Kelas :
C SORE
Dosen
Daftar isi
Bab I – Pendahuluan
Bab II – Pembahasan
2.1 Inflasi
Bab IV
4.1 kesimpulan
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada masa pertumbuhan seperti pada saat ini, Indonesia menghadapi berbagai macam tantangan,
baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan lain sebagainya. Salah satu tantangan
yang dihadapi adalah bagaimana cara Indonesia mengatasi inflasi. Laju inflasi di Indonesia tidak
hanya dipengaruhi oleh demand pull, melainkan juga dipengaruhi oleh cost push, maka supaya
pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerja sama dan koordinasi antara
pemerintah dan BI sangat diperlukan. Pada tahun 2005, koordinasi antara pemerintah dan BI
telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan
Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat.
Salah satu tolok ukur kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan perekonomian. Jika
perekonomian negara stabil, maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut maju, sebaliknya jika
keadaan perekonomian suatu negara terpuruk, maja negara tersebut belum dapat dikatakan
sebagai negara maju. Untuk pencapaian pertumbuhan perekonomian yang stabil dan
berkelanjutan, Bank sentral sebagai otoritas moneter akan menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter untuk mencapai kestabilan nilai rupiah, baik itu dengan menetapkan suku
bunga, mempengaruhi jumlah uang beredar, dan lain sebagainya dimana arah kebijakan moneter
disesuaikan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di indonesia
1.2 Perumusan Masalah
Tujuan penelitian dari makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Inflasi
Secara umum, inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum
mengalami kenaikan secara terus menerus dalam waktu yang panjang. Umumnya, inflasi
menjadi penyebab menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Dikatakan tingkat harga secara
umum sebagai syarat inflasi dikarenakan ada banyak sekali jenis barang di pasaran. Naiknya
harga satu atau dua barang saja tidak bisa disebut inflasi, disebut inflasi jika sebagian besar
barang-barang mengalami kenaikan. Juga dikatakan kenaikan harga secara terus menerus sebagai
syarat dikatakannya sebuah inflasi, hal ini karena harga bisa saja naik hanya untuk sementara,
kenaikan harga yang bersifat sementara ini tidak bisa disebut inflasi. Jadi, ketika kenaikan
tersebut berlangsung dalam waktu yang lama dan terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa
secara umum, maka gejala inilah yang disebut dengan inflasi.
inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi juga dapat terjadi dikarenakan jumlah uang beredar
lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan sebuah gejala ekonomi yang susah
untuk diatasi secara tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi inflasi biasanya hanya
sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya saja.
(Bambang & Aristanti, 2007) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus
menerus. Kejadian inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini terjadi
dikarenakan dalam inflasi akan terjadi penurunan tingkat pendapatan
(Sukwiaty, 2009) Inflasi merupakan proses suatu kejadian dan bukan tinggi rendahnya tingkat
harga. Sehingga, jangan menganggap kalau tingkat harga tinggi itu berarti inflasi tinggi, inflasi
terjadi kalau proses kenaikan harga yang terus menerus dan saling pengaruh mempengaruhi
(Kamus Lengkap Webster’s New Universal, 1983) Inflasi adalah peningkatan jumlah mata uang
yang beredar yang mengakibatkan penurunan nilai mata uang yang tajam dan tiba-tiba serta
kenaikan harga; hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah uang kertas yang dikeluarkan
atau emas yang ditambang atau peningkatan pengeluaran relatif seperti saat pasokan barang
gagal memenuhi permintaan.
- Inflasi Rendah, yaitu jenis inflasi yang jumlahnya kurang dari 10% per tahun.
- Inflasi menengah, yaitu jenis inflasi yang jumlahnya berkisar antara 10-30% per tahun.
- Inflasi berat, yaitu jenis inflasi yang jumlahnya berkisar antara 30-100% per tahun.
- Hyperinflation, yaitu jenis inflasi yang jumlahnya lebih dari 100% per tahun.
Ada dua Faktor yang yang menyebabkan terjadinya inflasi (Yanuar, 2016)
Inflasi yang terjadi akibat permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang lebih tinggi
dibandingkan kemampuan pasar untuk menghasilkan kebutuhan barang atau jasa pada waktu
tersebut.
- Inflasi akibat desakan biaya produksi (Cost Push Inflation)
Inflasi yang terjadi akibat adanya kenaikan harga bahan mentah atau bahan baku yang digunakan
dalam proses memproduksi barang atau jasa, sehingga akan terjadi penyesuaian harga jual
barang atau jasa yang diproduksi mengikuti peningkatan harga bahan baku.
- Inflasi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar (Quantity Theory Inflation)
Ada sebuah keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan barang yang tersedia. Apabila
jumlah uang yang beredar lebih banyak 2x lipat, maka harga jual barang akan mengalami
kenaikan sebesar 2x lipat. Hal ini akan menyebabkan nilai mata uang negara tersebut turun.
Pada saat permintaan akan suatu barang mengalami kenaikan, ketersediaan barang tersebut akan
mengalami penurunan. Apabila barang tersebut tidak memiliki barang pengganti atau barang
substitusi, maka akan terjadi keadaan tidak seimbang yang akan menyebabkan harga barang
naik.
Inflasi akan terjadi pada saat negara mengalami kekacauan baik dalam hal politik maupun
perekonomiannya. Sebagai contoh, pada saat peristiwa tragedy 1998, Indonesia mengalami
inflasi yang mencapai 77,63%, padahal idealnya inflasi hanya berkisar antara 3-4% saja.
Dampak positif :
Memang terdengar aneh apabila inflasi memberikan keuntungan, tapi sebenarnya ada beberapa
pihak akan diuntungkan dengan adanya inflasi. contohnya produsen atau pengusaha yang akan
mendapatkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan kenaikan biaya produksi, pada saat terjadi
inflasi produsen akan terdorong untuk memproduksi lebih banyak barang yang akan
meningkatkan penghasilan produsen, terutama produsen kebutuhan pokok yang barangnya akan
tetap dibeli meskipun harga barang naik.
Dampak negatif :
- menurunkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi mereka yang memiliki penghasilan
tetap, dengan adanya inflasi, harga barang-barang di pasar akan naik sedangkan penghasilan
masyarakat tidak mengalami perubahan, hal ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakan
karena daya beli masyarakat menjadi rendah.
- Mendorong tingkat suku bunga, pada saat terjadi inflasi, Lembaga-lembaga keuangan akan
melakukan kebijakan untuk menambah tingkat bunga pinjaman agar tidak terjadi penurunan
pada nilai mata uang. Tetapi disisi lain peningkatan bunga pinjaman akan menghambat
pengembangan usaha karena dapat mengurangi minat investor untuk mengembangkan
usahanya
- Mendorong tingkat spekulatif, para investor cenderung akan menyimpan kekayaannya dalam
bentuk investasi spekulatif yakni membeli barang-barang berharga yang akan lebih
menguntungkan pada saat dijual nanti karena nilainya tidak mengalami penurunan karena
inflasi seperti tanah, emas dan lain sebagainya. (Embun, 2017)
Secara umum kebijakan moneter adalah proses mengelola persediaan uang sebuah negara agar
dapat mencapai tujuan tertentu, seperti mengontrol inflasi, meningkatkan kesempatan kerja atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia sendiri, definisi dari kebijakan moneter sudah dirumuskan dalam UU No. 3 tahun
2004 yang berbunyi, kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh
Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara
lain melalui pengendalian jumlah uang beredar (JUB) dan suku bunga (BI Rate/Repo Rate)
(Iswardono, 1997) kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan
ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi
makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan
keseimbangan neraca pembayaran.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999, tujuan utama Bank Indonesia sebagai bank
sentral di Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam
menjalankan tugas tersebut, menetapkan serta melaksanakan kebijakan moneter menjadi salah
satu tugas utama Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga bertugas untuk mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank.
Kebijakan moneter memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud dapat merupakan kestabilan harga-harga barang dan jasa
(yang tercermin dari inflasi) di Indonesia serta kestabilan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing. Untuk menjaga kestabilan serta tingkat inflasi tersebut agar tetap rendah, Bank Indonesia
menggunakan beberapa instrumen kebijakan moneter. (Bank Indonesia, n.d.)
- Kebijakan pasar terbuka, merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI (Surat Bank Indonesia).
Dengan menjual SBI, Bank Sentral akan menerima uang dari masyarakat dengan artinya
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi
- Kebijakan diskonto, merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan menaikkan tingkat suku bunga, diharapkan
masyarakat akan menabung di bank lebih banyak. Dengan demikian, jumlah uang yang
beredar dapat dikurangi
- Kebijakan cadangan kas, merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan cadangan kas minimum,
sehingga bank umum harus menahan uang lebih banyak di bank sebagai cadangan, dengan
demikian jumlah uang yang beredar dapat dikurangi
- Kebijakan kredit selektif, merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat syarat-syarat pemberian
kredit. Syarat pemberian yang ketat akan mengurangi jumlah pengusaha yang bisa
memperoleh kredit, dengan demikian jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
- Sanering, merupakan kebijakan bank sentral dengan memotong nilai mata uang dalam negeri
jika negarqa sudah mengalami Hyperinflation (inflasi diatas 100%), dengan memotong nilai
mata uang, maka nilai uang yang beredar dapat dikurangi.
- Menarik atau memusnahkan uang lama, merupakan kebijakan bank sentral untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara menarik atau memusnahkan uang yang lama seperti
uang pecahan Rp 5,00, Rp 10,00, Rp 25,00 serta uang kertas Rp 100,00.
- Membatasi pencetakan uang baru, dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi dengan
membatasi pencetakan uang baru agar jumlah uang yang beredar tidak semakin bertambah
(Dosen pendidikan 2, 2019)
Pertumbuhan Ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perekonomian
negara dalam jangka waktu tertentu untuk menuju kondisi ekonomi yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi identik dengan kenaikan kapasitas produksi yang diwujudkan melalui
kenaikan pendapatan nasional.
(Budiono, 1994) pengertian pertumbuhan eknomoi adalah sebuah proses pertumbuhan output
perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada peningkatan output yang bersumber dari
proses intern perekonomian itu sendiri dan sifatnya sementara.
Artinya, pertumbuhan tersebut sifatnya self generating yang menghasilkan suatu kekuatan atau
momentum untuk kelangsungan pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya.
I. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh
mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
II. Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber
daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung
oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral,
tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
III. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola
kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan
perekonomian.
IV. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet
dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya
sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
V. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang
modal juga dapat meningkatkan produktivitas. (makalah artikel online, n.d.)
Keberhasilan dalam pertumbuhan ekonomi biasanya bersifat kuantitatif, yakni adanya kenaikan
standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan keberhasilan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, tidak hanya pertambahan produksinya saja, tetapi
juga adanya perubahan dalam alokasi input dan struktur produksi pada berbagai sektor
perekonomian.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
yang dilakukan terus-menerus yang mengakibatkan suatu perubahan perekonomian kearah yang
lebih baik di berbagai bidang dimana hasil akhir adalah peningkatan pendapatan perkapita. Dan
yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi ialah suatu proses kenaikan output perkapita yang
dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang.
Beberapa penelitian terdahulu yang telah meneliti hubungan antara Inflasi dan Pertumbuhan
Ekonomi adalah :
1. Herman Ardiansyah (2017) dengan judul Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Jika inflasi naik maka pertumbuhan ekonomi akan turun dan sebaliknya jika inflasi
turun maka pertumbuhan ekonomi akan naik.
2. Dina Ayucninda (2013) dengan judul Analisis Hubungan Antara Inflasi dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kointegrasi dan kausalitas
granger. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ditemukan hubungan kausalitas yang terjadi
dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi, melainkan hubungan kausalitas yang ditemukan
terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian menunjukan bahwa variabel
inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
BAB 3
DATA
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Dari grafik diatas dapat terlihat indeks harga konsumen yang berfluktuasi dari tahun 2010-2017.
Pada tahun 2010-2011 indeks harga konsumen mengalami kenaikan hingga tahun 2012 dimana
indeks harga konsumen mengalami penurunan. Pada tahun 2012-2013 indeks harga konsumen
kembali mengalami kenaikan hingga tahun 2014-2015 yang mengalami penurunan kecil. Pada
tahun 2016, terjadi penurunan inflasi yang sangat drastis tetapi pada tahun 2017 kembali terjadi
kenaikan.
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Dari data diatas dapat terlihat perkembangan inflasi dan produk domestik bruto dari tahun 2010-
2017. Dari data itu dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap
perkembangan produk domestik bruto di Indonesia, meskipun dari tahun ke tahun inflasi
mengalami kenaikan dan penurunan, tetapi produk domestik bruto tetap mengalami penurunan
yang stabil.
BAB 4
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Inflasi yang terjadi di Indonesia terus mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun,
tetapi perkembangan produk domestik bruto tidak berfluktuasi seperti perkembangan inflasi di
Indonesia, perkembangan produk domestik bruto justru mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Dari data inflasi dan data perkembangan produk domestik bruto pada tahun 2010-2017, dapat
terlihat bahwa inflasi yang terjadi tidak memiliki pengaruh dengan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asian Development Bank. (2018). Key Indicators for Asia and the Pacific 2018. Retrieved from
https://www.adb.org/publications/key-indicators-asia-and-pacific-2018
Bambang, & Aristanti. (2007). Pengertian Inflasi.
Bank Indonesia. (n.d.). Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal. Retrieved from
https://www.bi.go.id/id/moneter/koordinasi-kebijakan/Contents/Default.aspx
Budiono. (1994). Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.
Dosen pendidikan 2. (2019). Cara Mengatasi Inflasi Dengan Kebijakan Moneter Dan Fiskal
Lengkap. Retrieved from https://www.dosenpendidikan.com/cara-mengatasi-inflasi-dengan-
kebijakan-moneter-dan-fiskal-lengkap/
Embun, D. (2017). dampak positif dan negatif inflasi terhadap suatu negara. Retrieved from
https://blog.ruangguru.com/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara
Iswardono. (1997). Pengertian Kebijakan Moneter.
Kamus Lengkap Webster’s New Universal. (1983). pengertian Inflasi.
makalah artikel online. (n.d.). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.
Retrieved from http://makalah-artikel-online.blogspot.com/2009/05/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html
Nophirin. (1992). Pengertian Kebijakan Moneter.
Sadono, S. (1985). Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.
Sukwiaty. (2009). Pengertian Inflasi.
Yanuar. (2016). ekonomi makro : suatu analisis konteks indonesia. Retrieved from
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP