Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang
Salah satu ciri manusia modern adalah rasional. Hal ini bukan berarti manusia
meninggalkan hal-hal yang bersifat transenden (iman), melainkan bagaimana usaha
manusia untuk dapat mendaya-gunakan sifat rasional tersebut dalam kerangka
transenden. Kemanusiawian manusai akan berhadapan dengan keinginan untuk mencari
kepuasan bathin. Manusia tidak akan puas terhadap keadaannya, proses evolusi sampai
dengan perkembangan yang transformative dalam berbagai kajian ilmu serta
pengetahuan akan memperlihatkan jati dirinya bahwa manusia adalah makhluk yang
cepat berubah. Mari kita saksikan dalam perjalanan waktu dan sejarah hidupnya,
manusia telah banyak mencetak menciptakan berbagai perkembangan dalam segala
dimensi kehidupan.
Perkembangan berbagai perangkat, mesin dan teknologi komunikasi telah mencatat
sebuah perkembangan zaman, yang disebut dengan globalisasi. Jarak, yang sebelumnya
menjadi kendala dalam membangun dan mengembangkan perjumpaan manusia untuk
berinteraksi, tetapi dengan penemuan alat komunikasi yang dibalut melalui kemajuan
komputerisasi yang semakin canggih telah memproklamasikan kehidupan yang
bertemakan “ilmu pengetahuan dan teknologi”. Suatu pencapaian prestasi manusi akan
menjadi “dewa” baru dalam kehidupan dunia, terlebih apabila sifat dan sisi penalaran
ataupun rasionalisasi manusia tidak diimbangi oleh sisi ataupun aspek yang bersifat
transenden. Manusia modern sadar bahwa hal-hal yang bersifat transeden sebenarnya
juga dapat dipahami secara rasional, bahkan harus dijelaskan sedemikian sehingga
mereka juga merasakan “kepuasan” bagi nalarnya.
Pada materi ini,kita akan mengulas pemahaman IPTEK dan seni dalam
hubungannnya dengan Etika Kristen, sehingga kita dapat menyikapi kemajuan tersebut
dengan arif dan bijaksana melalui sudut pandang etis yang komprehensif. Artinya,
seberapa jauh perkembangan IPTEK selayaknya benar-benar membantu perkembangan
manusia dalam mengaktualisasikan kemampuan nalar (akal budi) yang didukung
dengan aspek iman. Kiranya melalui pembahasan ini,kita semakin bijak terpanggil
untuk mengoptimalkan setiap kemampuan ataupun talenta kita dalammemuliakan Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan Etika Kristen dan Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana hubungan Etika Kristen dan Teknologi?
3. Apa yang menyebabkan krisis nilai pada penggunaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan Etika Kristen dan Ilmu Pengetahuan.
2. Untuk mengetahui hubungan Etika Kristen dan Teknologi.
3. Untuk mengetahui krisis nilai pada penggunaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian IPTEK
Sebelumnya, kita akan menelusuri pemahaman IPTEK yang kepanjangan dari ilmu
dan teknologi. Buku berjudul filsafat ilmu yang ditulis oleh Amsal Bachtiar
mendefinisikan IPTEK dalam pemahaman sebagai berikut1 :
a. Ilmu
Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu.
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah :
1) Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur
dan dibuktikan.
2) Koherensi sistematik ilmu.
3) Tidak memerlukan kepastian lengkap.
4) Bersifat objektif.
5) Adanya metodologi.
6) Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.

b. Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi itu bersifat fisik, yang
dapat dilihat secara inderawi. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-
barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk
memudahkan realisasi hidupnya didalam dunia. Hal mana jua memperlihatkan tentang
wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani: techne) manusia selaku homo
technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari
tentang “techne” manusia.

B. Etika Kristen dengan Ilmu Pengetahuan


Dalam psikologi, dikenal konsep diri dari Freud yang dikenal dengan nama “id”, “ego’
dan “super-ego”. “Id” adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan
biologis(hawa nafsu dalam agama) dan hasrat-hasrat yang mengandung dua instink: libido
(konstruktif) dan thanatos (destruktif dan agresif). “Ego” adalah penyelaras antara “id” dan

1
Bakhtiar A.; Filsafat Imu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.19
realitas dunia luar. “Super-ego”adalah polisi kepribadian yang mewakili ideal, hati nurani
(Jrakhmat, 1985). Dalam agama, ada sisi destruktif manusia, yaitu sisi angkara murka
(hawa nafsu).
Ketika manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka dapat
saja hanya memfungsikan “id”-nya, sehingga dapat dipastikan bahwa manfaat pengetahuan
mungkin diarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Misalnya, dalam pertarungan antara id
dan ego, dimana ego kalah sementara super-ego tidak berfungsi optimal, maka tentu nafsu
angkara murka yang mengendalikan tindakan manusia dalam menjatuhkan pilihan dalam
memanfaatkan ilmu pengetahuan. Dari hal tersebut, kebaikan yang diperoleh manusia
adalah nihil. Kisah dua kali perang dunia, kerusakan lingkungan, penipisan lapisan ozon,
adalah pilihan “id” dari kepribadian manusia yang mengalahkan “ego” maupun “super-
ego’-nya.
Oleh karena itu, pada tingkat aksiologis, pembicaraan tentang nilai-nilai adalah hal
yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggungjawab manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahtan
manusia itu sendiri. Karena dalam penerapkannya, ilmu pengetahuan juga punya bias
negatif dan destruktif, maka diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan
potensi “id” (libido) dan nafsu angkara manusia ketika hendak bergelut dengan dengan
pemanfaatan ilmu pengetahuan. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak, yang akan
menjadi well-supporting bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Hakikat moral,
tempat ilmuwan mengembalikan kesuksesannya.
Iman kristen mengajarkan kepada kita bahwa takut kepada Tuhan akan dapat
memperbaharui arah dan corak ilmu pengetahuan orang yang percaya. Yang berbeda ialah
pangkal pikiran atau arah titik berangkat, cara berpikir dari orang Kristen dengan orang
yang bukan Kristen. Secara filsafat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dengan hasil
berpikir seseorang dipengaruhi oleh titik berangkat dan cara berpikirnya. Sedangkan titik
berangkat cara berpikir seseorang itu ialah keyakinan yang dianutnya (kepercayaan,
iman)2.
Etika adalah pembahasan mengenal baik(good), buruk (bad), semestinya (ought
to),benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau good
dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanyabertalian dalam hati nurani. Bernaung
di bawah filsafat moral3. Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu,

2
Habeahan, S. Pendidikan Agama Kristen. Medan. CV. Partama Mitra Sari, 2018, h. 99
3
Habeahan, S. Roda Berputar Dunia Bergulir Kognisi Baru Tentang Timbul-Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung.
Bakti Mandiri,1999, h.24
dengan argumen kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau
keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat
kewajiban-kewajiban tentang kebaikan yang pelaksannya (eksekutor) tidak ditunjuk.
Eksekutor-nya menjadi jelas ketika sang subyek berhadapan pada opsi baik atau buruk,
dimanayang baik itulah yang menjadi kewajiban eksekutor dalamsituasi ini.
Kemajuan IPTEK yang sudah tidak dapat terbendung lagi membawa konsekuensi
logis terhadap sebuah keberanian, bahwa perkembangan IPTEK perlu diwadahi oleh etika,
sebab IPTEK itu harus bertujuan bagi kepentingan bangsa. Oleh karena itu IPTEK harus
tunduk pada etika, dan bukan sebaliknya etika ditentukan oleh IPTEK. IPTEK diperlukan
oleh manusia justru untuk kepentingan martabat manusia, sebagai mandataris Allah. Salah
satu dimensi kehidupan manusia adalah kehidupan kultural dan manusia mewujudkan
kehidupan kultural itu dengan IPTEK tersebut. Oleh karena itu IPTEK dengan seluruh
perkembangannya harus berguna bagi kesejahteraan manusia.

C. Hubungan antara Etika Kristen dengan Teknologi


Filsafah teknik dalam kehidupan manusia tidak bertentangan dengan iman kristen.
Yang menjadi permasalahan untuk direnungkan adalah pertanyaan tentang hakekat teknik:
Apa itu teknik? Mengapa ada teknik? Untuk apa teknik dalam kehidupan manusia?4
a. Pengertian Teknik dan Teknologi
Perkataan teknik berasal dari kata Yunani “techne” yang berarti kecakapan,
ketrampilan baik dalam lapangan seni maupun dalam pekerjaan tangan.
Teknik (modern) diartikan juga dengan setiap kegiatan manusia yang terarah kepada
pembuatan alat untuk memecahkan perintang-perintang jasmani manusia dalam usahanya
mencapai tujuan tertentu. Jadi teknik dapat diartikan sebagai berikut: Teknik adalah kerja,
Teknik adalah kebudayaan, Teknik adalah keterampilan.
b. Mengapa Ada Teknik
Merupakan dorongan yang ada dalam hidup oleh karena adanya masalah dan
hambatan ataupun tantangan dalam hidup manusia itu. Inilah yang membedakan manusia
dengan ciptaan yang lain. Karena kepada manusia diberi akal budi (bagian dari gambar dan
rupa Allah).

c. Untuk Apa Teknik

4
Sampitmo, H. Pendidikan Agama Kristen. Medan. CV. Partama Mitra Sari, 2018, h. 101
Teknik diperlukan untuk menjawab dan mengatasi masalah, hambatan bagi kebutuhan
manusia ataupun untuk menggenapi apa yang menjadi perintah Tuhan dalam Kejadian
1:26-28. Dengan kata lain teknik adalah untuk memenuhi tugas dan tanggungjawab
manusai sebagai ciptaan yang diberi mandat oleh Tuhan untuk bertanggungjjawab atas
ciptaan yang lain.
Jadi etika kristen dengan teknologi dapat diartikan sebagai ekspressi hidup manusia
dalam memenuhi mandat kultural. Hal ini juga menggenapi tugas dan tanggungjawab yaitu
pemeliharaan kesejahteraan umat manusia dan ciptaan Tuhan lainnnya.

D. Krisis Nilai Pada Penggunaan Dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni
a. Krisis nilai dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan
Gejala krisis nilai pada ilmu pengetahuan disebabkan karena ilmu pengetahuan
dijadikan bukan lagi sebagai alat melainkan sebagai tujuan. Sehingga banyak orang
yang akhirnya memperdewakan ilmu pengetahuan dan kemudian dianggap dapat
memeahkan segala persoalan hidupnya. Mereka menganggap dan menjadikan ilmu
pengetahuan sebagai keselamatan bagi umat manusia5.
Inilah yang harus diingkatkan kepada setiap orang Kristen tidak boleh
memperdewakan ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan terbatas dan merupakan
hasil karya manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Meskipun demikian diingatkan
juga bahwa kita tidak boleh apriori dengan ilmu pengetahuan.
Harus kita tegaskan bahwa Iman Kristen tidak bertentangan dengan Ilmu
Pengetahuan. Justru Iman Kristen memberi arahan atau tuntunan sehingga Ilmu
Pengetahuan dapat bermanfaat bagi umat manusia. Yang penting adalah berpegang
pada Firman Tuhan! “Karena takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”
(Amsal 1:7a). Oleh karena itu Iman Kristen menerima ilmu pengetahuan sebagai kasih
karunia dan sebagai alat memuji Tuhan.

b. Krisis nilai dalam pengertian Teknologi


Hakekat teknologi merupakan suatu kecakapan dan kemampuan untuk menguasai
aspek-aspek kehidupan. Satu segi yang sangat berharga dan bernilai bagi kebudayaan
manusia. Namun teknologi dapat juga menjadi alat untuk melakukan kejahatan,
misalnya dengan penipuan, peperangan, penyelewengan dan berbagai kriminal
lainnya.

5
Habeahan, S. Roda Berputar Dunia Bergulir Kognisi Baru Tentang Timbul-Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung.
Bakti Mandiri,1999, h.102
c. Krisis nilai dalam pengembangan Kesenian
Kesenian adalah penghayatan dan pengungkapan keindahan yang mengharukan.
Kesenian itu meliputi keindahan pemandangan alam, keindahan sastra, keindahan
musik, keindahan lukisan dan patung dll. Sebagai contoh dalam memahami krisis nilai
pada bidang kesenian yaitu seni drama dan musik.

BAB III

KESIMPULAN
1. IPTEK harus tunduk pada etika, dan bukan sebaliknya etika ditentukan oleh IPTEK.
IPTEK diperlukan oleh manusia justru untuk kepentingan martabat manusia, sebagai
mandataris Allah. Salah satu dimensi kehidupan manusia adalah kehidupan kultural
dan manusia mewujudkan kehidupan kultural itu dengan IPTEK tersebut.
2. Etika kristen dengan teknologi dapat diartikan sebagai ekspressi hidup manusia dalam
memenuhi mandat kultural. Hal ini juga menggenapi tugas dan tanggungjawab yaitu
pemeliharaan kesejahteraan umat manusia dan ciptaan Tuhan lainnnya.
3. Krisis nilai pada ilmu pengetahuan disebabkan karena ilmu pengetahuan dijadikan
bukan lagi sebagai alat melainkan sebagai tujuan. Sehingga banyak orang yang
akhirnya memperdewakan ilmu pengetahuan dan kemudian dianggap dapat
memeahkan segala persoalan hidupnya. Mereka menganggap dan menjadikan ilmu
pengetahuan sebagai keselamatan bagi umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, A. (2007). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Habeahan, S. (2018). Pendidikan Agama Kristen. Medan: CV. Partama Mitra Sari.
Soewardi, H. (1999). Ilmu Roda Berputar Dunia Bergulir Kognisi Baru Tentang Timbul-
Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung: Bakti Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai