Anda di halaman 1dari 15

PELAJARAN : FIKIH

1. A. TATACARA BERWUDUH

1. Niat

‫َرفَرْ ضًاهّٰلِل ِ تَ َع ٰالى‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َءلِ َر ْف ِع ْال َح َد‬


ِ ‫ث ااْل َصْ غ‬ ُ ‫نَ َوي‬

Rukun wudhu yang pertama adalah niat. Niat adalah bertujuan sesuatu yang bersamaan dengan
pekerjaannya dan tempatnya dihati dan melafadkannya sunnah. dan waktunya niat didalam
melaksanakan wudhu yaitu ketika membasuh bagian pertama dari wajah. adapun bacaan niatnya
seperti lafadz diatas.

2. Membasuh Muka

Adapun membasuh muka didalam wudhu batas batasnya adalah secara vertikal dari tempat
tumbuhnya rambut secara normal sampai ke dagu. dan secara horizontal dari telinga ke telinga.

3. Membasuh Kedua tangan

Rukun wudhu selanjutnya adalah membasuh kedua tangan. Batasnya yaitu dari ujung jari hingga
ke siku lebih sedikit. lebih baiknya lebih 4 atau 5 jari diatas siku.

4. Membasuh sebagian kepala

Yaitu membasuh sebagian dari pada area kepala atau rambut.

5. Membasuh kedua kaki

Batasnya yaitu dari jari jari kaki hingga kedua mata kaki lebih sedikit, untuk lebih baiknya
hingga ke betis.

6. Tertib

Yaitu tidak mendahulukan bagian satu dengan bagian yang lain atau sesuai urutan fardhu wudhu
diatas. Jadi tidak boleh dibolak balik urutannya, harus tertib dan urut.

Nah, itu tadi sekilas info mengenai rukun rukun wudhu dan penjelasannya yang bisa kami
bagikan. ilmu dan tata cara wudhu seperti diatas sehendaknya sudah diajarkan kepada anak anak
kita semenjak masih dini karena merupakan ilmu dasar yang wajib diketahui seorang muslim.
sekian dulu semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi anda. wass. wr. wb

B. URUTAN TAYAMUM

Adapun niat dan tata cara tayamum yang benar adalah sebagai berikut:

1. Siapkan tanah berdebu atau debu yang bersih.

2. Dengan menghadap kiblat, ucapkan basmalah lalu letakkan kedua telapak tangan pada debu
dengan posisi jari-jari tangan dirapatkan.

3. Lalu usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah disertai dengan niat dalam hati, salah
satunya dengan bacaan niat tayamum berikut:

NAWAITUT TAYAMMUMA LISSTIBAAHATISH SHALAATI FARDLOL LILLAAHI


TA’AALAA
C. MENERAPKAN TATACARA BERSUCI DARI NAJIS

1. Najis mughalladhah dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak tujuh
kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan
air mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud
najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada lagi warna, bau dan rasa najis tersebut. Namun
secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang terkena najis tersebut karena
belum dibasuh dengan air. Untuk benar-benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya
barulah dibasuh dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur
dengan debu. Pencampuran air dengan debu ini bisa dilakukan dengan tiga cara:
ADVERTISEMENT Pertama, mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian
diletakkan pada tempat yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih utama dibanding
cara lainnya. Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh. Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat
yang terkena najis, lalu memberinya debu dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.
2. Najis mukhaffafah yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan dan
minum selain ASI dan belum berumur dua tahun, dapat disucikan dengan cara memercikkan
air ke tempat yang terkena najis. Cara memercikkan air ini harus dengan percikan yang kuat
dan air mengenai seluruh tempat yang terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih
banyak dari air kencing yang mengenai tempat tersebut. Setelah itu barulah diperas atau
dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang dipakai untuk menyucikan harus
mengalir.
3. Najis mutawassithah dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-
nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru kemudian menyiram
tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan. Sebagai contoh kasus, bila seorang anak
buang air besar di lantai ruang tamu, umpamanya, maka langkah pertama untuk
menyucikannya adalah dengan membuang lebih dahulu kotoran yang ada di lantai. Ini berarti
najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada dan yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin
bahwa wujud kotoran itu sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan lantai
juga terlihat kering) baru kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut.
Tindakan menyiramkan air bisa cukup di area najis saja, dan sudah dianggap suci meski air
menggenang atau meresap ke dalam. Selanjutnya kita bisa mengelapnya lagi agar lantai
kering dan tak mengganggu orang. Mengetahui macam dan tata cara menyucikan najis adalah
satu ilmu yang mesti diketahui oleh setiap Muslim mengingat hal ini merupakan salah satu
syarat bagi keabsahan shalat dan ibadah lainnya yang mensyaratkannya. Wallahu a’lam.
(Yazid Muttaqin)

2. A. SYARAT SHOLAT FARDHU LIMA WAKTU


Syarat Sah Sholat Wajib

Ada beberapa syarat sah sholat yang harus anda pahami.

1. menutup aurat, untuk pria maupun wanita. Sehingga pastikan terlebih dahulu pakaian yang
anda kenakan telah menutup aurat. Lebih baik pakaiannya tidak terlalu kecil sehingga tidak
akan terbuka ketika melakukan gerakan-gerakan sholat. Tidak hanya itu saja, disarankan
untuk menggunakan pakaian yang baik, bersih dan juga rapi.

2. suci dari hadas, besar maupun kecil. Yang dimaksud dengan hadas kecil adalah semua hal
yang dapat membatalkan wudhu, seperti buang air kecil maupun besar dan juga kentut.
Sedangkan yang dimaksud dengan hadas besar adalah ketika seorang pria mengalami mimpi
basah atau ketika seorang perempuan sedang haid, setelah melahirkan dan nifas. Untuk orang-
orang yang mengalami hadas besar, maka wajib melakukan mandi besar untuk mensucikan
diri.

3. sudah masuk waktu sholat, apabila anda melakukan sholat magrib padahal masih masuk
waktu sholat ashar, maka sholat anda tidak akan diterima. Oleh sebab itulah hendaknya
jangan sampai lupa atau salah waktu sholat. Pastikan sebelum sholat, waktu sudah
menunjukkan masuk waktu sholat.

4. sholat dengan menghadap kiblat. Arah kiblat merupakan arah yang menghadap ka’bah atau
Masjidil Haram. Yang kelima dan tidak kalah penting adalah setiap orang yang melaksanakan
sholat sudah beragama islam, sudah aqil baligh dan juga berakal. Sebenarnya tidak papa jika
masih anak-anak untuk melakukan sholat, namun bagi anak-anak yang belum aqil baligh
sifatnya tidak wajib.

B.MENENTUKAN RUKUN SHALAT

1. Takbiratul Ihram.
2. Berdiri bagi yang mampu (sehat).
3. Membaca surat al-Fatihah.
4. Ruku.
5. I’tidal (Kembali berdiri dari ruku).
6. Sujud.
7. Duduk antara kedua sujud
8. Membaca tasyahhud akhir (kedua).
9. Duduk untuk bertasyahud akhir (kedua).
10. Membaca shalawat pada tasyahud akhir.
11. Salam.
12. Tertib.

C.PELAKSANAAN SUNAH AB’AD DAN SUNAH HAIAT

Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:


1. Niat.
2. Takbirotul ihrom (mengucapkan Allahu Akbar).
3. Berdiri bagi yang mampu.
4. Membaca fatihah.
5. Ruku’.
6. Thuma’ninah (diam sebentar) ketika ruku’.
7. I’tidal.
8. Thuma’ninah ketika i’tidal.
9. Sujud dua kali.
10. Thuma’ninah ketika sujud.
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah ketika duduk.
13. Tasyahud akhir.
14. Duduk diwaktu tasyahud.
15. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad saw.
16. Salam.
17. Tertib (berurutan sesuai urutannya).

Sunnah Ab’ad adalah kesunnahan-kesunnahan pada sholat yang apabila ditinggalkan maka
disunnahkan menggantinya dengan melakukan sujud syahwi. Cara melakukan sujud syahwi
adalah sujud dua kali sebelum salam dengan membaca,

“Subhana man laa yanamu wa laa yashu.”


Artinya : (Maha suci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa."

Sunnah ab’ad sholat ada tujuh:


 1.Tasyahud awal.
2. Duduk tasyahud awal.
3. Membaca shalawat untuk nabi Muhammad saw ketika tasyahud awal.
4. Membaca shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri ketika do’a qunut.
7. Membaca shalawat dan salam untuk nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabat ketika do’a
qunut.

Sunnah Haiat adalah kesunahan-kesunahan pada sholat yang apabila ditinggalkan tidak diganti
dengan sujud syahwi. Jika dengan sengaja menggantinya dengan sujud syahwi maka sholatnya
akan batal.

Sunnah haiat dalam sholat ada lima belas (15).


1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ikrom, ruku’, bangun dari ruku’, dan ketika berdiri
setelah tasyahud yang pertama.
2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri.
3. Membaca doa iftitah.
4. Membaca ta’awudz
5. Membaca suratan setelah fatihah.
6. Membaca dengan keras (jahr) dan pelan (lirih) pada tempatnya.
7. Takbir setiap bangun dan turun.
8. Membaca tasbih pada saat ruku’ dan sujud.
9. Membaca Amin
10. Membaca sami’allahu liman hamidha robbana lakal hamdu pada saat i’tidal.
11. Duduk iftiros diselain tasyahud akhir.
12. Duduk tawaruk pada tasyahud akhir.
13. Meletakkan kedua tangan diatas kedua paha ketika duduk.
14. Menggenggam jari-jari tangan kanan, kecuali jari telunjuk dalam bertasyahhud, dan
mengembangkan (mbeber) jari-jari tangan kiri.
15. Salam yang kedua.

3. A.YANG HARUS DI LAKUKAN OLEH MAKMUM MASBUK

MAKMUM masbuq atau masbuk adalah makmum yang terlambat salat berjemaah
setelah satu rakaat atau lebih telah dijalani.

Adapun tata cara salat makmum masbuq diantaranya:

1. Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam posisi rukuk, sujud, atau
julus (duduk tasyahud), maka ia harus melakukan takbiratul ihram (dengan berdiri) untuk
mulai salat, lalu mengucapkan takbir (Allahu Akbar) lagi untuk kemudian mengikuti posisi
imam.

Jika imam masih membaca surat Al-Fatihah atau surat pendek, maka hanya takbiratul ihram saja.

2. Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri salat, ia tidak boleh melakukan salam,
tetapi langsung berdiri untuk menambah rakaat yang telah terlewat.

a. Bila ia baru bisa mengikuti 2 rakaat terakhir salat dzuhur, ashar, dan isya, maka ia harus
menambah 2 rakaat (tanpa duduk tasyahud) setelah imam melakukan salam.

Bila ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir sholat dzuhur, ashar, dan isya, maka ketika
imam melakukan salam ia harus berdiri dan sholat satu rakaat (dengan Al-Fatihah dan
membaca surat pendek), duduk tasyahud, berdiri lagi untuk rakaat kedua (dengan Al-Fatihah
dan membaca surat pendek), lalu diteruskan berdiri lagi untuk rakaat ketiga (hanya Al-
Fatihah).

b. Jika ia baru bisa mengikuti rakaat ke-2 dan ke-3 salat maghrib, maka ia harus berdiri dan
menambah satu rakaat setelah imam melakukan salam.
c. Jika ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir salat maghrib, ia harus berdiri setelah imam
melakukan salam, salat satu rakaat, lalu duduk untuk membaca tasyahud, kemudian berdiri
lagi untuk melakukan rakaat ke-3, setelah itu duduk untuk tasyahud akhir dan melakukan
salam.

3. Bila makmum bergabung salat jemaah ketika posisi rukuk, maka ia dianggap telah mengikuti
rakaat tersebut. Jika ia bergabung ketika imam sudah berdiri dari rukuk atau ketika sujud, ia
dianggap telah terlambat mengikuti rakaat tersebut dan harus melakukannya lagi

B. Yang harus dilakukan oleh Makmum Muwafik

Makmum yang muwafiq atau yang dapat mengikut imam semasa berdiri sama ada ketika baru
masuk mengikut jemaah atau sedang dalam rakaat dan sempat menghabiskan bacaan al-Fatihah,
makmum wajib menghabiskan bacaan al-Fatihah sebelum mengikut imam rukuk.

4. A.DALIL TENTANG PELAKSANAAN SHALAT JUM’AT

Hukum Sholat Jumat


Dalil wajibnya shalat jumat berdasarkan dalil yang ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala: Dalil
shalat jumat dalam surat al-jumu'ah ayat 9:

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. (Q.S. al-Jumu’ah: 9). 
Dan ditunjukkan pula oleh banyak hadits, antara lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud (1067),
dari Thariq bin Syihab RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

 ‫اجبٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬ ٌّ ‫اَ ْل ُج ُم َعةُ َح‬...


ِ ‫ق َو‬

... Shalat jum’at adalah kewajiban yang wajib atas tiap-tiap muslim..... 

5. A.TATACARA SHALAT DALAM KEADAAN SAKIT

1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiri

Orang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan ketentuan sebagai
berikut:

 Yang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak memungkinkan,
maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk dilakukan.
 Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka
tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri.
Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan
diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan bentuk imaa`
sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di lutut.
 Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika tidak
memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih banyak dari ketika
rukuk.
 Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud seperti biasa.

2. Tata cara shalat orang yang tidak mampu duduk

Orang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalatnya sambil berbaring.
Shalat sambil berbaring ada dua macam:

a. ‘ala janbin (berbaring menyamping)

Ini yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranya:


 Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan. Jika tidak bisa
menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri.
Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan
diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa`
sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua
tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap
berisyarat ke arah kiblat.

b. mustalqiyan (telentang)

Jika tidak mampu berbaring ‘ala janbin, maka mustalqiyan. Tata caranya:

 Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala diangkat sedikit
dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika
tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri.
Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan
diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa`
sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua
tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap
berisyarat ke arah kiblat.

3. Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya (lumpuh
total)

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa menggerakkan mata, maka
shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan
matanya sedikit ketika takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan
gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka
bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun masih sadar, maka
shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia
kerjakan disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak
mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Demikian, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan ‘afiyah dan salamah kepada pembaca
sekalian, dan semoga Allah senantiasa menolong kita untuk tetap dapat beribadah dalam kondisi
sakit. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru ‘alaihi.

6. a. MENENTUKAN SEBAB – SEBAB SUJUD SAHWI

1. Menambahkan sesuatu (az-ziyaadah), 


2. Menghilangkan sesuatu (an-naqsh), dan 
3. Dalam keadaan ragu-ragu (asy-syak) di dalam Shalat

b. Sebab seseorang melakukan sujud syukur, sebagai berikut.


 Mendapat nikmat dan karunia dari Allah
 Mendapat rezeki materi, ilmu, kesehatan, dan sebagainya
 Meraih keberhasilan
 Mendapat berita yang menyenangkan
 Terhindar dari bahaya musibah yang akan menimpa atau diberikan keselamatan
 Mampu menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat, sedangkan banyak orang
yang melakukan perbuatan tersebut.

c. Syarat Sujud Syukur


Sama dengan shalat, sujud syukur pun memiliki syarat yang sama. Mengapa? Karena sujud
syukur tidak ubahnya shalat. Seorang yang melakukan sujud syukur harus suci dari hadats,
juga dari najis yang menempel di tubuhnya. Seorang yang melakukan sujud syukur juga harus
menutup aurat. Berikut adalah syarat lengkapnya.

 Orang yang melakukan sujud syukur harus Islam, balligh, serta berakal.
 Orang tersebut harus suci dan tidak memiliki hadats besar atau kecil.
 Baik tubuh, pakaian, atau tempat melakukan sujud syukur haruslah tempat yang bebas
dari najis.
 Aurat orang yang melaksanakan sujud syukur harus tertutup seluruhnya.
 Harus menghadap ke arah kiblat.

d. Bacaan Sujud Tilawah

Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan seseorang karena membaca atau mendengar ayat-
ayat sadjah. Ayat sadjah adalah ayat yang menerangkan atau memerintahkan sujud.

Sebelum mengetahui apa itu sujud sajdah atau sujud tilawah, ada baiknya Anda mengetahui dan
memahami apa yang dimaksud dengan “ayat sajadah” atau “ayat sadjah”.

Ayat sajadah merupakan ayat dalam Al-Quran yang biasanya diberi tanda kubah seperti gambar

Sama dengan doa sujud

7. A.MENJELASKAN WAKTU-WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT

1. Selama bulan Ramadhan

Zakat fitrah boleh dibayarkan selama bulan Ramadhan. Dalam arti, sejak tanggal 1 Ramadhan
hingga akhir bulan Ramadhan. Hukum membayar zakat selama bulan Ramadhan adalah
dibolehkan.

2. Sejak terbenam matahari pada penghabisan bulan Ramadhan

Zakat fitrah dibayarkan sejak terbenam matahari pada penghabisan bulan Ramadhan. Dalam arti,
zakat fitrah dibayar pada tanggal 29 atau 30 Ramadhan sejak terbenamnya matahari.

Hukum membayar zakat sejak terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan adalah wajib.

3. Sesudah shalat subuh sebelum shalat Ied

Zakat fitrah juga dapat dibayarkan pada waktu sesudah shalat subuh sebelum dilaksanakannya
shalat Ied. Adapun hukum membayar zakat pada saat sesudah shalat subuh sebelum shalat Ied
dilaksanakan adalah sunnah.

B.MENGANALISIS HUKUM MENGELUARKAN ZAKAT

Membayar zakat fitrah atau zakat fitri adalah hukumnya wajib ain yang artinya wajib bagi umat
muslim laki-laki, perempuan, tua atau muda.

C.MENENTUKAN KADAR ZAKAT MAAL

• Binatang Ternak, yaitu: Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil
(kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung).

• Sapi, Kerbau dan Kuda

Hitungan nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30 ekor. Artinya jika
seseorang telah memiliki sapi (kerbau/kuda), maka ia telah terkena wajib zakat.
Hadits yang diriwayatkan oleh At Tarmidzi dan Abu Dawud dari Muadz bin Jabbal r.a.
menyebutkan bahwa, perhitungan zakat sapi dan yang sejenisnya adalah sebagai berikut:
Jumlah Ternak(ekor) Zakat
30 - 39 1 ekor sapi jantan/betina tabi' (a)
40 -5 9 1 ekor sapi betina musinnah (b)
60 - 69 2 ekor sapi tabi'
70 - 79 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi'
80 - 89 2 ekor sapi musinnah
Keterangan :
a. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2
b. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Dan jika
setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

• Kambing/domba

Nishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 40 ekor
kambing/domba maka ia telah terkena wajib zakat. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhori dari Anas bin Malik menyebutkan bahwa, perhitungan zakat kambing / domba
adalah sebagai berikut:

Jumlah Ternak(ekor) Zakat


1 ekor kambing (2th) atau domba
40-120
(1th)
121-200 2 ekor kambing/domba
201-300 3 ekor kambing/domba

Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor.

• Ternak Unggas (ayam, bebek, burung, dll) dan Perikanan

Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor),
sebagaimana halnya sapi dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak
unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 Dinar = 4,25 gram emas murni) atau
sama dengan 85 gram emas. Artinya bila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir
tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar
atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5 %

D. WAJIB DIKELUARKAN ZAKAT PERTANIAN

Syarat yang harus dipenuhi dalam mengeluarkan zakat pertanian adalah sebagai berikut:

1. Hasil pertanian dimiliki sendiri. Artinya, yang berhak mengeluarkan zakat hasil
pertanian adalah pemilik sawah, bukan buruh yang menggarap sawah. Masyarakat
Indonesia mengenal dua jenis pengelola sawah, yaitu pemilik sawah dan orang yang
bekerja merawat tanaman di sawah. Pemilik sawah (tuan tanah) tersebutlah yang harus
berzakat hasil pertanian.
2. Telah mencapai nisab yang telah ditentukan. Nisab zakat pertanian dari sawah yang
wajib dikeluarkan zakatnya adalah minimal 653 kg. Bila hasil pertanian tersebut
berupa buah, sayuran, dan bunga, maka seluruh kekayaan hasil pertanian diubah ke nilai
hasil pertanian makanan pokok masyarakat setempat.
8. A ORANG YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK TIDAK BERPUASA

1. Orang yang sakit

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 185, "Dan barang siapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain."

Orang sakit yang diizinkan tidak berpuasa adalah orang sakit yang apabila menjalankan puasa,
dapat memperparah kondisi yang bersangkutan. Meski tidak berpuasa, namun orang tersebut
harus membayar puasanya tersebut.

2. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh

Nabi Muhammad bersabda dalam hadis riwayat Muslim, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam ketika bersafar melihat orang yang berdesak-desakan. Lalu ada seseorang yang diberi
naungan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, "Siapa ini?" Orang-orang pun
mengatakan, "Ini adalah orang yang sedang berpuasa." Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, "Bukanlah suatu yang baik seseorang berpuasa ketika dia bersafar."

Jadi, apabila seseorang yang melakukan perjalanan jauh saat berpuasa diizinkan untuk tidak
berpuasa apabila kondisinya berat dan menyulitkan. Namun, orang tersebut wajib mengganti
puasanya di kemudian hari.

3. Orang lanjut usia (lansia)

Orang tua yang tidak mampu menjalankan puasa diberi kelonggaran untuk tidak berpuasa.
Sebagai gantinya, orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah yaitu dengan memberi
makan fakir miskin setiap kali orang tersebut tidak berpuasa.

Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 184, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan
seorang miskin."

Adapun ukuran satu fidyah adalah setengah sho', kurma atau gandum atau beras, yaitu sebesar
1,5 kg beras.

4. Wanita hamil dan menyusui

Nabi bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, "Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menghilangkan
pada musafir separuh shalat. Allah pun menghilangkan puasa pada musafir, wanita hamil dan
wanita menyusui."

Apabila ibu yang sedang mengandung dan menyusui tidak mampu berpuasa, Allah meringankan
untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari.

Sementara satu golongan yang dilarang untuk berpuasa adalah wanita dalam keadaan haid dan
nifas. Nabi bersabda dalam Hadis Riwayat Bukhari, "Bukankah ketika haid, wanita itu tidak
shalat dan juga tidak puasa. Inilah kekurangan agamanya."

B. MACAM –MACAM PUASA

1. Puasa Ramadan

Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa wajib selama
sebulan penuh pada bulan Ramadhan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban
melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah
ayat 183.

2. Puasa nazar
Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa karena sebuah janji. Nazar sendiri
secara bahasa berarti janji, sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.

3. Puasa Denda atau Kifarat

Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni puasa yang dilakukan untuk
menggantikan dam atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak melaksanakan
puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.

Macam-macam Puasa Sunnah


Sumber Gambar: Pexels

Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh umat Islam. Jika orang Islam
melakukannya, maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan jika dia tidak melakukannya maka
dia tidak mendapatkan dosa.

Puasa sunnah memiliki beberapa jenis diantaranya sebagai berikut.

4. Puasa Syawal

Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa Syawal. Syawal sendiri adalah nama bulan
setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam jhari di bulan Syawal.

Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan
secara tidak berurutan.  

5. Puasa Arafah

Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak
sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk
puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah.

Puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi pelaksananya yaitu akan dihapuskan dosa-
dosa pada tahun lalu serta dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim).

6. Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah.
Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut
karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan
arafah dan menuju Mina.

7. Puasa Senin dan Kamis

Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin kamis berawal ketika
Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari senin dan kamis.

Karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari kamis adalah hari pertama
kali Al-Qur’an diturunkan.

8. Puasa Daud

Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah puasa yang dilakukan
secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani
puasanya Nabi Daud As. Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT.

9. Puasa ‘Asyura

Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa, boleh di awal
bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari Asyura yakni
tanggal sepuluh pada bulan Muharram.

Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan
Muharram.
10. Puasa Ayyamul Bidh

Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan. Namun puasa lebih utama
dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan
pada kalender Islam.

Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan
purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.

11. Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)

Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya’ban juga memiliki
keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya’ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala
sebanyak-banyaknya.

C. RUKUN PUASA

Rukun puasa itu ada empat, yaitu:


1. Niat
2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
3. Waktu dan
4. Orang Islam

D. CARA MENGAMATI PUASA RAMADAN

Ada dua pendapat mengenai wajib tidaknya qadha puasa dilakukan secara
berurutan sebanyak hari yang ditinggalkan. Pertama, menyatakan jika hari puasa yang
ditinggalkannya berurutan, maka qadha' harus dilaksanakan secara berurutan pula,
lantaran qadha' merupakan pengganti puasa yang telah ditinggalkan, sehingga wajib
dilakukan secara sepadan.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa pelaksanaan qadha' puasa tidak harus
dilakukan secara berurutan, lantaran tidak ada satupun dalil yang menyatakan qadha'
puasa harus berurutan. Sementara Al-Baqarah ayat 184 hanya menegaskan bahwa
qadha' puasa, wajib dilaksanakan sebanyak jumlah hari yang telah ditinggalkan, itu
saja.
Pendapat kedua ini didukung oleh pernyataan dari sebuah hadits yang sharih (jelas
dan tegas).
Sabda Rasulullah saw. :

‫إن َشا َء تَابَ َع‬ َ ‫إن َشا َء فَ َّر‬


ْ ‫ق َو‬ ْ ‫ان‬
َ ‫ض‬ َ َ‫ق‬
َ ‫ضا ُء َر َم‬
"Qadha' (puasa) Ramadhan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya
terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan. " (HR.
Daruquthni, dari Ibnu Umar)
Dari kedua pendapat tersebut di atas, kami lebih condong kepada pendapat
terakhir, lantaran didukung oleh hadits yang sharih. Dengan demikian, qadha' puasa tidak
wajib dilakukan secara berurutan. Namun dapat dilakukan dengan leluasa, kapan saja
dikehendaki. Boleh secara berurutan, boleh juga secara terpisah.

9. A. Contoh SEDEKAH

1. Sedekah barang

Barang dalam hal ini adalah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, misalnya memberikan
baju, celana, dan makanan tertentu yang berguna bagi korban bencana alam.
Memberikan barang di sini sebaiknya dalam keadaan masih berkondisi baik dan layak
digunakan, bukan barang-barang yang disedekahkan karena alasan memenuhi rumah atau
memang punya niat untuk dibuang.

Sebagian menilai bahwa pemberian barang lebih bermanfaat karena sifatnya yang tepat sasaran
sebagaimana kita memberikan sesuatu yang sedang dibutuhkan orang lain secara mendesak.

2. Sedekah tenaga

Sedekah tenaga bisa berupa kerja bakti di lingkungan rumah atau membersihkan lingkungan
tempat ibadah.

Perbuatan ini tidak harus dilakukan di tempat-tempat khusus yang berkaitan dengan salah satu
agama saja, tetapi bisa antaragama, antarsuku, dan antarbangsa.

3. Sedekah senyuman dan nasihat

Dalam satu riwayat bahwa senyuman kepada sesama muslim saja sudah dianggap sedekah.
Nasihat yang baik juga merupakan sedekah. 

B.MENGIDENTIFIKASIH PERKARANG YANG MEMBATALKAN SEDEKAH

1.Menyebut-sebut/menyakiti hati si penerima

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi
apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiaannya dan dengan tidak
menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka. Dan tidak pula mereka bersedih hati”. (QS. Al Baqarah ;:262)

2.Riya’

“Hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena Riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudia.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir”. (Al Baqarah:264)

3.Harta yang diinfaqkan dipilih yang buruk

“Hai orang-orang yang beriman , nafkahkanlah di jalan Allah sebqagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya dan Ketahuilah
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al Baqarah:267)

10. a. Larangan Khusus bagi Jamaah Haji Wanita

Menutup Wajah dan tangan

B. Pelaksanaan Haji Ifrad

atacara Pelaksanaan Haji Ifrad. Apabila anda memilih Haji Ifrad, yang dilakukan pertama
adalah ibadah Hajinya, kemudian baru ibadah umrah. Memakai pakaian ihram serta niat untuk
melaksanakan sekaligus ibadah haji dan ibadah umrah harus sudah dilakukan dibatas Mikat
sebelum memasuki Mekkah.

1. Haji Qiran

Macam-macam haji, yang pertama adalah haji qiran yaitu ibadah haji dan umrah yang di lakukan
secara sekaligus atau bersama-sama dalam satu niat, dengan niat yang berbunyi : “labbaika
hajjan wa ‘umratan”. Maksudnya yaitu setelah Anda selesai melaksanakan ibadah haji, Anda
tidak perlu lagi mengerjakan ibadah umrah karena sudah di jalankan dalam satu niat sekaligus.

Namun jika Anda memilih untuk menajalankan ibadah haji qiran maka Anda akan dikenakan
dam karena menggabungkan ibadah haji dan umrah dalam satu waktu. Dam tersebut dapat
berupa menyembelih seekor kambing atau bila tidak mampu dapat berpuasa 10 hari. Bagi yang
melaksanakan Haji Qiran disunnatkan melakukan tawaf Qudum saat baru tiba di Mekah.

2. Haji Ifrad

Haji ifrad yaitu menjalankan ibadah haji terlebih dahulu sebelum menjalankan ibadah umrah
hanya saja masih dalam satu musim haji. Sejak dari mikatnya Anda sudah berniat untuk ibadah
haji dengan segala rangkaiannya sampai dengan selesai, dengan niat secara ikhlas yang
berbunyi : “labbaika hajjan”.

Setelah melakukan ibadah haji barulah mengerjakan ihram untuk umrah. Haji Ifrad memang
paling berat karena jamaah harus selalu mengenakan ihram sampai selesai melaksanakan kedua
ibadah tersebut. Meskipun paling berat namun haji Ifrad paling tinggi kualitasnya karena itu
yang melaksanakan Haji Ifrad tidak dikenakan Dam atau denda

3. Haji tamattu

Terakhir yaitu haji tamattu yaitu mengerjakan ibadah haji  di dahului oleh umrah. Pada
umumnya jamaah asal Indonesia melaksanakan ibadah haji ini. Dalam pelaksanaan nya haji
Tamattu tergolong lebih mudah. yaitu sesampainya di mikat mikani Anda berniat ihram untuk
umrah dengan mengucapkan niat : “labbaika ‘umratan”, kemudian berangkat ke makkah sambil
membaca talbiyah, sesampainya di makkah lalu melakukan tawaf serta sa’i untuk umrahnya,
setelah itu bertahallul dengan mencukur atau menggunting rambut.

Setelah ini semua selesailah umrahnya dan Anda bebas dari status ihram dan bisa memakai
pakaian Anda kembali. Kemudian barulah tanggal 8 zulhijjah Anda mulai berihram lagi
mengerjakan haji dengan segala rangakaiannya sampai dengan selesai. Jika Anda menjalankan
ibadah haji tamattu ini Anda akan di kenakan dam.

11. A.MENILAI SIKAP TERIKAT MENGKONSUMSI MINUMAN HARAM

Khamr

Tiap muslim dilarang mengkonsumsi semua minuman yang memabukkan atau khamr, seusai
dengan hadist yang diceritakan Ibnu Umar.

‫قَا َل ُكلُّ ُم ْس ِك ٍر خَ ْم ٌر َو ُكلُّ ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم‬

Artinya: "Setiap yang memabukkan adalah kha

B. MENGKLASIFIKASI JENIS BINATANG YANG DIHARAMKAN BERDASARKAN


HADIS NABI MUHAMMAD SWA.

HEWAN YANG DIHARAMKAN BERDASARKAN SUNNAH NABI

1. Daging keledai Jinak


Faidah: Daging Keledai Liar Hukumnya Halal
Bolehnya memakan daging kuda

2. Segala Jenis Binatang Buas Yang Bertaring

Faidah: Kelinci adalah Halal

3. Setiap Jenis Burung yang Bercakar/Predator


Burung jenis predator seperti elang, gagak, rajawali dan sejenisnya untuk
memangsa/melukai buruannya adalaha haram. Hal ini didasarkan hadits Ibnu Abbas t
diatas, bahwasannya Nabi r melarang semua jenis burung yang memiliki cakar tajam.
Maksud cakar tajam adalah cakar yang digunakan untuk berburu mangsanya.

2. Jallalah
Jallalah adalah hewan pemakan barang-barang najis –atau sebagian besar makanannya
adalah barang-barang najis– seperti Unta, sapi, kambing dll jika diberi makan barang-
banrang najis.
Hewan ini, baik dagingnya maupun susunya tidak halal dikonsumsi. Hal ini dinyatakan
oleh Imam Ahmad dalam salah satu versi pendapatnya dan Ibnu Hazm, berdasarkan
hadits Ibnu umar, dia berkata, “Rasulullah melarang memakan daging hewan-hewan
pemakan najis berikut susunya.”
Sementara itu Imam Asy-Syafi’i berpendapat bahwa ia hanya makruh dan tidak sampai
haram. Ini juga menjadi versi lain pendapat Imam Ahmad.

Kapan hewan pemakan najis halal dimakan

Jika hewan pemakan najis dikandangkan selama tiga hari dan diberi makanan-makanan
yang suci, maka ia halal untuk dikonsumsi dan diminum susunya. Diriwayatkan dari Ibnu
Umar t, “Sesungguhnya dia mengerangkeng ayam pemakan najis selama tiga hari.”
(sanadnya Shahih HR Ibnu Abi Syaibah. Lihat al-Irwa’ 2504).

