Perda No 5 Tahun 2016 Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi
Perda No 5 Tahun 2016 Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi
BUPATI PATI
TENTANG
BUPATI PATI,
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN
MENARA TELEKOMUNIKASI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
25. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik spesifik.
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN PRINSIP PENYELENGGARAAN MENARA
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
BENTUK DAN PENEMPATAN LOKASI MENARA
Bagian Kesatu
Bentuk Menara
Pasal 5
Bagian Kedua
Penempatan Lokasi Menara
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
(1) Zona menara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
a terdiri dari :
a. sub zona menara; dan
b. sub zona menara bebas visual.
Pasal 9
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(2) Pada atap bangunan gedung yang berupa plat beton (roof
top), setelah melalui kajian teknis dinyatakan kuat dan
kuat dengan penguatan struktur diperkenankan untuk
mendirikan menara (roof top tower/pole), dengan
penambahan konstruksi bangunan berupa tiang (pole),
dengan tinggi maksimal 12 (dua belas) meter, dengan
melampirkan hasil perhitungan/kajian teknis mengenai
perkuatan struktur.
Pasal 16
Pasal 18
Pasal 19
BAB V
PERIZINAN PEMBANGUNAN MENARA
Pasal 20
BAB VI
PARTISIPASI PEMBANGUNAN DAN ASURANSI
Pasal 22
Pasal 23
BAB VII
PENGGUNAAN BERSAMA MENARA
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB VIII
MENARA KAMUFLASE, MICRO CELL DAN SERAT OPTIK
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
BAB X
RETRIBUSI
Pasal 33
(1) Pemerintah Daerah berhak memungut retribusi
pembangunan menara.
(2) Jenis retribusi yang dapat dipungut adalah :
a. Retribusi IMB;
b. Retribusi Izin Gangguan; dan
c. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
(3) Tata cara pemungutan dan besarnya tarif retribusi diatur
dengan Peraturan Daerah tersendiri.
BAB XI
PEMELIHARAAN MENARA
Pasal 34
(1) Penyedia Menara dapat melakukan kerjasama dengan
Pemerintah Daerah dalam rangka pemeliharaan menara
melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang
terkait dengan larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
BAB XII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 35
Pengawasan dan pengendalian terhadap keberadaan menara
telekomunikasi dilakukan oleh Tim Teknis yang ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 36
Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara wajib melaporkan
penggunaan menaranya setiap enam (6) bulan kepada Bupati
melalui Kepala SKPD.
BAB XIII
PENGECUALIAN
Pasal 37
(1) Ketentuan penggunaan bersama menara sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah ini tidak berlaku untuk :
a. pembangunan menara khusus untuk keperluan
meteorologi dan geofisika, televisi, siaran radio,
pencarian dan pertolongan kecelakaan, amatir radio
komunikasi antar penduduk dan penyelenggara
telekomunikasi khusus instansi pemerintah serta
keperluan jaringan transmisi utama; dan/atau
b. menara yang dibangun pada wilayah-wilayah yang
belum mendapatkan layanan telekomunikasi atau
wilayah-wilayah yang tidak layak secara ekonomis.
(2) Pembangunan menara yang tidak digunakan bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan
kepada Bupati melalui Kepala SKPD oleh Penyedia Menara
atau Pengelola Menara.
Pasal 38
Penyelenggara telekomunikasi dapat bertindak sebagai perintis
di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
huruf b tidak diwajibkan menggunakan menara bersama.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 39
(1) Penyedia Menara yang tidak memiliki perizinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB XV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 40
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini
selain dilakukan oleh Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia juga dapat dilakukan oleh Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah
Daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan
ditempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan saksi ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari penyidik Polri bahwa tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan
tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
(1) Penyedia Menara yang telah memiliki IMB sebelum
Peraturan Daerah ini ditetapkan, namun belum membangun
menaranya harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Menara yang pada saat ditetapkan Peraturan Daerah ini
telah berdiri dan telah memiliki IMB tetap digunakan dan
wajib menjadi menara bersama sesuai kemampuan teknis
menara.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan
Bupati Pati Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penataan,
Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi di Kabupaten Pati (Berita Daerah Kabupaten
Pati Tahun 2011 Nomor 119), dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini wajib
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan
Daerah ini diundangkan.
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pati.
Ditetapkan di Pati
pada tanggal 20 Februari 2016
BUPATI PATI,
Ttd.
HARYANTO
Diundangkan di Pati
pada tanggal 20 Februari 2016
SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN PATI,
Ttd.
DESMON HASTIONO
I. UMUM
Menara telekomunikasi sebagai pendukung penyelenggaraan
telekomunikasi, pembangunannya masih diperlukan guna memenuhi
kebutuhan layanan bertelekomunikasi. Penyedia Menara dalam melakukan
pembangunan menara, selain wajib mempertimbangkan kepentingan
pemerintah daerah, kepentingan investasi dan kepentingan masyarakat
akan layanan telekomunikasi, juga berkewajiban memperhatikan aspek
keamanan dan keselamatan lingkungan, estetika dan aspek kepentingan
umum.
Pemerintah Daerah memiliki kepentingan pelayanan kepada
masyarakat dan peningkatan pendapatan daerah melalui pemungutan
retribusi pengendalian menara telekomunikasi. Penyedia Menara (Tower
Provider) berkepentingan mengembangkan investasinya di daerah dan
masyarakat membutuhkan layanan telekomunikasi dengan nyaman.
Untuk menjamin adanya rasa aman dan keindahan lingkungan tidak
terganggu, maka didalam Peraturan Daerah ini diatur jenis menara
telekomunikasi. Untuk mewujudkan iklim investasi yang kondusif,
mencegah praktik monopoli dan menghindari persaingan tidak sehat,
maka konstruksi menara harus mampu digunakan secara bersama
(menara bersama). Untuk mencover semua wilayah, mencegah terjadinya
blank area (daerah tidak terjangkau signal) diatur zonasi berdasarkan Cell
Plan.
Bahwa guna mewujudkan keserasian hubungan antara Pemerintah
Daerah dengan Penyedia Menara dan masyarakat sekitar, maka perlu
landasan hukum yang dapat menjamin adanya kepastian hukum dan
perlindungan hukum. Diterbitkanya Peraturan Daerah ini sebagai solusi
untuk mewujudkan tertib perijinan dalam pembangunan menara di
Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.