Anda di halaman 1dari 8

MENYOAL PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Eddy 0.S Hiariej


Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
JI. Sosio Justicia Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Email : eddyosh@yahoo.com

Abstract

The springhead of corruption eradication is the corruption court decisions. Such decisions are subject to
change sentences, free or free from all charges. If the decision of the court of corruption in the form of
sentences, then a further question such decisions can deterrent. On the other hand, there are many
factors that influence the decision of the court of corruption.

Key words : Court Decision, the Court of Corruption

Abstrak

Muara pemberantasan korupsi adalah pada putusan pengadilan tindak pidana korupsi. Putusan
tersebut dapat berubah penjatuhan pidana, bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum. Jika putusan
dalam pengadilan tindak pidana korupsi berupa penjatuhan pidana, maka pertanyaan lebih lanjut
dapatkah putusan tersebut menimbulkan efek jera. Di sisi lain, terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi putusan pengadilan tindak pidana korupsi.

Kata Kunci: Putusan Pengadilan, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

A. Pendahuluan merdeka, mandiri dan tidak boleh dipengaruhi oleh


u••••• defining law in term of what the courts do is apapun dan siapapun, baik itu pengaruh kekuasaan,
like saying the medicine is what the doctor maupun tekanan opini publik. Sebab itu, dalam
prescribes ..... '. Demikian Herman Kantorowichs, Islam, jika hakim salah dalam memutus perkara, ia
seorang juris agung pernah mengatakan bahwa mendapat ganjaran satu pahala, sedangkan jika
menyatakan hukum sebagai apa yang diputus oleh hakim benar dalam memutus perkara, ia mendapat
pengadilan, sama dengan mengatakan bahwa obat ganjaran dua pahala selama putusan tersebut
adalah apa yang dituliskan di atas kertas resep oleh berdasarkan fakta yang objektif dan hati nurani.
dokter. Meskipun, dokter dapat saja menuliskan Tulisan berikut ini mencoba mengulas putusan
racun di atas kertas resep, namun sang pasien pengadilan tindak pidana korupsi, apakah putusan­
menaruh kepercayaan penuh bahwa obat yang putusan tersebut dapat menimbulkan efek jera,
dituliskan di atas kertas resep adalah untuk termasuk di dalamnya putusan bebas yang pemah
menyembuhkan penyakitnya. Demikian pula dijatuhkan oleh beberapa pengadilan tindak pidana
dengan putusan pengadilan, haruslah berpegang korupsi di daerah. Tulisan ini dimulai dengan ulasan
pada asas res judicata provaritate habetur yang mengenai perubahan paradigma hukum pidana,
berarti setiap putusan hakim harus dianggap benar putusan pengadilan tindak pidana korupsi,
dan harus dihormati. Mengapa demikian? mensikapi putusan bebas oleh pengadilan tindak
Kekuasaan mengadili yang ada pada hakim pidana korupsi dan bagaimana ke depan
bersumber dari Tuhan, karenanya setiap kepala membangun putusan pengadilan tindak pidana
putusan pengadilan selalu bertuliskan "Demi korupsi yang berkualitas yang disesuaikan dengan
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". perubahan paradigm a hukum pidana.
Kekuasaan hakim dalam mengadili harus bebas

55
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

B. Pembahasan bukan pada pelakunya (daad - strafrech~.6 Aliran


1. Perubahan Paradigma Hukum Pidana klasik dalam hukum pidana berpijak pada tiga tiang.
Tiga isu pokok dalam hukum pidana adalah Pertama, asas legalitas yang menyatakan bahwa
perbuatan pidana, pertanggungjawaban pidana dan tidak ada pidana tanpa undang­undang, tidak ada
sanksi pidana. Apakah tujuan dari hukum pidana, perbuatan pidana tanpa undang­undang dan tidak
khususnya sanksi pidana itu itu sendiri, tidaklah ada penuntutan tanpa undang­undang. Kedua,
terlepas dari aliran yang dianut yang tentunya Asas kesalahan yang berisi bahwa orang hanya
disesuaikan dengan dinamika masyarakat. Pada dapat dipidana untuk tindak pidana yang
awalnya pemidanaan hanyalah ditujukan sebagai dilakukannya dengan sengaja atau kesalahan.
pembalasan. Pemidanaan yang demikian Ketiga atau yang terakhir adalah asas pembalasan
merupakan ciri aliran klasik yang melahirkan teori yang sekuler yang berisi bahwa pidana secara
absolut. Menurut teori ini pembalasan adalah konkrit tidak dikenakan dengan maksud untuk
legitimasi pemidanaan .1 Negara berhak mecapai sesuatu hasil yang bermanfaat, melainkan
menjatuhkan pidana karena penjahat telah setimpal dengan berat ­ ringannya perbuatan yang
melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak dilakukan.7
dan kepentingan hukum yang telah dilindungi2. Pada perkembangannya terjadi perubahan
Terkait teori absolut, Vos secara tegas menyatakan, paradigma hukum pidana dari aliran klasik menjadi
• De absolute theorieen, die vooral tegen het eind def aliran modem. Menurut aliran ini, hukum pidana
1 Be eeuw opkomen, zoeken de rechtsgrond van de bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
straf in de begane misdaad: die misdaad op zich zelf kejahatan. Pidana bertujuan tidak semata
is voldoende grand om de dader te bestraffen .... 113• pembalasan melainkan untuk memperbaiki pelaku
(Teori absolut, terutama bermunculan pada akhir kejahatan. Bila diurutkan dari aliran klasik, aliran
abad ke­18, mencari dasar hukum pemidanaan modem sampai pada aliran neo klasik, tujuan dari
terhadap kejahatan : kejahatan itu sendiri dilihat pemidanaan adalah sebagai berikut:
sebagai dasar dipidananya pelaku ..... ). Pertama, pidana bertujuan sebagai pembalasan.
Aliran klasik ini lahir sebagai reaksi terhadap Artinya, pelaku kejahatan harus
ancien regime yang abritrair pada abad ke ­ 18 di mendapat hukuman yang setimpal atas
Perancis yang banyak menimbulkan ketidakpastian perbuatan yang dilakukannya. Di sini,
hukum, ketidaksamaan dalam hukum dan hukum pidana tidak lebih sebagai lex
ketidakadilan. Aliran ini menghendaki hukum pidana talionis atau sarana untuk melakukan
yang tersusun sistematis dan menitikbertakan pada · pembalasan terhadap pelaku kejahatan.
kepastian hukum.' Tujuan hukum pidana pada saat Kedua, pidana bertujuan sebagai general
itu hanyalah untuk melindungi kepentingan individu prevention atau pencegahan umum
dari kesewenang­wenangan penguasa. Dalam terjadinya kejahatan. Adanya hukuman
sistem pemidanaan, aliran klasik pada prinsipnya berat yang dijatuhkan kepada pelaku
hanya menganut single track system, yakni sistem kejahatan diharapkan dapat mencegah
sanksi tung gal berupa jenis sanksi pidana. 5 orang lain untuk berbuat jahat karena
Menurut Sudarto, aliran klasik tentang pidana takut akan sanksi yang berat.
bersifat retributif dan represif terhadap tindak Ketiga, pidana bertujuan sebagai detenence
pidana. Aliran ini berpaham indeterminisme effect atau efek jera agar pelaku
mengenai kebebasan kehendak manusia yang kejahatan tidak lagi mengulangi
menekankan kepada perbuatan pelaku kejahatan perbuatannya.
sehingga dikehendaki hukum pidana perbuatan dan Keempat, pidana bertujuan sebagai pengendalian
1 Arnold, H Loewy, 1987, Criminal LBW, Nutshel Series of West Publishing Company, SL Paul Minneshota, him. 5.
2 Adam Chazawi, 2007, PelajaranHukumPidana, Bagian 1,PTRajaGrafindoPersadaJakarta, hlm.157.
3 H.B. Vos, 1950,LeerboekVanNederlands strafrecht, Derde HerzieneOruk, H.O.T,eenkWilink &Zoon N.V. ­Haar1em, him. 10. Ban:lingkan denganEddy O.S
Hiariej, 2009, Asas Legalilas & Penemuan Hukum Dalam Huk1111 Pidana, Penetbit Erlangga, Jakarta, him. 10.
4 Muladl dan Barda NawawiArief, 1992, Teori-Teori Dan KebqakanPidana, PenerbitAll.rnnl Bandung, him. 25.
5 M. Sholehuddin, 2004, Slslem Sanks! Dalam Hukum Pidana Ide Dasa, Double Track System & lmplementasinya, PT Raja Grafi.ndo Persada, Jakarta, him. 25.
Bandingkan dengan Eddy O.S Hiariej, Loe. Cit
6 M. Sholehuddln, Loe.Cit; EddyO.S Hiariej, Op.Cit.him. 11
7 Mutadi dan Barda NawawiArief. Op.Cit him. 26­27; EddyO.S Hiariej, Loe. Cit.

56
Eddy 0. S Hiariej, Menyoal Putusan Pengadilan Tipikor

sosial. Artinya, pelaku kejahatan didakwakan oleh jaksa penuntut um urn tidak terbukti
diisolasi agar tindakan berbahaya yang secara sah dan meyakinkan. Kedua, terdakwa akan
dilakukannya tidak merugikan diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang
masyarakat. Tegasnya, masyarakat berarti bahwa perbuatan yang didakwakan jaksa
harus dilindungi dari tindakan jahat penuntut umum terbukti secara sah dan meyakinkan
pelaku. namun perbuatan tersebut bukan lah perbuatan
Kelima, pidana bertujuan sebagai rehabilitasi. pidana. Biasanya dalam putusan lepas dari segala
Artinya, pelaku kejahatan harus tuntutan hukum terdapat alasan penghapus pidana,
diperbaiki ke arah yang lebih baik, agar baik itu alasan pembenar maupun alasan pemaaf.
ketika kembali ke masyarakat ia dapat Ketiga, terdakwa dijatuhi pidana jika perbuatan
diterima oleh komunitasnya dan tidak yang didakwakan oleh jaksa penuntut urn um terbukti
lagi mengulangi perbuatan jahat. secara sah dan meyakinkan.
Keenam, pidana bertujuan sebagai edukasi Salah satu kelemahan dalam KUHP dan
kepada masyarakat mengenai mana KUHAP yang kita miliki adalah tidak terdapatnya
perbuatan yang baik dan mana pedoman pemidanaan yang biasa digunakan hakim
perbuatan yang buruk. untuk menjatuhkan pidana. Secara umum
Ketujuh, pidana bertujuan untuk memulihkan parameter suatu putusan pengadilan, termasuk
keadilan yang dikenal dengan istilah pengadilan pidana, selain bertumpu pada kepastian
restorative justice atau keadilan hukum, juga harus bertumpu pada keadilan dan
restoratif. Penyelesaian perkara kemanfaatan. Kepastian hukum menjadi penting,
menurut keadilan restoratif tidak hanya agar pelaku kejahatan tidak merasa dirinya sebagai
melibatkan pelaku kejahatan dan juga korban dari sistem peradilan pidana. Sedangkan
aparat penegak hukum tetapi juga keadilan adalah nilai dasar yang harus tercakup
melibatkan korban kejahatan.8 dalam putusan pengadilan, sementara kemanfaatan
adalah nilai praktis yang harus memberikan manfaat
Dalam hubungannya dengan tindak pidana kepda pelaku kejahatan atas pidana yang diderita.
korupsi, Indonesia telah meratifikasi United Nations Terkait dengan kemanfaatan putusan
Against Co"uption (UNCAC) atau Konvensi PBB pengadilan perkara pidana, Jeremy Bentham
mengenai Antikorupsi dengan Undang­Undang sebagai salah seorang tokoh aliran klasik
Nomor 7 Tahun 2006. Berdasarkan konvensi mengemukakan bahwa selain pembalasan, sifat­
tersebut, secara implisit tidak lagi merujuk pada sifat penting dari pemidanaan harus bermanfaat.
keadilan retributif dalam hukum pidana tetapi Ada tiga kemanfaatan dari pemidanaan, yaitu :9
mengalami perubahan paradigma baru yaitu a. Pemidanaan akan sangat bermanfaat jika dapat
keadilan korektif, rehabilitatif dan restoratif. Keadilan meningkatkan perbaikan diri pada pelaku
korektif berkenan dengan hukuman yang dijatuhkan kejahatan.
kepada terpidana untuk memberikan efek jera. b. Pemidanaan harus menghilangkan kemampuan
Sedangkan keadilan rehabilitatif berhubungan untuk melakukan kejahatan.
dengan upaya untuk memperbaiki terpidana. c. Pemidanaan harus memberikan ganti rugi
Sementara keadilan restoratif berkaitan dengan kepada pihak yang dirugikan.
pengembalian aset negara yang dikorup. Bentham kemudian menyatakan bahwa
pidana sama sekali tidak memiliki nilai pembenaran
2. PutusanPengadilanTindak PidanaKorupsi apapun bila semata­mata dijatuhkan unutuk
Dalam konteks perkara pidana, terdapat tiga sekedar menambah lebih banyak penderitaan atau
kemungkinan putusan pengadilan. Pertama, kerugian pada masyarakat. 10 Beranjak dari
terdakwa akan diputus bebas karena apa yang pemikiran Bentham inilah dapat dipahamai bahwa
8 WayM R. Lafave, 2010, Pnnciples OfCrimtna/Law, Second Ed1bon, WESTAThomsonReutersBusiness, him 25­27.
9 Jeremy Bentham, 2006, Teori Penmdang-Undangan: Pnns,~Pnndp Legis/asi, Hukum Prrdato Dan Hukum Pidana, Penerjemah Numad1, Nuansa, Bandung,
him 378; Eddy O.S HiarieJ, Loe. Ct/
10 Harkristuti Harkrisnowo, 2003, Rekonsl/lJksi Konsep Pemtdanaan Suatu Gugatan Terhadap Proses Legislssi Dan Pemidanaan Di Indonesia, Orasi Pada
Upacara Pengukuhan Guru BesarTetap Oalam llmu Hukum Pidana Fakultas Hukum Umversitas Indonesia, 8 Maret 2003, him. 9; EddyO.SHlariej, Op.Cit, him.
12.

57
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

pemidanaan dalam sistem peradilan pidana dewasa aparat penegak hukum serta saran a dan
ini melibatkan korban dan pelaku dalam prasarana yang memadai.
pengambilan putusan sehingga sanksi yang Ketiga, legal culture atau budaya hukum yakni
dijatuhkan kepada pelaku juga memperhatikan nilai­nilai atau pandangan masyarakat
kehidupannya di masa mendatanq." termasuk perilaku aparat dalam sistem
Dalam konteks putusan pengadilan tindak hukum itu sendiri. Termasuk dalam legal
pidana koupsi di Indonesia, kiranya hanya culture adalah kesadaran hukum
menitikberatkan pada kepastian hukum dengan masyarakat sebagaimana yang
memperhatikan ketentuan undang­undang. Apakah dikatakan oleh Krabbe bahwa suber
putusan tersebut bermanfaat untuk menimbulkan hukum tertinggi dalam suatu negara
efek jera ataukah adil bagi terdakwa, masih jauh api demokrasi yang berdasarkan atas
dari panggang. Bahkan dapat dikatakan banyak hukum adalah kesadaran hukum setiap
putusan pengadilan tindak pidana korupsi lebih warga negara.
berdasarkan opini publik. Padahal, dalam perkara Dalam kaitannya dengan pengadilan tindak
pidana, putusan harus didasarkan pada alat bukti pidana korupsi, struktur hukum yang dapat
yang sah ditambah dengan keyakinan hakim dan mempengaruhi putusan pengadilan tindak pidana
bukan berdasarkan opini publik. korupsi adalah masalah sarana dan prasarana.
Terlepas dari pengaruh opini publik dalam Penulis mempunyai pengalaman yang sempat
putusan pengadilan tindak pidana korupsi, mengikuti beberapa persidangan di peagadilan
sebenamya ada hal yang lebih mendasar dari tindak pidana korupsi Jakarta. Salah satu
pengadilan tindak pidana korupsi itu sendiri, yakni pengalaman tersebut adalah pada hari Kamis, 4
masalah infrastruktumya. Lawrence M. Friedman Oktober 2012, yang mana penulis dijadwalkan
menyatakan bahwa bekerjanya suatu sistem hukum memberikan Keterangan Ahli di Pengadilan Tindak
sang at dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu : 12 Pidana Korupsi Jakarta dalam suatu kasus korupsi.
Pertama, legal substance atau susbstansi hukum. Menurut jadwal, sidang akan dimulai jam dua siang
Di sini yang dimaksud adalah isi dari sehingga penulsi hadir di Pengadilan Tindak Pidana
suatu aturan hukum, baik hukum materiil Korupsi Jakarta kurang ­ lebih setengah dua.
maupun hukum formil haruslah bersifat Kondisi ruang sidang pengadilan cukup memadai,
responsif. Artinya, senantiasa namun sayangnya pengadilan tidak dilengkapi
disesuaikan dengan perkembangan ruang tunggu jaksa penuntut umum maupun
zaman. Substansi suatu aturan hukum advokat. Demikian pula tidak terdapat ruang tunggu
haruslah memiliki tiga kekuatan yaitu, khusus untuk terdakwa. Kondisi yang ada, baik
kekuatan secara filosofis, kekuatan terdakwa, jaksa penuntut umum, advokat dan para
secara yuridis dan kekuatan secara saksi termasuk ahli, duduk di ruangan besar yang
sosiologis. Kekuatan berlaku secara sedang direnovasi dengan perabot meja ­ kursi
filosofos berarti aturan hukum harus seadanya. Bahkan, jarang dijumpai meja ­ kursi
didasarkan apada suatu rechts idee atau yang layak untuk digunakan. lbarat sebuah ruangan
cita hukum. Sedangkan kekuatan yang baru sajadibom bardirpasca­perang.
berlaku secara yuridis artinya proses Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat dan
pembuatan substansi hukum telah sidang atas perkara yang mana penulis akan
sesuai aturan. Sementara kekuatan didengarkan keterangannya sebagai ahli, baru
berlaku secara sosioloqis berarti bahwa dimulai jam setengah sepuluh malam. Pada perkara
substansi hukum sesuai dengan tersebut ada empat saksi fakta dan tiga ahli yang
keinginan masyarakat. akan didengarkan keterangannya. Kebetulan
Kedua, legal structure atau struktur hukum yang penulis mendapat giliran yang keenam akan
meliputi kelembagaan termasuk diperiksa di depan sidang pengadilan. Namun apa
didalamnya adalah profesionalisme mau dikata, sampai pada pemeriksaan saksi yang
11 Heather Strang & John Braithwaite (Editor), 2000, RestoratNe Justice Philosophy To Practice, Asghate Dartmouth, Aldershot­Bud1ngton USA­ Singapore ­
Sydney, him 11 . Eddy O.S Hlariej, Loe. Cit
12 Lawrence M Friedman, 2010, American Law In The 20th Century, Yale Unlverstty Press, New Haven and London, him. 5- 7.

58
Eddy 0. S HiarieJ, Menyoal Putusan Pengadilan Tipikor

keempat, waktu sudah menunjukan jam duabelas seharian.


malam kurang lima menit, sehingga sidangpun Oalam situasi yang demikian, apakah mungkin
ditunda pada hari Senin 8 Oktober 2012. Temyata, para hakim dapat menghasilkan putusan yang adil
selesai sidang tersebut, masih ada lagi sidang atau putusan yang dapat menimbulkan efek jera
perkara lainnya yang memang sudah dijadwalkan agar orang lain tidak lagi melakukan korupsi ?
hari itu, meskipun telah terjadi pergantian hari. Jangankan sampai pada substansi putusan yang
Menurut teman­teman jaksa penuntut umum adil, untuk mengatur jadwal persidangan saja,
dan advokat, suasana yang demikian dari hari ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta tidak
hari selalu mereka alami. Bahkan, banyak hakim di mampu melakukannya dengan baik. Sedangkan di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta yang sisi lain, yang diinginkan oleh masyarakat di luar
harus menunda jam makan karena padatnya sana, agar terdakwa kasus korupsi cepat diadili dan
persidangan. Berdasarkan agenda, pada hari Kamis divonis bersalah dengan hukuman yang seberat­
4 Oktober 2012 ada empat belas perkara yang akan beratnya tanpa memperhatikan situasi persidangan
disidangkan. Kalaupun lamanya persidangan apakah kondusif ataukah tidak. Bagaimana mungkin
masing­masing perkara sekitar dua jam, maka dalam kelelahan, kejenuhan dan kepenatan dapat
dibutuhkan dua puluh delapan jam waktu untuk menghasilkan putusan yang adil dan jernih?
bersidang dengan hanya memiliki dua ruang sidang. Kembali kepada apa yang dikemukakan
Artinya, jika sidang pertama dimulai jam sembilan Friedman bahwa substansi hukum, struktur hukum
pagi, maka aktivitas persidangan baru akan selesai dan budaya hukum tentunya saling kait ­ mengkait
jam sebelas malam dengan catatan tanpa istirahat antara satu dengan yang lain. Hukum yang baik
makan dan menunaikan ibadah. Padahal, hari itu tidak akan dapat berjalan jika tidak ditopang oleh
ada sidang perkara korupsi yang memakan waktu profesionalisme aparat termasuk sarana dan
lebih dari enam jam. prasarana serta presepsi masyarakat terhadap
Penulis sempat melihat persidangan dalam hukum itu sendiri. Oalam konteks yang demikian
perkara yang mana penulis akan didengarkan sulit bagi kita untuk mendapat putusan pengadilan
keterangannya sebagai ahli, ketika pemeriksaan tindak pidana korupsi yang adil, bermanfaat dan
saksi fakta, banyak pertanyaan jaksa penuntut dapat menimbulkan efek jera.
umum maupun advokat yang sudah tidak fokus dan
mengulang­ngulang pertanyaan yang sudah 3. Menyikapi Putusan Bebas Pengadilan
ditanyakan sebelumnya oleh anggota tim yang lain. Tindak PidanaKorupsi
Hal ini mengakibatkan acap kali teguran keras dari Masih terkait putusan pengadilan tindak pidana
Ketua Majelis Hakim yang meminta para peserta korupsi, beberapa pengadilan tindak pidana korupsi
sidang agar konsen dengan jalannya persidangan di daerah menjatuhkan vonis bebas terhadap
sehingga tidak mengulang­ngulang pertanyaan terdakwa. Hal ini sempat menimbulkan polemik di
yang telah ditanyakan. media cetak dan elektronik terkait putusan bebas
Pengalaman ini menggambarkan betapa terdakwa korupsi. Ada media cetak yang
buruknya infra struktur Pengadilan Tindak Pidana memberitakan perihal tersebut dengan judul
Korupsi Jakarta yang sudah tentu sangat "Koruptor Divonis Bebas". Judul yang demikian,
mempengaruhi profesionalisme aparat penegak bombastis tetapi menyesatkan pembaca. Di satu
hukum yang terlibat dalam proses persidangan. sisi, koruptor berarti orang itu telah dinyatakan
Pengadilan yang demikian cenderung melanggar bersalah melakukan korupsi berdasarl<an putusan
hak asasi manusia. Tidak hanya melanggar hak­hak pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
terdakwa tetapi juga melanggar hak­hak para hakim, tetap, namun di sisi lain kok divonis bebas. Belum
jaksa penuntut umum dan advokat untuk lagi berbagai komentar yang mempertanyakan
menjalankan pekerjaan secara proporsioanl dan kredibilitas hakim pengadilan tindak pidana korupsi
profesional. Para hakim, jaksa dan advokat sampai pada wacana penghapusan pengadilan
bukanlah superman yang dapat berpikir jemih dalam tindak pidana korupsi di daerah. Berbagai polemik
situasi sidang yang sampai larut malam di tengah tersebut memberi kesan seolah pengadilan tindak
kelelahan, kejenuhan dan kepenatan berpikir pidana korupsi haram menjatuhkan putusan bebas.
terhadap sidang­sidang yang telah dilakukan Oalam konteks hukum pidana, mengadili suatu

59
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

perkara bukanlah pekerjaan mudah. Selain hukum dilatarbelakangi oleh praktek suap menyuap
berpegang pada alat bukti yang sah, hakim harus antara terdakwa dengan aparat penegak hukum.
mempunyai keyakinan atas kesalahan terdakwa. Lalu bagaimana kita menyikapi putusan bebas
Hal ini adalah konsekuensi dari sistem pembuktian pengadilan tindak pidana korupsi?
yang dianut yaitu negatief wettelijk beweijs theorie Pertama, tidak pertu dilakukan upaya hukum
atau teori pembuktian menurut undang­undang terhadap putusan tersebut. Selain KUHAP melarang
secara negatif. Artinya, hakim memutus perkara dengan tegas adanya upaya hukum apapun
haruslah berdasarkan alat bukti yang sah menurut terhadap putusan bebas, jika ada indikasi suap­
undang­undang ditambah dengan keyakinan hakim. me nyu ap dalam putusan bebas tersebut,
Oleh karena itu Pasal 183 KUHAP dengan tegas melakukan upaya hukum berarti memberi peluang
melarang untuk menjatuhkan pidana, jika suap­menyuap di peradilan tingkat atas. Kedua,
berdasarkan bukti minimum tidak menimbulkan para akademisi harus proaktif melakukan
keyakinan bagi hakim bahwa terdakwa bersalah. eksaminasi terhadap putusan bebas. Meskipun
Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa eksaminasi tidak akan berpengaruh terhadap
ada tiga kemungkinan putusan dalam perkara putusan, namun kasus tersebut dapat dikaji lebih
pidana, masing­masing adalah putusan bebas, mendalam. Sangat mungkin putusan bebas
putusan lepas dari segala tuntutan hukum dan dikarenakan jaks penuntut umum yang tidak
putusan berupa penjatuhan pidana. Dengan profesional dalam membuat dakwaan, atau hakim
menggunakan teori probabilitas, dua dari tiga yang tidak kredibel dalam mengadili atau kasus
kemungkinan putusan pengadilan pidana, terdakwa tersebut sengaja direkayasa. Kita tidak bisa
akan dinyatakan tidak bersalah. Artinya, probabilitas menafikkan bahwa banyak oknum polisi dan jaksa
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa jauh lebih yang bergerilya dengan isu pemberantasan korupsi
kecil dari ketiga kemungkinan tersebut. untuk merekayasa kasus dengan tujuan memeras
Kalau ada anggapan bahwa pengadilan lindak calon tersangka sembari mengejartarget perkara.
pidana korupsi harus menjatuhkan pidana kepada Jika hasil eksaminasi menunjukkan putusan
terdakwa korupsi, mada ada dua saran penulis: be bas akibat ketidakprofesionalan jaksa atau hakim,
Pertama, "Pengadilan Tindak Pidana Korupsi" maka harus diteliti lebih lanjut ada apa dibalik
diganti namanya menjadi "Penghukuman Tindak ketidakprofesionalan tersebut. Apakah semata­
Pidana Korupsi" sehingga hakim wajib menjatuhkan mata faktor kapasitas intelektual yang kurang
hukuman tergantung berat­ ringannya perbuatan memadai ataukah ada indikasi suap. Jika
terdakwa. Sebab kalau menggunakan istilah ketidakprofesionalan disebabkan kapasitas
"pengadilan", hakim harus melaksanakan fungsi intelektulal yang kurang memadai, usul konkritnya
mengadili sehingga ada konsekuensi terdakwa jaksa atau hakim tersebut diberhentikan dari
dinyatakan tidak bersalah sebagaimana dua dari pengadilan tindak pidana korupsi. Akan tetapi jika
tiga kemungkinan di atas. Kedua, saran penulis ketidakprofesionalan dikarenakan adanya indikasi
yang lebih ekstrim, pengadilan tindak pidana korupsi suap, maka lindakan hukum harus segera dilakukan
dibubarkan saja karena hanya menghabiskan dengan membuka perkara baru mengenai suap
waktu, tenaga dan biaya. Sudah cukup ketika menyuap antara aparat hukum dengan terdakwa
seseorang dinyatakan tersangka kasus korupsi dan bukan melakukan upaya hukum terhadap
langsung saja diputuskan dia harus mendekam putusan bebas.
berapa lama dalam penjara sesuai dengan bukti
yang dipeorleh. 4. Membangun Putusan Pengadihm Tindak
Terlepas dari kedua saran tersebut, kita pun Pidana Korupsi Di Masa Mendatang
tidak bisa menutup mata terhadap adanya aparat Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa
penegak hukum yang terjerembab dalam kubangan putusan pengadilan yang baik, disamping menjamin
mafia peradilan. Fenomena suap ­ menyuap di kepastian hukum, juga harus adil dan bermanfaat.
kalangan hakim, jaksa; polisi dan advokat ­ maat Beranjak dari ketiga hal tersebut, untuk membangun
ibarat kentut ­ baunya sangat busuk tetapi tidak putusan pengadilan tindak pidana korupsi di masa
kelihatan. Sehingga, sangatlah mungkin putusan mendatang perlu langkah­langkah sebagai berikut:
bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan Pertama, menata infra struktur pengadilan

60
Eddy 0. S Hiariej, Menyoal Putusan Pengadilan T,pikor

tindak pidana korupsi, terutama sarana dan sistem hukum sebagaimana yang dikemukakan
prasarana yang cukup memadai sehingga ada Friedman. Substansi hukum, struktur hukum dan
kenyamanan aparat penegak hukum, baik hakim, budaya hukum tentunya saling kait ­ mengkait
jaksa penuntut umum maupun advokat dalam antara satu dengan yang lain. Hukum yang baik
melakukan pekerjaan. Termasuk dalam sarana dan tidak akan dapat berjalan jika tidak ditopang oleh
prasaran yang memadai adalah pemanfaatan profesionalisme aparat termasuk sarana dan
teknologi informasi dan ketersediaan ruangan prasarana serta presepsi masyarakat terhadap
khusus bagi jaksa penuntut umum, advokat dan hukum itu sendiri. Dalam konteks yang demikian
terdakwa. sulit bagi kita untuk mendapat putusan
Kedua, manajemen peradilan yang baik. pengadilan tindak pidana korupsi yang adil,
Selain pengaturan jadwal persidangan, penentuan bermanfaat dan dapat menimbulkan efek jera.
dan oembagian majelis h2kim juga sangat penting 3. Terhadap putusan bebas Pengadilan Tindak
sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara Pidana f<orupsi perlu dilakukan eksaminasi. Jika
persidangan perkara yang satu dengan persidangan hasil eksaminasi menunjukkan putusan bebas
perkara yang lain. Seringkali persidangan suatu akibat ketidakprofesionalan jaksa atau hakim,
perkara korupsi harus ditunda berjam­jam karena maka harus diteliti lebih lanjut ada apa dibalik
salah satu hakim akan mengadili, sedang mengadili ketidakprofesionalan tersebut. Apakah semata­
perkara korupsi yang lain. mata faktor kapasitas intelektual yang kurang
Ketiga, ada penambahan hakim pengadilan memadai ataukah ada indikasi suap. Jika
tindak pidana korupsi pada pengad1lan­pengadilan ketidakprofesionalan disebabkan kapasitas
tindak pidana korupsi yang berdasarkan statistik intelektulal yang kurang memadai, usul
memiliki beban perkara yang sang at besar. konkritnya jaksa atau hakim tersebut
Keempat, ada tenggang waktu yang wajar diberhentikan dari pengadilan tindak pidana
antara tuntutan jaksa penuntut umum dan korupsi. Akan tetapi jika ketidakprofesionalan
pembelaan terdakwa dengan musyawarah hakim dikarenakan adanya inctikasi suap, maka
untuk mengambil putusan sehingga dlperoleh tindakan hukum harus segera dilakukan dengan
putusan yang benar­benar berkualitas. membuka perkara baru mengenai suap
Kelima, hakim yang mengadili suatu perkara menyuap antara aparat hukum dengan terdakwa
hanyalah berdasarkan fakta­fakta dan bukti di dan bukan melakukan upaya hukum terhadap
persidangan. Tegasnya, hakim dalam mengadili putusan bebas.
suatu perkara korupsi tidak boleh terpengaruh oleh 4. Untuk membangun putusan pengadilan tindak
opini publik. pidana korupsi di masa mendatang perlu
Keen3m, untuk menjaga orisinalitas putusan langkah­langkah sebagai berikut : (a} menata
pengadilan tindak pidana korupsi, sedapat mungkin infra struktur pengadilan tindak pidana korupsi,
akses terhadap putusan tersebut dapat diperoleh terutama sarana dan prasarana yar.g cukup
seketika saat putusan tersebut dibacakan. memadai sehingga ada kenyamanan aparat
penegak hukum, baik hakim, jaksa penuntut
C. Penutup umum maupun advokat dalam melakukan
Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya, pekerjaan: (b) manajemen peradilan yang baik;
penulis dapat menarik beberapa simpulan sebagai (c) penambahan hakim pengadilan tindak pidana
berikut: korupsl pada pengadilan­pengadilan tindak
1. Berdasarkan Konvensi PBB mengenai pidana korupsi yang berdasarkan statistik
Antikorupsi yang diratifikasi ke dalam Undang­ memiliki beban perkara yang sangat besar; (d)
Undang Nomor 7 Tahun 2006, secara implisit ada tenggang waktu yang wajar antara tuntutan
tindak pidana korupsi tidak lagi merujuk pada jaksa penuntut umum dan pembelaan terdakwa
keadilan retributif dalam hukum pidana tetapi dengan musyawarah hakim untuk mengambil
mengalami perubahan paradigma baru yaitu putusan sehingga diperoleh putusan yang benar­
keadilan korektif, rehabilitatif dan restoratif. benar berkualitas; (e) hakim yang mengadili
2. Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi suatu perkara hanyalah berdasarkan fakta­fakta
dapatlah dianalisis menurut bekerjanya suatu dan bukti di persidangan; (ij untuk manjaga

61
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

orisinalitas putusan pengadilan tindak pidana Penerbit E~angga.


korupsi, sedapat mungkin akses terhadap ____ , 'Menyikapi Putusan Bebas",
putusan tersebut dapat diperoleh seketika saat KOMPAS, 11 Desember2011
putusan tersebut dibacakan. ____ , "Infra Struktur Pengadilan Tipikor",
KOMPAS, 22 November 2012.
DAFTAR PUSTAKA Lafave Wayne R., 2010, Principles Of Criminal Law,
Second Edition, WEST A Thomson Reuters
Bentham Jeremy, 2006, Teori Perundang-Undangan Business.
: Prinsip-Prinsip Legislasi, Hukum Perdata Loewy Arnold, H., 1987, Criminal Law, St. Paul
Dan Hukum Pidana, Penerjemah Nurhadi, Minneshota: Nutshell Series of West
Bandung : Nuansa. Publishing Company.
Chazawi Adam, 2007, Pelajaran Hukum Pidana, Muladi dan Arief Barda Nawawi, 1992, Teori-Teori
Bagian 1, Jakarta : PT Raja Grafindo Dan Kebijakan Pidana, Bandung: Penerbit
Persad a. Alumni.
Friedman Lawrence M., 2010, American Law In The Sholehuddin M., 2004, Sistem Sanksi Dalam Hukum
2oth Century, New Haven dan London: Yale Pidana : Ide Dasar Double Track System &
University Press. lmplementasinya, Jakarta: PT Raja
Harkrisnowo Harkristuti, 2003, Rekonstruksi Grafindo Persada.
Konsep Pemidanaan : Suatu Gugatan Strang Heather & Braithwaite John (Editor), 2000,
Terhadap Proses Legislasi Dan Restorative Justice : Philosophy To
Pemidanaan Di Indonesia, Orasi Pada Practice, Asghate Dartmouth, Aldershot ­
Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap BuUington USA­Singapore­Sydney.
Dalam llmu Hukum Pidana Fakultas Hukum Vos H.B., 1950, Leerboek Van Nederlands
Universitas Indonesia, 8 Maret 2003. Strafrecht, Harleem: Derde Herziene Druk,
Hiariej Eddy O.S, 2009, Asas Legalitas & Penemuan H.D. Tjeenk Willink & loon N .V.
Hukum Dalam Hukum Pidana, Jakarta:

62

Anda mungkin juga menyukai