh adanya tema-tema bawahan.

B. Struktur Novel
Stuktur novel lazim disebut dengan plot ataupun alur, yakni berupa jalinan cerita yang
terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-
bagian berikut.

1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan
hubungan antartokoh.

Contoh:

Pesawat Garuda jurusan Jakarta-Tokyo itu mendarat di Bandara Narita, pukul 11.00
waktu Tokyo. Akira menghirup napas dalam. Dirasakannya kesejukan udara tanah
kelahirannya merasuk hingga ke tulang sumsum. Ia tersenyum tipis sebelum akhirnya
melangkah perlahan menuruni tangga pesawat.

(Novel Akira, Muslim Watashi Wa, Helvy Tiana Rosa).

2. Pengungkapan peristiwa

Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

Contoh:

Malam ini malam yang ke sekian bagi Udin datang membeli getuk di tempat itu.
Sejak mengetahui adanya penjual getuk yang baru dan ayu ini, mendadak Udin jadi
sangat suka akan getuk. Dan, selalu Udin mengatakan kepada teman-teman di asrama
bahwa getuk yang paling enak hanyalah yang dijual oleh si getuk ayu itu.

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin).

3. Menuju konflik (rising action)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai


situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

Contoh:

Kalau perempuan itu bersedia menerimanya sebagai suami, segenap orang tuanya dan
orangtua perempuan itu menyetujui pula, rasa-rasanya dia mau segera meresmikan
perkawinan itu.Tapi, pikiran demikian segera cerai-berai karena sampai sekarang dia
belum mempunyai pekerjaan tetap. Setiap orang bisa kawin. Tapi, hari-hari sudah itu
akan merupakan pukulan yang berat bagi seorang lelaki kalau dia belum mempunyai
penghasilan yang tetap dan cukup.

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin).

4. Puncak konflik (turning point, komplikasi)

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan
mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa
tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau
gagal.

Contoh:

“Siapa gadis yang kau maksud itu? Demi kasihku, aku mau menolongmu. Tak perlu
kau malu, itu sudah kewajibanku.”

“Sekarang, ia sudah masuk menjadi anggota keluarga kita juga.” Ibu tampak sedikit
kaget menerima ucapanku dan dengan pandangan yang kaku, ibu terus menatapku.

Ibu tidak berkata apa-apa, cuma memandang lama-lama, seperti sedang mencari
sesuatu dilipatan ingatannya. Tapi ibu tetap diam dan masih memandangku juga.
Akhirnya, dengan kekuatan batinku yang dipaksa aku berkata.

“Fatimah, ia. Istri paman. Bibiku sekarang!”

“Sam?” Ibu berteriak, kaget dan jelas kegelisahan di wajahnya. Ibu terdiam sampai
lama dan aku tidak berani memandang wajahnya. Kalau kemudian kulepaskan
pandang ke wajahnya, ada suatu kegelisahan di wajah ibu.

“Jangan Ibu marahi aku. Barangkali ini memang salahku. Waktu Ibu melamar
Fatimah untuk menjadi istri paman, Ibu tidak memberi tahu. Tapi, memang tidak
perlu Ibu memberi tahu aku. Dalam suratnya untukku, Fatimah mengatakan bahwa
pinangan itu telah disetujui orang tua Fatimah dan dari keluarga paman. Ia minta
pertimbanganku. Kukatakan, terserah kepadamu.”

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin)

5. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)

Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap
ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu.
Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib
akhir yang dialami tokoh utama.

Contoh:

Ibu mengerti sekarang, mengapa kalau suatu ketika ibu atau ayah meninggal, aku
tidak mau tinggal di rumah paman. Aku tidak mau mengganggu dan mengusik
kebahagiaan yang telah paman punyai. Dan kukatakan pada ibu, “Biarlah buat
sementara aku hidup sendiri, berjalan sendiri, sampai aku matang benar menghadapi
soal-soal kehidupan. Biarlah aku berjalan sendiri dengan harapan bahwa pada suatu
ketika aku menjumpai seorang gadis setia, sederhana, dan penuh mengerti yang
kehadirannya di dunia memang hanya ditakdirkan untukku saja.”

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin)

6. Koda

Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai
penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau
dengan mewakilkannya pada seorang tokoh.

Contoh:

Demikianlah, akhirnya kedua pasangan anak manusia itu mencapai kebahagiaannya.


Mereka hidup berdua dengan penuh suka, menikmati sisa hidup mereka di sebuah
desa. Kebenaran telah membuktikannya bahwa kesabaran cepat atau lambat akan
membuahkan hasil yang diharapkan.

Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih
banyak menyerahkan kesimpulan akhir ceritanya itu kepada para pembacanya.
Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.

C. Kaidah Kebahasaan Novel


1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau.

Contoh:

1) Pertemuan itu dia lewati dengan penuh kenangan beberapa tahun yang lalu.
2) Gadis yang bernama ‘Zeest’ ini, memang benar, telah membawa revolusi besar
dalam rumah dalam waktu yang singkat.

3) Dengan kemauannya, suka atau tidak, kehidupannya telah mempunyai tujuan baru,
makna baru.

4) Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro
Nishizumi tidak peduli dengan semua itu dan memboyongnya ke Surabaya.

2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis,


temporal).

Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja
material)

Contoh: Enteng saja Pujo menyuruh istrinya untuk membersihkan salah satu kamar
dari rumahnya yang berdinding papan, berlantai tanah, dan kalau mandi harus keluar
ke belakang di dekat sumur. Tak ada teman saya sepermainan dulu yang seenteng ini
terhadap saya sekarang. Teman-teman yang lain akan ragu-ragu menawari saya untuk
tidur di rumahnya. Khawatir, akan bersediakah saya, ataukah saya akan tinggal di
hotel. Beberapa tahun belakang, di kota kami ini telah dibangun beberapa hotel bagus.

4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai
cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang.

Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan,


menyatakan, menuturkan.

5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental)

Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengatakan,


menganggap.

6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan
kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.

Contoh:

1) Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”

2) “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” Tanya Ani pada temannya.

3) “Tidak. Sekali saya bilang tidak!” teriak Lani.

7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk meng gambarkan tokoh,


tempat, atau suasana.
Contoh: Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan kamarnya
sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya
sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang
pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat
sedap’. Ayahnya telah menjadi pencandu beratnya.

D. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel


a. Unsur intrinsik novel

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam diri karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel adalah sebagai
berikut.

1. Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.

Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh


terhadap berbagai unsur karangan itu. Tema jarang dituliskan secara tersurat
oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus terlebih dahulu
mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam novel itu.

Perhatikanlah cuplikan berikut.

Idrus duduk di atas kursi rotan, menatap ke jalan raya. Punggungnya kena
sinar lampu dalam yang menembus jendela kaca yang dihias tirai tipis.
Pemuda itu telah meninggalkan jejak hidup dengan cukup pengabdian pada
perjuangan kemerdekaan. Dia pernah ikut bertempur di daerah Depok. Lalu
disambungnya dengan mempertahankan kemerdekaan melawan tentara
Sekutu di daerah Bogor dan Sukabumi. Dia pernah mengawal beberapa tokoh
politik dari daerah tersebut ke Yogyakarta melalui pengalaman yang istimewa
menimpa dirinya. (Royan Revolusi, Ramadhan K.H.)

Cuplikan tersebut menceritakan rangkaian peristiwa yang di alami Idrus.


Rangkaian- peristiwa itu berupa pengalamannya dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan. Dengan demikian, tema cuplikan cerita di
atas adalah tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

2. Amanat

Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang.

3. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.

1) Teknik analitik, langsung

Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya. Ia pun


tidak merasa sombong walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri.
Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman-temannya.

2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh

Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempak


berteriak-teriak! Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor.
Tak lupa mereka mengacung- acungkan tangannya, walaupun dengan
perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara mereka sibuk
sendiri menyeragamkan acungan tangannya, agar tidak kelihatan berbeda
dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di sekitar kecamatan
menjadi riuh. bukan saja oleh demonstran-demonstran dari desa itu, tapi
juga oleh orang-orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.

3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh

Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung-kampung


tetangganya sudah pada terang semua.

4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh

Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang


diucapkannya benar-benar membuat orang sedesa marah.

5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh

Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia


mendekapnya, mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak
gadisnya yang masih mau menyambut dirinya. Dan mungkin ibunya,
seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima
kepulangannya.

6) Penggambaran oleh tokoh lain

Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia


bertandang ke rumah sambil membawa aneka brosur barang-barang
promosi. Yang menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh
perhatian kepadanya.
4. Latar Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang
digunakan dalam suatu cerita.

Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula imajiner. Latar
berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap
jalannya suatu cerita. Dengan demikian apabila pembaca sudah menerima
latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan
lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang berada
dalam latar itu.

5. Alur (plot), yaitu jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai
efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal
(waktu) dan hubungan kausal (sebab-akibat). Alur merupakan rangkaian
peristiwa yang direka. Jenis alur ada tiga, yaitu alur maju (linear), alur
mundur ( ashback), dan alur campuran.

6. Gaya bahasa, yaitu cara khas pengarang dalam penyusunan dan


penyampaian pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.

7. Sudut pandang (point of view), yaitu cara pengarang menampilkan cerita.


Posisi pencerita dalam membawakan kisahan dapat menjadi tokoh dalam
cerita (pencerita akuan) atau dapat pula berada di luar cerita (pencerita diaan).

Macam-macam sudut pandang:

Sudut pandang orang pertama. Sudut pandang ini terbagi dua, yaitu
orang pertama sebagai pelaku utama, artinya pengarang itu sendiri yang
diceritakan dan menjadi fokus cerita; dan orang pertama pelaku sampingan,
artinya pengarang sebagai pengamat dan masuk dalam cerita. Ciri sudut
pandang pertama tokohnya adalah saya, aku, disebut juga gaya akuan.

Sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang ini juga terbagi dua, yaitu
sudut pandang orang ketiga serbatahu, artinya pengarang mengetahui
segala sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan tokoh.; dan orang ketiga
pengamat, artinya pengarang hanya menyampaikan apa yang diamatinya.
Kata ganti yang dipakai kata dia, ia, mereka, atau nama orang, atau disebut
juga dengan gaya diaan.

b. Unsur Ekstrinsik Novel

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di luar karya
sastra yang memengaruhi kelahiran dan keberadaan suatu karya sastra dan
mempermudah memahami karya sastra tersebut. Faktor-faktor tersebut di
antaranya biografi pengarang, agama, dan falsafah yang dianut pengarang,
sejarah, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang melatarbelakangi
terciptanya karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai