C. Transformasi Kepondokmodernan
Seorang Pemimpin harus mampu mentransfer nilai-nilai kepada orang lain dengan
memperhatikan 3 hal. Dalam ibarat lain, ketika menyampaikan sesuatu ke orang lain harus ada 3
hal yang perlu diperhatikan agar apa yang disampaikan itu bisa diterima dengan baik:
1. Sistematika penyampaian
2. Retorika penyampaian
3. Materi yang disampaikan
Penanaman kepondokmodernan adalah kunci kesuksesan dan kemajuan Pondok. Makanya pada
waktu kemisan guru-guru Pimpinan Pondok selalu menyampaikan tentang kepondokmodernan,
agar guru-guru itu tahu kemana arah Pondok ini dan agar semuanya mengerti dan faham
terhadap Pondok, beliau tidak membicarakan dirosah islamiyyah karenadirosah islamiyyah bisa
melupakan kesadaran dan kefahaman seseorang terhadap Pondok. Namun, bisa saja
Kepondokmodernan itu sesekali dihubungkan dengan dirasah Islamiyah (ada dalil dari al-qur’an
dan hadits).
Motivasi dalam diri seseorang bisa menambah dan mengurangi kepondokmodernannya. Maka
untuk menimbulkan motivasi ini, jiwa dan filsafatnya harus sama dengan Pondok. Kalau tidak
sama, dia tidak akan termotivasi dalam melaksanakan tugas di Pondok, akhirnya kefahaman dan
kesadarannya terhadap Pondok pun sangat minim.
Maka berbicara atau menyampaikan sesuatu itu harus dari dalam jiwa, bukan sekedar dari mulut
saja. Dengan demikian akan masuk omongan kita ke orang tersebut. Namun setruman terhadap
filsafat, nilai dan sistem tergantung kepada:yang memberi setruman dan siapa yang disetrum itu.
Kalau orang yang disetrum tidak senang dengan kita atau tidak seide dengan Pondok, setruman
itu pun tidak akan masuk.
Salah satu upaya Pimpinan Pondok membina guru-guru adalah dengan memberika setruman
tentang kepondokmodernan di Masjid Atiq setelah sholat Maghrib, kemisan, pemanggilan ke
rumah pimpinan, di ajak keliling pakai mobil pimpinan dan lain sebagainya.
Yang sulit itu adalah membuat pengasuh-pengasuh Pondok cabang yang mengerti Gontor, yang
se-ide dan searah dengan Gontor, serta yang mau dikaderkan menjadi pengasuh cabang tidak
banyak. Kalau Cuma membuat guru/ustadz, mudah saja.
Setiap kegiatan di Pondok ini diisi dengan visi, misi dan nilai kepondokmodernan, meskipun
dengan ucapan takbir “Allahu akbar” seperti sebelum bekerja atau sebelum ngecor,
kelihatannya remeh tetapi ini penting untuk membangkitkan semangat santri-santri, mendidik
mental dan menanamkan motivasi serta filsafat hidup yang baik dalam diri mereka.Gontor itu
maju karena menganggap penting hal-hal yang remeh.
Pimpinan Pondok atau siapapun dalam menyampaikan pengarahan harus memakai i’dad
maddiy dan ma’nawiy (sepenuh hati) supaya masuk ke hati para Guru-guru KMI dan Santri,
seperti menjelaskan tentang kepondokmodernan, falsafah hidup pondok, kedisiplinan, sunnah
pondok (pergi ke masjid harus pakai peci, baju dimasukkan, dll).
Untuk memahami pondok secara keseluruhan maka harus menyatu dengan pondok (integrated),
yaitu :
1. Menyatu idenya
2. Menyatu progamnya
3. Menyatu jiwanya
4. Menyatu filsafat hidupnya
D. Kekuatan Pondok
Kalau kita kuat maka kita akan menguatkan orang lain, kalau kita menguatkan orang lain maka
orang lain akan menguatkan kita dan Allah pasti lebih menguatkan kita. Kekuatan itu kita pakai
yang mana akan menjadikan kita semakin kuat sedang yang membuat kekuatan itu adalah
kemauan. Kekuatan kita ini terletak pada:
1. Keikhlasan.
2. Ajaran-ajaran Gontor di KMI.
3. Disiplin pola fikir dan kegiatan.
Segala sesuatu di Pondok ini harus dengan disiplin yang tinggi, bukan cuma disiplin ke masjid
dan disiplin masuk kelas, tetapi juga disiplin pola pikir, sikap dan tingkah laku. Kehebatan
lembaga manapun di dunia ini tergantung kepada disiplin. Termasuk di Pondok ini, disiplin
adalah salah satu faktor yang membuat Pondok kuat dan maju.
Salah satu yang membuat Pondok ini kuat adalah karena Pondok ini mandiri, orang yang
didalamnya pun mandiri. Mandiri disini adalah mandiri dalam kebersamaan, bukan mandiri
pribadi. Seperti Koperasi Pelajar, Percetakan Darussalam, UKK, KUK dan unit-unit usaha
lainnya adalah mandiri, tetapi mandirinya untuk kebersamaan, salah satu pimpinan tidak ada
yang menguasai unit usaha itu untuk kepentingan pribadinya dengan dalih-dalih mandiri.
Al Qur’an yang kita baca dan perbuatan baik yang kita laksanakan akan berupa makhluk yang
mana makhluk-makhluk itu akan menolong orang yang melakukanya nanti di kuburan dan di
akhirat, maka gontor dengan sekian banyak santri yang berbuat baik dan membaca alQur’an
akan menimbulkan sebuah kekuatan yang sangat dahsyat. Apabila ada Santri atau Guru yang
melanggar disiplin (mencuri) cepat atau lambat akan ketahuan.
F. Sistem di Gontor
Di Pondok ini banyak terdapat sistem. Ada sistem KMI, sistem pembuatan i’dad,
penandatanganan i’dad, muroqobatul fushul, tabkir, sistem mengajar, pengarahan direktur KMI,
sistem guru, sistem panitia ujian dan lain-lain. Ada juga sistem Pengasuhan Santri, seperti:
sistem mengatur kamar guru (penempatan guru yang sudah S1 tidak bisa disamakan dengan guru
di bawahnya), pelajaran sore (KMI tidak boleh ikut campur masalah pelajaran sore, karena itu
wilayah Pengasuhan). Untuk apa kelas 6 disuruh mengajar pelajaran sore? Agar mereka tahu
cara mengajar, belajar yang baik adalah mengajar.
Kalau Pondok-pondok alumni yang ada masih loyal kepada nilai, sistem dan disiplin Gontor,
pasti maju. Suatu hari, Ust. Syukri pernah ditanya oleh seseorang “Ustadz koq selalu kelihatan
awet muda? Apa kuncinya?”.Jawaban beliau adalah “Kita harus selalu optimis dan berfikir
sederhana, yaitu apa yang mampu dikerjakan kita kerjakan dan yang belum mampu
dikerjakan nanti dulu”. Jawaban seperti ini benar-benar direkam oleh orang tersebut dan dia
amalkan, akhirnya dia berhasil.