Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun oleh :
KELOMPOK 4
1) Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium (retroperitoneal),didepan dua kosta terakhir dan tiga
otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum
dan psoas mayor) dibawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga
L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar
5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia
dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh
atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang
menghadap ke dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal
laki-laki lebih panjang daripada ginjal wanita. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk
memberi tempat lobus hepatis dexter yangbesar. Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang
berwarna coklat gelap,dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebutpyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf
sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter
dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima
urinyang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua
atau tiga kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut
piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks
dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul
nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus
papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
2) Mikroskopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang
berjumlah 1-1,2juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit
fungsional ginjal. Setiapnefron terdiri dari kapsula bowman,
tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle dan tubulus kontortus distal, yangmengosongkan diri
keduktus pengumpul. (Price, 1995)
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus /
kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah
melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga
terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah
kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melaluipipa/saluran
yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter,
kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi
dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran
lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.
3) VaskularisasiGinjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-
kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah
kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis
tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel
dalamkorteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk
arteriola aferenpada glomerulus (Price, 1995).
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen
yang kemudianbercabang membentuk sistem portal kapiler yang
mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang
mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan ke dalam jalinan
vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis mencapai vena cava inferior. Ginjal
dilalui oleh sekitar 1200ml darah permenit suatu volume yang
sama dengan 20-25% curah jantung (5000ml/menit) lebih dari 90%
darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah
otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai
kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai
respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian
mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap
konstan (Price,1995).
b) Reabsorpsi
4. Klasifikasi
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
danperikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
6. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth(2002),Slamet Suyono(2001) dan
Sylvia A. Price,(2000) adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan
suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari
berbagai penyebab diantaranya infeksi, penyakiy peradangan, penyakit
vaskular hipertensif, gangguanjaringan penyambung, gangguan kongenital
dan herediter, penyakit metabolik (DM, Hipertiroidisme), Nefropati toksik
(penyalahgunaan analgesik), nefropati obstruktif(saluran kemih bagian
atas dan saluran kemih bagian bawah).
Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
yang normalnya di ekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun didalam
darah, sehingga terjadinya uremia dan mempengaruhi sistem sistem tubuh,
akibat semakin banyaknya tertimbun produk sampah metabolik, sehingga
kerja ginjal akan semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan
penurunanjumlah glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan klirens.
Substansi darah yang seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu
untuk memfiltrasinya.
Sehingga mengakibatkan kadar kreatinin serum, nitrogen, urea
darah (BUN) meningkat. Ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine
secara normal. Sehinggatidak terjadi respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehingga terjadi tahanan natrium
dan cairan. (Brunner & Suddarth, 2002).
Asidosis metabolic dapat terjadi karena ketidakmampuan ginjal
mengekspresikan muatan asam yang berlebihan terutama amoniak (NH3)
dan mengabsorpsi bikarbonat.Anemia, terjadi akibat berkurangnya
produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoisis pada sumsum
tulang menurun, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam
suasana uremia toksik, defisiensi besi, asam folat dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang, perdarahan paling sering pada saluran cerna dan
kulit. (Slamet Suyono, 2001)
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan
dalam metabolismenya. Dengan menurunya filtrasi glomerulus dapat
mengakibatkanpeningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum
kalsium. Sehingga menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit
tulang dan penurunan metabolisme aktif vitamin D karena terjadi
perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon
sehingga menyebabkan osteodistrofi (penyakit tulang uremik)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah
hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin
serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai
penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala
yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderitabiasanya menjadi
oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan
glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus
ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia
dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setiap
sistem dalamtubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi
ginjal atau dialisi (Sudoyo,2006).
7. Pathway
Kerusakan Ginjal
Penurunan GFR
Gangguan fungsi
Ketidakseimbangan ginjal berlangsung
Nutrisi Kurang Dari kronik
Kebutuhan Tubuh
CKD
Terganggunya
Peningkatan Penurunan Jumlah fungsi absorbsi, Penurunan fungsi
Permeabilitas Glomerulus Yang sekresi, dan ekresi sumsum tulang
Kapiler Berfungsi belakang
Menumpuknya
Hipoalbumin Penurunan klirens toksik metabolit Produksi Sel Darah
ginjal (fosfat, hidrogen, Merah Menurun
urea, amonia,
kreatinin, dsb)
Penurunan Tertimbunnya Uremia Hemoglobin
Tekanan Onkotik produksi hasil menurun
metabolisme
protein di dalam
darah
Transudasi cairan Suplai O2 ke
intravaskular ke jaringan menurun
intertitial
Payah jantung
Bendungan atrium
kiri naik
Tekanan vena
pulmonalis
9. Komplikasi
a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebihan.
b. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal, sepsis, neuropati perifer,
hiperuremi, anemia akibat penurunan eritropoetin,
c. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat,
d. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin- angiotensin-aldosteron.
10. Penatalaksanaan
Menurut Sylvia Price (2000) adalah sebagai berikut :
Penatalaksanaan Medis
1) Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa
(Aldomet), propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai
adalah furosemid (lasix).
2) Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena yang memasukan K+ ke dalam sel, atau
dengan pemberiankalsium glukonat 10% intravena dengan hati-
hati sementara EKG terusdiawasi. Bila kadar K+ tidak dapat
diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin penukar
kation natrium polistiren sulfonat (Kayexalate).
3) Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin (r-EPO)
secarameluas, saat ini pengobatan untuk anemia uremik : dengan
memperkecil kehilangan darah, pemberian vitamin, androgen
untuk wanita, depotestoteron untuk pria dan transfusi darah.
4) Asidosis dapat tercetus bilamana suatu asidosis akut terjadi pada
penderita yang sebelumnya sudah mengalami asidosis kronik
ringan, pada diare berat yang disertai kehilangan HCO3. Bila
asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian pemberian
NaHCO3 parenteral.
5) Dialisis: suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi secara
pasif melalui suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair
menuju kompartemen lainnya.
6) Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari hemodialisis
pada penanganan gagal ginjal akut dan kronik.
7) Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan mengalir ke
dalam rongga peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit.
Biasanya keseimbangan cairan dialisis dan membran
semipermeabel peritoneal yang banyak vaskularisasinya akan
tercapai setelah dibiarkan selama 30 menit.
8) Transplantasi ginjal: prosedur standarnya adalah memutar ginjal
donor dan menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi
kontralateral. Dengan demikian ureter terletak disebelah anterior
dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah dianastomosis atau
ditanamkan ke dalam kandung kemih resipien.
Penatalaksanaan Keperawatan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penimbangan
berat badan setiap hari, batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr,
mengkaji daerah edema.
Penatalaksanaan diit
Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium, batasi diit rendah
protein sampai mendekati 1 g / kg BB selama fase oliguri. Untuk
meminimalkanpemecahan protein dan untuk mencegah penumpukan
hasil akhir toksik. Batasi makanan dan cairan yang mengandung
kalium dan fosfor (pisang, buah danjus-jusan serta kopi).
b. Pengkajian Sekunder(secondarysurvey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat
keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian
dari kepala sampai kaki.
1) Pengkajian Riwayat Penyakit:
Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah
sakit
Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada(nyeri)
Waktu makan terakhir
Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat
alergi klien.
Metode pengkajian yang sering dipakai untuk mengkaji
riwayat klien:
S (sign sand symptoms)
tanda dan gejala yang diobservasi dan
dirasakan klien
A (Allergis)
alergi yang dimiliki klien
M (medications)
tanyakan obat yang telah diminum klien
untuk mengatasi keluhan
P (pertinent past medical hystori)
riwayat penyakit yang di derita klien
L (lastoralin take solid or liquid)
makan/minum terakhir, jenis makanan
E (event leading to injury or illnes)
pencetus/kejadian penyebab keluhan
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri:
P (provoked):
pencetus nyeri, tanyakan hal yang
menimbulkan dan mengurangi nyeri
Q (quality)
kualitas nyeri
R (radian)
arah perjalan nyeri
S (Skala)
Skala nyeri 1-10
T (Time)
lamanya nyeri sudah dialami klien
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau
2) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
3) Perut : adanya edema anasarka (ascites)
4) Ekstremitas : edema pada tungkai, spatisitas otot
5) Kulit : sianosis, akral dingin,turgorkulitmenurun
d. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan Urine
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau
urine tak ada (anuria)
b) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan oleh pusbakteri, lemah, partikel koloid, fosfat
atau urat.
c) Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat). Osmolaritas :
Kurang dari 300 mosm / kg menunjukkan kerusakan
tubular dan rasio urine serum sering 1 : 1.
d) Klirens Kreatinin : Mungkin agak menurun.stadium satu
CCT(40-
e) 70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit) dan
stadium ketiga, CCT(5 ml/menit)
f) Natrium : Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak
mampu mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
g) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan
fragmen juga ada.
2)Darah
a) BUN/Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi, kadar kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir
mungkin rendah yaitu 5
b) Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb :
kurang dari 7 – 8 9/dl, Hb untuk perempuan (13-15
g/dL), laki-laki (13-16 g/dL)
c) SDM : Waktu hidup menurun pada defesiensi eriropoetin
seperti pada azotemia.
3)GDA:
a) PH : penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen
dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
menurun PCo2 menurun natrium serum mungkin rendah
(bila ginjal ”kehabisan” natrium atau normal (menunjukkan
status difusi hipematremia)
b) Kalium : Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan
denganrotasi sesuai dengan perpindahan selular (asidosis)
atau pengeluaranjaringan (hemolisis SDM) pada tahap akhir
pembahan EKG mungkin tidak terjadi sampai umum gas
mengolah lebih besar.
c) Magnesium / fosfat meningkat di intraseluler : (27 g/dL),
plasma (3 g/dL), cairan intersisial (1,5 g/dL).
d) Kalsium : menurun. Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5
g/dL), cairan intersisial (2,5 g/dL)
e) Protein (khususnya albumin 3,5-5,0 g/dL) : kadar semua
menurundapat menunjukkan kehilangan protein melalui
urine pemindahan cairan penurunan pemasukan atau
penurunan sintesis karena asamamino esensial.
f) Osmolalitasserum:lebihbesardari285mosm/kg.Seringsamad
engan urine Kub Foto : menunjukkan ukuran ginjal / ureter /
kandugkemihdanadanyaobstruksi(batu)
g) Pielogramretrograd:Menunjukkanabnormalitaspelvis
ginjaldanureter
4)Arteriogram ginjal:
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravakuler
massa. Sistrouretrografi berkemih : menunjukkan ukuran kandung
kemih, refiuks kedalam ureter, rebonsi.
5)Ultrasono ginjal:
Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi
pada saluran kemih bagian atas
6)Biopsi ginjal:
Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit
asam/basa.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Resiko Ketidakseimbangan cairan
c. Defisit nutrisi
3. Asuhan Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Pola nafas tidak Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan
efektif (D.0005) Setelah dilakukan asuhan Nafas (I.01011)
keperawatan selama Monitor pola
3x24 jan terjadi nafas
perkembangan kondisi (frekuensi,
seBagai berikut: kedalaman,
Ventilasi semenit usaha napas)
12345 Posisiskan
Dispnea semi-fowler
12345 atau fowler
Penggunaan otot Lakukan
bantu fisioterapi dada
12345 Berikan
Frekuensi nafas oksigen
12345 Kolaborasi
bronodilator
Resiko Keseimbangan cairan Manajemen cairan
Ketidakseimbangan (L.03020) (I.03098)
cairan b.d penyakit Setelah dilakukan asuhan Moniror status
ginjal dan kelenjar keperawatan selama hidrasi (mis.
(D.0036) 3x24 jan terjadi Frekuensi nadi,
perkembangan kondisi kekuatan nadi,
sebagai berikut: akral, pengisian
Asupan cairan kapiler,
12345 kelembapan
Edema mukkosa,
12345 turgor kulit,
Tekanan darah tekan darah)
12345 Catat intake-
Hidrasi output dan
12345 hitung balans
Turgor kulit cairan 24 jam
12345 Berikan asupan
cairan
Berikasn cairan
intravena
Kolaborasi
pemberian
deuretik
Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi
intake makanan yang Setelah dilakukan asuhan (I.03119)
inadekuat (D.0019) keperawatan selama Identifikasi
3x24 jan terjadi status nutrisi
perkembangan kondisi Identifikasi
seagai berikut: makanan yang
Pengetahuan disukai
tentang pilihan Lakukan oral
makanan yang sehat hygiene
12345 Sajikan
Pengetahuan makanan
tentang setandar semenarik
asupan nutisi yang mungkin
tepat Anjurkan posisi
12345 duduk
Frekuenssi makan Kolaborasi
12345 dengan ahli gizi
Nafsu makan untuk
12345 menentukan
Bising usus jumlah kalori
12345 dan
jenisnutrien
yang
dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Anatomi Fisiologi Ginjal .
http://nursingbegin.com/anatomi-fisiologi-ginjal/. Diakses pada
27/05/2013 pukul 20.00