Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Rezha Ariya Putra

NIM : 1818188

Kelas : 3 D

LAPORAN PRAKTIK PETROKIMIA

I. JUDUL
Pengujian Zat Warna

II. TUJUAN
A. Menguji keberadaan dan jenis zat warna dalam sampel secara kualitatif
B. Menguji kadar zat warna dalam sampel secara gravimetri.

III. PRINSIP
A. Analisis Kualitatif

Benang wol yang telah menyerap sampel dicelupkan ke berbagai pereaksi


(HCl pekat, Asam Sulfat pekat, NH4OH 12 % dan NaOH 10 %).Perubahan warna
yang terjadi diamati dan dibandingkan dengan perubahan warna wol yang
mengandung standar zat warna.

B. Analisis Kuantitatif

Kadar zat warna dalam sampel ditetapkan kadarnya berdasarkan gravimetri.Benang


wol akan menyerap zat warna yang telah dilarutkan menggunakan Asam sulfat.Kadar
zat warna diketahui dengan membandingkan bobot zat warna yang terserap dalam
benang wol dengan bobot contoh.
IV. DASAR TEORI
Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan
setelah aroma. Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan 275 penerimaan
konsumen terhadap suatu produk (DIXIT dkk, 1995). Warna makanan
memegang peranan utama dalam penampilan makanan, karena meskipun
makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya tidak menarik waktu disajikan,
akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang
(MOEHYI,1992). Hal ini didukung oleh SANJUR (1982) bahwa
penampakan dari makanan dan minuman merupakan hal yang paling banyak
mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen.Oleh karena itu produsen
pun berlomba menawarkan aneka produknya dengan tampilan yang menarik
dan warna warni.
Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan
diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine. Tartrazine dan Sunset
Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam
pengobatan dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan
mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya
yang rendah dibandingkan dengan pewarna alami (PEDRO dkk, 1997)
Tartrazin merupakan pewarna makanan sistesis yang berwarna kuning.
Menurut LESTARI (2012), yang dimaksud tartrazin merupakan pewarna
kuning lemon sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan.
Untuk menghasilkan warna lain selain kuning lemon, tartrazin dapat
dicampurkan dengan biru brilian atau brilliant blue.
Tartrazin merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut
dalam air,dengan larutannya berwarna kuning keemasan. Kelarutannya dalam
alcohol hanya 95 % hanya sedikit,dalam gliserol dan glikol mudah
larut.Tartrazine tahan terhadap cahaya, asam asetat,HCl dan NaOH 10
%.dengan NaOH 30 % akan menjadikan warna berubah kemerah -
merahan.Mudah luntur oleh adanya oksidator, FeSO4 membuat larutan zat
berwrna menjadi keruh,tetapi Al tidak berpengaruh.(WINARNO,1992)
Struktur Tartrazine

Menurut PERMENKES RI Batas penggunaan yang tidak


menimbulkan bahaya jika dikonsumsi manusia yaitu 30 – 300 mg batas per kg
makanan, dan 0 – 7,5 mg batas ADI per kg berat badan. Efek samping dari
penggunaan tartazin berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada 1 - 10
dari sepuluh ribu orang. Selain itu tartrazine menimbulkan efek samping
langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura
(kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih
umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin .
Ponceau 4R merupakan pewarna merah hati yang digunakan dalam
berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Ponceau
4R berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak dan dapat menimbulkan alergi
terhadap salisilat (aspirin). Selain itu, ponceaur 4R dapat meningkatkan gejala
asma . Pada tahun 2009 Acceptable Daily Intake (ADI) diturunkan untuk
penggunaan ponceau 4R dari 4 mg/kg menjadi 0,7 mg/kg berat badan per hari.
Ponceau 4R dianggap karsinogenik di Negara, Amerika Serikat, Norwegia,
dan Finlandia, dan saat ini tercatat sebagai zat yang dilarang oleh US Food
and Drug Administration (FDA) namun di Indonesia penggunaannya saat ini
masih diperbolehkan.
Struktur Ponceau

Ponceau mudah larut dalam air,memberikan larutan berwarna merah


jingga.Larut dalam gliserol dan glikol,mudah larut dalam alcohol 95 %. Sifat
ketahanannya hamir sama dengan amaranth,sedikit luntur dengan Asam asetat
10 %.NaOH 30 % akan membuat larutan berwarna kekuningan. Zat warna ini
dapat diendapkan dengan tawas 5 %.Dengan Cu membuat larutan menjadi
kuning,gelap dan keruh baik pada larutan netral amupun asam. (WINARNO,
1992)
V. CARA KERJA
A. Analisis Kualitatif

25 mL sampel Benang wol sepanjan


dilarutkan dalam air 10 cm dimasukkan
dan diasamkan dengan kelarutan tersebut.
HCl 10 %

Benang wol dikeringkan Dididihkan seluruhnya


dan dipotong menjadi selama 30 menit dan
empat bagian kemudian dicuci
dengan air

Setiap potongan benang Diamati perubahan


ditetesi masing-masing warna dan
dengan HCl pekat,Asam dibandingkan dengan
sulfat pekat,NH4OH 12 perubahan warna
% dan NaOH 10 %. standar.

B. Analisis Kuantitatif

20 cm benang wol dicuci 25 g contoh ditimbang


dengan heksana,benang kemudian dilarutkan
dikeringkan dan ditimbang dengan Asam sulfat
sebagai bobot awal. (W0) sebanyak 50 mL

Benang wol dikeringkan Benang direndam dan


dan ditimbang sebagai dididihkan selama 30 menit
bobot akhir. (W1) dalam larutan .Benang wol
kemudian dicuci air panas.
VI. DATA PENGAMATAN
A. Deskriptif Bahan

Contoh Wujud Warna Bau


Standar Tartrazin
Standar Ponceau
Benang wol
Contoh A
Dst

B. Analisis Kualitatif

Pengamatan warna
Pereaksi Contoh A Contoh B Contoh C Contoh D
HCl (p)
Asam Sulfat
(p)
NH4OH 12 %
NaOH 10 %

C. Analisis Kuantitatif

Contoh
Uraian A B C D
Bobot Awal (W0)
Bobot Akhir (W1)
Bobot Contoh

VII. PERHITUNGAN
VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTAKA

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. 1985.


Peratutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tentang Zat Pewarna
Tertentu Yang Dinyatakan Berbahaya. Jakarta

DIXIT, S. PANDEY RC, DAS M AND KHANNA SK. 1995. Food quality
surveillance on colours in eatables sold in rural market of Uttar Pradesh. J.
Food Sci. Technol. 32 : 375 – 376

LESTARI,R. 2012. Bahan Kimia Berbahaya Pada Makanan (Tartazine)

MOEHYI, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga.


Jakarta. Bharata

SANJUR, D. 1982. Social And Cultural Perspectives In Nutrition. New


Jersey. Engelwood Cliffs, Prentice Hall Inc

WINARNO,F.G.1992.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta.Gramedia Pustaka


XI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai