Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA PROFFESI

ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun Oleh

KELOMPOK 1&4
FARIDA FARADILLA (B1F119044)
AINUL MAGFIRAH (B1F119031)
ASRA ZAINUDDIN (B1F119013)
DIANSARI RAMADAHNA (B1F119051)
HARDIYANTI YAHYA (B1F119041)
MAMAN BARA’ PADANG (B1F119042)
NANDA PRATIWI ( B1F119046 )
SUTRIANI ( B1F119039)
NUR MUSDALIFAH ARPAH ( B1F119035)
NURMALASARI.S ( B1F119045)
WILSA ILMAN ( B1F119026)
CUT FIRNA ( B1F119043)
NURUL HASNITA (B1F119032)

PRODI DIII-TEKNIK KARDIOVASKULER

FAKULTAS FATERSI

UNIVERSITAS MEGA REZKY

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya, serta memberikan kemudahan dalam mengerjakan makalah ini yang berjudul
“Aspek Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan” sehingga laporan ini dapat diselesaikan dalam
waktu yang tepat.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,
terutama kepada yang terhormat dosen pembimbing “Rocfika,Ns.,M.Kep.M.Kes.,Sp.Kv”
yang yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun
tugas ini dan teman-teman seperjuangan, yang telah membantu. Semoga tuhan senantiasa
memberikan limpahan rahmat dan karunianya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini.

Penulis selaku peneliti, mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila


terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Karna saya sadar bahwa makalah ini
belum sempurna. Maka dari itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk
dijadikan pembelajaran dalam menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya dan sebagai wahana menambah pengetahuan serta
pemikiaran.

Makassar, 29 Juni 2021

Penulis
A. Peraturan Perundang-Undangan Yang Melandasi Pelayanan Kesehatan
1. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga
Kesehatan
Nakes adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan. Di dalam menjalankan tugasnya tenaga kesehatan dipengaruhi oleh kode
etik, stándar pelayanan medis, sistem rekam medik, sarana dan teknologi pengobatan
dan peralatan.
Adapun kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemberi maupun
penerima pelayanan kesehatan yaitu :
a. Pasal 53
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanaka tugas sesuai dengn profesi.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan
terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana maksud
dalam ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b. Pasal 54
(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh majelis
disiplin tenaga kesehatan.
c. Pasal 55
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan-kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana ayat (a) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perUUan yang berlaku.
Tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan dijelaskan dalam :
a. Pasal 6 : Bertugas mengatur, membina, dan mengawasi menyelenggarakan upaya
kesehatan.
b. Pasal 7 : Bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
c. Pasal 8 : Bertugas mengerakkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan
dan pembiayaan kesehatan dengan memperlihatkan fungsi sosial sehingga
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.
d. Pasal 9 : Bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. PP No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa dalam menjalankan tugasnya,
mereka tidak saja bertanggung jawab secara kesehatan kepada pasien namun juga
bertanggung jawab dibidang hukum. Hubungan tenaga kesehatan dan klien dari
aspek hukum adalah hubungan antar subyek hukum. Pemahaman dan pendalaman
peraturan yang berhubungan dengan profesionalisme akan memberi keyakinan
kepada tenaga ksehatan dan menjaga mereka untuk selalu berada di jalur yang aman,
sehingga tidak melanggar etika dan ketentuan hukum. Tenaga kesehatan dirumuskan
dalam :
a. Pasal 1 butir 3 : Peraturan yang menyatakan tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
b. Pasal 32 ayat (4) : Dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan perawatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk itu.
c. Pasal 50 : Tentang kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan
kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan
yang bersangkutan
Pengertian diatas menunjukkan otonomi yang sangat besar pada tenaga
kesehatan yaitu hanya tenaga kesehatan sesuai kriteria diatas sejalan yang dapat
melakukan tindakan dalam pelayanan kesehatan. Artinya bahwa bila ada pihak lain
yang bukan profesinya melakukan tindakan tersebut dapat terkena sanksi pidana
sesuai pasal 84 ayat (4) dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda
Rp. 100.000.000.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan maka tenaga kesehatan berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi adalah pedoman yang dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Standar profesi kesehatan menurut
Leenen dalam bukunya ”Gezondheidszorgen Eecht” mengatakan bahwa formula dari
norma standar profesi tenaga kesehatan adalah bertindak secara profesional wajar
terhadap sasaran pengobatan tertentu (ameln, 1989).
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
a. Menghormati pasien.
b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien
c. Memberikan persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
d. Membuat dan memelihara rekam medis.
Bila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien mengakibatkan
terganggunya kesehatan, cacat atau kematian pasien, maka pasien atau keluarganya
berhak atas tuntutan ganti rugi atas kejadian tersebut. Sebaiknya perlindungan hukum
diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar
profesi tenaga kesehatan.
3. PP Tentang Ketenagakerjaan
Sebagai unsur tenaga kerja tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia, tanpa unsur diskriminasi.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
maupun masyarakat. Adapun pasal tentang ketenagakerjaan yaitu :
a. Pasal 81 ayat (1) : Pekerja atau buruh perempuan yang dalam masa haid
merasakan sakit dan memberitahkan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada
hari pertama dan kedua haid.
b. Pasal 81 ayat (2) : Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerjasama.
c. Pasal 82 ayat (1) : Pekerja atau buruh perempuan berhak memperoleh istirahat
selama 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan
atau bidan.
d. Pasal 82 ayat (2) : Pekerja atau buruh perempuan yang mengalami keguguran
berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan.
e. Pasal 83 : Pekerja atau buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus
diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus
dilakukan selama waktu kerja
f. Pasal 84 : Setiap pekerja atau buruh yang menggunakan hak waktu istirahatnya,
mendapat upah atau gaji penuh.
B. Peraturan Perundang-Undangan Yang Mendasari Tugas, Fungsi Dan Praktek
Tenaga Kesehatan Teknisi Kardiovaskuler
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 Tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Teknisi Kardiovaskuler pada :
Bab III (Penyelenggaraan Praktik Teknisi Kardiovaskuler)
1. Pasal 11
Teknisi Kardiovaskuler yang memiliki SIP-TKV dapat menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berupa:
a. Rumah sakit;
b. Klinik; dan/ atau
c. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Pasal 12
(a) Teknisi Kardiovaskuler hanya dapat menyelenggarakan praktik keteknisian
kardiovaskuler atas permintaan tenaga medis.
(b) Permintaan tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi
dengan surat permintaan pemeriksaan atau rujukan.
3. Pasal 13
(a) Teknisi Kardiovaskuler dalam menyelenggarakan praktik di bidang pelayanan
kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan mempunyai kewenangan:
1) Menyelenggarakan pemeriksaan :
a) Diagnostik non invasif vaskuler:
(1) Duplex sonography ekstremitas bawah (arteri dan vena);
(2) Duplex sonography karotis (arteri dan vena);
(3) Duplex sonography ekstremitas atas (arteri dan vena);
(4) Flow Mediated Dilatation (FMD);
(5) Pletismografi;
(6) Duplex sonography renalis;
(7) Trans Cranial Doppler (TCD);
(8) Duplex sonography abdomen (arteri dan vena);
(9) Laser Doppler Fluximetri; dan
(10)Pulse Wave Velocity (PWV).
b) Diagnostik non invasif ekokardiografi Trans Thoracic Echocardiography
(TTE).
c) Teknik elektrokardiografi dan tekanan darah:
(a) Elektrokardiografi (EKG);
(b) Treadmill test;
(c) Holter monitoring; dan
(d) Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM).
2) Bekerja dalam tim untuk menyelenggarakan pekerjaan pemeriksaan non
invasif , tindakan diagnostik invasif dan intervensi non bedah:
a) Pemeriksaan/tindakan Trans Thoracic Echocardiography (TTE) dengan
Bubble Kontras Ekokardiografi (Echocardiography Bubble);
b) Pemeriksaan/tindakan Trans Thoracic Echocardiography (TTE) dengan
Trans Esophageal Echocardiography (TEE);
c) emeriksaan/tindakan Trans Thoracic Echocardiography (TTE) dengan
Dobutamin Stress Echocardiography (DSE);
d) Pemeriksaan Trans Thoracic Echocardiography (TTE) dan/atau Trans
Esophageal Echocardiography (TEE) dalam tindakan diagnostik invasif
dan intervensi non bedah kardiovaskuler;
e) Monitoring hemodinamik; dan
f) Program alat pacu jantung.
3) Menyiapkan pasien dan alat untuk:
a) Pemeriksaan diagnostik non invasif:
(1) Teknik sonografi vaskuler;
(2) Teknik sonografi ekokardiografi;
(3) Teknik elektrokardiografi dan tekanan darah;
(4) Treadmill test;
(5) Holter monitoring; dan
(6) Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM).
b) Tindakan diagnostik invasif dan intervensi non bedah.
(b) Hasil pemeriksaan ekokardiografi, vaskuler, treadmill test (uji latih jantung
dengan beban), holter monitoring, Ambulatory Blood Pressure Monitoring
(ABPM) hanya diinterpretasikan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh
darah.
4. Pasal 14
(a) Dalam menyelenggarakan praktik, Teknisi Kardiovaskuler wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan.
(b) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pasal 15
Dalam menyelenggarakan praktik di bidang pelayanan kesehatan, Teknisi
Kardiovaskuler mempunyai hak:
(a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang menyelenggarakan praktik sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur
operasional;
(b) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima pelayanan
kesehatan atau keluarganya;
(c) Menerima imbalan jasa dan/atau tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(d) Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai
agama;
(e) Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
(f) Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang
bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik, standar pelayanan profesi,
standar prosedur operasional, atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(g) Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
6. Pasal 16
Dalam menyelenggarakan praktik di bidang pelayanan kesehatan, Teknisi
Kardiovaskuler mempunyai kewajiban:
(a) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta kebutuhan
kesehatan penerima pelayanan kesehatan;
(b) Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya
atas tindakan yang akan diberikan;
(c) Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan;
(d) Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan
(e) Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati & Sri Rahayu Amri. (2011). Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan. Makassar :
Pustaka Refleksi Penggerak Perabadan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Teknisi Kardiovaskuler

Anda mungkin juga menyukai