Hak Cipta
Hak Cipta
HAK CIPTA
Oleh:
ZULKARNAIN HABIBI
10.02.2.1759
UNIVERSITASSAMUDR
AFAKULTASEKONOMIJ
URUSANPEMBANGUNA
NLANGSA
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Aspek Hukum Dalam Ekonomi ini. Selain sebagai
tugas, makalah yang kami buat ini bertujuan memberi informasi kepada para pembaca
tentang “Hak Cipta”.
Pembuatan penyusunan makalah dengan materi “Hak Cipta” diharapkan dapat
memberikan manfaat & wawasan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa juga para
pembaca untuk lebih memahami materi mengenai hak cipta.
Kami menyadari banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, baik itu masalah
waktu, sarana, dan lain sebagainya. Selesainya makalah ini semata-mata bukan hanya atas
kemampuan kami sendiri, tetapi banyak pihak yang mendukung dan membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Dalam kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini berguna bagi para pembaca, agar lebih
meningkatkan kesadaran untuk menghargai hasil karya cipta seseorang dan benar-benar
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami butuhkan agar di masa yang akan datang, kami bisa lebih baik lagi.
ZULKARNAIN HABIBI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
4.1. Kesimpulan................................................................................................. 19
4.2. Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia, tentunya
merupakan suatu hal yang meresahkan para pencipta suatu karya. Suatu bentuk kreativitas
seseorang yang harusnya dihargai, justru dijadikan sebagai kesempatan untuk mencari
keuntungan bagi berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab.
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/suku bangsa dan
budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-
pengembangannya yang memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual
yang lahir dari keanekaragaman tersebut. perkembangan di bidang perdagangan, industri,
dan investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi
pencipta dan pemilik hak terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Melihat pemberitaan yang disampaikan oleh Vivanews pada tanggal 1 Mei 2012
menyatakan bahwa Amerika Serikat kembali menggolongkan Indonesia dalam daftar negara
yang sangat bermasalah dalam pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual. Amerika
Serikat berkepentingan dalam penyusunan daftar ini mengingat sebagian besar ekspor
mereka terkait dengan hak cipta.
Amerika Serikat tahun ini, menggolongkan Indonesia dalam daftar "priority watch list"
untuk pelanggaran hak cipta. Daftar negara yang paling bermasalah dengan pelanggaran
hak cipta ini tidak berakibat munculnya sanksi. Namun, sekadar untuk membuat efek malu
bagi pemerintah negara yang bersangkutan untuk lebih giat lagi memberantas pembajakan
dan pemalsuan merek dagang serta memperbaiki penegakan hukum masing-masing di
bidang perlindungan kekayaan intelektual.
Indonesia yang sebenarnya memiliki banyak kreativitas daya cipta, memang tidak
terlepas dari adanya realita bahwa memang ada sebagian masyarakat yang memiliki mental
plagiatisme.
Semakin hari, kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia, semakin meningkat. Kasus
ini harusnya dijadikan kasus utama yang harus segera diatasi, bukan dianggap sebagai
sesuatu yang tidak penting. Sebagian besar masyarakat mungkin tidak memandang hal ini
sebagai suatu masalah besar, sehingga masalah ini tidak segera diatasi dan memberikan
sanksi jera bagi si pelanggar hak cipta.
Atas pemikiran tersebut dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam
Ekonomi, maka penulis menyusun makalah “Hak Cipta” ini, dengan memberikan penjelasan
mengenai berbagai hal yang menyangkut hak cipta, yang disertai dengan contoh kasus
pelanggaran hak cipta yang akan kami bahas.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah :
1.3.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi.
1.3.2. Untuk mengetahui pengertian hak cipta.
1.3.3. Untuk mengetahui istilah-istilah dalam hak cipta.
1.3.4. Untuk mengetahui tentang pengaturan tentang hak cipta.
1.3.5. Untuk mengetahui Undang-Undang Hak Cipta.
1.3.6. Untuk mengetahui prosedur pendaftaran hak cipta.
1.3.7. Untuk mengetahui jangka waktu perlindungan hak cipta.
1.3.8. Untuk mengetahui pengelompokan jenis ciptaan.
1.3.9. Untuk mengetahui pelanggaran hak cipta.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka dalam
hal pengumpulan data sebagai sumber utama. Metode studi pustaka yang kami lakukan
adalah dengan cara membaca dan mempelajari bahan-bahan materi pada beberapa buku
dan sumber lainnya (dari media internet).
2
Bab II Landasan Teori : Bab ini menguraikan tentang pengertian hak cipta, istilah-istilah
dalam hak cipta, pengaturan tentang hak cipta, undang-undang hak
cipta, prosedur pendaftaran hak cipta, jangka waktu perlindungan
hak cipta, pengelompokan jenis ciptaan, dan pelanggaran hak cipta.
Bab III Pembahasan : Bab ini menguraikan tentang contoh kasus pelanggaran hak cipta
yang disertai dengan analisa terhadap contoh kasus tersebut.
Bab IV Penutup : Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah hak
khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan
bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya
namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak
cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang menggangu
atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum.
Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa selain pencipta maka
orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptanya. Hak itu muncul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Hak cipta tidak dapat dilakukan dengan cara
penyerahan nyata karena ia mempunyai sifat manunggal dengan penciptanya dan bersifat
tidak berwujud videnya penjelasan pasal 4 ayat 1 dalam Undang-Undang No. 19 Tahun
2002. Sifat manunggal itu pula yang menyebabkan hak cipta tidak dapat digadaikan, karena
jika digadaikan itu berarti si pencipta harus pula ikut beralih ke tangan kreditur.
Menurut Wikipedia, hak cipta (lambang internasional: ©, Unicode: U+00A9) adalah
hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil
penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak
untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut
untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta
memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
2.2.1. Pencipta
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, cekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
4
2.2.3. Ciptaan
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk yang khas dan
menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
Sejak zaman Belanda, hak cipta diatur pada Auteurswet tahun 1912 Stb. No. 600.
Aturan tentang hak cipta ini tampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
masyarakat serta cita-cita Hukum nasional, sehingga auteurswet ini disebut. Untuk pertama
kalinya setelah Indonesia merdeka hak cipta diatur pada Undang-Undang No. 6 Tahun 1982,
yang diubah UUHC No. 7 tahun 1987, selajutnya diubah kembali dengan UUHC No. 12
Tahun 1997 tentang Hak Cipta terakhir kali diundangkan UUHC No. 19 Tahun 2002.
Undang-Undang ini dikeluarkan untuk merealisasi amanah Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dalam rangka pembangunan di bidang hukum, dimaksudkan untuk mendorong dan
melindungi pencipta dan hasil karya ciptaanya diharapkan penyebarluasan hasil kebudayaan
dibidang karya ilmu seni dan sastra dapat dilindungi secara yuridis yang pada gilirannya
dapat mempercepat proses pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
5
Selain itu, terdapat pula konvensi internasional yang mengatur juga masalah hak
cipta sebagai bagian dari hak milik intelektual pada umumnya, yaitu :
2.3.1.1. Trips (Marakesh Agreement 15-04-1994)
2.3.1.2. OAPI (Bangui Agreement Revising Extracts 24-02-1999)
2.3.1.3. OAPI (Bangui Agreement 02-03-1977)
2.3.1.4. NAFTA (Intellectual Property Excerpts 08-12-1993)
Dari rangkaian kesepakatan bersama di bidang hak cipta maka Bern Convention
merupakan konvensi tertua yang mengatur masalah hak cipta. Konvensi Bern ditandatangani
di Bern, ibukota Swidzerland, pada tanggal 9 September 1886 oleh sepuluh negara peserta
asli (Belgium, France, Germany, Great Britain, Haiti, ltaly, Liberia, Spain, Swidzerland,
Tunisia) dan tujuh negara yang menjadi peserta dengan cara aksesi (Denmark, Japan,
Luxemburg, Monaco, Montenegro, Norway, Sweden).
Dalam mukadimah naskah asli Bern Convention, para kepala negara waktu itu
menyatakan bahwa yang melatarbelakangi diadakannya konvensi ini adalah : …………being
equaily animated by the desire to protec, in as effective and uniform a manner as possible,
the right of authors in their literary and artistic works.
Berdasarkan dasar pemikiran yang demikian ini. ternyata konvensi Bern semenjak
ditandatangani sampai dengan 1 Januari 1996 telah 117 negara yang meratifikasinya.
Belanda yang menjajah Indonesia pada 1 November 1912 juga memberlakukan
keikutsertaannya pada konvensi Bern berdasarkan asas konkordansi bagi lndonesia.
Dengan perkataan lain Indonesia semenjak tahun 1912 telah mempunyai UU hak cipta
(Auteuresvlet 1912) berdasarkan UU Belanda tanggal 29 Juni 1911 (Staatbled Belanda No.
197) yang memberi wewenang pada Ratu Belanda untuk memberlakukan bagi negara
Belanda sendiri dan negara-negara jajahannya konvensi Bern 1886 berikut revisi yang
dilakukan pada 13 November 1908 di Berlin.
Namun demikian, semenjak 15 Maret 1958 Indonesia menyatakan berhenti menjadi
anggota konvensi Bern berdasarakan surat No.15.140 XII tanggal 15 Maret 1958. Menteri
luar negeri, Soebandrio waktu itu menyatakan pada Direktur Biro Bern Convention
menyatakan tidak menjadi anggota The Bern Convention. Dalam kurun waktu hampir 100
tahun keberadaan konvensi Bern, tercatat lima negara anggota yang menyatakan berhenti
menjadi anggota konvensi, yaitu : Haiti (1887-1943), Montenegro (1893-1900), Liberia (1908-
1930), lndonesia (1913-1960), Syiria (1924-1962). Tiga puluh tujuh tahun kemudian,
tepatnya 7 Mei 1997, lndonesia menyatakan ikut serta kembali menjadi anggota konvensi
Bern dengan melakukan ratifikasi dengan Keppres Rl No.16 tahun 1997, hal ini sebagai
konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam forum WTO, yang diratifikasi dengan UU No.7
tahun 1994.
6
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka khusus yang berkaitan dengan pengaturan
hak cipta diberlakukan Auteurswef 1912 peninggalan kolonial Belanda. Tiga puluh tahun
kemudian, tepatnya tahun 1982 baru Pemerintah RI dapat membuat UU hak cipta nasional
yang dituangkan dalam UU No.6 tahun 1982 tentang hak cipta ini banyak mengalami
perubahan serta penambahan peraturan pelaksana, sbb.
2.3.2.1. UU No.6 tahun 1982 tentang hak cipta.
2.3.2.2. UU No.7 tahun 1987 tentang perubahan UU No. 6 tahun 1982 tentang hak cipta.
2.3.2.3. UU No.12 tahun 1997 tentang perubahan UU No. 6 tahun 1982 sebagaimana diubah
dengan UU No.7 tahun 1987 tentang hak cipta.
2.3.2.4. UU No.19 tahun 2002 tentang hak cipta yang menyatakan mencabut UU lama
tentang hak cipta.
2.3.2.5. UU No.4 tahun 1990 tentang wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam.
Selain diatur dalam UU maka sebagai kelengkapan pengaturan hak cipta juga diatur
dalam beberapa peraturan pelaksanaan, yaitu :
2.3.2.1. PP No.14 tahun 1986 dan PP No.7 tahun 1989 tentang dewan hak cipta.
2.3.2.2. PP No.1 tahun 1989 tentang penerjemahan dan perbanyakan ciptaan untuk
kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan. penelitian dan pengembangan.
2.3.2.3. Keppres RI No.18 tahun 1997 tentang pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literaray and Artistic works.
2.3.2.4. Keppres RI No.17 tahun 1988 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas rekaman suara
antara RI dengan masyarakat Eropa.
2.3.2.5. Keppres RI No.25 tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta antara RI dengan
Amerika Serikat.
2.3.2.6. Keppres RI No.38 tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan perlindungan
hukum secara timbai balik terhadap hak cipta antara Rl dengan Australia.
2.3.2.7. Keppres RI No.56 tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan terhadap hak cipta antara RI dengan lnggris.
2.3.2.8. Peraturan Menteri Kehakiman Rl No. M.01-HC.03.01 tahun 1987 tentang
pendaftaran ciptaan.
2.3.2.9. Keputusan Menteri Kehakiman Rl No. M.04.PW.07.03 tahun 1988 tentang
penyidikan hak cipta.
2.3.2.10. Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No. M.01.PW 07.03 tahun 1990 tentang
kewenangan menyidik tindak pidana hak cipta.
2.3.2.11. Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No. M.02 .IC.03.01 tahun 1991 tentang
kewajiban melampirkan NPWP dalam permohonan pendaftaran ciptaan dan
pencatatan pemindahan hak cipta terdaftar.
7
Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia adalah UU No. 19 Tahun 2002,
yang sebelumnya UU ini berawal dari UU No. 6 Tahun 1982 menggantikan Auteurswet 1982.
Undang-undang ini dikeluarkan sebagai upaya pemerintah untuk rombak sistem
hukum yang ditinggalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada suatu sistem hukum yang
dijiwai falsafah negara Indonesia, yaitu Pancasila. Pekerjaan membuat satu perangkat materi
hukum yang sesuai dengan hukum yang dicita-citakan bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah. Undang-Undang hak cipta 1982 yang diperbaharui dengan UU No. 7 Tahun 1987
dan diperbaharui lagi dengan UU No. 12 Tahun 1997, terakhir dengan UU No. 19 Tahun
2002.
8
2.6.5. Ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh negara berdasarkan ketentuan pasal
10 ayat (2) huruf b, berlaku tanpa batas.
Pemerintah telah mengelompokkan beberapa jenis ciptaan yang dilindungi dan tidak
termasuk dalam perlindungan hak cipta, antara lain :
Ciptaan yang Dilindungi Tidak ada Perlindungan Hak Cipta
(Pasal 12 UU Hak Cipta) (Pasal 13 UU Hak Cipta)
Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay
Hasil rapat terbuka lembaga-
out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
lembaga negara.
karya tulis lain.
Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis Peraturan Perundang-
dengan itu. undangan.
Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan Pidato kenegaraan atau pidato
pendidikan dan ilmu pengetahuan. pejabat Pemerintah.
Putusan pengadilan atau
Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
penetapan hakim.
Keputusan badan arbitrase
Drama atau drama musikal, tari, koreografi,
atau keputusan badan-badan
pewayangan, dan pantomime.
sejenis lainnya.
Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis,
gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat,seni
patung, kolase, dan seni terapan.
Arsitektur.
Peta.
Seni batik.
Fotografi.
Sinematografi.
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai,
database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
11
Perbuatan ini disebut palgiat atau penjiplakan yang dapat terjadi antara lain pada karya
cipta berupa buku, lagu, dan notasi lagu, dan;
Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan sebagaimana yang
aslinya tanpa mengubah bentuk isi, pencipta, dan penerbit/perekam. Perbuatan ini
disebut dengan piracy (pembajakan) yang banyak dilakukan pada ciptaan berupa buku,
rekaman audio/video seperti kaset lagu dan gambar (VCD), karena menyangkut dengan
masalah a commercial scale.
Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002 menentukan pula bentuk perbuatan pelanggaran hak
cipta sebagai delik undang-undang yang dibagi tiga kelompok, yakni :
Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan atau
memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain melanggar
larangan untuk mengumumkan, memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap
ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan dan
keamanan negara, kesusilaan, dan ketertiban umum;
Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta. Termasuk perbuatan pelanggaran ini
antara lain penjualan buku dan VCD bajakan;
Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu program komputer.
12
2.8.2.2. Tanpa hak
Mengenai arti tanpa hak dari sifat melanggar hukum, dapat dikatakan, bahwa
mungkin seseorang, tidak mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan, yang sama
sekali tidak dilarang oleh suatu peraturan hukum.
Menurut pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, pemegang
hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut
dari pencipta. Pemilik hak cipta dapat mengalihkan atau menguasakan sebagian atau
seluruh haknya kepada orang/badan hukum baik melalui perjanjian, surat kuasa maupun
dihibahkan atau diwariskan. Tanpa pengalihan tersebut, maka tindakan itu adalah
merupakan tanpa hak.
13
2.8.3.2. Peraturan Pemerintah Bidang Hak Cipta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1989 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta
ditetapkan Tanggal 5 April 1989.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 1989 tentang
Penterjemahan dan atau Perbanyakan Ciptaan untuk Kepentingan Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Pengembangan ditetapkan Tanggal 14 Januari
1989.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak
Cipta ditetapkan Tanggal 6 Maret 1986.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Sarana
Produksi Berteknologi Tinggi Untuk Cakram Optik (optic Disc) ditetapkan Tanggal
5 Oktober 2004 .
2.8.3.3. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan
WIPO Performances and Phonograms Treaty, 1996/Traktat WIPO Mengenai
Pertunjukan dan Perekam Suara.
Traktat WIPO Mengenai Pertunjukan dan Perekaman Suara.
14
100.000.000,- dianggap masih ringan oleh para pelanggar, karena keuntungan (profit gain)
yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan denda yang dijatuhkan.
Bentuk pelanggaran hak cipta yang pertama adalah dengan sengaja dan tanpa hak
mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu. Termasuk
perbuatan pelanggaran ini antara lain melanggar larangan untuk mengumumkan,
memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap ciptaan yang bertentangan dengan
kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, dan
ketertiban umum. Pelanggaran hak cipta ini melanggar pasal 72 ayat (1).
Pasal 72 ayat (1) menyebutkan, bahwa bagi yang tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49
ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat atau pidana minimum 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima
milyar rupiah).
Bentuk pelanggaran hak cipta yang kedua adalah dengan sengaja memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang-barang hasil
pelanggaran hak cipta. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain penjualan buku dan
VCD bajakan. Pelanggaran hak cipta ini melanggar pasal 72 ayat (2).
Pasal 72 ayat (2), kemudian menyatakan, bahwa bagi yang sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Bentuk pelanggaran hak cipta yang ketiga adalah dengan sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer.
Pelanggaran hak cipta ini melanggar pasal 73 ayat (1).
Selanjutnya pasal 72 ayat (3), menyebutkan, bahwa bagi yang tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
3.2. KASUS PEMBAJAKAN BUKU
Mesin foto copy yang masuk ke Indonesia di tahun 2010 sudah jauh lebih canggih.
Tidak hanya hitam putih lagi, Ada yang berwarna. Mampu menyimpan data atas apa yang di-
copy. Jadi, kalau ingin meng-copy sebuah buku teks, simpan dahulu datanya lalu di-copy
sesuai dengan permintaan. Langsung bolak-balik dua halaman juga bisa. Sampul buku bisa
di-copy persis aslinya. Tukang foto copy ini bekerja siang-malam. Banyak yang sampai pagi
hari. Coba saksikan di daerah Rawamangun. Inilah yang membuat pembajakan buku versi
foto copy semakin meraja-lela melengkapi pembajakan buku lewat proses pencetakan
dengan mesin cetak . Sungguh-sungguh Print On Demand. Kita bisa melihat usaha fotocopy
jenis ini di kawasan pinggiran kampus-kampus.
