Anda di halaman 1dari 6

INDOPOST : BERITA “AHOK GANTIKAN MA’RUF?

PADA dasarnya kode etik jurnalistik wartawan media online (media


siber, cyber media) sama dengan kode etik jurnalistik yang sudah ada selama
ini –Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ PWI), Kode
Etik Jurnalis Independen (AJI), dan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
Dewan Pers.

Namun, mengingat format dan karakteristik media online berbeda dengan


media cetak, maka Dewan Pers secara khusus menyusun Kode Etik
Jurnalistik Media Online berupa Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS)
atau Cyber Media News Coverage Guidlines dalam bahasa Inggris.

PPMS dibuat dan ditetapkan oleh Dewan Pers di Jakarta 3 Februari 2012.


PPMS berlaku atas semua media siber (cyber media, media online) yang
melakukan tugas-tugas jurnalistik.
Pedoman Pemberitaan Media Siber terdiri dari sembilan bagian yang disusun agar media
siber dalam pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak,
dan kewajibannya sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode
Etik Jurnalistik (Pedoman Pemberitaan Media Siber dalam Nasrullah, 2017: 133).

Margianto (2012: 6) mengatakan bahwa media siber kerap menyampaikan informasi yang
belum final terverifikasi kepada masyarakat luas sehingga terkadang menimbulkan
mispersepsi dan misinterpretasi fakta dengan mengatasnamakan kecepatan, jumlah halaman
berita, dan pertumbuhan bisnis. Laporan keluhan yang dilayangkan kepada Dewan Pers
mengenai pemberitaan di media massa siber jumlahnya terus meningkat. Letak kesalahan
cenderung lebih banyak disebabkan oleh masalah akurasi informasi yang disampaikan
lembaga media siber. Fenomena pelanggaran kode etik demi kecepatan ini sering dijumpai
pada media siber sekarang. Hasil Survei Indeks Kemerdekaan Pers Indonesia (Dewan Pers,
2018) menyatakan indikator etika pers masuk dalam kategori sedang (67,27), menunjukkan
sedikit kenaikan dibanding tahun 2017 (66,53). Dengan posisi sedang ini menunjukkan
kepatuhan wartawan terhadap kode etik masih rendah. Wartawan sering mengutip rilis tanpa
menyebutkan sumber atau tanpa pengayaan.

Wartawan sering mengutip rilis tanpa menyebutkan sumber atau tanpa pengayaan. Terutama
bagi wartawan

siber, berita rilis sangat laku karena ada desakan atau tugas mencari berita sebanyak-
banyaknya.

Selain mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik, praktisi media siber juga harus mengacu pada Pedoman Pemberitaan Media Siber
yang diterbitkan dan ditandatangani oleh perwakilan organisasi media, pimpinan media siber
dan Dewan Pers di Jakarta pada 3 Februari 2012 (Nasrullah, 2017: 132). Dilihat dari situs
resmi Dewan Pers (https://dewanpers.or.id), Pedoman Pemberitaan Media Siber memiliki 9
butir isi. N

emerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi


manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah
sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna
memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia
juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers


menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional
dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk


memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam
menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta
profesionalisme

PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER


Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar
pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi,
hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama
organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun Pedoman
Pemberitaan Media Siber sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup

a. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana


internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan
UndangUndang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan
Pers.

b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang
dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel,
gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat
pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan
bentuk lain.

2. Verifikasi dan keberimbangan berita


1. Verifikasi dan Keberimbangan Berita Verifikasi

pemberitaan perlu dilakukan terhadap informasi-informasi yang didapat untuk memenuhi


prinsip akurasi. Selain itu, keberimbangan berita atau cover both side juga menjadi suatu
keharusan dalam setiap pemberitaan.
Kabar WNI yang tewas tertembak di kerusuhan Mesir tidak nyata dan tidak
mengandung kebernaran. Peristiwa tersebut tidak benar-benar nyata.
Detik.com tidak melakukan verifikasi sebelum berita tersebut di publikasikan.
Sumber yang digunakan dalam berita tersebut pun merupakan sumber yang
lemah dan tidak kredible karena hanya mengambil dari sebuah grup dari
Facebook. Seharusnya dilakukan uji informasi terlebih dahulu yang artinya
check dan recheck tentang kebenaran informasi. Sedangkan Detik.com
melakukan uji kebenaran informasi ke Kementerian Luar Negeri Justru
dilakukan setelah berita dimuat.

a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.

b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita
yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.

c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:


1) Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat
mendesak;
2) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan
identitasnya, kredibel dan kompeten;
3) Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan
atau tidak dapat diwawancarai;
4) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut
masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu
secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di
dalam kurung dan menggunakan huruf miring.

d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan
upaya verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan
pada berita pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang belum
terverifikasi.

3. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)

a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi


Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 40
tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara
terang dan jelas.

b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi


keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat
mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna. Ketentuan
mengenai log-in akan diatur lebih lanjut.

c. Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi


persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan:
1) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;

Dalam hal ini, detik.com tidak melanggar isi pengguna pada C nomor 1
tentang tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Karena menurut
pasal 4 KEJ bihing berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai fakta. Disini detik.com tidak
mengathui bahwa kabar tewasnya WNI di kerusuhan Mesir merupakan kabar
bohong.
2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait
dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan
tindakan kekerasan;
3) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin
dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit,
cacat jiwa, atau cacat jasmani.

d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus


Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c).

e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan


Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c). Mekanisme
tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses
pengguna.

f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi


setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir
(c), sesegera mungkin secara proporsional selambat-lambatnya 2 x 24 jam
setelah pengaduan diterima.

g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan
(f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat
pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c).

h. Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan
bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas waktu sebagaimana
tersebut pada butir (f).

4. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab

a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang Pers, Kode
Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers.

b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat,
dikoreksi atau yang diberi hak jawab.

c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu
pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut.

d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain,
maka:
1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang
dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang berada di bawah
otoritas teknisnya;
2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus
dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari media siber yang
dikoreksi itu;
3) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak
melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik
dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua
akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu.

e. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani hak
jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak
Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah).

Detik.com melakukan konfirmasi yang mneyatakan bahwa tidak ada WNI


yang tewas dikerusuhan Mesir dengan judul “ Tak Ada WNI Tewas, Ini Dia
Update Posko Siaga di Mesir.”

5. Pencabutan Berita

a. Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan


penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA,
kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau
berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers.

b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal
yang telah dicabut.

c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan


diumumkan kepada publik.

6. Iklan
a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan
iklan.

b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib
mencantumkan keterangan ”advertorial”, ”iklan”, ”ads”, ”sponsored”, atau kata
lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi tersebut adalah iklan.

7. Hak Cipta

Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Detik.com segera mencabut foto seorang perempuan berjilbab yang diklaim


sebagai Imanda Amalia dan mengganti dengan foto kerusauhan Mesir.
Detik.com melakukan permohonan maaf melalui berita yang berjudul “Science
of Universe Minta Maaf, Kabar Kmeatian Manda Tak Jelas. Namun,
permintaan maaf ini ditujukan hanya perihal foto yang digunakan. Detik.com
tidak meminta maaf atas kesalahan substansi pokok berita.

8. Pencantuman Pedoman

Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di


medianya secara terang dan jelas.

9. Sengketa

Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan


Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers.

PEDOMAN PEMBERITAAN
MEDIA SIBER

Anda mungkin juga menyukai