Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 3(3): 223-231

Mortalitas dan Tingat Eksploitasi Ikan Gabus (Channa striata) di Perairan


Rawa Aopa Watumohai Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan

[Mortality and Exploitation Rate of Striped Snakehead (Channa striata)


in Aopa Watumohai Swamp, District of Angata, South Konawe]

Wa Ode Cimiming Cia1, Asriyana2, Halili3


1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 Telp/Fax (0401)3193782
2
Surel: yanasri76@yahoo.com
3
Surel: halili_99@yahoo.com

Diterima: 30 April 2018, Disetujui: 27 Agustus 2018

Abstrak
Ikan gabus merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang hidup di perairan Rawa Aopa. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan bulan Mei sampai Juni 2017 dengan tujuan untuk menganalisis mortalitas dan tingkat eksploitasi ikan gabus.
Penangkapan ikan gabus dilakukan dengan menggunakan beberapa alat tangkap yaitu bubu, jaring, pancing, dan seser.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran frekuensi panjang ikan gabus didominasi oleh ukuran 321 – 368 mm untuk
ikan jantan dan ukuran 279 – 320 mm untuk ikan betina. Hubungan antara panjang dan bobot ikan gabus menunjukkan
pola pertumbuhan allometrik positif (ikan jantan) dan pertumbuhan isometrik (ikan betina). Parameter pertumbuhan
ikan gabus jantan mencapai panjang asimtotik lebih cepat (11 tahun) dibandingkan ikan betina (13 tahun). Mortalitas
ikan gabus diperairan rawa aopa didominasi oleh mortalitas akibat penangkapan (F = 0,927; 1,745;1,246 ) dari pada
kematian alami (M = 0,008;0,007;0,005 ). Tingkat eksploitasi ikan gabus di perairan ini tergolong dalam kategori
tangkap lebih (E = 0,9)

Kata kunci : ikan gabus, allometrik, issometrik, mortalitas, tangkap lebih.

Abstract
Striped snakehead is one of the economically important fish that live in of Aopa Swamp. This study was conducted in
May until June 2017 with the aim to determine mortality and the exploitation rate of striped snakehead. Fish samples
were caught using fish traps, nets, fishing rods and scope nets. The results showed that the length frequency distribution
is dominated by size of 321 - 368 mm for males and size of 195 - 423 mm for female fish. Weight length relationships
obtained striped snakehead have a positive allometric growth for males and isometric growth for female. Based on the
analysis of growth parameters striped snakehead showed that male fish reaches a length asymptotic lenght was faster (11
year) than those female (13 year). Estimation of striped snakehead mortality is dominated death from catching (F =
0,927;1,745;1,246) compared to natural mortality (M = 0,008;0,007;0,005). The exploitation rate of striped snakehead at
Aopa Swamp have been classified as high exploitation category (E = 0,9).

Keywords: striped snakehead, alometric, issometric, mortality, exploitation

Pendahuluan
Secara ekologi, ekosistem perairan penangkapan di alam. Meningkatnya
Taman Nasional Rawa Aopa menjadi habitat penangkapan ikan gabus di alam akan
berbagai jenis ikan air tawar. Salah satu mengakibatkan mortalitas dan eksploitasi
potensi yang dimanfaatkan oleh masyarakat ikan gabus semakin tinggi seiring dengan
adalah ikan gabus (C. striata). Ikan yang banyaknya kebutuhan masyarakat untuk
tergolong dalam karnivora ini memiliki nilai mengkonsumsi ikan gabus.
ekonomis tinggi, digemari oleh masyarakat, Dalam rangka merumuskan strategi
dan menjadi target penangkapan oleh pengelolaan sumber daya ikan gabus yang
nelayan. Ikan gabus baik dari ukuran benih tepat agar dapat dimanfaatkan secara
maupun ukuran dewasa dapat berkelanjutan perlu ketersediaan data dan
dimanfaatkan sehingga tingkat eksploitasi informasi yang cukup diantaranya
semakin meningkat. Kebutuhan ikan gabus mencakup aspek biologi dan ekologi. Salah
yang demikian besar masih tergantung dari satu data yang penting yang perlu diketahui
Mortalitas dan Tingat Eksploitasi Ikan Gabus

sebagai bahan masukan dalam pengaturan Ikan yang diteliti sebanyak hasil tangkapan
dan pengelolaan potensi sumberdaya yaitu pada keempat alat tangkap. Ikan yang
aspek dinamika populasi, antara lain diperoleh dari hasil tangkapan dikumpulkan
mencakup parameter mortalitas dan tingkat dan ditentukan jenis kelaminnya dengan cara
eksploitasi. melihat bentuk morfologi seperti bentuk
Sejauh ini penelitian mengenai ikan kepala, warna tubuh, dan lubang genital.
gabus telah banyak dilakukan di perairan Setelah itu dihitung jumlahnya, kemudian
Rawa Aopa lokasi dengan membahas sampel ikan diukur panjang dan berat
beberapa aspek diantaranya kelimpahan dan totalnya.
distribus (Marhana dkk., 2017); dan
parameter pertumbuhan dan produktivitas
(Taufikir dkk., 2017). Namun untuk
penelitian mortalitas dan tingkat eksploitasi
ikan gabus di perairan Rawa Aopa sejauh ini
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,
sangat penting dilakukan kajian ilmiah
melalui penelitian tentang mortalitas dan
tingkat eksploitasi ikan gabus di perairan
Rawa Aopa.

Bahan dan Metode


Penelitian ini berlokasi di Perairan
Rawa Aopa Watumohai Kecamatan Angata
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Kabupaten Konawe Selatan yang
dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan
Mei sampai Juni 2017, yang meliputi survei
Sebaran Frekuensi Panjang
lokasi, pengambilan data, analisis data,
Analisis sebaran frekuensi panjang ikan
pengolahan data, dan penyusunan hasil
diketahui dengan cara :
penelitian. Variabel dalam penelitian terdiri
a. Data ukuran panjang dikelompokkan ke
dari variabel utama meliputi data panjang
dalam kelas-kelas panjang.
dan berat total ikan, dan variabel pendukung
Pengelompokan kerang ke dalam kelas-
meliputi data suhu rata-rata tahunan perairan
kelas panjang dilakukan dengan
Rawa Aopa
menetapkan terlebih dahulu “range”
Lokasi pengambilan sampel dilakukan
atau wilayah kelas dan batas-batas kelas
di perairan Rawa Aopa Watumohai
panjang berdasarkan jumlah yang ada.
Kecamatan Angata Kabupaten Konawe
Selatan mengikuti lokasi pengoperasian alat b. Pembagian selang kelas ukuran panjang
tangkap yang dilakukan oleh nelayan dilakukan dengan cara 1 + 3,3 Log N,
ditentukan tiga titik pengambilan sampel sedangkan untuk lebar selang (Pmaksimum
yaitu lokasi I Ssecara geografis terletak pada – Pminimun) dibagi dengan jumlah selang
titik koordinat 4° 7' 7,71"LS, 122° 3' kelas yang sudah diperoleh sebelumnya
54,74" BT. Berada pada bagian hulu rawa. c. Data di plotkan ke dalam grafik yang
Lokasi II, secara geografis terletak pada titik menghubungkan antara panjang ikan
koordinat 4° 6' 35,38" LS, 122° 5'32,65" gabus (L) pada kelas-kelas panjang
BT. Berada pada bagian tengah dekat tertentu dengan jumlah kerang pada
pemukiman warga. Lokasi III, secara kelas panjang tertentu tersebut.
geografis terletak pada titik koordinat 4° 6' (Sudjana, 1996)
15,85" LS, 122° 5' 29,61" BT. Berada
berada pada bagian hilir rawa. Hubungan Panjang Berat
Pengambilan sampel ikan gabus Analisis hubungan panjang berat ikan
dilakukan melalui penangkapan langsung di bertujuan untuk mengetahui pola
perairan Rawa Aopa menggunakan beberapa pertumbuhan ikan. Hubungan panjang berat
alat tangkap yaitu bubu, seser, jaring, dan ikan diketahui menggunakan persamaan
pancing. Pengambilan data dilakukan selama Effendie (1979) :
dua bulan sebanyak delapan kali sampling. W = aLb

224
Cia dkk.,

Keterangan: L : panjang maksimum


W : Berat tubuh ikan (g) K : koefisien pertumbuhan
L : Panjang ikan (mm) T : suhu rata-rata tahunan
a dan b : konstanta
Mortalitas Penangkapan (F)
Pertumbuhan Nilai tingkat mortalitas penangkapan
Plot Ford‐Walford merupakan salah (F) diperoleh dari hubungan Z = F + M,
satu metode paling sederhana dalam yaitu:
menduga persamaan pertumbuhan von F=Z–M
Bertalanffy dengan interval waktu Keterangan :
pengambilan contoh yang sama F : mortalitas penangkapan
Lt = L∞ ( 1 – exp [– K ( t-t0)]) Z : mortalitas total
Keterangan : M : mortalitas alami
Lt : panjang ikan pada saat umur t (satuan
waktu) Tingkat Eksploitasi (E)
L∞ : panjang maksimum secara teoritis Penentuan tingkat eksploitasi (E)
(panjang asimtotik) diperoleh dari rumus:
K : koefisien pertumbuhan E = F/ Z
t : umur kerang pada saat Lt Keterangan :
t0 : umur teoritis pada saat panjang sama E : status eksploitasi
dengan nol. F : keofisien kematian penangkapan
Z : mortalitas total
Mortalitas Total (Z) Dengan asumsi bahwa nilai optimum F
Mortalitas total (Z) merupakan tingkat dari stok ikan yang dieksploitasi adalah
penurunan individu secara eksponensial sebanding dengan mortalitas alaminya (M),
berdasarkan waktu sebagai akibat dari maka eksploitasi optimum yang diharapkan
mortalitas penangkapan (F) dan mortalitas adalah sama dengan 0,5.
alami (M), mengikuti persamaan :
Z=F+M
Keterangan: Hasil dan Pembahasan
Z : mortalitas total Jumlah ikan gabus yang tertangkap
F : mortalitas penangkapan selama penelitian sebanyak 307 ekor terdiri
M : mortalitas alami dari 155 ekor jantan dan 152 ekor betina.
Panjang total ikan gabus jantan berkisar 184
Mortalitas Alami (M) – 540 mm dan berat total 46-1384 g
Mortalitas alami (M) diduga dengan sedangkan panjang total ikan gabus betina
metode persamaan empiris Pauly (1983) berkisar 184 – 423 mm dan berat total 54-
dengan rumus : 689 g. Sebaran frekuensi panjang ikan jantan
Log M = -0,0066 – 0,279 log L+ 0,6543 log didominasi oleh ukuran 321-368 mm (32,4%)
K + 0,463* log T sedangkan ikan gabus betina selama
Keterangan : penelitian didominasi oleh ukuran 279-320
M : mortalitas alami (35,5%) (Tabel 1 dan 2).

Tabel 1. Sebaran frekuensi panjang ikan gabus jantan selama periode penelitian
No. Selang Kelas (mm) Frekuensi (ind.) Persentase (%)
1. 184-210 5 3,2
2. 211-242 15 9,7
3. 243-278 26 18,6
4. 279-320 35 22,6
5. 321-368 53 34,2
6. 369-423 14 9,0
7. 424-487 4 2,6
8. 489-540 3 1,9

225
Mortalitas dan Tingat Eksploitasi Ikan Gabus

Tabel 2. Sebaran frekuensi panjang ikan gabus betina selama periode penelitian
No. Selang Kelas (mm) Frekuensi (ind.) Persentase (%)
1. 184-210 6 3,9
2. 211-242 14 9,2
3. 243-278 31 20,4
4. 279-320 54 35,5
5. 321-368 31 30,4
6. 369-423 16 10,5
7. 423-478 0 0,0
8. 479-540 0 0,0

Tabel 3. Hasil pengamatan hubungan panjang bobot ikan gabus


No. Jenis Kelamin b r Thit Ttab Keterangan
1. Jantan 3,057 0,93 3,89079 < 1,97539 Isometrik
2. Betina 3,217 0,96 0,63318 > 1,97149 Allometrik positif

Hubungan Panjang Bobot yang menentukan pertumbuhan dan kondisi


Analisis hubungan antara panjang dan ikan. Ikan sepat (T. pectoralis) dan ikan
bobot tubuh menunjukkan bahwa ikan gabus tawes (B. gonionotus) merupakan makanan
memiliki pertumbuhan allometrik positif utama ikan gabus yang memiliki kelimpahan
untuk ikan jantan dan pertumbuhan isometrik cukup tinggi di perairan Rawa Aopa
untuk ikan betina (Tabel 3). Hubungan (Wulandari, 2017).
panjang dan berat ikan gabus ditentukan
untuk mengetahui gambaran pola 100
pertumbuhan ikan gabus apakah tergolong
isometrik atau allometrik. Pertumbuhan ikan 80 W = 0,000006L3.057
Bobot (g)

umumnya ditunjukkan oleh penambahan 60 R² = 0.875


r= 0,93
panjang dan berat ikan (Mutmainnah, 2013). 40 n=155
Pola pertumbuhan ikan gabus jantan di jantan
20
perairan Rawa Aopa adalah isometrik (b = 3)
artinya pertambahan panjang seimbang 0
dengan pertambahan bobot tubuh dan ikan 0 200 400 600
betina allometrik positif (b > 3) artinya Panjang (mm)
pertambahan berat lebih cepat dari pada
pertumbuhan panjang. Perbedaan pola 100
pertumbuhan tersebut ditunjukkan oleh 80
perbedaan nilai konstanta b pada kedua jenis
Bobot (g)

60
kelamin. Nilai konstanta b ikan betina lebih
besar dibandingkan dengan ikan jantan hal 40
ini disebabkan oleh ikan gabus betina yang 20
tertangkap sebagian besar terdiri dari ikan-
0
ikan yang sedang matang gonad sehingga
0 200 400 600
berpengaruh pada bobot tubuh. Sesuai
dengan pernyataan Arzita dkk. (2012) bahwa Panjang (mm)
terdapat hubungan antara kondisi ikan yang
matang gonad dan bobot tubuh ikan dimana Gambar 2. Hubungan panjang dan bobot
bobot tubuh akan bertambah seiring tingkat ikan gabus jantan dan betina
kematangan gonad.
Secara umum, nilai b dapat Ketersediaan makanan yang melimpah
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar tersebut menyebabkan kebutuhan pakan
seperti ketersediaan makanan dan parameter alami ikan gabus terpenuhi sehingga
perairan seperti suhu. Menurut Arzita dkk. berpengaruh pada konstanta b ikan gabus.
(2012) makanan bagi ikan merupakan faktor Hal ini didukung dengan pernyataan dari

226
Cia dkk.,

Nurdawati dkk. (2007) bahwa banyak pertumbuhan dan penambahan berat


terdapat ikan-ikan kecil dari family sedangkan selebihnya untuk tenaga,
Cyprinidae yang merupakan pakan alami dari pematangan gonad, dan perbaikan sel.
kelompok ikan gabus yang seluruhnya Berdasarkan kurva pertumbuhan
merupakan ikan karnivora sehingga ikan gabus selama penelitian (Gambar 2)
menyebabkan populasi ikan gabus yang memperlihatkan bahwa pertumbuhan ikan
hidup di perairan ini berukuran besar. gabus jantan lebih cepat dibandingkan
Grafik hubungan panjang dan bobot dengan ikan gabus betina yang
ikan gabus jantan dan betina selama mengindikasikan bahwa ikan jantan lebih
penelitian di perairan Rawa Aopa tertera cepat mencapai panjang maksimum.
pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan Analisis parameter pertumbuhan diperoleh
antara ikan gabus jantan dan betina memiliki bahwa ikan gabus jantan mencapai panjang
pola pertumbuhan yang berbeda. maksimum pada ukuran 591,0 mm dan ikan
betina pada ukuran 522,0 mm. Ketika
Pertumbuhan ukuran ikan mencapai panjang maksimum
Berdasarkan hasil analisis parameter (L ∞) secara teoritis bertambahan ukuran
pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai panjang akan berhenti meskipun umurnya
koefisien pertumbuhan (K) ikan gabus jantan terus bertambah. Setelah mencapai panjang
mempunyai laju yang lebih cepat bila maksimum, ukuran panjang ikan gabus tidak
dibandingkan dengan ikan gabus betina. bertambah lagi. Energi yang diperoleh dari
Dalam hal ini menandakan bahwa ikan gabus makanan tidak lagi digunakan untuk
jantan lebih cepat mencapai panjang pertumbuhan akan tetapi terdistribusi untuk
maksimum dibandingkan dengan ikan gabus metabolisme dan pemeliharaan organ-organ
betina. Hal ini disebabkan oleh ikan gabus dalam tubuh (Syahrir, 2013).
betina dewasa menggunakan sebagian besar Pertumbuhan ikan gabus pada setiap
energinya untuk perkembangan gonad hingga perairan akan berbeda, banyak faktor yang
pada tahap memijah, sehingga energi yang memengaruhi perbedaan pertumbuhan ikan
diperoleh dari pakan tidak semua diantaranya adalah perbedaan habitat,
dialokasikan untuk pertumbuhan. Sesuai kebiasaan makan, aktivitas ikan, musim,
dengan pernyataan Rapi dan Hidayani (2016) suhu, ketersediaan makanan, dan tingkat
bahwa tidak semua makanan yang trofik. Pertumbuhan ikan gabus di beberapa
dikonsumsi oleh ikan sepenuhnya lokasi menunjukkan hasil yang tidak jauh
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Dari berbeda dengan hasil yang diperoleh dari
sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan perairan Rawa Aopa.
kurang lebih 10% saja yang digunakan untuk

Tabel 4. Parameter Pertumbuhan ikan gabus jantan dan betina selama periode penelitian di perairan
Rawa Aopa
Parameter Pertumbuhan
Jenis Kelamin
K L∞ t0
Jantan 0,61 591,4 0,84
Betina 0,42 522,0 0,55

Tabel 6. Pertumbuhan ikan gabus di beberapa lokasi


No. Famili L∞ K Lokasi Pustaka
1 Channidae 722,8 1,36 Sungai Musi Makmur, 2003
2 Channidae 729,8 0,36 Lubuk Lampam Fahmi dkk. 2013
3 Channidae 575,9 0,17 Rawa Banjiran Nurdawati dkk. 2014

227
Mortalitas dan Tingat Eksploitasi Ikan Gabus

650
600
550
500
450

Lt (mm)
400
350 ............ Betina
300
250 Jantan
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
Umur (Tahun)

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan ikan gabus selama periode penelitian di perairan Rawa Aopa

Berdasarkan hasil pengelompokkan jantan lebih cepat mencapai panjang


kedalam kelas panjang didapatkan 8 kelas maksimum dibandingkan dengan ikan gabus
ukuran ikan jantan, kelompok ukuran yang betina. Hal ini disebabkan oleh ikan gabus
paling mendominasi adalah 321-368 mm. betina dewasamenggunakan sebagian besar
Begitu pula dengan ikan gabus betina energinya untuk perkembangan gonad hingga
didapatkan 8 kelas ukuran dengan kelas yang pada tahap memijah, sehingga energi yang
paling mendominasi adalah 279-320 mm. diperoleh dari pakan tidak semua
Banyaknya ukuran yang mendominasi dapat dialokasikan untuk pertumbuhan. Sesuai
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dengan pernyataan Rapi dan Hidayani (2016)
adalah ukuran mata jaring, waktu bahwa tidak semua makanan yang
pengoperasian, dan lokasi penangkapan. Hal dikonsumsi oleh ikan sepenuhnya
ini sesuai dengan pernyataan Sriwidodo dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Dari
(2013) bahwa ukuran ikan mendominasi sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan
dapat disebabkan oleh ketersediaan makanan, kurang lebih 10% saja yang digunakan untuk
waktu sampling yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan penambahan berat
sebaran ukuran ikan, dan penggunaan alat sedangkan selebihnya untuk tenaga,
tangkap. Sebaran frekuensi panjang yang pematangan gonad, dan perbaikan sel.
ditemukan dalam penelitian ini tidak jauh Berdasarkan kurva pertumbuhan ikan
berbeda dengan Marhana dkk. (2017) di gabus selama penelitian (Gambar 2)
perairan Rawa Aopa yaitu berkisar antara memperlihatkan bahwa pertumbuhan ikan
154 – 441 mm dan didominasi oleh ukuran gabus jantan lebih cepat dibandingkan
282 – 311 mm dan ukuran 312 – 344 mm. dengan ikan gabus betina yang
Kurva pertumbuhan ikan gabus selama mengindikasikan bahwa ikan jantan lebih
penelitian di perairan Rawa Aopa dapat cepat mencapai panjang maksimum. Analisis
dilihat pada Gambar 2. Pertumbuhan ikan parameter pertumbuhan diperoleh bahwa
gabus jantan lebih cepat dibandingkan ikan gabus jantan mencapai panjang
dengan ikan gabus betina yang maksimum pada ukuran 591,0 mm dan ikan
mengindikasikan bahwa ikan jantan lebih betina pada ukuran 522,0 mm. Ketika ukuran
cepat mencapai panjang maksimum saat ikan mencapai panjang maksimum (L∞)
umur 11 tahun sedangkan ikan betina secara teoritis bertambahan ukuran panjang
mencapai panjang maksimum saat umur 13 akan berhenti meskipun umurnya terus
tahun. bertambah.Setelah mencapai panjang
Berdasarkan hasil analisis parameter maksimum, ukuran panjang ikan gabus tidak
pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai bertambah lagi. Energi yang diperoleh dari
koefisien pertumbuhan (K) ikan gabus jantan makanan tidak lagi digunakan untuk
mempunyai laju yang lebih cepat bila pertumbuhan akan tetapi terdistribusi untuk
dibandingkan dengan ikan gabus betina. metabolisme dan pemeliharaan organ-organ
Dalam hal ini menandakan bahwa ikan gabus dalam tubuh (Syahrir, 2013).