Bisa dimaklumi apabila para penerbit yang bergerak di bidang penerbitan buku teks
untuk perguruan tinggi merasa kesal. Begitu mengeluarkan buku terbaru, dalam waktu
singkat buku bajakannya dan bajakan versi fotocopy sudah muncul di mana-mana.
Penjualan jeblok, target omset tidak tercapai.
Penerbit yang menangisi nasib seperti ini tidak saja dari Indonesia. Para penerbit AS
dan Singapura yang mempunyai cabang atau perwakilan di Jakarta juga mengalaminya. Tim
PMPB IKAPI DKI Jakarta menjadi tempat mengadu dan salah satu sumber harapan agar
menolong menindak para pelakunya. Penegak hukum sudah kewalahan juga. Lagi pula,
para penerbit sudah tidak sabar dengan berbagai persyaratan yang diminta. Terkadang
malah sulit dipenuhi. Minta bukti ini atau itu.
Mulai bulan Oktober 2009, Tim PMPB menerapkan pendekatan baru. Di samping
masih tetap bekerja sama dengan pihak penegak hukum, dilakukan juga sidak langsung ke
lapangan dengan mengajak para penerbit buku teks yang sudah menjadi korban. Gerakan
dimulai dari Proyek Senen. Polsek Senen membantu penggerebegan ini. Beberapa pelaku
langsung ditangkap beserta barang buktinya. Semuanya dibawa ke Polsek Senen.
Sudah menjadi pemandangan umum, apabila anda berada di kawasan pusat
penjualan buku bajakan di proyek Senen, kita pasti akan bisa melihat “salesman” buku
bajakan yang membawa barang haram itu dengan sepeda motor. Buku itu dibungkus kertas
koran atau kertas semen coklat.
Tak akan pernah paket buku itu terbungkus dengan merk penerbitnya. Sembilan
puluh sembilan proses kemungkinannya paket buku itu adalah bajakan. Maka, ketika Tim
PMPB dan Polisi sedang memeriksa barang-barang bukti, lewatlah seorang porter
membawa dos besar. Tim PMPB langsung mencegat. Dan ketika dos dibuka, Tim PMPB
menemukan buku bajakan Pengantar Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis terbitan
Gramedia dalam jumlah ratusan eksemplar. Si porter langsung diminta menunjukkan truk
yang membawa barang itu yang diparkir di Proyek Senen. Ketika truk yang berasal dari
Bandung itu dibuka, Tim PMPB menemukan lagi beberapa dos buku bajakan dari berbagai
penerbit.
Di Salatiga tahun 2009 hadir Batik Selotigo. Motif dasarnya sama bergambar motif
batu, hanya saja divariasi dengan motif lain. Setiap orang awam yang memperhatikan motif
itu, bila tidak membaca tulisan labelnya akan beranggapan itu kain Batik Plumpungan.
Ciri-ciri dasarnya sama. Adanya kesamaan itu, patut diduga batik itu meniru,
menjiplak motif dasar Batik Plumpungan, divariasi, bukan hasil kreativitas ide orisinil pribadi
pembuatnya. Juga pada batik buana dan batik intyas.
Adanya duplikasi corak dasar batik motif batu dari satu daerah, beda nama, telah
mengaburkan nama Plumpungan, yang telah menjadi ikon batik yang mulai dikenal melalui
promosi dan publikasi batik. Dalam sejarah, nama Selotigo itu setara legenda. Perlu ada
perhatian pemerintah untuk sepakati satu nama. Selotigo misalnya layak untuk merek
dagang seperti produsen batik keris atau semar.
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa selain pencipta maka
orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptanya.
Pengaturan mengenai hak cipta dimuat dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
yang bertujuan untuk merealisasi amanah Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam
rangka pembangunan di bidang hukum, dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi
pencipta dan hasil karya ciptaanya.
Berbicara mengenai hak cipta, tentunya tidak terlepas mengenai pelanggaran hak
cipta. Suatu pelanggaran terhadap sebuah karya ciptaan terjadi apabila :
Terjadi pengeksploitasian (pengumuman, penggandaan dan pengedaran) untuk
kepentingan komersial sebuah karya cipta tanpa terlebih dahulu meminta izin atau
mendapatkan Lisensi dari penciptanya / atau ahli warisnya. Termasuk di dalamnya
tindakan penjiplakan.
Peniadaan nama pencipta pada ciptaannya.
Penggantian atau perubahan nama pencipta pada ciptaannya yang dilakukan tanpa
persetujuan dari pemilik hak ciptanya.
Penggantian atau perubahan judul sebuah ciptaan tanpa persetujuan dari penciptanya
atau ahli warisnya.
Dengan mengamati ketiga kasus yang kami bahas dalam makalah ini, dapat
disimpulkan bahwa begitu banyak kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia.
Masih banyak kasus-kasus pelanggaran hak cipta lainnya yang belum kami bahas dalam
makalah ini. Dari pembahasan kasus yang telah kami jelaskan, kita dapat melihat masih
kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap ketentuan hak cipta yang telah
diberlakukan.
4.2. SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan mengenai kasus pelanggaran hak cipta di
Indonesia, yaitu sebagai berikut :
19
- Pemerintah harus bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat dalam kasus
pelanggaran hak cipta di Indonesia.
- Pemerintah mengharuskan setiap pencipta suatu karya untuk segera mendaftarkan karya
ciptaannya, agar tidak terjadi plagiatisme atau pembajakan terhadap hasil karyanya.
- Setiap masyarakat ikut berpartisipasi menerapkan peraturan mengenai hak cipta yang
berlaku.
- Setiap masyarakat, khususnya konsumen atau pengguna suatu karya, harusnya membeli
karya cipta orang yang orisinil, bukan membeli barang-barang atau produk bajakan.
- Setiap masyarakat yang melihat adanya tindakan berupa pembajakan atau plagiatisme
terhadap suatu karya, sebaiknya melapor kepada aparat yang berwajib untuk segera
menangani kasus tersebut.
20
DAFTAR PUSTAKA
Tamotsu Hozumi. 2006. Asian Copyright Handbook (Buku Panduan Hak Cipta Asia Versi
Indonesia). Jakarta : IKAPI
Rachmadi Usman, S.H.2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia). Bandung : PT.Alumni
Situs Internet:
http://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/156/uu19_tahun%202002.pdf
http://www.dgip.go.id/hak-cipta/referensi-hukum-cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2006/08/25/hak-cipta-ok.pdf
http://hakintelektual.com/hak-cipta/prosedur-pendaftaran-ciptaan/
http://hakintelektual.com/hak-cipta/masa-berlaku-hak-cipta/
http://dunia.vivanews.com/news/read/309208-as--ri-masuk-daftar-pelanggaran-hak-cipta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24918/3/Chapter%20II.pdf
http://pusdiklat.kemenperin.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=
167&Itemid=353
http://eprints.undip.ac.id/17575/1/UNING_KUSUMA_HIDAYAH.pdf
http://www.bsa.org/country/News%20and%20Events/News%20Archives/global/05152012-
idc-globalpiracystudy.aspx
http://portal.bsa.org/globalpiracy2011/downloads/study_pdf/2011_BSA_Piracy_Study-
Standard.pdf
http://www.ikapi.org/entertainment/entertainment-news/movies/1554-jangan-takut-
menghadapi-mafia-pembajakan-buku.html
http://www.mediasionline.com/readnews.php?id=2864
21