T DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI : STROKE HEMORAGIK
Oleh :
Emma Pratiwi Manik. 200202016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan pecahnya pembuluh
darah dan mengganggu suplai darah ke otak yang menyebabkan gangguan
mobilisasi dan alih baring. Gangguan mobilisasi merupakan salah satu
indikator penyebab terjadinya luka tekan atau dekubitus, pada keadaan
tersebut suplai oksigen ke otak terganggu sehingga mempengaruhi kinerja
saraf di otak. (Galuh, 2021).
Storke adalah kerusakan pada otak yang terjadi ketika aliran darah atau
suplai darah ke otak tersumbat, adanya perdarahan atau pecahnya pembuluh
darah. Perdarahan atau pecahnya pembuluh darah pada otak dapat
menimbukan terhambatnya penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak. Hal ini
dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya penurunan kesadaran dan
kelemahan otot. Penurunan kesadaran pada CVA (Cerebro vaskular
Accident) dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,
penanganan dan perawatan yang tepat pada pasien CVA (Cerebro vaskular
Accident) diharapkan dapat menekan serendah-rendahnya dampak negatif
yang ditimbulkan. Masyarakat cenderung menilai stroke terjadi hanya yang
memiliki riwayat hipertensi saja dan umumnya hanya dialami oleh lansia,
sedangkan mereka yang tidak memiliki riwayat hipertensi tidak akan
mengalami strok (Rahmadhani, Diana, Lestari & Riesmiyati, 2020).
Stroke merupakan gangguan fisik otak akibat aliran darah ke otak. Penyakit
stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berkurangnya
aliran darah dan oksigen ini dikarenakan sumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala- gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih (Dewi Rachmawati, 2019).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada Tn. T.
1.3.1 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, tanda dan gejala,
etiologi, penatalaksanaan medis dan keperawatan Stroke
Hemoragic.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan
Stroke Hemoragic.
c. Mahasiswa mampu melakukan menegakkan diagnosa pada Tn.
T dengan Stroke Hemoragic.
d. Mahasiswa mampu melakukan menetapkan perencanaan pada
Tn. T dengan Stroke Hemoragic.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada Tn. T
dengan Stroke Hemoragic.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. T dengan
Stroke Hemoragic.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
Tn. T dengan Stroke Hemoragic.
1.4 Manfaat
1. Pasien
Diharapkan tindakan yang telah di berikan dapat meningkatkan
perkembangan pasien untuk mendukung kelangsungan kesehatan
pasien.
2. Institusi Pendidikan
Bagi Institusi pendidikan diharapkan untuk menjadi acuan dalam
melakukan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang keperawatan medikal
bedah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6. Komplikasi
Menurut batticaca,2008 ada beberapa komplikasi yang meliputi :
a. Infark selebri
b. Gangguan otak berat
c. Epistaksis
d. Peningkatan TIK,tonus otot abnormal
e. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau
kardiovaskuler
7. PATHWAY STROKE HEMORAGI
Sumber (Huda, Amin dan Kusuma, 2016)
Hipertensi
Hemoragik serebral
Penambahan massa
Kompresi
Edema TIK ↑
Defisit motorik Oblongata Kesadaran ↓ Refleks Ggn. fungsi Ggn. pusat Ggn. persepsi
tertekan batuk ↓ Metabolisme anaerob↑ motorik bicara sensori
Gerakan inkoordinasi
Apatis - Asam laktat ↑ Kelemahan Ggn. bicara Penglihatan ↓
Ggn. pola koma Ggn. bersihan anggota
Ggn. mobilitas fisik nafas jalan nafas gerak Peraba ↓
Nyeri Disfasia
Kematian Hemiplegi Pendengaran ↓
disartria
Ggn. ADL Tirah
baring lama Ggn. rasa nyaman Ggn. Perubahan
Gg mobilitas
komunikasi nutrisi:
Dekubitus fisik
verbal kurang dari
kebutuhan
Ggn. integritas kulit
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Tn.T
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Security
Gol darah :-
Alamat : Komp. Tni Au KR Sari I No. 20
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.D
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Perputakaan SMA
Alamat : Komp. Tni Au KR Sari I No. 20
Hub dengan klien : Istri
Keluhan Utama
1) Keluhan Utama
Pasien dengan penurunan kesadaran ± 3 jam, pasien mengalami muntah
dan lemah dibagian tubuh sebelah kiri (+).
2) Keluhan Saat Pengkajian
Keadaan pasien sekarang membuka mata dengan rangsang suara,
melakukan gerakan dengan melokalisir nyeri dan verbal pada pasien
tidak dapat diukur di karenakan terpasang trakeostomi, sehingga
penilaian GCS dilakukan dengan bahasa isyarat dari pada pasien. Pasien
sudah banyak mengalami perubahan selama di rawat di ruang ICU dari
memakai ventilator sampai tidak menggunakannya lagi. Pasien terpasang
Trakeostomi dan terpasang oksigen melalui T.Piece 8 L, Terdapat insisi
pasca bedah di kepala. Pasien tampak gelisah, Sputum (+), suara napas
Ronchi, Penurunan reflek menelan (nervus X), pasien tampak
menggunakan NGT, pasien mengalami penurunan kekuatan otot terasa
ada kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sendi, dan sulit melakukan
pergerakan.
Diagnosa Medis
Stroke Hemoragik
Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang di derita pasien pertama sekali hipertensi, pasien juga
mengalami muntah dan lemah dibagian tubuh sebelah kiri. Pasien
dibawa ke rumah sakit USU dengan penurunan kesadaran.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien memiliki riwayat Hipertensi sejak tahun 2020 sekitar 1 tahun
yang lalu, dan Istri pasien mengatakan Tn. T pernah mengalami stroke
sebagian sebelah kiri pada tahun 2020 sebelum masuk ke rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit yang menular seperti
TBC, HIV. Hanya saja keluarga pasien mempunya riwayat hipertensi.
Genogram
Keterangan :
: Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
mempermudah
bangun -
Pola kebersihan diri
(PH)
Mandiri (2 x 1) Dengan bantuan
a. Frekuensi mandi
Mandiri (1 x 1 ) Dengan bantuan
b. Frekuensi mencuci
rambut
c. Frekuensi gosok gigi Mandiri (2 x 1) Dengan bantuan
d. Keadaan kuku
Bersih Bersih
e. Ganti baju
Aktivitas apa yang Mandiri Dengan bantuan
dilakukan klien untuk
Menonton Tv Tidak ada
mengatasi waktu luang
2) Riwayat psikologi
a. Status emosi
Labil
b. Gaya komunikasi
Pasien terpasang Trakeostomi dan pasien komunikasi menggunakan
dengan bahasa tubuh (misalnya melirik saat di ajak berbicara).
c. Pola pertahanan
Dukungan dari keluarga pasien
d. Dampak di rawat di rumah sakit
Perubahan fisik yang di alami pasien terpasang Trakeostomi, CVC,
post EVD, perubahan psikologis yang di alami pasien banyak
berdiam
e. Kondisi emosi/perasaan klien
Datar
3) Riwayat sosial
Keluarga yang dekat dengan pasien adalah sanak saudara dan istri.
Pasien tidak ada berinteraksi dengan keluarga maupun perawat yang
menangganinya.
4) Riwayat spiritual
Kebutuhan untuk beribadah pada saat dirumah sakit tidak terpenuhi, di
karenakan pasien bedrest total. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
hanya dari keluarga yang mendoakan dan membacakan yasin.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemah dan tidak berdaya, kesadaran somnolen. Pasien
juga tampak sulit bernapas dikarenakan secret yang menumpuk.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 125/83 mmHg Temp : 36,5℃
RR : 30 x/m SPO2 : 98%
HR : 102 x/m
3) Pemeriksaan wajah
a. Mata
Kesimetrisan mata (+), kelopak/palpebral oedem atau edema (-),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka (-),
peradangan (-), luka (-), benjolan (-)
b. Hidung
Bentuk tulang hidung simetris dan tidak ada pembengkakan, neatus
tidak ada perdarahan, kotoran (-), pembesaran/polip (-)
c. Mulut
Bau mulut (khas), benda asing (tidak ada), warna lidah keputih-
putihan (kotor), perdarahan (-), abses (-), gigi palsu (-), warna bibir
hitam kepink, lesi (-), bibir pecah (-) dan kering
d. Telinga
Bentuk simetris, warna sawo matang, lesi (-), nyeri tekan (-),
peradangan (-), penumpukan serumen (-)
4) Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala lonjong dan ada bekas post EVD,
kesimetrisan (+), hidprochepalus (+), luka (+), darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
b. Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris dan Trakeostomi, peradangan (-),
jaringan parut (-), perubahan warna (-), massa (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-)
5) Pemeriksaan thorak/dada
a. Pemeriksaan paru
Inspeksi :
1) Bentuk thorak (Normal chest)
2) Susunan ruas tulang belakang (Normal)
3) Bentuk dada (Simetris)
4) Keadaan kulit (Tidak ada lesi/edema)
5) Retrasi otot bantu pernapasan : retrasi intercostal (-), pernapasan
cuping hidung (-)
6) Pola napas (Cheyne stokes)
7) Amati : Cianosis (-), batuk (produktif)
Palpasi :
Pemeriksaan tektil/vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
(teraba/sama)
Perkusi :
Area paru (Sonor)
Auskultasi :
1. Suara tambahan : ronchi (+)
6) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
Bentuk abdomen : datar, massa/benjolan (-), kesimetrisan (+), bayangan
pembuluh darah vena (-)
Palpasi :
Palpasi hepar : nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (lunak),
permukaan (halus)
Palpasi appendik : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar
kontralateral (-)
7) Pemeriksaan genetalian
a. Genetalia pria
Inspeksi : terpasang kateter, rambut pubis (bersih), lesi (-), benjolan
(-), lubang uretra : penyumbatan (-), hipospadia (-), epispadia (-)
Palpasi : penis nyeri tekan (-), benjolan (-)
8) Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tenggorokan
a. Uji ketajaman pendengaran : Tes bisik (pasien menoleh)
b. Uji ketajaman penciuman : -
c. Pemeriksaan tenggorokkan : didaerah Trakeostomi tidak terdapat
nyeri tekan, tidak ada massa (-), lesi (-), gangguan menelan (+)
dikarenakan terpasang NGT
9) Pemeriksaan penglihatan
a. Tanpa snelen cart : ketajaman penglihatan (baik)
b. Pemeriksaan lapang pandang : normal
10) Pemeriksaan kulit/integument
a. Integument (kulit)
Inspeksi : lesi (-), jaringan parut (-), warna kulit saomatang
Palpasi : tekstur (halus), turgor (normal), struktur (tegang), lemak
subcutan (tebal), nyeri tekan (-)
b. Rambut
Inspeksi dan palpasi : penyebaran (merata)
c. Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna (putih ke pink), bentuk (simetris),
kebersihan kuku (bersih)
11) Pemeriksaan fungsi neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (glasgow coma scale)
Kesadaran (Somnolen) : Keadaan pasien sekarang membuka mata
dengan rangsang suara, melakukan gerakan dengan melokalisir nyeri
dan verbal pada pasien tidak dapat diukur di karenakan terpasang
trakeostomi, sehingga penilaian GCS dilakukan dengan bahasa
isyarat dari pada pasien.
b. Pemeriksaan peningkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku
kuduk (-), mual dan muntah (-), kejang (-), penurunan tingkat
kesadaran (-)
c. Pemeriksaan nervus cranialis
1) Nervus I (Olfaktorius)
Keadaan hidung baik, penciuman klien tidak bisa dinilai karena
klien mengalami gangguan pada verbal
2) Nervus II (Optikus)
Klien mampu menggerakkan bola mata sesuai dengan instruksi
yang diberikan
- Hasil pemeriksaan
terjadi masalah pada
Nervus III, IV, VI
(Okulomotorius,
Trochlearis, Abducen)
Pupil klien
isokor yaitu 2
mm, kedua
pupil kanan
dan kiri
berespon
terhadap
rangsangan
cahaya
langsung
maupun tidak
langsung, pupil
menjadi lebih
kecil saat
mendapat
rangsangan
cahaya dan
menjadi lebih
besar jika tidak
direspon
rangsangan
cahaya,
pergerakan
bola mata klien
normal dapat
melihat kekiri
dan kanan,
keatas dan
kebawah tanpa
kepala klien
ikut bergerak
- Nervus V
(Trigeminus)
Sensorik : klien
dapat
merasakan
kapas yang
disentuhkan
pada dahi, pipi,
dan dagu
ditandai
dengan klien
menggerakan
bola mata saat
ditanyakan
merasakan
sentuhan kapas
atau tidak.
Motorik:
refleks terjadi
lirikan mata
secara spontan
saat digoreskan
ujung kapas
pada sklera.
- Nervus VII (Fasialis)
Motorik : Klien
tidak dapat
tersenyum,
klien tidak
dapat
memencongkan
mulut ke kanan
dan kekiri,
keadaan mata
klien terbuka.
Sensorik : tidak
dapat dinilai
karena klien
mengalami
gangguan
menelan dan
klien terpasang
NGT
- Nervus VIII
(Vestibulo Koklearis)
Pendengaran
klien baik pada
telinga kanan
dan kiri, saat
dilakukan tes
berbisik klien
tidak dapat
dinilai karena
klien
mengalami
gangguan pada
verbal, tetapi
klien juga
dapat
mendengar
ketika pasien
dipanggil
- Nervus IX (Gloso
Faringeus), X (Vagus)
Refleks
menelan klien
lemah dan
klien
menggunakan
alat bantu yaitu
NGT.
- Nervus XI
(Aksesorius)
Klien tidak
dapat
menggerakan
kepala ke kiri
dan ke kanan
karena klien
menggunakan
trakeostomi
- Nervus XII
(Hipoglosus)
- Klien tidak dapat
menonjolkan lidah
tetapi dapat
menggerakkan lidah
dengan baik dan
mengalami gangguan
menelan.
2 DS : - Bersihan jalan nafas Penumpukkan
tidak efektif sekret
DO : - Tampak sekret dijalan
nafas dimana
konsistensi sekret
kental
1. Kolaborasi
pemberian
manitol
2. Kolaborasi
pemberian
amlodipin
3. Lakukan
pemeriksaan
laboratorium.
2. Bersihan jalan Tujuan : setelah Obsevasi
nafas tidak efektif dilakukan intervensi
1. Monitor pola
b/d penumpukkan selama 3 X 24 jam,
napas
sekret maka bersihan jalan
2. Monitor bunyi
napas tidak efektif
meningkat dengan napas tambahan.
3. Monitor sputum
Kreteria Hasil :
Terapeutik
- Produksi sputum
1. Posisikan klien
menurun
semi fowler
- Suara napas
2. Lakukan
vesikuler
suctiion/
- Pola napas
pengisapan jalan
membaik.
napas
3. Lakukan
fisiotherapy dada
4. Monitor TTV
setiap 1 jam.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
nebulazer.
3. Resiko Infeksi b/d Tujuan : setelah Observasi
luka insisi post op dilakukan intervensi
1. Batasi jumlah
Craniotomy dan keperawatan selama 3 X
pengunjung
Trakeostomi 24 jam, maka tingkat
2. Monitor TTV
infeksi menurun dengan
setiap 1 jam.
Kriteria Hasil : 3. Monitor tanda
dan gejala infeksi
- Klien terbebas
lokal dan
dari tanda dan
sistemik.
gejala infeksi
Terapeutik
1. Lakukan cuci
tangan sebelum
dan sesudah
kontak dengan
pasien dan
lingkungan
pasien
2. Lakukan
perawatan kulit
pada daerah
trakeostomi.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemeriksaan
darah lengkap.
4 Gangguan Tujuan : setelah 1. Identifikasi
Mobilitas Fisik b/d dilakukan intervensi adanya nyeri atau
gangguan keperawatan selama 3 X keluhan lainnya
neuromuscular 24 jam, maka mampu
2. Monitoring
penurunan melakukan aktivitas
tanda-tanda vital
kekuatan Otot fisik sesuai dengan
setiap 1 jam
kemampuannya.
3. Identifikasi
Kriteria Hasil :
adanya
pergerakan ekstremitas,
kontraktus atau
kekuatan otot, rentang
attrofi
gerak (ROM) dapat
meningkat 4. Kaji kemampuan
motorik klien
5. Lakukan
pengobahan
posisi klien
setiap 2-4 jam
untuk miring kiri
dan miring kanan
6. Lakukan
massage secara
perlahan
7. Lakukan gerakan
sendi aktif
maupun pasif
8. Kolaborasi untuk
konsultasi
dengan ahli
fisioterapi secara
aktif
3.10 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari ke 2
Diagnosa Hari, Tanggal, Implamentasi Evaluasi
Keperawatan Jam
Perfusi serebral b/d Rabu. 28- April- Mengobservasi S:-
pendarahan 2021. 1. Memonitoring tanda O:
Intracranial. gejala peningkatan TIK - Kesadaran : Apatis : Keadaan pasien sekarang
(mual, muntah proyektil, membuka mata dengan rangsang suara,
papil edema). melakukan mampu melokalisir nyeri dengan
2. Memonitoring intake dan bahasa tubuh dan verbal pada pasien tidak
output cairan dapat diukur di karenakan terpasang
3. Memonitoring Tanda- trakeostomi, sehingga penilaian GCS
tanda vital dilakukan dengan bahasa isyarat dari pada
Mengterapeutik pasien
1. Mempertahankan posisi - Tanda-tanda vital:
kepala 20- 300 dengan TD : 138/92 mmHg
posisi leher tidak RR : 20 x/m
menekuk atau fleksi. SPO2 : 99%
HR : 100 x/m
T : 36,8 OC
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
seperti sakit kepala, mual muntah, gelisah
atau timbul perubahan prilaku, papil edema,
dan kejang
- terjadi masalah pada N.VII (Fasialis) motorik,
dimana klien tidak dapat menunjukkan
ekspresi apapun, pada Nervus IX dan X
(Vagus) yaitu refleks menelan klien lemah
dan klien menggunakan alat bantu yaitu NGT
A : Masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital setiap 1 jam
- Monitor tanda-tanda peningkatan TIK
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat manitol 125 mg/12jam
- Posisikan klien semi fowler dan pertahankan
posisi kepala 20-30o dengan posisi leher tidak
menekuk atau fleksi
- Monitor status cairan & elektrolit
Bersihan jalan nafas Rabu, 28- April- Mengobservasi S:-
tidak efektif b/d 2021. 1. Memonitoring pola O:
penumpukkan sekret napas, bunyi mapas - Kesadaran : Apatis (Keadaan pasien sekarang
Hari ke 3
Diagnosa Hari, Tanggal, Implamentasi Evaluasi
Keperawatan Jam
Perfusi serebral b/d Kamis. 29- Mengobservasi S:-
pendarahan April- 2021. 4. Memonitoring tanda O:
Intracranial. gejala peningkatan TIK - Kesadaran : Apatis (Keadaan pasien sekarang
(mual, muntah proyektil, membuka mata dengan rangsang suara,
papil edema). melakukan mampu melokalisir nyeri dengan
5. Memonitoring intake dan bahasa tubuh dan verbal pada pasien tidak dapat
output cairan diukur di karenakan terpasang trakeostomi,
6. Memonitoring Tanda- sehingga penilaian GCS dilakukan dengan
tanda vital bahasa isyarat dari pada pasien)
Mengterapeutik - Tanda-tanda vital:
2. Mempertahankan posisi TD : 130/96 mmHg
kepala 20- 300 dengan RR : 22 x/m
posisi leher tidak SPO2 : 97%
menekuk atau fleksi. HR : 108 x/m
T : 36,8 OC
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK seperti
sakit kepala, mual muntah, gelisah atau timbul
perubahan prilaku, papil edema, dan kejang
- terjadi masalah pada N.VII (Fasialis) motorik,
dimana klien tidak dapat menunjukkan
ekspresi apapun, pada Nervus IX dan X
(Vagus) yaitu refleks menelan klien lemah dan
klien menggunakan alat bantu yaitu NGT
A : Masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dihentikan karena pasien dipindahkan ke
ruangan
Bersihan jalan nafas Kamis , 29- Mengobservasi S:-
tidak efektif b/d April- 2021. 3. Memonitoring pola O:
penumpukkan sekret napas, bunyi mapas - Kesadaran : Apatis(Keadaan pasien sekarang
5.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn.T yang
terdiagnosa Stroke Hemoregik selama 1 x 24 jam dari tanggal 28 April
sampai dengan 29 April 2021, penulis memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.T dengan diagnosa Stroke
Hemoregik dengan menerapkan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan serta mendokumentasikan dan
mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam setiap proses
keperawatan. Adapun keseimpulannya sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah
wawancara, observasi, pemeriksaaan fisik dan studi dokumentasi. Pada
saat pengkajian penulis memperoleh beberapa data antara lain Pasien
sudah di rawat di ICU kurang lebih 17 hari, dengan kesadaran
somnolen. Pasien sudah banyak mengalami perubahan selama di rawat
di ruang ICU dari memakai ventilator sampai tidak menggunakannya
lagi. Pasien terpasang Trakeaostomi dan terpasang oksigen 8 L.
2. Diangnosa Keperawatan
Pada pasien Tn.T dengan diagnosa Stroke Hemoregik didapatkan 4
diagnosa yang muncul berdasarkan kondisi pasien diantaranya adalah
Perfusi serebral b/d pendarahan Intracranial.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan sesuai teori dengan memperhatikan situasi dan kondisi
pasien serta sarana dan prasarana di rumah sakit. Prioritas masalah
berdasarkan teori Hierarki Maslow, sedangkan penentuan tujuan
meliputi sasaran, kriteria waktu dan hasil dan rencana tindakan
keperawatan kasus ini berpedoman pada NANDA, NOC dan NIC.
Dengan menyesuaikan pada kondisi pasien. Dalam penyusunan
perencanaan keperawatan melibatkan pasien, keluarga dan tim
kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan
keperawatan mandiri, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.
4. Pelaksanaan kepewatan
Pelaksanaan dari 4 diagnosa keperawatan antara lain Perfusi serebral
b/d pendarahan Intracranial. Cedera fisik dapat dilaksanakan sesuai
rencana yang telah disusun dengan adanya kerjasama yang baik dengan
pasien, keluarga pasien, perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selam 1 x 24
jam, dari ke 4 diagnosa keperawatan, meliputi : Perfusi serebral b/d
pendarahan Intracranial., keempat diagnosa tersebut dapat teratasi
dengan baik.
a. SARAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Stroke Hemoregik, maka penulis ingin memberikan saran antara lain :
1. Bagi profesi kesehatan
Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan medikal bedah agar pada
saat menentukan perencananaan sera pelaksanaan dalam pemberian
asuhan keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat
respon pasien dan keluarga pasien.
2. Bagi institusi
a. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
1) Menanggapi keluhan pasien dengan segera untuk dilakukan
tindakan lanjut.
2) Memperhatikan dalam pembuatan dokumentasi keperawatan,
dengan maksud pendokumentasian bukan bersifat rutinitas.
b. Institusi pendidikan
1) Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan
kepada mahasiswa yang akan melakukan penyusunan asuhan
keperawatan pada Tn.T. Dengan adanya bimbingan diharapkan
target untuk mencapai tujuan dalam penyelesaian tugas dapat
tercapai.
2) Menambah inventaris laboratorium untuk meningkatkan proses
belajar.
Menambah literatur-literatur baru, untuk mempermudah dalam proses belajar
mengajar maupaun penyelesaian tugas.
Daftar Pustaka
Batticaca,F.B 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Dewi, R, Etika, M.U., Tri, C.S (2019). Pencegahan Dekubitus Pasien Stroke
Hemragik Setelah 24 Jam Serangan Di Stroke Center RSUD Ngudi
Waluto Wlingi. Jurnal Keperawatan Volume 7 No.2, hal. 118-127.