Anda di halaman 1dari 28

KONSEP PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemberdayaan dan
Pendayagunaan Masyarakat
Dosen Pengampu : Dr. Masduki Ahmad, SH, MM

Disusun Oleh :
Kelompok I
MP 2018 A

Anisa Listiyanti (1103618078)

Ferli Tri Wahyuningsih (1103618005)

Muhamad Aditya Zahran (1103618076)

Muhammad Zidan Adrian (1103618069)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat”.
Kami menyadari, selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih
kepada:
1. Dr. Masduki Ahmad, SH, MM selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Pemberdayaan dan Pendayagunaan Masyarakat.
2. Teman – teman sekelas yang membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemberdayaan dan
Pendayagunaan Masyarakat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya untuk kami sendiri.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya civitas akademika Universitas Negeri
Jakarta.

Jakarta, 14 Maret 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan
secara terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera,
sedangkan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan kalau kemiskinan dapat dikurangi.
Pengurangan kemiskinan atau sering disebut sebagai upaya penanggulangan kemiskinan,
dapat dilakukan dengan berbagai usaha, diantaranya adalah pembangunan partisipatif, yaitu
suatu pendekatan pembangunan yang sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang
meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari masyarakat,
diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh
seluruh masyarakat.1
Pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai strategi untuk mencapai tujuan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat terutama keluarga miskin. Pemberdayaan
masyarakat merupakan pendekatan dengan tujuan untuk menciptakan dan meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam menjalankan proses pembangunan dari, oleh dan untuk
masyarakat dengan didukung oleh berbagai kalangan atau pemangku kepentingan lainnya.
Pembangunan berbasis masyarakat menciptakan masyarakat berdaya dan berbudaya.
Keberdayaan memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan mengembangkan diri untuk
mencapai kemajuan. Sebagian besar masyarakat berdaya adalah individunya memiliki
kesehatan fisik, mental, terdidik, kuat dan berbudaya. Membudayakan masyarakat adalah
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu
lepas dari kemiskinan, kebodohan, ketidaksehatan, dan ketertinggalan. Untuk mendorong
masyarakat berdaya dengan cara menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang. Pengembangan daya tersebut dilakukan dengan
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
masyarakat. Penguatan tersebut meliputi penyediaan berbagai masukan serta membuka
akses pada berbagai peluang yang ada.

B. Rumusan Masalah
1
Sumaryadi, “Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat”, Jakarta: CV Citra
Utama. 2005. Hlm. 87
1. Bagaimana konsep dasar pembangunan berbasis masyarakat?
2. Bagaimana konsep pembangunan dari atas dan pembangunan dari bawah?
3. Apa yang dimaksud dengan sumberdaya-lokal pembangunan?
4. Bagaimana modal sosial dalam pembangunan?
5. Bagaimana konsep pembangunan berbasis kebudayaan?
6. Bagaimana konsep pembangunan berbasis kearfian local?
7. Bagaimana konsep modal spiritual dan pembangunan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mendeskripsikan konsep dasar pembangunan berbasis masyarakat.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan pembangunan dari atas dan pembangunan dari bawah.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan sumberdaya-lokal pembangunan.
4. Mengetahui dan mendeskripsikan modal sosial dalam pembangunan.
5. Mengetahui dan mendeskripsikan pembangunan berbasis kebudayaan.
6. Mengetahui dan mendeskripsikan pembangunan berbasis kearfian local.
7. Mengetahui dan mendeskripsikan konsep modal spiritual dan pembangunan.

D. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai bagaimana konsep pembangunan
berbasis masyarakt secara teoritis yang didukung dari berbagai sumber bacaan yang
digunakan sebagai pendukung dalam penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pembangungan Berbasis Masyarakat
Adrian Leftwich dalam Winarno (2013:41) mengemukakan bahwa pemahaman
pembangunan yang paling umum dapat dikategorikan kedalam sembilan pendekatan pokok,
yakni pembangunan dilihat sebagai kemajuan historis, pembangunan sebagai eksploitasi
sumber daya alam, pembangunan sebagai promosi kemajuan ekonomi, pembangunan
sebagai suatu kondisi, pembangunan sebagai suatu proses, pembangunan sebagai
pertumbuhan ekonomi, pembangunan sebagai perubahan struktural, pembangunan sebagai
modernisasi, dan pembangunan sebagai suatu peningkatan kekuatan produksi.2
Pembangunan berbasis masyarakat merupakan sebuah pembangunan yang
didasarkan pada kebutuhan masyarakat, dan direncanakan serta dilaksanakan oleh
masyarakat itu sendiri dengan menggunakan segala sumber daya yang menjadi suatu potensi
dalam membantu berjalannya pembangunan tersebut. Pembangunan berbasis masyarakat
merupakan pembangunan yang berbasis pada kearifan local, menjaga dan menghormati
budaya local, dan berbasis pada spiritualitas yang menjadi keyakinan masyarakat setempat.3
Dalam upaya pembangunan dalam sebuah masyarakat, haruslah berangkat dari
kebutuhan masyarakat itu sendiri, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang
ada. Selain akan meningkatkan ekonomi, adanya keterlibatan masyarakat dalam sebuah
proses pembangunan juga akan memunculkan peningkatan partisipasi mereka terhadap
pemeliharaan hasil pembangunan itu sendiri. Selain dari itu, keberhasilan pembangunan
berbasis masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari proses pelaksanaannya, tetapi juga harus
dilihat dan dilibatkan dalam proses perencanaannya yang melibatkan seluruh elemen
masyarakat yang ada.4
Menurut Chambers dalam pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah konsep pembangunan yang didalamnya merangkum nilai-nilai sosial,
2
Risky Pusut, Marthen Kimbal, and Michael Mamentu, ‘Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Di Desa
Pasir Putih Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso’, Jurnal Eksekutif Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Volome 2 No. 2 Tahun 2017, 2.2 (2017), hlm.3
<https://doi.org/https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/18309/17838>.
3
Aprillia Theresia and others, Pembangunan Berbasis Masyarakat Acuan Bagi Praktisi, Akademis, Dan Pemerhati
Pengembangan Masyarakat (Bandung: Alfabeta, 2015). Hlm.28
4
Risky Pusut, Marthen Kimbal, and Michael Mamentu, Op. CIt, hlm.2
konsep ini menggambarkan adanya paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat
people centered, participatory, empowering, and sustainable. Tujuan yang akan dicapai
dalam model pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah adanya pertumbuhan
yang sesungguhnya, bukan lagi berangkat dari model pembangunan yang bersifat top-down
tetapi harus bersifat buttom-up.5
Sehingga dapat kami simpulkan dari beberapa teori diatas mengenai pembangunan
berbasis masyarakat. Bahwa sebuah pembangunan berbasis masyarakat merupakan
pembangunan yang didasarkan pada segala kebutuhan yang ada pada masyarakat. Selain itu
pembangunan berbasis masyarakat juga merupakan pembangunan yang didasarkan pada
segala sumber daya potensial yang ada di lingkungan tersebut, baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Tidak hanya itu, dengan adanya pembangunan berbasis
masyarakat, dapat dikatakan sebagai bentuk upaya dalam melibatkan dan memberdayakan
masyarakat yang ada, agar masyarakat terlibat penuh dalam proses pembangunan yang akan
dilakukan di daerah lingkungan yang dimana menjadi tempat merek tinggal.

Maka dari itu dalam sebuah pembangunan berbasis masyarakat akan mencakup beberapa
cakupan diantaranya :
1. Pembangunan dari atas dan atau dari bawah
2. Pembangunan yang didasarkan dari sumber daya local
3. Pembangunan berbasis pada modal social
4. Pembangunan berbasis kebudayaan masyarakat
5. Pembangunan berbasis kearifan local masyarakat setempat
6. Dan pembangunan berbasis modal keyakinan spiritual masyarakat.6

B. Pembangunan dari Atas dan Pembangunan dari Bawah.


1. Pengertian
Pembangunan dari bawah seringkali disamakan dengan pembangunan yang
berbasis masyarakat. Dan hal tersebut sering dibandingkan lebih baik dari pada
pembangunan dari atas. Karena dalam hal ini, pembangunan dari atas diartikan sebahai
pembangunan yang menempatkan pemerintah pusat dan atau elit masyarakat sebagai

5
Theresia and others. Op. Cit. Hlm.91
6
Theresia and others. Op. Cit. hlm.28
pencetus gagasan, dengan asumsi bahwa mereka tau yang terbaik bagi masyarakat. Dan
tanpa harus mendengarkan dan melibatkan masyarakat dalam pembangunan tersebut.
Sedangkan pembangunan dari bawah diartikan sebagai pembangunan yang
pelaksanaannya terdapat kesempatan bagi masyarakat bawah untuk memberikan
inisiatifnya sejak tahap perencanaan, dengan asumsi bahwa masyarakat sendirilah yang
mengerti masalah, kebutuhan, dan bagaimana cara yang terbaik dan cocok untuk konsisi
masyarakat itu sendiri.
2. Penerapan Model
a. Up-Bottom
Model pengembangan masyarakat dengan pembangunan atas ke bawah biasanya
berfokus pada penyediaan kepemimpinan dalam hal membantu proses pembangunan
dan pelayanan yang diberikan sebagai pendukung. Dengan hal tersebut, masyarakt
mengikuti apa yang menjadi keputusan pemimpin dan mengakses layanan yang
ditawarkan oleh program dari kepemimpinan tersebut.
b. Bottom-Up
Dalam model ini menerapkan beberapa hal. Diantaranya adalah :
1) Mengembangkan partisipasi masyarakat yang komprehensif
2) Pengembangan memotivasi msyarakat local
3) Perluasan kesempatan belajar
4) Peningkatan pengelolaan sumber daya local
5) Replikasi pembangunan manusia
6) Peningkatan pembangunan manusia
7) Peningkatan komunikasi dan pertukaran
8) Lokalisasi akses keuangan7
Model “dari bawah memiliki tujuan untuk menciptakan kemitraan dengan warga
masyarakat dan juga kepada professional dalam hal dukungan teknis. Sedangkan
model “dari atas” merupakan proses yamg memungkinkan para professional
memberikan kepemimpinan dan layanan mendukung dalam pengembangan yang
dibuat pihak eksternal.

7
Theresia and others. Op.Cit, hlm,30
Model pembangunan “dari atas” menggambarkan cara pengembangan yang
terstruktur dari adanya kepemimpinan dan layanan. Sedangkan model “dari
bawah” berfokus untuk orang-orang dalam masyarakat dapat mengarahkan proses
pembangunan mereka sendiri.8
3. Kelebihan dan Kelemahan
a. Model “dari atas”
Menurut Sulistyo (2010) Kelemahan dari model pembangunan (dari atas) adalah
1) Masyarakat tidak memiliki peran aktif karena pemerintah lebih dominan.
2) Masyarakat tidak bisa melihat perkembangan sejauh mana program dilaksanakan
3) Peran masyarakat sebagai penerima keputusan dan hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses program tersebut.
4) Tujuan utama program ini dilakukan kepada masyarakat tidak terwujud karena
tidak mengetahui keperluan masyarakat.
5) Masyarakat merasa terabaikan
6) Masyarakat menjadi kurang kreatif terhadap ide mereka.
Untuk kelebihannya dari model “dari atas” adalah
1) Peran pemerintah yang optimal akan membuat program berjalan dengan baik
2) Biaya yang ditanggung oleh pemerintah
3) Mengoptimalkan kinerja para pekerja pemerintahan dalam menyelenggarakan
program.
b. Model “dari bawah”
Dalam model ini terdapat kelemahannya, diantaranya ;
1) Pemerintah akan tidak berharga karena tidak memiliki peran besar.
2) Hasil dari suatu program belum tentu baik akrena perbedaan tingkat Pendidikan.
3) Hubungan masyarakat dengan pemerintah akan tidak baik karena banyak selisih
paham dan perbedaan ide serta ketidak jelasan tugas antara masyarakat dengan
pemerintah.
Kelebihannya adalah
1) Peran amsyarakat yang optimal dalam memberi masukan dan ide kepada
pemerintah untuk suatu program.

8
Theresia and others. Loc.Cit
2) Tujuan yang diinginkan masyarakat akan terpenuhi sesuai dengan keinginan
masyarakat.
3) Pemerintah tidak perlu bekerja optimal karena peran masyarakat mendominasi.
4) Masyarakat akan menajdi kreatif akan ide-ide yang digunakan untuk suatu
program.9
Meskipun dalam pelaksanaanya model “dari bawah” kerap dikatakan lebih baik
dari pada model “dari atas”, namun kadang dalam pelaksanaannya masih terdapat
kecurangan yang mengatasnamakan kaum bawah atau masyarakat dalam proses
pembangunan. Sehingga terdapat rekayasa antara kebutuhan masyarakat yang sebenarnya
dengan apa yang menjadi focus dalam pembangunan.

C. Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan


Pembangunan di suatu negari bukan hanya pemerintah saja yang bertanggungjawab,
namun semua warga negara harus berperan baik untuk menciptakan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup lahiriyah dan batiniyah pada masyarakat. Sada tiga kelompok
yang memiliki pengaruh besar dalam pembangunan di suatu negara yaitu Pemerintah
(Government), Masyarakat (Citizen/People/ Community) dan dan juga dunia usaha
(Corporate). Dunia usaha juga mesti mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik dengan
mempertimbangan pula masyarakat dan juga lingkungan hidup di sekitar. Nantinya sinergi
antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha ini akan membentuk pembangunan ekonomi
suatu daerah.10
Sumber daya menurut (Rickels:2005) adalah hal yang sudah ada atau tersedia, dan
sengaja di sediakan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Sumberdaya menjadi suatu hal
yang bersifat urgen manakala dalam kegiatan yang memerlukan tenaga orang lain dalam
prosesnya, contoh seperti pabrik yang memerlukan sumberdaya dalam memproduksi barang
yang dikelola oleh pihak perusahaan, kemudian soal daerah yang berfokus pada industry
pariwisata, yang menekaknkan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang kreatif dan
menarik perhatian turis, dengan tujuan memperbanyak turis yang datang dan pendapatan
9
Theresia and others. Op. Cit 31-32
10
Malanuang Lukman, ‘Model Pembangunan Daerah Berkelanjutan Melalui Transformasi Struktur Ekonomi
Berbasis Sumberdaya Pertambangan Ke Sumberdaya Lokal Terbarukan: Studi Kasus Tambang Tembaga Dan Emas
Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara Di Sumbawa Barat NTB’, Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 16.3
(2009), 167–75.
daerah naik karena adanya visa, masyarakat juga terbantu karena dengan mensupport
industry pariwisata, mereka pun mendapatkan uang untuk kehidupan sehari-hari.11
Peran masyarakat memang sangatlah penting dalam pasal sumberdaya, terlebih lagi
masyarakat yang memang tinggal di daerah. Merujuk pada teori manajemen konvensional.
Yang dimaksudkan termasuk sumber daya adalah :
1. manusia yang termasuk pengetahuan sikap dan keterampilan
2. adalah uang
3. Dalam material bahan baku perlengkapan dan mesin.
Namun dalam pandangan manajemen masa kini yang termasuk dalam sumber daya
telah berkembang menjadi sumber daya alam, sumber daya manusia, kearifan tradisional
kebudayaan, dan modal spiritual, infrastruktur mencakup sarana dan prasarana, kelembagaan
termasuk kelompok atau organisasi yang berbadan hukum peraturan dan nilai-nilai, bahkan
informasi, waktu, mudahan fasilitas, aksesibilitas, dan juga networking.
Yang dimaksud dengan sumber daya lokal adalah sumber daya yang asalnya, yang
disediakannya, atau memperoleh dari wilayah setempat satu wilayah dengan batas geografis
atau lingkungan sosial, yang dikenal sebagai sumber daya masyarakat yang artinya yang
berasal dari kemampuan masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan demi memperoleh harga
murah harga yang terjangkau.

D. Modal Sosial Dalam Pembangunan


Dalam buku pembangunan berbasis masyarakat, Aprilia Theresia mengutip definisi
modal sosial menurut Cochen dan Prusak L (2001), yaitu modal sosial adalah bagian dari
setiap hubungan yang sedang terjadi dan terikat oleh suatu kepercayaan, understanding atau
saling memahami dan nilai nilai yang menjadikan norma untuk Bersama, yang mengikat
setiap anggota kelompok untuk melakukan suatu kegiatan atau aksi Bersama sama demi
menciptakan efesiensi dan efektifitas.
Sementara menurut Hasbullah (2006), beliau berpendapat bahwa modal sosial adalah
suatu yang berkaitan dengan teamwork atau gotong royong dalam masyarakat atau suatu
bangsa demi mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, dengan ditopang oleh nilai-nilai

11
Aprilia Theresia, dkk. 2015 “ PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT”, CV. Alfabeta, Bandung.
norma yang menjadi unsur penting seperti salng percaya dan paham timbal balik, sera aturan
yang kolektif dalam suatu masyrakat.
Modal sosial ialah sebuah bentuk dari kebersamaan serta kewajban sosial yang
dijadikan peraturan yang formal demi mewujudkan bentuk kehidupan sosial yang sejahtera,
peran tiap-tiap masyarakat, wewenang, tanggungjawab, dan penghargaan bagi masyarakat
yang bekerja terikat dan menghasilkan Tindakan kolektif. Modal sosial juga memiliki peran
perekat bagi setiap orang dalam masyarakat yang berbentuk norma-norma, kepercayaan dan
jaringan kerja, sehingga menjadi Kerjasama yang saling menguntungkan.
1. Dimensi Soial
Dalam modal sosial terdapat dimensi sosial yang mana dimensi sosial tersebut
tumbuh di lingkungan masyarakat yang terdapat suatu nilai atau norma dan pola interaksi
sosial untuk menjadi pedoman bermasyarakat. Dalam buku Pembangunan Berbasis
Masyarakat karya Aprilia merujuk pendapat Adler dan Kwon ( Supriono dkk, 2009)
berkata bahwa dimensi modal sosial merupakan bentuk deskripsi dari keterikatan dalam
suatu kelompok masyarakat yang mengisi warna struktur kolektif dan memberikan
kekohesifan dan profit profit yang dimiliki oleh setiap masyarakat karena diperoleh dari
kejadian di suatu ligkungan masyarakat. Beberapa acuan nilai dan unsur dalam suatu
modal sosial yakni :
a. sikap partisipatif,
b. sikap saling memperhatikan satu sama lain
c. sikap saling memberi dan menerima
d. sikap saling mempercayai
e. dan di sokong dengan pedoman berisi norma norma
Hal ini menjadikan bahwa dalam hidup bermasyarakat perlu adanya koneksi antar
satu indvidu dengan individu lain dengan memepertimbangkan apakah kegiatan yang
dilakukan sudah sesuai dengan norma norma atau justru kegiatan tersebut dapat
menghilangkan norma itu sendiri.
2. Tipologi Modal Sosial
Tipologi sosial adalah bagaimana perbedaan pola pola dalam interaksi beserta
dengan konsekuensi antara modal sosial yang berbentuk bonding, bridging dan
inclusive/linking. Kami akan memperjelas apa maksud dari ketiga poin diatas.
a. Bonding12 Bonding adalah suatu interaksi sosial yang dilakukan pada cakupan
internal masyarakat yang memiliki kesamaan karakteristik baik dari sisi demografis
maupun geografis.
b. Bridging Adalah suatu interaksi sosial secara horizontal yang dilakukan oleh suatu
masyarkat internal kepada masyarakat luar eksternal dengan kata lain interaksi sosial
yang tidak memikirkan apakah masyarakat tersebut memiliki kesamaan karakteristik
dari segi demografis atau dari segi geografisnya
c. Inklusif atau Linking Interaksi sosial jika pada suatu waktu, masyarakat berinteraksi
langsung secara vertical kepada pemangku stakeholder atau kepada pihak yang lebih
tinggi dalam pasal otoritas seperti pemerintah, kepala organisasi masyarakat yang
formal. Atau pemimpin dalam institusi bisnis, dan lain lain.
Modal sosial yang terikat cenderung lebih kearah yang bersifat bonding/eksklusif
disebabkan karena adanyanya karakteristik dasar yang melekat terlebih dengan ciri khas
yang terdapat didalamnya seperti konteks ide, hubungan atau relasi, dan juga perhatian
yang mana bisa kita pahami bahwa ciri tersebut lebih berorientasi “ke dalam”
dibandingkan dengan orientasi ke luar.
3. Bentuk-Bentuk Modal Sosial
Aprilia Theresia merujuk pendapat Coleman (2009: 418)13 dalam bukunya, yang
mana pendapat tersebut ialah bahwasannya modal sosial ditentukan dengan dasarnya
adalah fungsi, yakni modal sosial yang sifatnya produktif. Seperti halnya modal manusia
dengan fisiknya, modal sosial tidak dapat ditukar sepenuhnya, namun dapat bisa ditukar
dengan suatu kegiatan tertentu. Bentuk modal sosial ini memudahkan beberapa kegiatan
yang tindakannya diprediksi tidak akan menggangu orang lain.
Bentuk modal sosial menurut Coleman adalah sebagai berikut :
a. kewajiban dan ekspektasi. hal tersebut, bentuk modal sosial bergantung oleh 2
elemen: kepercayaan yang diperoleh dari lingkungan sosial dan juga perluasan
aktualisasi dari kewajiban yang sudah terpenuhi (obligation held). Pandangan ini
menjelaskan bahwa, individu yang tinggal dalam struktur sosial dengan rasa saling
percaya yang tinggi dapat memiliki modal sosial yang lebih baik pula.

12
Rusdi Okta, ‘Pengantar Modal Sosial’, Slide Player, 2015 <https://slideplayer.info/slide/3045764/> [accessed 11
March 2021].
13
Aprilia Theresia, dkk. 2015 “PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT”, CV. Alfabeta, Bandung.
b. potensi informasi Informasi memang terbilang urgent sebagai dasar membuat
tindakan, namun harus diingat bahwa informasi itu tidak ada yang diperoleh secara
gratis. Tentu saja, individu yang memiliki jejaring dan juga relasi lebih luas akan
lebih mudah untuk memperoleh informasi dan pastinya informasi yang didaptkan
lebih murah, sehingga bisa dikatakan modal sosialnya tinggi, demikian pula
sebaliknya.
c. norma dan sanksi efektif Norma dalam suatu organisasi yang mendukung individu
untuk memperoleh pencapaian (achievement) tentu bisa digolongkan sebagai bentuk
modal sosial yang sangat penting. Misalkan, norma yang berlaku terbilang sangat
kental dan efektif dalam menjadikan pedoman setiap anggota komunitas yang dapat
memengaruhi banyak pemuda dan para pemuda tersebut berpotensi untuk mendidik
generasi muda tersebut memanfaatkan waktu seoptimal mungkin.
d. relasi dan wewenang. Seperti yang sudah di singgung di bentuk bentuk yang diatas,
bahwa jaringan dan koneksi ataupun relasi sangat penting dalam modal sosial, karena
relasi dapat memudahkan suatu individu mendapatkan sesuatu dengan mudah karena
ada pertolongan dari orang yang memiliki pengaruh besar. Tentu pengaruh besar yang
diperoleh oleh orang tersebut adalah orang yang memiliki wewenang yang tinggi,
orang tersebut mendapatkan otorisasi yang bisa mempengaruhi orang banyak dengan
satu perintah saja.
4. Faktor Yang Merusak Modal Soial
Seperti halnya modal alam, modal fisik dan modal lainnya yang dapat digunakan
dan dikembangkan fungsinya namun bisa juga menjadi perusakan, menurut Coleman
modal sosial dapat diciptakan nanti rusak karena konsekuensi pengambilan keputusan
pada individu itu sendiri. berikut adalah faktor-faktor yang menciptakan dan memelihara
serta dapat merusak modal sosial
a. Penutupan. yang dimaksud adalah berupa pembatasan penutupan jejaring sosial
kemudian ketidakpercayaan lalu sistem komunitas yang ditutup. maka bisa ditarik
benangg merahnya bahwa komunitas yang menutup diri dapat merusak adanya
struktur modal sosial di lingkup yang luas, karena komunitas tersebut tidak ingin
adanya pengaruh dari eksternal yang masuk dalam tatanan internal, kemudian
komunitas tersebut memberikan norma yang buruk pada anggotanya.
b. Stabilitas. stabilitas yang dimaksud adalah stabilitas struktur sosial, seperti yang kita
ketahui bahwa modal sosial sangat bergantung keseimbangan, kecuali modal sosial
tersebut memiliki asal dari organisasi yang strukturnya resmi dan juga masakan
posisi-posisi jabatan. suatu tatanan organisasi sosial yang kacau Tata relasi sosial
yang tidak teratur bisa menjadi hal yang dapat merusak modal sosial tersebut.
c. Ideologi. menjelaskan bahwa sebuah ideologi dapat menciptakan modal sosial Jangan
memaksa individu agar bertindak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan atau
seseorang yang lain dari dirinya sendiri faktor ideologi ini sangat mudah dilihat pada
model sosial yang berbasis ideologi agamis.
d. Kelas dan kekayaan. Jelaskan kekayaan digolongkan oleh coleman yaitu sebagai
faktor-faktor lain yang menciptakan dan juga merusak modal sosial, pada kehidupan
sehari-hari bisa dilihat perbedaan strata sosial dalam bentuk kelas dan kekayaan
seseorang memunculkan sikap individualisme yang eksklusif.
5. Modal Sosial Dalam Pembangunan
Pembangunan tentunya akan melibatkan substansi lainnya yang mendukung
pembangunan tersebut salah satunya adalah modal sosial modal sosial itu merupakan
masyarakat yang ada di dalamnya kemungkinkan yang menjadi pertanyaan dasar apa
yang bisa mendukung pembangunan daerah ataupun negara tersebut?
Mampu menciptakan pembangunan dan perubahan yang lebih baik, dan
masyarakat inilah yang menjadi modal dasar dalam pembangunan suatu negara, sebab
masyarakat ini memiliki pandangan atau pola pikir yang terbuka dan juga ke depan yang
mampu menciptakan ilmu-ilmu baru untuk menyokong pembangunan bangsa
Masyarakat ini juga berperan aktif dalam pemeliharaan hasil pembangunan sebab
pelihara dan bahkan meningkatkan pembangunan itu sendiri maka pembangunan tidak
ada artinya dan tidak dapat berjalan dengan semestinya jadi pembangunan yang berhasil
apabila jalannya tersusun atas masyarakat masyarakat yang memiliki budaya ilmiah
adalah modal sosial pembangunan
Contohnya adalah pembangunan bidang Ekonomi, pembangunan ekonomi akan
sangat dipengaruhi oleh social Capital ini karena masyarakat tidak lagi terpaku pada
barang yang sudah jadi namun perspektif pada masyarakat menyatakan bahwa ilmu
merupakan sebuah proses jika kita tidak ingin selamanya terjajah oleh negara-negara
yang sudah maju sebelumnya maka negara kita harus meningkatkan masyarakat yang
menjadi masyarakat yang modern salah satunya dengan memberikan pembinaan dan
penyuluhan ke desa-desa sebagai bentuk langkah awal pembangunan negara.
6. Arti Penting Modal Sosial
Mawarni 2000 mengidentifikasi beberapa hal penting modal sosial sebagai berikut
1. memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas
2. menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas
3. mengembangkan Solidaritas
4. memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas
5. memungkinkan pencapaian bersama
6. dan membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi komunitas

E. Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal


1. Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal (local wisdom) adalah gagasan, pola pikir, atau pandangan yang
bersifat arif, bijasksana, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat lokal
(Karo, 2011). Kearifan lokal dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik dan berada di
dalam suatu masyarakat. Dengan demikian untuk mengetahui kearifan lokal di suatu
wilayah maka kita juga diharuskan dapat memahami nilai budaya yang baik yang berada
di wilayah tersebut.14 Kearifan lokal sesungguhnya tidak hanya berupa norma maupun
nilai budaya tetapi juga meliputi seluruh pandangan atau pola pikir yang mengarah pada
penanganan kesehatan, teknologi, dan estetika.15 Kearifan lokal adalah budaya lokal yang
dimiliki oleh masyarakat setempat di suatu daerah yang mampu bertahan dalam
menghadapi era globalisasi, karena di dalam kearifan lokal terkandung nilai-nilai yang
dapat dijadikan sebagai sarana pembangun karakter bangsa.16
Kearifan lokal merupakan hasil budaya masa lalu yang secara continue bisa
disebut sebagai pegangan hidup atau acuan suatu kelompok masyarakat untuk bertingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun bersifat lokal, namun nilai-nilai yang
14
Aprilia Theresia, Pembangunan Berbasis Masyarakat (Acuan Bagi Praktik, Akademis, Dan Pemerhati
Pengembangan Masyarakat) (Bandung: Alfabeta, 2015). hlm. 66
15
Edy Sedyawati, Warisan Masa Lalu Dan Penciptaan Hari Ini (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007). hlm. 381-
382
16
Rasid Yunus, ‘Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa’, Jurnal
Penelitian Pendidikan LPPM Universitas Indonesia, 13.1 (2013), 67–68.
terkandung di dalamnya bersifat universal sehingga dapat diterapkan oleh siapapun,
kapanpun, dan dimanapun. Kearifan lokal adalah ciri khas suatu daerah yang berupa
tradisi, budaya, maupun gagasan yang memiliki nilai-nilai tertentu berdasarkan agama
dan norma masyarakat yang berlaku, dan secara berkelanjutan sudah dilestarikan sejak
dahulu kala dan tidak hilang meskipun berhadapan dengan perubahan sosial
masyarakat.17
Tentang hal ini, Oding.S (2002) mencirikan kearifan lokal dengan dasar:
a. Semangat dalam kemandirian dan berswadaya
b. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pemberdayaan.
c. Adanya jaminan daya hidup dan berkelanjutan.
d. Pemanfaatan teknologi secara efektif dan efisien serta memberikan kesempatan dalam
memahami dan memfasilitasi perancangan pendekatan program yang sesuai.
Dalam kearifan lokal juga terkandung pula kearifan budaya lokal. Budaya lokal
sangat erat kaitannya dengan kearifan lokal secara spesifik dan tentunya mencerminkan
cara hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu. Berdasarkan hal tersebut, kearifan lokal
terikat pada budaya lokal (local culture).18
2. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal
Ridwan (2007), mengemukakan beberapa landasan keilmuan dari Kearifan Lokal
menggunakan analisis metodologis pada aras individual dan aras kelompok, meliputi:
a. Selective Attention
Selective attention adalah suatu proses seseorang dalam memilih/memfilter
(menyaring) stimulus yang mampu menyentuh perasaan. (Matsumoto, 2010).
b. Appraisalon Probleme
Proses pada landasan ini menyajikan sebuah mekanisme kejiwaan dimana kita secara
aktif menilai informasi yang masuk dan melakukan proses penerimaan hanya yang
bermakna bagi kita.
c. Concept Formation and Categorization
Pada landasan ini dimaksudkan untuk terjadi pembentukan konsep dan kategorisasi
dalam menyediakan cara untuk mengorganisasikan perbedaan tingkah laku yang

17
Lailatis Syarifah, ‘Strategi Percepatan Pembangunan Daerah Berbasis Kearifan Lokal Di Kecamatan Gunung
Wungkal’, Jurnal Religi FEB UIN Sunan Kalijaga, XIV.1 (2018), 139.
18
Theresia. Op Cit. 68
berada di sekitar kita berdasarkan kepentingan tertentu selanjutnya di masukkan ke
dalam sejumlah kategori.
d. Attributions
Bagian ini menyediakan fungsi-fungsi penting untuk mengorganisasikan informasi-
informasi yang bermakna bagi kita secara kejiwaan dengan mengontrol intentiow
(niat) dengan perilaku.
e. Emotion
Dalam bagian ini kearifan lokal harus terdapat dorongan-dorongan untuk melakukan
sesuatu sesuai kebutuhan kita. Misalnya apapun yang diajarkan itu pasti baik dan
membawa kebaikan, Kebutuhan mendapatkan kebaikan seolah menjadi motivator
untuk sehingga dapat mendorongnya untuk selalu mengamalkan ajarannya,
3. Relevansi Kearifan Lokal dan Pembangunan
Kata “kearifan” biasanya digunakan pada masalah-masalah lingkungan, seperti
timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Sesuai dengan teori human ecology
bahwa hubungan timbal-balik antara lingkungan dengan tingkah laku seseorang. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal muncul sebagai reaksi kelompok terhadap
lingkungannya sehingga terjadi keseimbangan hidup dalam kelompok tersebut.19
Untuk mengetahui kearifan lokal di suatu daerah maka kita harus bisa memahami
nilai-nilai budaya yang baik dalam daerah tersebut. Pembanguan yang baik adalah
pembangunan yang mempertimbangkan secara detil dan menyeluruh terhadap nilai-nilai
lokal yang ada dalam masyarakat. Kearifan lokal merupakan acuan dalam pengambilan
kebijakan dalam berkegiatan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan
pengelolaan SDA di level lokal.20
Jadi ketika melaksanakan pembangunan di suatu daerah, seharusnya pemerintah
mengenal lebih dalam karakteristik, pola piker, dan kebutuhan daerah tersebut yang
nantinya akan menjadi sasaran dalam pembangunan. Sebuah pembangunan akan sia-sia
jika pemerintah tidak mengenal dengan baik kebiasaan dan potensi yang ada pada daerah
tersebut untuk melakukan pembangunan. Jika hal tersebut terjadi sudah pasti rakyar akan
sengsara dan tidak adanya kemajuan yang signifikan karena ketidakpahaman terhadap

19
Theresia. Ibid. 69-70
20
Cendy Lidya Lalu, Marthen Kimbul, and Sofia Pangemanan, ‘Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal Di Desa
Temboan Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa’, Jurnal Eksekutif, 1.1 (2017).
kearifan lokal maupun kearifan budaya lokal di daerah tersebut. Pembangunan yang tepat
bukan berarti menghilangkan adat istiadat atau kekayaan budaya suatu daerah, namun
harus bisa memajukan potensi dan kekayaan yang ada pada daerah tersebut. Sebab, jika
pembangunan menghilangkan adat istiadat, maka dapat dipastikan daerah atau bangsa
tesebut akan kehilangan karakteristik dan jati dirinya.
Berikut ini terdapat lima isu strategis yang berkaitan dengan kearifan lokal dalam
pemberdayaan masyarakat, yaitu (Saharuddin, 2009):
a. Menghormati segala bentuk hak asasi manusia.
b. Berkomitmen terhadap pembanguna sosial masyarakat adat secara menyeluruh
c. Melestarikan lingkungan untuk menghindari masyarakat asli yang terdesak dan
mengeksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
d. Meniadakan marjinalisasi masyarakat asli dalam pembangunan.
e. Memperkuat nilai kearifan masyarakat sekitar dengan mengintegrasikan kebijakan
dan program pembangunan.
4. Rekonstruksi Kearifan Lokal
Saat ini budaya masyarakat hamper seluruhnya mengalami reduksi, yaitu suatu
perilaku baru yang menunjukkan bahwa budaya hanya sebatas formalitas saja. Kehadiran
dan implementasinya hanya untuk kepentingan komersial dan mencari keuntungan
semata.
Oleh sebab itu diperlukannya tindakan revitalisasi budaya lokal (kearifan lokal)
yang sesuai dan relevan untuk membangun masyarakat sekitar. Dalam merevitalisasi
budaya lokal tersebut perlu dilakukannya strategi politik kebudayaan dan merekayasa
sosial. Salah satunya dengan membuat implementasi kebijakan di tingkat daerah seperti
Peraturan Daerah yang khusus mengatur tentang budaya dan kearifan lokal di daerah
tersebut. Masyarakat Indonesia sudah seharusnya kembali pada jati diri budaya yang
sesungguhnya melalui penelaahan, pemaknaan, serta rekonstruksi nilai-nilai luhur budaya
kita. Hasil rekonstruksi tersebut harus diimplementasikan dan disebarluaskan kepada
seluruh masyarakat sehingga menjadi identitas atau karakteristik bangsa, bukan hanya
sekedar identitas suku ataupun masyarakat tertentu.

F. Modal Spiritual dan Pembangunan


1. Pengertian Modal Spiritual
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Strategic Finance menunjukkan bahwa
perusahaan yang berpegang pada prinsip etika memiliki citra perusahaan yang baik. Imej
atau citra perushaan yang baik juga akan berdampak pada meningkatnya hasil penjualan
produk atau jasa perusahaan tersebut, serta dapat meningkatkan harga saham di pasar
bursa secara signifikan. Selain itu perusahaan yang mempunyai etika bisnis yang baik
akan menarik minat calon pegawai yang berkualitas untuk melamar dan menjadi bagian
dalam perusahaan tersebut. Sebaliknya jika sebuah perusahaan melakukan kesalahan atau
perilaku yang melanggar etika bisnis maka perusahaan tersebut dapat dipastikan akan
mengalami kerugian.
Oleh karena itu untuk mengubah budaya bisnis agar tidak berorientasi pada laba
semata, para pernimpin seharusnya memadukan tiga modal yang dimiliki. Pertama adalah
modal material yang dibentuk oleh kecerdasan rasional (IQ). Kedua, modal sosial, diukur
dengan tingkat kepercayaan di masyarakat saling merasakan, empati, serta komitmen
terhadap kesehatan masyarakat yang dibentuk oleh kecerdasan emosional (EQ). Ketiga
adalah modal spiritual di dalamnya termasuk modal moral yang dibentuk oleh kecerdasan
spiritual (SQ).
Berdasarkan penelitian dijelaskan bahwa kemajuan dari sisi material saja belum
menjamin kesejahteraan perusahaan yang hakiki. Aspek moralitas, akhlak, dan spiritual
seringkali terabaikan, padahal aspek-aspek tersebut sangat menentukan kualitas
pembangunan ekonomi. Akibatnya fakta menunjukkan bahwa banyak manusia yang
kehilangan hakikat dan nilai-nilai kemanusiaan ditengah kemajuan material saat ini.
Sudah banyak manusia yang menjadi individualism dan egois serta melupakan nilai
kepedulian dan sosial dalam bermasyarakat.21
Menurut Rima, modal spiritual dapat digunakan atau di investasikan dalam
menanamkan modal yang baik bagi kehidupan dengan memberikan energi positif dan
menciptakan nilai yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat bukan untuk keserakahan
invidu atau lembaga tertentu. Dengan demikian, modal spiritual dapat dijadikan potensi
untuk membawa kehidupan, vitalitas, dan pemberdayaan kepada orang-orang dan