Diriwayatkan juga dari Imam Ahmad bahwa dia mengandangkan hewan pemakan najis
selama tiga hari, baik itu berupa unggas ataupun binatang ternak. Dalam riwayat lain
darinya, dia konon mengandangkan ayam (unggas) selama tiga hari, sementara unta, sapi
dan semisal selama 40 hari.

Ulama sepakat bahwa hewan pemakan najis bisa menjadi halal tetapi berbeda pendapat
mengenai lamanya waktu pengandangan/pemebrian makanan suci.

3. Kelompok Binatang yang Diperintahkan Syara’ Untuk Dibunuh


Hewan-hewan ini adalah:
a. Tikus
b. Kalajengking
c. Burung gagak dan sejenisnya/burung layang-layang
d. Anjing predator
e. Tokek
f. Ular
4. Hewan yang Dilarang Dibunuh Menurut Syariat
Hewan jenis ini adalah:
– Semut
– Lebah
– Burung HudHud
– Burung Shurad
– Katak

C. MENILAI SIKAP YANG HARUS DILAKUKAN SAAT MENGKONSUMSI MAKANAN


YANG HARAM

Tidak berdosa orang yang dalam keadaan darurat makan makanan yang diharamkan, apabila
mereka benar-benar dalam keadaan darurat, seperti tidak ada lagi makanan yang akan dimakan,
dan jika tidak dimakan akan membawa bahaya besar atau kematian.

Sebenarnya mereka tidak ingin bahkan merasa jijik memakannya, tapi hanya sekadar untuk
menyelamatkan jiwanya.
Adapun memakan yang lebih dari itu hukumnya tetap haram.

Ini kehendak Allah dan Allah tidak memberatkan seorang hamba lebih daripada
kesanggupannya.

D. MEMBERILAN CONTOH PERILAKU MANUSIA BERDASARKAN QS. AL-BAQARAH


AYAT 173
Memakan Daging Babi di tengah hutan belantara dimana tidak ditemukan makanan selain babi.
Bisa memakannya sekedar menyelamatkan jiwa.

12. Perkara-perkara makruh dalam menyembelih

 Menggunakan pisau yang tidak tajam


 Menyembelih hewan di hadapan hewan lainnya
 Mematahkan leher sebelum disembelih
 Menajamkan pisau di hadapan hewan sembelihan

B. Syarat2 Penyembelihan :

1.Alat yang tajam


2.Menyembelih dibagian leher (tenggorokan dan kerongkongan)
3.Menyebut nama Allah ketika menyembelihnya

C. Syarat Hewan Qurban


 Usia Hewan Qurban
Sekalipun kamu memilih hewan ternak yang termasuk dalam jenis hewan qurban, tidak
serta merta bisa digunakan untuk qurban. Dimana ada ketentuan umur hewan qurban yang
disesuaikan dengan jenisnya.

Kambing hanya boleh usia di atas 1 hingga 2 tahun. Domba hanya boleh usia di atas 6
hingga 12 bulan. Sapi hanya boleh usia di atas 2 hingga 3 tahun. Unta hanya boleh usia di
atas 5 hingga 6 tahun. Jika usia hewan yang akan dikurbankan kurang atau melebihi, maka
tidak sah jika digunakan untuk qurban.

 Kondisi Hewan Secara Fisik


Kamu juga harus memperhatikan kondisi hewan, selain dipastikan tidak dalam kondisi
hamil atau sakit. Perhatikan kondisi fisiknya dan pastikan tidak terdapat cacat permanen,
hal ini akan menyebabkan aib dan tidak sah qurbanya.
Cacat yang dimaksud penglihatan hewan berkurang misalkan seperti buta sebelah, tidak
berjalan dengan normal karena kaki pincang. Badan hewan qurban sangat kurus sehingga
tidak terdapat adanya sumsum tulang.
 Status Kepemilikan Hewan
Saat membeli hewan qurban, tanya terlebih dahulu bagaimana kepemilikan nya atau siapa
yang memiliki hewan qurban tersebut. Jangan sampai membeli bukan pada pemiliknya,
bisa juga hewan hasil mencuri atau merampok. Nantinya tidak akan sah jadi hewan qurban.
Bahkan tidak sah jika hewan tersebut dalam kasus sengketa seperti masih digadaikan,
hewan bagi waris atau status kepemilikan tidak pada perseorangan. Pasalnya tidak akan sah
qurban seseorang jika nantinya ada yang mengatakan hewan tersebut masih jadi milik
orang lain, sekalipun sudah disembelih.
 Jenis dan Pembagian Hewan Qurban
Sudah dijelaskan jika hewan yang boleh digunakan untuk qurban hanya hewan ternak
dalam kondisi sehat dan status kepemilikan jelas. Maka hukum hewan untuk qurban ini
adalah sah dan boleh digunakan untuk qurban.

Anda mungkin juga menyukai