Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PRAKTIKUM
ISOLASI POLIFENOL
I. TUJUAN
1. Dapat melakukan ekstraksi lemak dari tempe dengan pelarut n-hexan
untuk memperoleh tempe bebas lemak.
2. Dapat melakukan ekstraksi isoflavonoid dari tempe bebas lemak
dengan pelarut etanol.
3. Dapat melakukan pemekatan ekstrak dengan menggunakan rotavapor.
4. Dapat menentukan konsentrasi isoflavonoid di dalam tempe dengan
metode spektrofotometri sinar tampak berdasarkan analisis kurva
standar menggunakan pereaksi Prussian Blue.
Bahan Etanol
1. Tempe
2. FeNH4(SO4)2
3. K3Fe(CN)6
4. Aquadest
5. N-heksan
Fungsi
Fungsi isoflavonoid sebagian besar belum diketahui, tapi beberapa
bertindak sebagai zat alelokimia. Sebagai contoh, rotenon, isoflavonoid
dari akar tuba (Derris ellipica), banyak digunakan sebagai insektisida
(senyawa pembasmi serangga). Selain itu rumus bangun isoflavonoid
mirip dengan hormon estrogen hewan, misalnya estradiol, dan
isoflavonoid tumbuhan tertentu menyebabkan kemandulan pada ternak
betina, khususnya domba. Semanggi bawah-tanah menimbun isoflavonoid
dalam jumlah yang luar biasa tinggi. Senyawa ini menyebabkan "penyakit
semanggi" yang serius pada domba, pertama kali tercatat di Australia
Barat pada tahun 1960-an dengan menurunnya tingkat kesuburan.
Isoflavonoid juga diperkirakan merupakan faktor yang mengendalikan
populasi hewan pengerat di beberapa wilayah tertentu. Aktivitas
b. Cara Panas
Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya selamawaktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya
pendingin balik
Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan
jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperature lebih tinggi dari
temperature kamar sekitar 40-50 C
Distilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan
dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna
dan diakhiri dengan kondensasi fse uap campuran menjadi distilat air
bersama kandungan yang memisah sempurna atau sebagian.
Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-98
C selama 15-20 menit.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan
yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran
senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa
polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.
2. Aspek Kuantitatif;
Suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel (cuplikan) dan
intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Intensitas atau
kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu
satuan luas penampang per detik. Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi
yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang
dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Jika sinar
monokromatik dilewatkan melalui suatu lapisan larutan dengan ketebalan
db, maka penurunan intesitas sinar (dl) karena melewati lapisan larutan
tersebut berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I), konsentrasi
spesies yang menyerap (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (db).
Secara matematis, pernyataan ini dapat dituliskan:
-dI = kIcdb
bila diintergralkan maka diperoleh persamaan ini :
I = I0 e -kbc
dan bila persamaan di atas diubah menjadi logaritma basis 10, maka akan
diperoleh persamaan:
I = I0 10-kbc
dimana : k/2,303 = a, maka persamaan di atas dapat diubah menjadi
persamaan:
Log Io/I = abc atau
A = abc
dimana: A= Absorban, a= absorptivitas, b = tebal kuvet (cm), c =
konsentrasi Bila Absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) =
I/Io maka dapat diperoleh
A=log 1/T.
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada
konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan
sampel. Tetapi tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan
panjang gelombang radiasi.
Salah satu hal yang penting juga diingat adalah untuk menganalisis secara
spektrofotometri UV-Vis diperlukan panjang gelombang maksimal.
Adapun beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang
maksimal, yaitu:
a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena
pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk
setiap konsentrasi adalah yang paling besar
b. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar
dan pada kondisi tersebut hukum LambertBerr akan terpenuhi
c. Jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan
panjang gelombang maksimal.
0,2 mL menjadi 50 mL
M1 V1 = M2 V2
10017 ppm 0,2ml = M2 50 ml
M2 = 40,068 ppm
0,3 mL menjadi 50 ml
M1 V1 = M2 V2
10017 ppm 0,3ml = M2 50 ml
M2 = 60,102 ppm
0,4 ml menjadi 50 ml
M1 V1 = M2 V2
10017 ppm 0,4 ml = M2 50 ml
M2 = 80,136 ppm
0,5 ml menjadi 50 ml
M1 V1 = M2 V2
10017 ppm 0,5ml = M2 50 ml
M2 = 100,17 ppm
Kurva Absorbansi
0.6
0.5
f(x) = 0 x + 0.43
R² = 0.31
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah isolasi polifenol. Polifenol adalah
kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan, salah satunya yaitu
tempe. Pada praktikum ini dilakukan dengan proses isolasi karena
senyawa fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang
pada proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam
tumbuhan.
Tempe dicampurkan dengan pelarut n-heksan untuk menarik
komponen minyak yang terkandung dalam kedelai tempe. Hal ini
bertujuan menghasilkan tempe bebas lemak. Alat yang digunakan untuk
mempercepat proses ini adalah sonikator. Tempe bebas lemak kemudian
diekstraksi menggunakan pelarut etanol menggunakan metode maserasi.
Pemilihan etanol sebagai pelarut karena etanol dapat menarik komponen
polifenol dari tempe yang kemudian disebut filtrat. Filtrat ini dipekatkan
dengan setting pemanasan suhu etanol sehingga sebagian etanol akan
menguap dan tersisa senyawa polifenol dalam campuran etanol.
Filtrat tersebut ditambahkan FeNH4(SO4)2 untuk menciptakan
suasana basa yang akan mendorong terjadinya reaksi antara senyawa
polifenol. Larutan akan berwarna biru yang kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Data absorbansi dari sampel diperoleh 0,632. Sedangkan nilai
absorbansi larutan standar terdapat penyimpangan yaitu pada data ke lima
dengan konsentrasi larutan 100,17 ppm diperoleh 0,466 abs yang mana
nilai tersebut menurun. Hal ini dikarenakan menurut literatur, semakin
tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi nilai absorbansinya.
Senyawa polifenol yang terkandung dalam tempe sebanyak 6,38%.
Senyawa fenol yang akan diuji kemungkinan terjadi kerusakan pada saat
perlakuan pengujian atau proses pengujian yang tidak tepat sehingga
mendapatkan nilai ketelitian yang rendah. Selain itu, proses pengolahan
produk juga akan mempengaruhi total polifenol dalam bahan karena
sangat mudah teroksidasi dan rusak. Hal yang paling mempengaruhi hasil
praktikum ini adalah proses ekstraksi yang dilakukan dalam waktu singkat
sehingga pelarut belum menarik semua komponen polifenol yang
terkandung dalam tempe.
VIII. KESIMPULAN
1. Tempe diekstraksi dengan pelarut n-heksan untuk memperoleh
tempe bebas lemak.
2. Tempe diekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan metode
maserasi.
3. Ekstrak polifenol hasil pemekatan diperoleh sebanyak 34ml.
4. Kandungan senyawa polifenol dalam tempe adalah 6,38%.
IX. SARAN
1. Saat praktikum alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan
praktikan menggunakan APD yang lengkap.
2. Volume larutan yang dipipet harus tepat agar tidak mempengaruhi
konsentrasi dan absorbansi larutan.
3. Proses ekstrasi dilakukan sesuai prosedur dan waktu pendiaman
sebaiknya lebih lama lagi.
X. DAFTAR PUSTAKA
Agustriani. Ningsih. 2019. Isolasi Polifenol.
https://id.scribd.com/document/396705086/ISOLASI-
POLIFENOL. (diakses 02 Desember 2020).
Isnawati, Lina. 2015. Laporan Polifenol. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian. Universitas Jember.