21
Dya Muthiah Rahmi, ‘Investasi Modal Manusia Dalam Pembangunan Ekonomi Perspektif Islam’, Jurnal
Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 5.1 (2019), 56–57.
masyarakat sekitar, bukan hanya untuk materi atau kepuasan ekonomi dan kemjuan
individu, kelompok sosial, ataupun badan.
2. Dimensi Spiritualural
Menurut Stark dan Glock (1970), spiritualitas merupakan sebuah komitmen
religius dan itikad yang erat kaitannya dengan hidup berkegamaan. Terdapat 5 (lima)
dimensi dari komitmen religius, yaitu:
a. Dimensi kepercayaan (belief), yaitu meyakini kebenaran dari ajaran keimanannya.
Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, maka seseorang
tidak akan menjadi bagian dari komunitasn orang beriman tersebut.
b. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan
sebagai suatu ibadah yang formal, sedangkan yang dimaksudkan dengan devotional
adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti misalnya berdoa,
berpuasa, membaca Kitab Suci, dll.
c. Dimensi pengalaman (experience), yaitu pengalaman perjumpaan atau mengalami
kehadiran dan pelibatan Allah dalam kehidupannya. Pengalaman ini dapat berfungsi
untuk memperkuat kadar keimanan dan kepercayaan seseorang.
d. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu yengetahuan tentang elemen pokok dalam
iman keyakinan seseorang (dogma, doktrin, atau ajaran). Seseorang akan semakin
meyakini dan memercayai apabila mengetahui apa yang dipercayainya.
e. Dimensi etis, (act of faith), yaitu ketika umat mewujudkan atau
mengimplementasikan tindakan imannya dalam berkehidupan sehari-hari. Dimensi
ini mencakup tutur kata, perilaku, sikap, dan orientasi hidupnya. Hal ini dilandasi
pada pengenalan atau pengetahuan tentang ajaran agamanya dan mempercayai bahwa
apa yang diajarkan oleh agamanya adalah benar.22
3. Prinsip-prinsip Modal Spiritual
a. Self awareness. Untuk mengetahui apa yang diyakini tentang nilai dan apa yang
sangat memotivasi seseorang. Kesadaran adalah tujuan hidup terdalam.
b. Spontaneity. Untuk tinggal diam dan responsif terhadap momen dan segala isinya.
c. Being vision and value ted. Bertindak dari prinsip-prinsip dan keyakinan yang
mendalam, dan menjalani kehidupan yang sesuai.

22
Theresia. Op Cit. 78-79
d. Holism. Kemampuan dalam melihat relasi (koneksi) yang luas karena dengan
hubungan tersebut memiliki rasa yang kuat.
e. Compassion. Kualitas "perasaan dengan" dan empati yang mendalam, bekerja untuk
simpati universal.
f. Celebration of diversity. Menghargai orang lain dan situasi yang asing bagi perbedaan
yang tidak terlepas dari mereka.
g. Field independence. Untuk dapat bertahan melawan kerumunan dan memelihara
keyakinan sendiri.
h. Tendency to ask fundamental why? Questions Perlu memahami dasar untuk
mengkritik hal-hal yang diberikan.
i. Ability to reframe. Berdiri kembali dari masalah atau situasi dan mencari gambaran
yang lebih besar, pada konteks yang lebih luas.
j. Positive use of adversity. Kemampuan untuk memiliki dan belajar dari kesalahan,
untuk melihat masalah sebagai kesempatan.
k. Humility. Dasar untuk diri-kritik dan penilaian kritis.
l. Sense of vocation. Menjadi "yang disebut" untuk melayani sesuatu yang lebih besar
daripada dirinya sendiri. Syukur terhadap orang-orang yang telah membantu, dan
ingin memberikan sesuatu kembali.
4. Modal Spiritual Dalam Pembangunan
Pembahasan mengenai modal spiritual tidak lepas dari perkembangan teori-teori
pembangunan. Pembangunan dilihat sebagai perkembangan kesejahteraan kehidupan
sosial. Pembangunan pada dasarnya merupakan peningkatan taraf hidup manusia ke arah
yang lebih baik, lebih sejahtera, dan lebih tentram, serta lebih menjamin kelangsungan
hidup di masa depan. Dengan demikian usaha pembangunan seharusnya memiliki makna
humanisasi, yaitu usaha untuk memanusiakan manusia. Pembangunan humanisasi
menempatkan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan, karena manusia dapat
menciptakan keserasian, keselarasan, serta keseimbangan dalam berkehidupan baik dari
segi material maupun spiritual. (Husien, 1986).
Prinsip ini sejalan dengan ajaran semua agama yang meyakini bahwa manusaia
harus saling menghargai dan menyayangi tanpa membedakan ras, agama, suku, dan status
sosial ekonomi. Semua manusia yang mempunyai akal sehat akan sepakat dengan prinsip
bahwa kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin orang lain
memperlakukan kita. (Jemadu, 2008) Dari pengertian tersebut diketahui bahwa proses
pembangunan yang dilakukan harus berpihak pada setiap individu karena hasil positif
dalam bentuk perubahan dan kemajuan yang dihasilkan dari pembangunan tersebut harus
layak dan dapat dinikmati semua orang, dan diharapkan tidak ada orang atau kelompok
yang dijadikan korban dari pembangunan yang dijalankan. Pembangunan diharapkan
menjadi keeping hope alive, sehingga jaminan terhadap hak-hak fundamental kehidupan
manusia dapat tersedia dengan pasti. Hak-hak tersebut meliputi keamanan, kesejahteraan
ekonomi, stabilitas politik, kualitas pendidikan, perlindungan hukum, dan pelayanan
kesehatan.
5. Model Pembangunan yang Berbasis Etika
Rancangan pada model ini menggunakan pembangunan inklusif yang
menawarkan serta menjaga keuntungan tiap individu dalam masyarakat tanpa
membedakan status sosialnya. Strategi pembangunan harus lebih peka dan berpihak pada
komunitas masyarakat miskin yang selama ini menjadi korban pembangunan yang selalu
dirugikan. Pembangunan yang beretika adalah pembangunan yang mempunyai komitmen
kuat dalam mengurangi kerusakan lingkungan. Model pembangunan hendaknya dapat
menciptakan masyarakat tanpa adanya kesenjangan material, model pembangunan yang
dapat memaksimalkan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah masyarakat yang tidak
berorientasi untuk kekayaan pribadi.
Strategi pembangunan harus terdapat keadilan yang faktor utamanya adalah
demokrasi. Menurut MacEwan (1999) strategi pembangunan yang demokratis merupakan
alternatif tepat dalam sebuah pembangunan. Dalam strategi ini masyarakat diberikan
posisi dan peluang yang besar dalam berpartisipasi secara aktif terkait proses pembuatan
kebijakan politis yang akan menentukan nasib kehidupan ekonomi mereka. Masyarakat
dapat menerima keuntungan dengan adanya demokrasi dalam pembangunan, sehingga
diharapkan kualitas hidup dan power mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Pernbangunan ekonomi yang berhasil dan berkeadilan ditentukan dengan adanya
penambahan jumlah barang dan jasa yang tersedia bagi masyarakat, serta meningkatnya
standar hidup masyarakat secara mayoritas, dan kondisi tersebut disempurnakan dengan
distribusi. Pendapatan (wealth) yang lebih merata, berorientasi untuk kekayaan pribadi,
model pembangunan yang otoritarian-egaliterianisme yang mana seluruh anggota
masyarakalnya terpuaskan.
6. Modal Spiritual dan Kemiskinan
Mengacu kepada Chambers (1995), Dewangga (2013) menyimpulkan bahwa inti
dari masalah kemiskinan terletak pada apa yang disebut sebagai deprivation trap atau
perangkap kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari 5 unsur, yaitu:
kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan, kerentanan, dan ketidakberdayaan.
Dari kelima unsur ini, kerentanan dan ketidakberdayaan perlu mendapat perhatian utama.
Kerentanan menurut Chambers di lihat ketika keluarga masikin tidak mampu dalam
menghadapi situasi darurat, seperti gagal panen, bencana alam, atau jatuh sakit secara
tiba-tiba yang menimpa keluarga miskin tersebut. Sedangkan ketidakberdayaan sering
menimbulkan roda penggerak kemiskinan yang biasanya menyebabkan keluarga miskin
menjual harta benda atau aset yang dimiliki mereka sehingga hal tersebut membuatnya
menjadi makin kekurangan material dan tidak berdaya. Kedua jenis ketidakberuntungan
ini sering menjadi penyebab keluarga miskin menjadi lebih miskin.
Hanya dengan spiritualitas yang tinggi, seseorang akarn berani menghadapi segala
tantangan hidup, mau berkeras-keras, terus belajar (menambah pengetahuan,
memperbaiki sikap, dan berlatih keterampilan), dan tak perlu merasa malu, untuk
memperbaiki kehidupannya.
7. Modal Spiritual dan Pemberdayaan Masyarakat
Di Dalam konsep Pemberdayaan Masyarakat terdapat aspek lingkup
pemberdayaan, yaitu: kapasitas usaha, penguatan kemampuan manusia, kapasitas
lingkungan, dan kapasitas kelembagaan. (Mardikanto, 2009).
Dengan hal tersebut modal spiritual diharapkan menjadi penentu keberhasilan
dalam penguatan kapasitas atau kemampuan manusia, yang dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pengembangan Kapasitas Kepribadian
1) Penampilan fisik merujuk kepada tingkah-laku (gaya duduk, berdiri, berjalan,
keluar-masuk ruangan) tata-busana, tata-rias, gaya-bicara.
2) Nilai-nilai perilaku, merujuk kepada kebiasaan, norma, dan etika pergaulan yang
lain, baik yang dipelihara di dalam sistem sosial tertentu, maupun dalam
pergaulan yang lebih luas dengan individu-individu yang berasal dari sistem
sosial yang berbeda latar belakang budayanya.
3) Keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi, utamanya
komunikasi inter personal, yang meliputi: gaya bicara, bahasa lisan maupun
Bahasa tubuh, penggunaan media/ perlengkapan berkomunikasi yang selalu harus
komunikan, serta waktu dan tempatnya.
b. Pengembangan Kapasitas di Dunia Kerja
1) Kapasitas memasuki dunia kerja, yaitu: berbagai persyaratan kerja meliputi
keterampilan manajerial, pengetahuan teknis, dan sikap kewirausahaan yang di
dapat dari pendidikan pelatihan dan motivasi bekerja. Selain itu hal yang penting
juga adalah adanya relasi, jejaring, dan referensi yang dimiliki oleh seseorang.
2) Kapasitas untuk melakukan pekerjaan yang diperolehnya melalui pelatihan (pre-
service training, kerja-magang/apprenticeship, on the job training, tour of duty,
studi banding penataran, dll)
3) Kapasitas untuk mengembangkan karir, seperti keterampilan komunikasi, budaya
kerja, hubungan inter-personal, team work, saling bekerja sama, serta
mengembangkan jejaring dan perilaku professional. (kedisiplinan, kerja keras,
dll.)
c. Pengembangan Kapasitas Keprofesionalan
Kapasitas profesional merupakan segala perilaku yang diperlukan dalam
mengembangkan karir yang terdiri dari pengetahuan teknis, keterampilan manajerial,
dan sikap kewirausahaan. Sedangkan integritas merupakan bentuk loyalitas terhadap
suatu profesi yang terlihat dalam kebanggaan profesi, pengembangan keahlian, dan
kecintaan terhadap pekerjaannya. Integritas profesional sangat berkembang pada saat
ini bahwa pemahaman loyalitas terhadap profesi lebih penting dibandingkan loyalitas
terhadap organisasi/lembaga tempat bekerja.23

23
Theresia. Op. Cit. 88-90
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lidya Lalu, Cendy, Marthen Kimbul, and Sofia Pangemanan, ‘Pembangunan Berbasis Kearifan
Lokal Di Desa Temboan Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa’, Jurnal
Eksekutif, 1.1 (2017)
Malanuang Lukman, ‘Model Pembangunan Daerah Berkelanjutan Melalui Transformasi Struktur
Ekonomi Berbasis Sumberdaya Pertambangan Ke Sumberdaya Lokal Terbarukan: Studi
Kasus Tambang Tembaga Dan Emas Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara Di
Sumbawa Barat NTB’, Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 16.3 (2009), 167–75
Muthiah Rahmi, Dya, ‘Investasi Modal Manusia Dalam Pembangunan Ekonomi Perspektif
Islam’, Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 5.1 (2019), 56–57
Okta, Rusdi, ‘Pengantar Modal Sosial’, Slide Player, 2015
<https://slideplayer.info/slide/3045764/> [accessed 11 March 2021]
Pusut, Risky, Marthen Kimbal, and Michael Mamentu, ‘Pembangunan Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat Di Desa Pasir Putih Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso’, Jurnal
Eksekutif Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan Volome 2 No. 2 Tahun 2017, 2.2 (2017)
<https://doi.org/https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/18309/17
838>
Sedyawati, Edy, Warisan Masa Lalu Dan Penciptaan Hari Ini (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007)
Syarifah, Lailatis, ‘Strategi Percepatan Pembangunan Daerah Berbasis Kearifan Lokal Di
Kecamatan Gunung Wungkal’, Jurnal Religi FEB UIN Sunan Kalijaga, XIV.1 (2018), 139
Theresia, Aprilia, Pembangunan Berbasis Masyarakat (Acuan Bagi Praktik, Akademis, Dan
Pemerhati Pengembangan Masyarakat) (Bandung: Alfabeta, 2015)
Theresia, Aprillia, Krisnha S. Andini, Prima G.P Nugraha, and Dkk, Pembangunan Berbasis
Masyarakat Acuan Bagi Praktisi, Akademis, Dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat
(Bandung: Alfabeta, 2015)
Yunus, Rasid, ‘Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan Karakter
Bangsa’, Jurnal Penelitian Pendidikan LPPM Universitas Indonesia, 13.1 (2013), 67–68

Anda mungkin juga menyukai