MAKALAH Hasni
MAKALAH Hasni
DISUSUN OLEH :
NAMA : HASNI
NIM : I1A120008
PRODI : MSP
SEMESTER II
Puji syukur saya haturkan kepada Allah Ta’ala karena atas kebaikan-kebaikannya yang
sempurna sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah saya tentang “CAHAYA DAN
BUNYI BAWAH AIR
”. Shalawat serta salam tak lupa saya panjatkan kepada junjungan saya nabi besar
Muhhamad saw yang telah membawa saya dari alam kebodohan kealam yang terang-
menerang seperti yang saya rasakan saat ini.
Akhirnya saya sebagai penyusun makalah ini sangat mengharapkan semoga dari makalah
sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para
pembaca.
Hasni
DAFTAR ISI
BAB 1 PEMNDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Cahaya Dalam Air ……………………………………………………………….
1. Pengertian Cahaya Dalam Air …………………………………………………..
2. Pembentukan Warna Laut ………………………………………………………
3. Nasib Cahaya dalam Perairan Laut …………………………………………….
B. Bunyi Dalam Air ……………………………………………………………….
1. Pengertian Bunyi………………………………………………………………..
2. Pemanfaatan Gelombang Bunyi ………………………………………………..
3. Perambatan Bunyi Dalam Laut…………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
B.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari cahaya dalam laut?
Bagaiamana pemnbentukan warna air laut?
Bagaiamana keadaan cahaya dalam laut?
Pengertian bunyi dalam laut?
Apa saja pemanfaatan bunyi dalam laut?
Bagaiamana perambatan bunyi dalam laut?
C. Tujuan Makalah
Mengetahui lebih jauh mengenai cahaya dalam laut
Mengetahui pembentukan warnadan keadaan air laut
Mengetahui lebih jauh mengenai gelombang bunyi dalam laut
Mengetahui proses perambatan dan pemanfaatan bunyi dalam laut
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber energi paling penting bagi kehidupan bumi adalah radiasi dari matahari. Matahari
memancarkan energi mendekati 1026 kalori/detik. Pada perjalanannya melewati lapisan
atmosfir bumi, radiasi matahari berkurang melalui dua cara. Cara yang pertama adalah di
absorpsi terutama oleh uap air, karbondioksida, dan ozon diatmosfir. Absorpsi bergantung
dari komposisi udara dan panjang gelombang energi yang menembus (selective absoption).
Cara yang kedua adalah di-scatter melalui refleksi dan difraksi. Scattering sebagian
disebabkan oleh molekul-molekul udara dan sebagian oleh bahanbahan pengeruh seperti
debu, asap, dan tetesan air. Cahaya matahari merupakan gabungan cahaya dengan panjang
gelombang dan spektrum warna yang berbeda-beda Dari spectrum elekromagnetik hanya
bagian yang sangat kecil yang dapat dideteksi dengan indera penglihatan yang disebut visible
light. Panjang gelombangnya berkisar dari 400-700 nm(400-700 x 10-9 m) dengan frekwensi
sekitar 750-430 THz (7.5 - 4.3 x 1014 Hz). Bagian-bagian yang berbeda dari spektrum
tampak menimbulkan warna yang berbeda. Panjang gelombang untuk warna-warna yang
berbeda juga berbeda. Daya tembus setiap spektrum warna cahaya pada kolom air yang sama
berbeda-beda.
Cahaya matahari merupakan gabungan cahaya dengan panjang gelombang dan spektrum
warna yang berbeda-beda Spektrum gelombang elektromagnetik meliputi transmisi televisi
dan radio, gelombang tampak (visible light), radiasi infra merah dan ultraviolet,sinar X dan
sinar gamma. Dari spectrum elekromagnetik hanya bagian yang sangat kecil yang dapat
dideteksi dengan indera penglihatan yang disebut visible light. Panjang gelombangnya
berkisar dari 400-700 nm(400-700 x 10-9 m) dengan frekwensi sekitar 750-430 THz (7.5 -
4.3 x 1014 Hz). Bagian-bagian yang berbeda dari spektrum tampak menimbulkan warna yang
berbeda. Panjang gelombang untuk warna-warna yang berbeda juga berbeda Daya tembus
setiap spektrum warna cahaya pada kolom air yang sama berbeda-beda.
2. Pembentukan Warna Laut
Cahaya yang diserap/diabsopsi akan dirubah menjadi energi bahang. Cahaya yang
diabsopsi energinya berkurang dan daya tembusnya menurun secara gradual berdasarkan
kedalaman. Cahaya juga akan direfleksikan kembali apabila memasuki air. Refleksi pada
perairan alami sangatlah komplek dan refleksi kompleks kesegala arah dikenal dengan istilah
scattering. Spektrum warna cahaya matahari yang direfleksikan akan memberi warna dari air
itu sendiri. Warna yang diserap tidak akan tampak pada air sebaliknya warna yang
direfleksikan akan tampak. Bahan-bahan pengeruh (turbidity substance) memiliki distribusi
tidak merata secara horizontal. Pada daerah pantai dan muara sungai tingkat kekeruhannya
relatif lebih tinggi daripada laut terbuka. Hal ini disebabkan oleh masuknya bahan-bahan
terlarut maupun tersuspensi dari daratan.
Kekeruhan yang tinggi pada daerah pantai mengakibatkan warna yang ditimbulkan adalah
warna-warna dari spectrum cahaya yang memiliki gelombang panjang. Pada laut terbuka
umumnya kekeruhan rendah dan warna laut yang mendominasi berasal dari spectrum warna
biru yang memiliki gelombang pendek yang sedikit diabsopsi dan lebih banyak di
refleksikan. Penambahan kekeruhan pada air yang jernih akan menggeser warna air dari
spectrum warna biru dengan gelombang pendek menjadi spectrum warna dengan panjang
gelombang lebih tinggi. Warna air laut akan berubah bila terjadi perubahan
turbiditas/kekeruhan yang diakibatkan oleh selective scattering, Natural absorptive colour,
yellow substance dan discoloring effect oleh materi tersuspensi. Pada prinsipnya warna laut
ditentukan oleh interaksi dari insiden cahaya dengan substansi atau partikel yang ada di
dalam air. Komponen-komponen penyebab ekstingsi cahaya, seperti disebutkan di atas, juga
menjadi penyebab terjadinya warna laut. Spektrum cahaya yang memasuki air akan di
absopsi dan direfleksi. Absopsi terhadap cahaya dilakukan oleh molekul-molekul air sendiri
dan oleh bahan-bahan yang
Cahaya yang ada pada lapisan permukaan air merupakan resultante cahaya yang masuk dari
matahari dan langit dan cahaya yang dipantukkan kembali oleh permukaan perairan.
Besarnya nilai reflectance pada permukaan air dapat dilihat dari kedua sumber cahaya
tersebut. Apabila dilakukan pengukuran pada waktu yang sama terhadap cahaya yang datang
dari matahari dan langit dan cahaya dari air (water-leaving light) maka dapat dihitung
besarnya reflectance yaitu perbandingan insiden cahaya yang direfleksikan kembali oleh air
Cahaya matahari yang memasuki suatu medium optik seperti air, intensitasnya akan
berkurang atau mengalami peredupan (extinction) seiring dengan kedalaman perairan Hal ini
disebabkan adanya absorpsi oleh air dan bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Besarnya
tingkat peredupan bergantung kepada materi yang terkandung dalam kolom air itu sendiri.
Pada kolom air yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, tingkat peredupannya juga
tinggi. Materi-materi yang biasanya menjadi penyebab peredupan adalah suspended solid,
dissolve organic matter/DOM, dan particulate organc matter/POM termasuk plankton.
1. Pengertian Bunyi
Bunyi atau Suaramerupakan salah satu fenomena fisika yang selalu kita alami
sehari-hari. Contoh bunyi yang sering kita nikmati adalah musik. Musik bisa
memberikan inspirasi saat kita sedang belajar, bekerja atau beraktifitas.Dalam
fisika,Bunyiatausuaraadalahgelombang longitudinalyang merambat melalui
medium, yang dihasilkan oleh getaran mekanis dan merupakan hasil perambatan energi.
Sumber bunyi sebagai sumber getar memancarkan gelombang-gelombang longitudinal ke
segala arah melalui medium baikpadat, cairmaupungas. Sumber getar tersebut bisa saja
berasal dari dawai/kawat, pipa organa, bahkan ombak di pantai.Kebanyakan suara merupakan
gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan
kecepatan getar atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz). Bunyi tunggal yang
frekuensinya teratur dinamakannada, sedangkan bunyi tunggal yang frekuensinya tidak
teratur dinamakandesis. Amplitudo gelombang menentukan kuat-lemahnya suatu bunyi
atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam decibel (dB). Semakin tinggi
amplitudoya semakin nyaring bunyi tersebut. Bunyi pesawat yang lepas landas mencapai
sekitar 120 dB. Sedang bunyi desiran daun sekitar 33 dB.Manusia dapat mendengar bunyi
saatgelombang bunyimerambat di udara atau medium lain sampai ke gendang telinga
manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari
20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva
responsnya. Suara di atas 20 kHz dinamakanultrasonikdan di bawah 20 Hz
dinamakaninfrasonic
bunyi adalah penyimpangan tekanan atmosfer yang disebabkan getaran partikel udara
karena adanya gelombang bunyi. Level bunyi/bunyi dalam arah tertentu adalah laju
energi bunyi rata-rata yang ditransmisikan dalam arah tadi lewat satu satuan luasan dan tegak
lurus pada titik tersebut. Tekanan bunyi atau level bunyi diukur dengan
menggunakan alat sound level meter yang terdiri dari mikrofon, penguat dan instrumen
keluaran (output) yang mengukur tingkat atau level bunyi dalam decibel (dB). Alat ini dapat
disambungkan dengan alat tambahan berupa alat penganalisis frekuensi dan personal
computer.Bunyi timbul karena penyimpangan tekanan udara, penyimpangan ini
biasanya disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar. Secara umumdapat dikatakan
bahwa bunyi atau bunyi dihasilkan dari suatu getaran. Getaran menyebabkan
udara disekitarnya mengalami perapatan dan peregangan secara bolak-balik. Lapisan
perapatan dan peregangan udara yang bergerak ke arah luar menyebabkan terjadinya
rambatan gelombang bunyi. Jika ruang udara sebagai medium perambatan gelombang
tersebut tidak mempunyai molekul-molekul yang dapat merapat dan merenggang secara
bergantian, maka energi mekanik tersebut belum dapat menghasilkan bunyi
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia. Aspek ini
adalah “kenyaringan” dan “ketinggian”, dan masing-masing menyatakan sensasi dalam
kesaaran pendengar. Tetapi untuk masing-masing sensasi subjektif ini, ada besaran
yang dapat diukur secara fisis. Kenyaringan (loudness) berhubungan dengan energi
pada gelombang bunyi. Dan ketinggian (pitch) bunti menyatakan apakah bunyi tersebut
tinggi seperti bunyi suling atau biola, atau rendah seperti bunyi bass drum atau senar bass.
Besaran fisika yang menentukan ketinggian bunyi adalah frekuensi
Gema duga atau Echo Sounder atau EcholoadingPenggunaan teknik ini didasarkan
pada hukum fisika tentang perambatan dan peantulan bunyi dalam air. Isyarat
bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar kapal
memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur
dasar laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema
dan ditangkap melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak
waktu yang diperlukan untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan
sebagai kedalaman laut. Cara ini dianggap lebih praktis, cepat dan akurat.
Namun kita tidak dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan dan
tanda-tanda kehidupan di dasar laut.
Jika selama ini kita mengetahui bahwa cepat rambat gelombang suara di udara adalah
333 m/s hingga 340 m/s maka harus dicatat bahwa cepat rambat gelombang suara pada air 4
kali lebih cepat dari cepat rambat suara di udara. Cepat rambat gelombang suara pada air
berkisar 1500 m/s hingga 1520 m/s. Kita tahu bahwa perambatan suara terjadi karena adanya
tekanan naik-turun partikel pada sebuah medium. Pada laut, semakin dalam kedalaman laut
maka semakin besar tekananya. Partikel-partikel air yang bertekanan tinggi akan
terkompresi-dekompresi seingga terus merambatkan suara tanpa kehilangan energi yang
besar. Selain itu, densitas pada air lebih besar dibandingkan dengan densitas di udara. Hal
inilah yang menyebabkan suara memiliki kecepatan yang lebih besar dan dapat merambat
jauh pada air. Akan tetapi kecepatan gelombang suara pada laut akan selalu berbeda. Nilai ini
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, di cuaca yang berbeda, pagi dan malam,
kedalaman, salinitas dan suhu. Suhu pada air laut juga memengaruhi kecepatan gelombang
suara, air yang hangat merambat lebih cepat dan lebih jauh dibandingkan air yang lebih
dingin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan