Anda di halaman 1dari 2

ALASAN BUMIL

Asupan Energi:
asupan energi tidak adekuat, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak. Bila cadangan lemak
digunakan terus menerus dan habis, maka akan terjadi perubahan biokimia dengan cara menggunakan
protein yang ada di hati dan otot untuk diubah menjadi energi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
deplesi masa otot yang ditandai dengan hasil LILA <23,5 cm, sehingga jika asupan energi rendah secara
terus menerus maka KEK dapat terjadi.
Asupan Karbo:
Asupan karbohidrat yang kurang disebabkan karena porsi karbohidrat seperti nasi yang dikonsumsi oleh
responden tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kebutuhan karbohidrat sering digantikan dengan
roti, mie instan, mie ayam/ mie bakso.
Asupan Protein:
Asupan protein kurang atau lebih tidak berpengaruh terhadap perubahan berat badan karena kelebihan
asupan protein tidak disimpan oleh tubuh seperti yang terjadi pada kelebihan energi.
Asupan Lemak:
Hal ini dapat disebabkan karena pada WUS dengan asupan lemak cukup atau
lebih dapat membuat proporsi asupan yang lain seperti energi, karbohidrat, dan protein terlihat
terpenuhi jika dilihat dari ukuran LILA atau indeks masa tubuh (IMT), padahal asupan tersebut tidak
memenuhi dari AKG individu tersebut.
Zat Besi:
Konsumsi zat besi yang kurang disebabkan oleh mayoritas WUS lebih banyak mengonsumsi sayuran
yang zat besi nya relatif lebih sulit diserap dan daging putih yaitu ikan dan ayam dibandingkan daging
merah seperti sapi, kambing, atau domba yang memiliki sumber zat besi relatif lebih tinggi.

Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2009.
Kartasapoetra, G. Ilmu gizi (korelasi gizi, kesehatan, dan produktivitas kerja). Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2012.
(ALASAN BUMIL)

tidak ada hubungan asupan protein&energi sejalan dengan penelitian israwan 2013 Hal ini
disebabkan alat ukur yang digunakan adalah food recall 24 jam yang hanya menggambarkan
pola makan responden dalam kisaran waktu yang singkat. Sementara kekurangan energy kronik
merupakan masalah gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Akan tetapi melihat
korelasi yang positif dari variable tersebut menunjukan bahwa semakin besar asupan energy dan
protein maka akan meningkatkan status gizinya begitupun sebaliknya.Hasil wawancara dengan
sampel didapatkan sebagian sampel memiliki kebiasaan makan tidak beragam dengan porsi
jumlah yg sedikit dan frekuensi yang tidak teratur

(ALASAN BALITA)
 tidak terdapat hubungan yang Signifikan antara asupan lemak dengan status gizi
Berdasarkan TB/U[17]. Ini dikarenakan hasil yang didapat merupakan tingkat konsumsi
lemak saat sekarang bukan masa lalu dikarenakan stunting merupakan akumulasi asupan
gizi dari masa lalu.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi karbohidrat dengan kejadian stunting. Hal ini sama dengan penelitian Regar &
Sekartini (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecukupan
asupan karbohidrat dengan indeks TB/U[18]. Hal ini dikarenakan karbohidrat bukan satu-
satunya zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan balita, ada beberapa zat gizi makro,
mikro, serta vitamin yang dapat membantu pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai