Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KARAKTERISTIK RESERVOIR

2.1 Karakteristik Reservoir


Reservoir adalah tempat atau wadah terakumulasinya hidrokarbon.Dari
penjelasan tersebut ada tiga komponen dalam reservoir yaitu tempat, fluida
dan kondisi.Tempat yaitu batuan, fluida yaitu gas, minyak, dan air, dan
kondisi adalah tekanan dan temperatur.Proses akumulasi hidrokarbon di
bawah permukaan harus memenuhi beberapa syarat, yang merupakan unsur
pembentuk dan lebih dikenal dengan petroleum system. Unsur – unsur
tersebut adalah :
1. Batuan induk (source rock), yaitu batuan yang menghasilkan minyak atau
gas bumi apabila dalam kondisi fisika kimia telah matang dan potensinya
ditentukan berdasarkan TOC.
2. Migrasi (migration), yaitu proses mengalirnya hidrokarbon dari source
rock ke reservoir rock.
3. Batuan reservoir(reservoir rock), sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi
oleh minyak dan gas bumi. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan
batuan yang porous (berongga-rongga ataupun berpori-pori) dan
permeable (mudah meloloskan fluida).
4. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan
beserta penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan dan
menyebabkan minyak dan gas bumi berada dibagian teratas reservoir.
5. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang impermeable,
terdapat diatas suatu reservoir dan merupakan penghalang minyak dan gas
bumi agar tidak keluar dari reservoir, berfungsi sebagai penyekat fluida
reservoir.

4
5

Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik


batuan penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi
reservoir itu sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir, batuan karbonat dan shale atau kadang-kadang batuan vulkanik.
Masing-masing batuan tersebut mempunyai sifat fisikyang berbeda.

Gambar 2.1. Diagram Komponen Penyusun Batuan2)

2.1.1 Sifat Fisik Batuan Reservoir


Sifat fisik batuan reservoir diantaranya adalah sebagai berikut.

2.1.1.1 Porositas
Porositas () didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
ruang pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-
kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan
fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
Vb  Vs Vp
 
Vb Vb …………………………………...…………...… (2-1)
Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume), cm3
Vs = volume padatan batuan total (grain volume), cm3
Vp = volume ruang pori-pori batuan, cm3
6

C o n n e c te d o r
E f f e c t iv e
P o r o s it y
To t a l
P o r o s it y

Is o la t e d o r
N o n - E f f e c t iv e
P o r o s it y

Gambar 2.2 Skema Perbandingan Porositas6)

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:


1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori-pori total terhadap
volume batuan total (bulk volume), yang dinyatakan dalam persen.

Volume pori total


  100%
bulk volume ................................................................. (2-2)

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume), yang dinyatakan
dalam persen.

Volume pori yang berhubungan


φ= × 100 %
bulk volume ...................................... (2-3)

Untuk selanjutnya porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena


dianggap sebagai fraksi volume yang produktif. Disamping itu menurut waktu dan
cara terbentuknya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen
diendapkan.
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan
sedimen terendapkan.
Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas primer
adalah batuan konglomerat, batupasir, dan batu gamping. Porositas sekunder
dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :
7

1. Porositas larutan, adalah ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya


proses pelarutan batuan.
2. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban, seperti:
lipatan, sesar, atau patahan. Porositas tipe ini sulit untuk dievaluasi atau
ditentukan secara kuantitatif karena bentuknya tidak teratur.
3. Dolomitisasi, dalam proses ini batugamping (CaCO3) ditransformasikan
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) dengan reaksi kimia sebagai berikut :
2CaCO3 + MgCl2  CaMg(CO3)2 + CaCl2

Menurut para ahli batu gamping yang terdolomitasi mempunyai


porositas yang lebih besar dari pada batugampingnya sendiri.Besar-
kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: ukuran butir
(semakin baik distribusinya, semakin baik porositasnya), susunan butir
(susunan butir berbentuk kubus mempunyai porositas lebih baik
dibandingkan bentuk rhombohedral), kompaksi dan sementasi.

2.1.1.2 Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang
menunjukkan kemampuan dari suatu batuan untuk meloloskan fluida.
Definisi kuantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan oleh Henry
Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk differensial, yang
bermula dari dua persamaan sebagai berikut :
q
v=
A .......................................................................................... (2-4)
dan
k dP
v =− x
μ dL ............................................................................ (2-5)
Sehingga jika diturunkan menjadi :
q k dP
=− x
a μ dL ........................................................................... (2-6)
Dan jika disubsitusikan menjadi :
8

q ¿
¿ ..................................................................... (2-7)
Dengan percobaan yang dilakukan oleh Henry Darcy (1856), berdasarkan
persamaan – persamaan di atasmaka diperoleh harga permeabilitas absolut batuan,
sesuai persamaan berikut :
q.μ.L
k=
A . ( P1 −P2 ) ........................................................................... (2-8)

dimana :
k = permeabilitas media berpori, D
q = laju alir, cm3/s
 = viskositas fluida yang mengalir, cp
L = panjang media berpori, cm
A = luas, cm2
P = tekanan, atm

Tanda negatif pada persamaan (2-4) menunjukkan bila tekanan bertambah


dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah pertambahan
tekanan itu. Beberapa anggapan yang digunakan Darcy dalam persamaan (2-5) :
 Alirannya mantap (steady state)
 Fluida yang mengalir satu fasa
 Viskositas fluida yang mengalir konstan
 Kondisi aliran isothermal
 Formasinya relatif dan arah alirannya horizontal

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :


A. Permeabilitas Absolut
Yang dimaksud dengan permeabilitas absolut adalah permeabilitas
dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa,
misalnya hanya minyak atau gas saja.
Dasar penentuan permeabilitas relatif batuan adalah hasil percobaan
yang dilakukan oleh Henry Darcy menggunakan batupasir tidak kompak yang
9

dialiri air.Batupasir silindris yang porous ini 100% dijenuhi cairan dengan
viskositas μ, dengan luas penampang A, dan panjangnya L. Kemudian dengan
memberikan tekanan masuk P1 pada salah satu ujungnya maka terjadi aliran
dengan laju sebesar Q, sedangkan P 2 adalah tekanan keluar. Dari percobaan
dapat ditunjukkan bahwa Q.μ.L/A.(P1-P2) adalah konstan dan akan sama
dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan,
perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur
laju Q sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh
harga permeabilitas absolut batuan.Gambar 2.3pada gambar dibawah ini,
menunjukkan Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas absolut.

(BMtampak )gas
28,97
Gambar 2.3 Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas Absolut2)

Sehingga secara matematis permeabilitas absolut dapat dituliskan :


Q. . L
K
A.( P1  P2 ) ........................................................................................(2-9)

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :


Q (cm 3 / sec).  (centipoise) L (cm)
K (darcy) 
A (sqcm). ( P1  P2 ) (atm) .....................................(2-10)

Satuan permeabilitas untuk percobaan ini adalah darcy. Secara definisi,


batuan yang mempunyai permeabilitas sebesar 1 darcy adalah jika fluida
berfasa 1 (satu), dengan viscositas 1 cp mengalir dengan kecepatan 1
cm/detik Karena permeabilitas dari suatu batuan biasanya kurang dari 1 darcy,
maka dipakai satuan milidarcy (1 md = 0.001 darcy).
10

Dari persamaan (2.9) dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran


yaitu aliran linier dan radial, masing-masing untuk fluida yang compressible
dan incompressible.

B. Permeabilitas Efektif
Permeabilitas efektif didefinisikan sebagai permeabilitas batuan dimana
fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas,
gas dan minyak atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan
sebagai Ko, Kg, Kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas, dan air.
Jika laju aliran minyak adalah Qo dan laju aliran air adalah Qw, maka laju
aliran total (Qo + Qw) yang keluar dari sampel core per satuan waktu akan
sama, tetapi perbandingan antara minyak dan air yang keluar tidaklah sama
dengan Qo/Qw. Suatu keseimbangan akan terjadi apabila jumlah air yang keluar
sama dengan yang masuk.
Harga saturasi minyak (So) dan saturasi air (Sw) dapat dihitung dari
jumlah minyak dan air yang diinjeksikan dan jumlah minyak dan air yang
keluar setelah keseimbangan dicapai. Apabila kondisi sudah stabil dan tekanan
injeksi (P1) serta tekanan keluar P2 telah diukur, maka dapat ditentukan
persamaan permeabilitas efektif minyak dan air adalah :
Q o . μo . L
k o=
A .( P1 −P 2 ) ....................................................................................(2-11)

Q w . μw . L
k w=
A .( P1 −P2 ) ....................................................................................(2-12)

Keterangan :
o = viskositas minyak, cp
w = viskositas air, cp
ko= permeabilitas efektif minyak, md
kw= permeabilitas efektif air, md

Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang berbeda
untuk minyak dan air, dengan (Qo + Qw) konstan. Harga-harga Ko dan Kw pada
11

persamaan (3.10) dan persamaan (3.11) jika diplot terhadap So dan Sw akan
diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Mg. P
R.T Mg
×
Mu. P 28,97
R.T
Gambar 2.4 Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak Dan Air6)

Dari Gambar 2.4 di atas ini menunjukkan Kurva Permeabilitas Efektif


Untuk Sistem Minyak Dan Air, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
mengenai hubungan antara permeabilitas dengan saturasi, yaitu :

1. Ko turun dengan cepat ditandai dengan naiknya Sw dari harga nol.


Demikian pula dengan Kw yang akan turun pada saat Sw menjauhi harga 1.
Jadi adanya air meskipun sedikit akan mempersulit aliran minyak dalam
batuan tersebut, demikian pula sebaliknya.
2. Ko berharga nol walaupun masih ada S o didalam core tersebut (titik C pada
gambar 3.2. Hal ini berarti di bawah suatu harga saturasi terkecil maka
minyak tidak akan bisa mengalir dalam core tersebut. Harga minimum
saturasi ini disebut dengan Residual Oil Saturation (Sor) atau Critical Oil
Saturation (Soc) dan titik D adalah Residual Water Saturation (S wr) atau
Critical Water Saturation (Swc).
12

3. Kedua harga Ko dan Kw akan selalu lebih kecil dari K kecuali pada titik A
dan B. Untuk suatu harga So manapun, jumlah harga Ko dan Kw akan selalu
lebih rendah dari K atau Ko + Kw ¿ K.

C. Permeabilitas Relatif
Permeabilitas relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara
permeabilitas efektif dengan permeabilitas relatif. Sedangkan permeabilitas
relatif dinyatakan sebagai berikut :
ko
k ro =
k .................................................................................................(2-13)

kg
k rg =
k ................................................................................................(2-14)

kw
k rw =
k ...............................................................................................(2-15)

Keterangan :
kro = permeabilitas relatif minyak
krg = permeabilitas relatif gas
krw = permeabilitas relatif air

2.1.1.3 Saturasi Fluida


Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume
pori-pori total suatu batuan.Tetapi karena dalam batuan reservoir minyak
umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat air,
minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoir, maka saturasi
didefinisikan sebagai fraksi salah satu fluidanya terhadap volume pori
batuanya.Harga saturasi untuk masing-masing fluida tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :

 Saturasi minyak ( So ) adalah :


13

volume pori−pori yang diisi oleh min yak


S o=
volume pori− pori total ..................(2-16)
 Saturasi air (Sw) adalah :
volume pori  pori yang diisi air
Sw 
volume pori  pori total .........................................(2-17)
 Saturasi gas (Sg) adalah :
volume pori  pori yang diisi oleh gas
Sg 
volume pori  pori total ................................(2-18)

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :


Sg + So + Sw = 1 .................................................................(2-19)

Jika diisi oleh minyak dan air saja maka :


So + Sw = 1 ........................................................................................(2-20)

Terdapat tiga faktor yang penting mengenai saturasi fluida, yaitu :

a) Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan yang
kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif akan
mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatif rendah. Demikian juga untuk
bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
b) Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air
dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksikan minyak,
saturasi fluida berubah secara kontinyu.
c) Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume contoh batuan adalah V, ruang
pori-porinya adalah.V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh hidrokarbon
adalah:
14

So..V + Sg..V = (1-Sw)..V ............................................................(2-21)


2.1.1.4 Tekanan Kapiler
Rongga pori-pori dari suatu batuan reservoir berisi fluida yang tidak
tercampur satu sama lainnya,seperti minyak dan air. Kesetimbangan gaya
akan terjadi pada molekul-molekul yang sejenis, dimana akan terjadi gaya
tarik menarik. Sedangkan pada molekul-molekul yang berlainan jenis
kesetimbangan gaya tidak terjadi, dalam hal ini akan terjadi gaya tolak
menolak antar molekul. Hal ini terjadi pada batas antara dua macam fluida
atau antara fluida dengan benda padat. Ketidakseimbangan gaya ini akan
menimbulkan tegangan antar permukaan.
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-minyak atau
cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan mereka. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan
tekanan antara fluida “non-wetting phase” (Pnw) dengan fluida “wetting
fasa” (Pw) atau :

Pc = Pnw - Pw.......................................................................................(2-22)

Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi


pertemuan permukaan fluida immiscible yang cembung.Di reservoir
biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting phase), sedangkan
minyak dan gas sebagai non-wetting fasa atau fasa tidak membasahi.

Pa
B‘ Po b
B‘
B Pw b B
Pw
h h
a ir O il
Pa Po a A
A’ A A’ Pw a
w a te r w a te r

a . A ir - W a t e r b . O il - W a t e r
Gambar 2.5 Tekanan dalam Pipa Kapiler6)
15

Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-


pori dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam
hubungan sebagai berikut :
2. .cos 
Pc    . g. h
r ...................................................................(2-23)
Keterangan :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
 = tegangan permukaan antara dua fluida, dyne/cm
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida, derajat
r = jari-jari lengkung pori-pori, cm
 =perbedaan densitas dua fluida, gr/cm3
g = percepatan gravitasi, cm/sec2
h = tinggi kolom, cm

Dari persamaan (2-22) dapat dilihat bahwa tekanan kapiler


berhubungan dengan ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water
contact), sehingga data tekanan kapiler dapat dinyatakan menjadi plot
antara h versus saturasi air (Sw).Perubahan ukuran pori-pori dan densitas
fluida akan mempengaruhi bentuk kurva tekanan kapiler dan ketebalan
zona transisi.Dari persamaan (2-22) ditunjukkan bahwa h akan bertambah
jika perbedaan densitas fluida berkurang, sementara faktor lainnya tetap.
Hal ini berarti bahwa reservoir gas yang terdapat kontak gas-air, perbedaan
densitas fluidanya bertambah besar sehingga akan mempunyai zona
transisi minimum. Demikian juga untuk reservoir minyak yang
mempunyai API gravity rendah maka kontak minyak-air akan mempunyai
zona transisi yang panjang.Ukuran pori-pori batuan reservoir sering
dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai
tekanan kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinya lebih tipis
daripada reservoir dengan permeabilitas yang rendah.
16

2.1.1.5 Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immisible). Pada bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi
gaya tarik-menarik antara cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang
merupakan faktor dari tegangan permukaan antara fluida dan batuan.
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air
cenderung melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan
terletak diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik
dengan batuan dan akan lebih mudah mengalir. Gambaran tentang water
wet dan oil wet ditunjukkan pada Gambar 2.6 di bawah ini.

a . O il W e t b . W a te r W e t
P o r e s p a c e o c c u p ie d b y H O
R o c k m a t r ix
P o r e s p a c e o c c u p ie d b y O il

Gambar 2.6 Pembasahan Fluida dalam Pori-pori Batuan6)

Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak (atau gas) yang
ada diantara matrik batuan. Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-
Padatan pada Gambar 2.7di bawah ini.

wo
 so   sw
cos  
 wo

 so  sw

O il W a te r S o lid

Gambar 2.7 Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan2)


17

Suatu cairan dapat dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positip (< 75o), yang berarti batuan bersifat water wet. Apabila sudut kontak
antara cairan dengan benda padat antara 75 - 105, maka batuan tersebut bersifat
intermediet. Apabila air tidak membasahi zat padat maka tegangan adhesinya
negatip (> 105o), berarti batuan bersifat oil wet. Gambar 2.8 dan Gambar 2.9
menunjukkan besarnya sudut kontak dari air yang berada bersama-sama dengan
hidrokarbon pada media yang berbeda, yaitu pada permukaan silika dan kalsit.

o
= 30
o
= 83
o = 158 = 35
o

Is o - O c t a n e Is o - O c t a n e + Is o - Q u in o lin e N a p h t h e n ic
5 , 7 % Is o - Q u in o lin e A c id

Gambar 2.8 Sudut Kontak Antara Permukaan Air


dengan Hidrokarbon pada Permukaan Silika6)

o o o o
= 30 = 48 = 54 = 106

Is o - O c t a n e Is o - O c t a n e + Is o - Q u in o li n e N a p h t h e n ic
5 , 7 % Is o - Q u i n o l in e A c id

Gambar 2.9 Sudut Kontak Antara Permukaan Air


dengan Hidrokarbon pada Permukaan Kalsit6)

Menurut Srobod (1952), harga wettabilitas dan sudut kontak nyata


ditentukan berdasarkan karakteristik pembasahan, yang merupakan fungsi
dari thresholdpressure (Pt), sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
cos θ wo Pt wo σ oa
WettabilityNumber=
cos θ oa Pt oa σ wo ...............................................(2-
24)
dimana:
cosθ wo = sudut kontak air dengan minyak dalam inti batuan
18

cosθ oa = sudut kontak minyak dengan udara dalam inti batuan


Pt wo = tekanan threshold inti batuan terhadap minyak
Pt oa = tekanan threshold inti batuan terhadap udara
σ wo = tegangan antar muka antara air dengan minyak
σ oa = tegangan antar muka antara minyak dengan udara

2.1.1.6 Kompresibilitas
Kompressibilitas didefinisikan sebagai perubahan volume pori per
satuan perubahan tekanan. Batuan yang berada pada kedalaman tertentu
akan mengalami dua macam tekanan, antara lain :
1. Tekanan internal, yang diakibatkan oleh tekanan hidrostatik fluida
yang terkandung dalam pori-pori batuan.
2. Tekanan eksternal, yang disebabkan oleh berat batuan yang ada
diatasnya (overburden pressure).
Apabila tekanan internal fluida didalam rongga pori berkurang pada
suatu tekanan eksternal (overburden) yang konstan, maka volume bulk
batuan akan berkurang, sedangkan volume material batuan yang padat
makin bertambah besar. Menurut Geerstma (1957), konsep
kompressibilitas batuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume
material padatan (grains) terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompressibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan volume bulk
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
3. Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan volume pori-
pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Diantara konsep diatas, kompressibilitas pori-pori batuan dianggap
yang paling penting dalam teknik reservoir khususnya.
19

10
9
8
6
C o m p r e s s ib ilit y , x 1 0 7
E f f e c t iv e R o c k

6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
P o r o s i t y, %

Gambar 2.10 Kompresibilitas Pori Pada Batuan6)

Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan reservoir akan


mengakibatkan perubahan tekanan-dalam dari batuan, sehingga resultan tekanan
pada batuan akan mengalami perubahan pula. Adanya perubahan tekanan ini akan
mengakibatkan perubahan pada butir-butir batuan, pori-pori dan volume total
(bulk) batuan reservoir. Untuk padatan (grains) akan mengalami perubahan yang
serupa apabila mendapat tekanan hidrostatik fluida yang dikandungnya maka akan
mengalami perubahan bentuk yang seragam.
Perubahan bentuk volume bulk batuan dapat dinyatakan sebagai
kompressibilitas (Cr), yang secara matematis persamaanya sebagai berikut :
1 dVr
Cr  .
Vr dP (2-25)

Harga Cr untuk suatu batuan tertentu dapat ditentukan secara sederhana


dengan menjenuhi batuan dengan fluida, kemudian dimasukkanke dalam tabung
bertekanan yang berisi fluida penjenuh.Setelah itu batuan dalam tabung diberi
tekanan hidrostatik, maka perubahan volume dari batuan tersebut (V r) dapat
diamati dan diukur.
Sedangkan perubahan bentuk volume pori-pori batuan dapat dinyatakan
sebagai kompressibilitas (Cp) yaitu :
20

1 dVp
Cp  .
Vp dP *
....................................................................................(2-26)

Keterangan :
Vr = volume padatan batuan (grains), inch3
Vp = volume pori-pori batuan, inch3
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan, psi
P* = tekanan luar (tekanan overburden), psi
Cr = perubahan bentuk volume bulk batuan
Cp = perubahan bentuk volume pori-pori batuan

2.1.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir


Kegunaan dari mempelajari sifatfisik fluida reservoir antara lain untuk
memperkirakan cadangan hiodrokarbon, menentukan laju alir minyak atau
gas dari reservoir meneju dasar sumur dan mengontrol gerakan fluida dalam
reservoir. Beberapa sifat fisik fluida reservoir yang perlu diketahui adalah :
berat jenis, viskositas, faktor volume formasi, dan kompressibilitas.

2.1.2.1 Sifat Fisik Gas


Gas adalah suatu fluida dengan massa jenis serta voskositas yang
rendah, selain itu sifatnya yang utama adalah fluida ini akan mengisi
penuh wadah apa saja. Sifat gas berbeda dengan cairan, terutama karena
jarak antar molekul-molekulnya lebih besar dari pada cairan.

a. Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan antara rapatan gas
tersebut dengan rapatan suatu gas standart. Kedua rapatan diukur pada
tekanan dan temperatur yang sama. Biasanya yang digunakan sebagai gas
standar adalah udara kering massa tiap satuan volume dan dalam hal ini
massa dapat diganti oleh berat gas, m. Secara sistematis densitas gas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
21

P Ma
g 
z R T .......................................................................................(2-27)

Dimana :
z = faktor kompresibilitas gas
P =tekanan reservoir, psia
T =temperatur, oR
R =konstanta gas = 10.73 psia cuft/lbmole oR
Ma =berat molekul tampak =  yi Mi
yi =fraksi mol komponen ke-i dalam suatu campuran gas
Mi =berat molekul untuk komponen ke-i dalam suatu campuran gas

b. Spesific Gravity Gas


Spesific Gravity Gas di definisikan sebagai perbandingan antara
densitas gas dengan densitas udara pada tekanan dan temperatur yang
sama. Dimana :
ρg ρg
γ g=
ρ udara ρudara ................................................................(2-28)

Keterangan :
γg = Spesific Gravity Gas
ρg = densitas gas
ρ udara = densitas udara
Dengan diasumsikan bahwa kelakuan dari gas dan udara di
representasikan oleh persamaan gas ideal, maka Spesific Gravity
menjadi :
pMg
RT Mg Mg
γg = = = ........................................................(2-29)
pMudara Mudara 29
RT
22

Dimana Mudara adalah molekul berat dari udara dan Mg adalah


molekul berat dari gas. Jika gas adalah sebuah campuran maka
persamaannya menjadi :
Ma Ma
γg = .................................................................................. (2-30)
Mair = 29

Dimana Ma adalah molekul gas campuran. Sebagai catatan bahwa


perhitungan ini didasarkan jika gas dan udara merupakan gas ideal.
Spesific Grafity Gas juga sering disebut Gravity atau Gas Gravity.

c. Viskositas Gas
Viskositas gas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran.
Viskositas gas hidrokarbon umumnya lebih rendah dari pada viskositas
gas non hidrokarbon. Bila komposisi campuran gas diketahui, maka
viskositasnya dapat diketahui dengan persamaan :
0.5
∑ μg i yi Mi
μg=
∑ yi Mi 0. 5 ........................................................(2-31)
Dimana :
μg = viskositas gas campuran pada tekanan atmosfer
μgi = viskositas gas murni
yi = fraksi mol komponen ke-i
Mi = Berat molekul setiap komponen

Ada 2 jenis viskositas, yaitu :


1. Viskositas Dinamik, µ adalah perbandingan antara tegangan geser
terhadap gradien kecepatan dengan satuan poise atau centipoise.
2. Viskositas Kinematik, v adalah perbandingan antara viskositas
dinamik terhadap kerapatan dengan satuan stoke atau centistoke.
Dalam perhitungan-perhitungan reservoir maupun produksi
umumnya digunakan viskositas dinamik. Salah satu cara untuk
menentukan viskositas gas yaitu dengan korelasi grafis (Carr et al),
dimana cara ini untuk menentukan viskositas gas campuran pada
23

sembarang tekanan maupun suhu dengan memperhatikan adanya gas-gas


ikutan, seperti H2S, CO2, dan N2. Adanya gas-gas non-hidrokarbon
tersebut akan memperbesar viskositas gas campuran.

Gambar 2.11 Grafik μg vs T untuk Gas Pada P Atmosfer1)

d. Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas didefinisikan sebagai volume dalam barel
yang ditempati oleh 1 standart cubic feet gas (SCF) pada temperatur 60F
dan tekanan 14.7 Psia, bila dikembalikan pada keadaan temperatur dan
tekanan reservoir. Atau merupakan perbandingan volume dari sejumlah gas
pada kondisi reservoir dengan kondisi standard (60 oF, 14,7 psia).
Persamaannya dapat dapat dicari dengan menggunakan persamaan gas
nyata (real gas), berdasarkan kondisi di reservoir dan di permukaan :
24

Z . n.R .T
P
V res Zsc.n.R .T
Bg=
V sc = Psc ...........................................................(2-32)
Sehingga dari persamaan diatas faktor volume formasi gas menjadi :
Z .T . Psc
Bg = Zsc.Tsc .P ............................................................................(2-33)

Keterangan :
Z = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi reservoir
Zsc = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi standart
T = Suhu reservoir, oR
P = Tekanan reservoir, psia
Tsc = Suhu standart = 60 oF = 520 oR
Psc = Tekanan standar = 14,7 psia

Persamaan (2-31) dapat dituliskan sebagai berikut :


Z .T .(14 ,7 ) Z .T cuft
Bg=
(1).(520).P
=0 ,0282
P scf ( ) ............................................(2-34)
atau
Z .T res.bbl
Bg=0,00504
P (
scf )
............................................................ (2-35)

e. Kompressibilitas Gas
Kompressibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas
yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Biasa juga dinyatakan sebagai coefficient kompressibilitas isotermal dari
gas.Hal ini perlu dibedakan antara faktor kompressibilitas (Z) dengan
kompressibilitas gas.Dimana faktor kompressibilitas adalah suatu faktor
yang menunjukkan penyimpangan gas nyatadari keadaan ideal, sedangkan
kompressibilitas gas adalah menunjukkan efek dari tekanan terhadap
25

volume gas pada temperatur tetap. Kompresibilitas gas dapat dinyatakan


dengan persamaan :
1 dV
Cg=− ( )
v dP .........................................................................................
(2-36)
Dalam pembahasan mengenai kompressibilitas gas terdapat dua
kemungkinan penyelesaian, yaitu :

 Kompressibilitas Gas ideal


Persamaan gas ideal adalah sebagai berikut :
n. R.T
PV = nRT atau V = P

( dVdP )=− nRT


P
2
........................................................................(2-37)
Kombinasi antara persamaan (2.36) dan persamaan (2.37) sebagai
berikut:

Cg= − ( V1 )(− nRT


P ) =
1
P
2
.......................................................(2-38)
 Kompressibilitas Gas nyata
Pada gas nyata, faktor kompressibilitas diperhitungkan.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
Z
V =nRT
P ................................................................................. (2-39)
Bila dianggap konstan, penurunan persamaan tersebut menghasilkan
persamaan sebagai berikut :
dZ
P −Z
dV dP
( )
dP
=nRT
P2
1 dV
Cg=(− )( )
V dP
26

P nRT dZ 1 1 dZ
Cg=−
nRTZ P2
P −Z
dP ( ) ⇒
Cg= −
P Z dP
Cara lain untuk menentukan kompressibilitas gas adalah dengan
menggunakan hukum keadaan berhubungan, yaitu :
C pr
Cg=
P pc ....................................................................................(2-40)

Keterangan :
Cpr = pseudo-reduced compressibility
Ppc = pseudo-critical pressure, psia
Z = faktor kompressibilitas
P = tekanan reservoir, Psia

Gambar 2.12 Penentuan Harga Cr untuk Kompressibilitas Gas8)

f. Faktor Deviasi Gas


Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing maupun di
pipa produksi membutuhkan hubungan yang dapat menerangkan tekanan,
volume, dan temperatur.Untuk gas yang ideal hubungan tersebut dinyatakan
oleh persamaan keadaan :
27

P V = n R T ...................................................................................(2-41)

Gas yang bersifat sebagai gas nyata tidak memenuhi Persamaan (2-
41), tetapi memberi penyimpangan sebesar Z, sehingga Persamaan (2-42),
menjadi :

P V = n Z R T.................................................................................(2-42)

Keterangan :
P = tekanan, psia
V = volume, SCF
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas, 10.732 cuft psia R-1lb-mol-1
Z = faktor deviasi

Penentuan harga Z dari gas alam dapat dilakukan pengukuran


langsung, menggunakan korelasi Standing & Katz, dan menggunakan
“equation of state”
28

Gambar 2.13 Faktor Kompressibilitas untuk Natural Gas 3)

Dengan diketahuinya harga Ppc dan Tpc, maka harga Pr dan Tr


dapat dihitung. Untuk menentukan harga z (deviation faktor), Katz
dan Standing telah membuat korelasi berupa grafik : Z = f (P r,Tr)
dapat dilihat pada Gambar 2.15. Grafik tersebut memberikan hasil
yang memuaskan bila gas tidak mengandung CO2 dan H2S. Untuk gas
yang mengandung kedua unsur tersebut perlu dilakukan korelasi untuk
harga Ppc dan Tpc dahulu sebelum menghitung Pr dan Tr.

2.1.2.2 Sifat Fisik Minyak


Minyak mentah adalah suatu fluida hidrokarbon yang berada di
dalam reservoir dalam keadaan cair.Sesuai dengan sifat cairan pada
umumnya, pada fasa cair jarak antara molekul-molekul relatif lebih kecil
dari pada gas. Sifat fisik minyak ini meliputi viskositas, faktor volume
29

formasi, densitas, kelarutan gas dalam minyak dan kompressibilitas


minyak.

a. Densitas Minyak
Densitas Minyak sering dinyatakan dalam Spesific Gravity.
Densitas minyak adalah perbandingan antara berat fluida terhadap
volumenya. Hubungan antara Densitas Minyak dengan Spesific Gravity
didasarkan pada berat jenis air, dengan persamaan sebagai berikut :
m
ρ = v ............................................................................(2-43)
ρo
SG minyak = ρw ..................................................................(2-44)

Keterangan :
m = massa, gr
v = volume, cm3
o = densitas minyak, gr/cm3
w = densitas air, gr/cm3
Didalam dunia perminyakan, Spesific Gravity minyak sering
dinyatakan dalam satuan 0API. Hubungan antara SG minyak dengan
0
API dapat dirumuskan sebagai berikut :
141 ,5
−131 ,5
0
API = SG ..................................................................(2-45)

Harga-harga untuk beberapa jenis minyak :


 Minyak ringan (light crude) , ¿ 30 oAPI
 Minyak sedang , berkisar antara 20 – 30 oAPI
 Minyak berat , berkisar antara 10 – 20 oAPI
b. Viskositas Minyak
Viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang besarnya
keengganan minyak untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dengan
persamaan :
30

F ∂y
μ= x
A ∂ v ............................................................................(2-46)
Keterangan :
μ =
viskositas, gr/(cm.sec)
F =
shear stress, dyne
A = ...............................................................................................luas
bidang paralel terhadap aliran, cm2
dv
dy ................................................................................................=
gradient kecepatan, cm/(sec.cm).
Viskositas minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
 Temperatur, viskositas akan turun seiring dengan naiknya temperatur
 Tekanan, pada tekanan dibawah Pb (bubble point) maka viskositas
turun dengan naiknya tekanan tetapi tekanan diatas Pb (bubble point)
maka viskositas akan naik seiring dengan naiknya tekanan.
 Jumlah gas terlarut, viskositas akan turun dengan semakin banyaknya
gas didalam cairan.

Gambar 2.14 Hubungan Viskositas Terhadap Tekanan 8)


31

c. Kelarutan Gas dalam Minyak

Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya volume gas yang terbebaskan


(pada kondisi standart, SCF) dari suatu minyak mentah di dalam
reservoir, yang di permukaan volumenya sebesar satu stock tank barrel
(STB). Faktor-faktor yang mempengaruhi Rsadalah :
 Tekanan, pada suhu tetap, kelarutan gas dalam sejumlah zat cair
tertentu berbanding lurus dengan tekanan .
 Komposisi minyak dalam gas, kelarutan gas dalam minyak semakin
besar dengan menurunnya specific gravity minyak.
 Temperatur, Rsakan berkurang dengan naiknya temperatur.

Rumus empiris yang digunakan untuk mencari harga Rs telah


dikemukakan oleh Standing, persamaannya adalah sebagai berikut :
1, 2048
P
Rs=γ g
[(
18, 2 )
+1,4 10 0, 0125 API−0 , 000091 (T −460 )
] ........................(2.47)
Keterangan :
T = temperatur, oF
P = tekanan sistem, psia
γ g = Spesific gravity gas
32

Gambar 2.15 Rs Sebagai Fungsi Tekanan 7)

d. Faktor Volume Formasi Minyak


Faktor Volume Formasi Minyak (Bo) adalah perbandingan antara
volume minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan
volume minyak pada kondisi standart (14,7 psia, 60 oF), dengan satuan
Bbl/STB. Standing melakukan perhitungan Bo secara empiris :
Bo = 0.972 + 0.000147.F1.175.......................................................(2-48)
g
F  R s .    125
. T
o
(2-47)......................................................... (2-49)
Dimana :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF

Gambar 2.16 Ciri Alur Faktor Volume Formasi Terhadap Tekanan


Untuk Minyak 8)

e. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
33

Bob  B oi
Co 
B oi  Pi  Pb  ....................................................................... (2-50)

Dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi =faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi =tekanan reservoir, psi
Pb = tekanan bubble point, psi

Kompressibilitas minyak dibagi menjadi dua berdasarkan kondisi


kejenuhannya, yaitu :

a. Kompressibilitas minyak tak jenuh (undersaturated oil)


Besarnya harga kompressibilitas minyak tak jenuh ini tergantung
dari berat jenis, tekanan, dan temperatur.

b. Kompressibilitas minyak jenuh (saturated oil)


Harga kompressibilitas minyak jenuh umumnya lebih besar
dibandingkan harga kompressibilitas minyak tak jenuh.

2.1.2.3 Sifat Fisik Air Formasi


Umumnya didalam memproduksikan hidrokarbon seringkali jumlah
air formasilah yang lebih banyak dari hidrokarbonya.Dimana pengaruh
yang ditimbulkan oleh adanya air formasi di dalam reservoir ini tidak lepas
dari sifat-sifat fisik air formasi.

a. Densitas Air Formasi


Densitas air formasi adalah perbandingan antara berat fluida
terhadap volumenya dan dapat dinyatakan dengan persamaan :
mw
ρw =
v w .................................................................................(2-51)

Dimana :
ρw = densitas air formasi, gr/cm3
34

mw = massa air formasi, gr


vw = volume air formasi, cm3
Gambar 2.17 menunjukkan kadar garam dan temperatur reservoir
sangat mempengaruhi densitas air formasi.

Gambar 2.17 Pengaruh Konsentrasi Garam dan Temperatur Pada


Densitas Air Formasi 2)

b. Viskositas Air Formasi


Besarnya viskositas air formasi (μw) tergantung pada tekanan,
temperature dan salinitas yang dikandung air formasi tersebut. Gambar
2.18 menunjukkan viskositas air formasi sebagai fungsi temperatur.
35

Gambar 2.18 Viskositas Air Pada Tekanan dan Temperatur Reservoir6)

Pada Gambar 2.20 diatas, terlihat bahwa pengaruh salinitas di atas


6000 ppm dan tekanan di atas 7000 psi mempunyai pengaruh yang kecil
pada viskositas air formasi, meskipun temperatur dinaikkan. Pada P dan
T yang tetap, dengan naiknya salinitas maka akan menaikkan viskositas
air.

c. Kelarutan Gas dalam Air Formasi


Kelarutan gas dalam air formasi akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan kelarutan gas dalam minyak di reservoir pada tekanan dan
temperatur yang sama. Pada temperatur tetap, kelarutan gas dalam air
formasi akan naik dengan naiknya tekanan. Sedangkan pada tekanan
tetap, kelarutan gas dalam air formasi mula-mula menurun sampai harga
minimum kemudian naik lagi terhadap naiknya suhu, dan kelarutan gas
dalam air formasi akan berkurang dengan bertambahnya kadar garam.
Kelarutan gas dalam air formasi akan berkurang dengan bertambahnya
berat jenis gas.
36

Gambar 2.19 Grafik Kelarutan Gas dalam Air 2)

d. Faktor Volume Formasi Air Formasi


Faktor volume formasi air formasi (Bw) menunjukkan perubahan
volume air formasi dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Faktor
volume formasi air formasi ini dipengaruhi oleh pembebasan gas dan air
dengan turunnya tekanan, pengembangan air dengan turunnya tekanan
dan penyusutan air dengan turunnya suhu.Peningkatan faktor volume
formasi air formasi disebabkan oleh pengembangan air formasi pada
tekanan di bawah tekanan jenuh.Hal ini disebabkan karena
terbebaskannya gas dari larutan, tetapi karena rendahnya kelarutan gas
dalam air formasi, maka penyusutan fasa cair relatif kecil.Biasanya
penyusutan ini tidak cukup untuk mengimbangi pengembangan air
formasi pada penurunan tekanan, sehingga faktor volume formasi air
formasi terus meningkat di bawah tekanan jenuh. Harga faktor volume
formasi air formasi (Bw) berkisar antara 0,98 – 1,07 bbl/stb atau
dianggap sama dengan 1,00.
37

Gambar 2.20 Faktor Volume Air Formasi Sebagai Fungsi Dari


Tekanan dan Temperatur 2)

e. Kompresibilitas Air Formasi


Kompresibilitas air murni tergantung pada suhu, tekanan, dan
kelarutan gas dalam air.Kompresibilitas air murni tanpa adanya gas
terlarut didalamnya ditunjukkan pada Gambar 2.23 dibawah ini.
38

Gambar 2.21 Kompresibilitas Air Formasi Sebagai Fungsi Tekanan


dan Temperatur9)

2.1.3 Kondisi Reservoir


Tekanan dan temperatur merupakan besaran-besaran yang sangat
penting dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan
maupun fluidanya (air, minyak, dan gas).Tekanan dan temperatur lapisan
kulit bumi dipengaruhi oleh adanya gradien kedalaman, letak dari lapisan,
serta kandungan fluidanya.

2.1.3.1 Tekanan Reservoir


Tekanan reservoir atau tekanan formasi dapat didefinisikan sebagai
suatu tekanan yang bekerja pada fluida formasi (minyak, gas, air) dalam
ruang pori-pori batuan.Tekanan reservoir yang normal adalah sama dengan
tekanan hidrostatiknya sendiri, karena sebagian besar tekanan overburden
ditahan oleh matrik batuan. Tekanan yang bekerja di dalam reservoir pada
dasarnya disebabkan oleh tiga hal, yaitu :

a. Tekanan Hidrostatik
Adalah suatu tekanan dari fluida yang berada di dalam pori-pori batuan
formasi.Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatik adalah jenis dari
fluida itu sendiri dan kondisi geologi. Persamaan yang digunakan untuk
mencari tekanan ini adalah :

Ph= 0.052 x ρ x g x h....................................................................(2-52)


Dimana,
Ph = Tekanan hidostatik, psi

ρ = densitas fluida, ppg

g = gravitasi, m/s2
h = kedalaman,ft

b. Tekanan Kapiler
39

Adalah suatu tekanan yang disebabkan oleh adanya gaya yang di


pengaruhi teganggan permukaan antara fluida yang bersingungan,
besarnya volume dan bentuk pori serta sifatb kebasahan dari batuan
reservoar. Tekanan kapiler mempunyai penggaruh yang sangat penting
dalam reservoar minyak dan gas karena dapat mengontrol distribusi fluida
dalam reservoar dan merupakan tenaga pendorong bagi minyak dan gas
bumi untuk bergerak ke daerah dimana minyak dan gas terperangkap.
Untuk perhitungan tekanan kapiler dapat digunkan persamaanya sebagai
berikut :

h
Pc= ρ −ρ
144 ( w o ) ...................................................................(2-53)

Keterangan :

Pc = Tekanan kapiler, psi


h = Ketinggian dari bidang diantara minyak dan air dimana tekanan
kapiler sama dengan nol pada WOC,ft
ρo = Densitas minya,lb/cuft
ρw = Densitas air,lb/cuft

c. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah besarnya tekanan yang diakibatkan oleh
berat seluruh beban yang berada di atas kedalaman tertentu tiap satuan luas.
Gmb−G fl
Po =
luas. area ...............................................................................(2-54)
Dimana :
Gmb = berat matrik batuan formasi, lb
Gfl = berat fluida yang terkandung dalam batuan formasi, lb

a. Tekanan Formasi
Tekanan formasi adalah tekanan yang berasal dari dalam formasi. Tekanan
formasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu diantaranya adalah :
40

 Tekanan Formasi Abnormal


Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien
tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft. Tekanan abnormal tidak
mempunyai komunikasi tekanan secara bebas sehingga tekanannya tidak
akan cepat terdistribusi dan kembali menuju tekanan normalnya. Tekanan
abnormal berkaitan dengan sekat (seal) terbentuk dalam suatu periode
sedimentasi, kompaksi atau tersekatnya fluida di dalam suatu lapisan yang
dibatasi oleh lapisan yang permeabilitasnya sangat rendah.

 Tekanan Formasi Normal


Tekanan formasi normal adalah suatu tekanan formasi dimana tekanan
hidrostatis fluida formasi dalam keadaan normal sama dengan tekanan
kolom cairan yang ada dalam dasar formasi sampai permukaan.Tekanan
formasi normal mempunyai gradien tekanan formasi antara 0,433 psi/ft
sampai 0,465 psi/ft merupakan tekanan normal.
 Tekanan Formasi Subnormal

Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang mempunyai gradien


tekanan dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan subnormal diakibatkan adanya
rekahan-rekahan batuan.

b. Tekanan Rekah
Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatis maksimum yang dapat
ditahan oleh formasi tanpa menyebabkan terjadinya pecah formasi
tersebut. Besarnya gradien tekanan rekah dipengaruhi oleh tekanan
overburden, tekanan formasi, dan kondisi kekuatan batuan. Tekanan rekah
adalah tekanan hidrostatis maksimum yang dapat ditahan oleh formasi
tanpa menyebabkan terjadinya pecah formasi tersebut. Besarnya gradien
tekanan rekah dipengaruhi oleh tekanan overburden, tekanan formasi, dan
kondisi kekuatan batuan.
2.1.3.2 Temperatur Reservoir
41

Dalam kenyataannya temperatur reservoir akan bertambah terhadap


kedalaman, yang mana sering disebut sebagai gradient geothermis.
Besaran geothermis ini bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain, di
mana harga rata-ratanya adalah 2°F/100 ft. Gradient geothermis yang
tertinggi adalah 4°F/100 ft, sedangkan yang terendah adalah 0,5 °F/100 ft.
variasi yang kecil dari gradient geothermis ini disebabkan oleh sifat
konduktivitas thermis beberapa jenis batuan.
Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Td = Ta + @ D (2-55)
Keterangan :
Td = temperatur reservoir pada kedalaman D ft, °F
Ta = temperatur pada permukaan °F.
@ = gradien temperatur, °F/100 ft
D = kedalaman, ft
Besarnya gradien temperatur bervariasi dari suatu daerah dengan
daerah yang lainnya.Variasi gradien temperatur ini disebabkan oleh sifat
konduktifitas atau daya hantar batuan. Pengukuran temperatur formasi
dilakukan setelah “completion” dan temperatur formasi ini dapat dianggap
konstan selama kehidupan reservoir, kecuali bila dilakukan proses
stimulasi.

Anda mungkin juga menyukai