228
Cia dkk.,

Pertumbuhan ikan gabus pada setiap Aopa adalah 28,5 (Sugiarto dkk., 2013).
perairan akan berbeda, banyak faktor yang Nilai suhu rata-rata perairan Rawa Aopa ini
memengaruhi perbedaan pertumbuhan masih dalam kategori suhu yang disukai oleh
ikandiantaranya adalah perbedaan habitat, ikan gabus. Hal ini sesuai dengan pernyataan
kebiasaan makan, aktivitas ikan, musim, Wahyu (2015) yang melakukan kegiatan
suhu, ketersediaanmakanan, dan tingkat budidaya ikan gabus dan Syafei dkk. (1995)
trofik. Pertumbuhan ikan gabus di beberapa yang melakukan penelitian di perairan umum
lokasi menunjukkan hasil yang tidak jauh Jambi. Keduanya melaporkan bahwa ikan
berbeda dengan hasil yang diperoleh dari gabus hidup pada kondisi perairan yang
perairan Rawa Aopa. mempunyai suhu sekitar 26,5–31,5 0C. Ikan
gabus merupakan ikan yang memiliki
Mortalitas dan Tingkat Eksploitasi kemampuan toleransi tinggi terhadap kondisi
Tingkat mortalitas ikan gabus dianalisis lingkungan. Perubahan kondisi perairan yang
menggunakan persamaan Beverton and Holt ekstrim tidak memberikan dampak yang
berbasis data panjang. Analisis mortalitas besar terhadap kelangsungan hidupnya. Ikan
pada ketiga titik lokasi pengambilan sampel gabus mampu beradaptasi terhadap
menunjukkan bahwa kematian ikan gabus lingkungan perairan yang kekurangan
lebih dominasi oleh kematian akibat oksigen serta tahan terhadap kekeringan,
penangkapan. Hal ini berarti bahwa kematian menyelamatkan diri dengan cara mengubur
ikan gabus di perairan Rawa Aopa lebih diri dalam lumpur. Hal ini dikarenakan ikan
banyak disebabkan oleh faktor penangkapan gabus memiliki alat pernapasan tambahan
daripada kematian ikan karena faktor alam. pada bagian insangnya (Suwandi dkk., 2014).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Taufikir Ikan gabus memiliki kemampuan bernapas
dkk. (2017) bahwa kematian ikan gabus di langsung dari udara sehingga memiliki
perairan Rawa Aopa adalah didominasi oleh tingkat mortalitas alami yang rendah, kondisi
kematian penangkapan. Nilai kematian ini menjadi keuntungan komersial dalam
penangkapan kemudian akan berpengaruh proses transportasi ikan gabus dalam
terhadap tingkat pemanfaatan ikan gabus bertahan hidup (Listyanto dan Adriyanto,
pada nilai tingkat eksploitasi. 2009).
Nilai mortalitas penangkapan yang Hasil yang diperoleh dari tingkat
diperoleh sejalan dengan nilai tingkat eksplotasi pada tiga titik lokasi pengambilan
eksplotasi. Tingkat eksploitasi ikan gabus sampel menunjukkan bahwa tingkat
sudah masuk dalam kategori over fishing pemanfaatan ikan gabus sudah melebihi batas
yang disebabkan oleh aktivitas penangkapan optimum (over fishing). Hal ini sesuai dengan
secara intensif dengan jumlah alat tangkap kondisi yang terjadi di lokasi penelitian.
yang digunakan dalam jumlah yang cukup Hasil wawancara dengan beberapa nelayan
banyak. Tingginya laju mortalitas menyatakan bahwa ikan gabus merupakan
penangkapan dan menurunnya laju salah satu ikan yang banyak tertangkap dan
mortalitas alami juga dapat mengindikasikan menjadi target utama tangkapan nelayan.
bahwa telah terjadinya kondisi growth Beberapa penelitian mengenai
overfishing yaitu sedikitnya jumlah ikan tua mortalitas dan eksploitasi ikan gabus
karena ikan muda tidak sempat tumbuh dibeberapa perairan yang berbeda juga
akibat tertangkap. menunjukkan hasil yang sama dimana tingkat
Mortalitas alami erat kaitanya dengan pemanfaatan ikan gabus sudah tergolong
suhu perairan. Suhu rata-rata perairan Rawa dalam kategori over fishing.

Tabel 6. Mortalitas dan tingkat eksploitasi ikan gabus selama periode penelitian
Mortalitas Tingkat
No. Lokasi Eksploitasi
Total (Z) Alami (M) Penangkapan (F)
(E)
1. Titik 1 0,9349 0,008 0,927 0,991
2. Titik 2 1,7519 0,007 1,745 0,996
3. Titik 3 1,2511 0,005 1,246 0,996

229
Mortalitas dan Tingat Eksploitasi Ikan Gabus

Tabel 7. Mortalitas dan tingkat eksploitasi ikan gabus dibeberapa lokasi


No. Family Z M F E Lokasi Pustaka
1. Channidae 1,72 0,73 0,99 0,58 Lubuk Fahmi dkk.
Lampam 2013
2. Channidae 0,76 0,25 0,51 0,67 Rawa Nurdawati dkk. 2007
Banjiran

Pengelolaan Sumber Daya Ikan Gabus Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan.
Salah satu hal penting yang perlu Yayasan Pustaka Nusatama.
diperhatikan dalam upaya pengelolaan ikan Yogyakarta.163 hal.
gabus adalah sebagian ikan yang tertangkap Fahmi, Z., Nurdawati, S., Supryadi, F. 2013.
selama penelitian merupakan ikan yang Growth and Eksploitation Status
belum atau sedang dalam proses memijah. (Channa striata Bloch 1793) in
Kondisi seperti ini tidak memberikan Lubuk Lampam Floodplain South
kesempatan untuk ikan bereproduksi dan Sumatera. Indonesian Fisherish
dapat mengurangi populasi ikan disuatu Responsible Journal. 19(1):1– 7
perairan. Maka upaya pengaturan ukuran Listyanto, N., Adriyanto, S. 2009. Ikan
ikan gabus yang tertangkap sangat perlu Gabus (Channa Striata) Manfaat
dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian Pengembangan dan Alternatif
ikan gabus terutama yang sedang melakukan Teknik Budidaya. Media Akuakultur.
pemijahan. Intensitas penangkapan juga perlu 4(1):18-25
dibatasi agar tidak mengarah pada Makmur, S. 2003. Fekunditas dan Diameter
recruitmen overfishing yaitu apabila kegiatan Telur Ikan Gabus (Channa striata
perikanan banyak menangkap ikan-ikan BLOCH) di Daerah Banjiran Sungai
yang sedang matang gonad sehingga tidak Musi Sumatera Selatan. Jurnal
memberikan kesempatan untuk ikan Perikanan. 8(2) : 254 – 259.
melakukan reproduksi (Saputra dkk., 2009). Marhana, W.O., Asriyana, Halili. 2017.
Kelimpahan dan Distribusi Ikan
Simpulan Gabus (Channa striata) di perairan
Ikan gabus di perairan Rawa Aopa Rawa Aopa Watumohai Desa
didominasi oleh ukuran sedang yaitu ukuran Pewutaa Kecamatan Angata
321-368 mm (34,2% = jantan) dan ukuran Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
279-320 mm (35,5 % = betina). Pola Manajemen Sumber Daya Perairan.
pertumbuhan menunjukkan allometrik positif 2(3):225–234
(jantan) dan isometrik (betina). Ikan gabus Mutmainah, D. 2013. Hubungan Panjang
jantan lebih cepat mencapai panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Gabus
asimtotik (11 tahun) dibandingkan ikan (Channa striata, Bloch. 1793) yang
betina (13 tahun) dengan kecepatan Dibesarkan di Rawa Lebak, Provinsi
pertumbuhan 0, 61 (jantan) dan 0,42 (betina). Sumatera Selatan. Jurnal Depik. 2
Mortalitas ikan gabus diperairan Rawa Aopa (3):184–190.
didominasi oleh mortalitas akibat Nurdawati, S., Rais, A.H., Supriyadi, F.
penangkapan (F = 0,927; 1,745; 1,246) dari 2014. Pendugaan Parameter
pada kematian alami (M = 0,008; 0,007; Pertumbuhan, Mortalitas dan Ukuran
0,005 ). Tingkat eksploitasi ikan gabus di Pertama Matang Gonad Ikan Gabus
perairan ini berada dalam kategori tangkap (Channa striata) di Rawa Banjiran
lebih (E = 0,9). Sungai Musi. Bawal. 6 (3): 127–136
Nurdawati, S., Husnah, Asyari, Prianto, E.
Daftar Pustaka 2007. Fauna Ikan di Perairan Danau
Arzita, Syandri, H., Nugrohoe, E., Dahelmi, Rawa Gambut di Barito Selatan
dan Syaifullah. 2012. Fekunditas, Kalimantan Tengah. Jurnal
Diameter Telur, dan Makanan Ikan Ikhtiologi Indonesia. 7(2):89–79
Bujuk (Channa Lucius Cuvier) Pada Pauly, D. 1984. Some Simple Methods for
Habitat Perairan Berbeda. Jurnal the Assessment of Tropical Stocks.
akuakultur. 7 (3): 381 – 392.

230
Cia dkk.,

FAO Fisheries Technical Paper 234,


1–52.
Rapi, N.L., Hidayani, M.T. 2016.
Pertumbuhan dan Mortalitas Ikan
Tawes (Barbonymus gonionotus) di
Danau Sidenreng Kabupaten Sidrap.
Jurnal Balik Diwa. 7(2):53– 57.
Saputra, S.W., P. Soedarsono dan G.A.
Sulistyawati. 2009. Beberapa Aspek
Biologi Ikan Kuniran (Upeneus spp)
di Perairan Demak. Jurnal Saintek
Perikanan. Universitas Diponegoro.
Semarang. 5 (1):1-6
Sriwidodo, D.E.W, Budiharjo A, Sugiyarto.
2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di
Kawasan Inlet dan Outlet Waduk
Gajah Mungkur Wonogiri Jawa
Tengah. Bioteknologi 10: 43-50.
Sugiarto, D.P., Gandasasmita, K. Syaufina L.
2013. Analisis Resiko Kebakaran
Hutan dan Lahan di Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai dengan
Pemanfaatan Pemodelan Spasial.
Globe. 15(1):68-76.
Sudjana, 1996. Metode statistika. Tarsito.
Bandung.
Suwandi, R., Nurjanah, dan Winem, M.
2014. Proporsi Bagian Tubuh dan
Kadar Proksimat Ikan Gabus pada
Berbagai Ukuran. JPHPI. 17(1):22-
28.
Syafei, D.S., B.B.A. Malik., Suherman,
Asnati.1995. Pengenalan Jenis-jenis
Ikan di Perairan Umum. Dinas
Perikanan Provinsi Jambi. Hal. 36-
38.
Syahrir, M. 2013. Kajian Aspek
Pertumbuhan Ikan di Perairan
Pedalaman Kabupaten Kutai Timur.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 18
(2): 8-13. ISSN 1402–2006.
Taufikir, Asriyana, dan Irawati. 2017.
Produktivitas Ikan Gabus (Channa
Striata) di Perairan Rawa Aopa
Watumohai. Skripsi. Universitas
Halu Oleo. Kendari.
Wahyu. 2015. Respon Fisiologi Juvenil Ikan
Gabus (Channa striata) pada
Transformasi Sistem Tertutup. Tesis.
IPB.
Wulandari, K. 2017. Struktur Komunitas
Ikan di Perairan Rawa Aopa
Watumohai Kecamatan Angata
Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi.
Universitas Halu Oleo. Kendari.

231

Anda mungkin juga menyukai