Anda di halaman 1dari 22

Final Paper Assignment

MATA KULIAH
LEADERSHIP & ORGANIZATION BEHAVIOR

KAJIAN DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP EFEKTIVITAS


KINERJA TIM
STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

UNIVERSITAS INDONESIA

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Erika Maria Christina (2006499396)
Erny Anugrahany (2006553076)
M. Alief R. Romadhoni (2006553411)
Simon Maruli (2006554343)

Kelas: I20

Dosen:
Mone Stephanus Andrias, PhD. Cand

Program Studi Magister Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia
2021
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir


adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata kuliah lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menyatakan menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

1. Nama : Erika Maria Christina


NPM : 2006499396
Tandatangan :

2. Nama : Erny Anugrahany


NPM : 2006553076
Tandatangan :

3. Nama : Muhammad Alief Rizal Romadhoni


NPM : 2006553411
Tandatangan :

4. Nama : Simon Maruli


NPM : 2006554343
Tandatangan :

Mata Kuliah : ​Leadership and Organizational Behavior


Judul Makalah : Kajian Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Efektivitas Kerja Tim
Studi Kasus : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Tanggal : 8 Januari 2021
Dosen : Mone Stephanus Andrias, PhD. Cand
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tentang Organisasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah Lembaga Non Kementerian


yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia yang ​berperan awalnya dari perkembangan
penanggulangan bencana pada masa perang kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa
bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20. Perkembangan dimaksud sangat dipengaruhi
pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana. Melihat kenyataan
saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan
bangsa dalam menghadapi bencana.
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia memiliki 129
gunung api aktif, atau dikenal dengan ​ring of fire​, serta terletak berada pada pertemuan tiga
lempeng tektonik aktif dunia yang menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap
ancaman bencana alam. Posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi
hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya. Menghadapi ancaman bencana tersebut,
Pemerintah Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana
di tanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah
berproses dari waktu ke waktu.
BNPB adalah lembaga non kementrian yang berfungsi merumuskan dan menetapkan
kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat
dan efektif serta efisien, juga melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Selain itu sejumlah tugas yang
dilaksanakan BNPB diantaranya:
1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat bencana,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara.
2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat.
4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana.
5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional.
6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

1.2 Alasan Memilih Organisasi

Dalam situasi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia termasuk
Indonesia, sesuai dengan tugas dan fungsinya BNPB memiliki peran penting dalam proses
penanganan dan penanggulangan agar dampak pandemi Covid-19 ini tidak menyebar
semakin luas dan menjadi bencana berkepanjangan.
Dengan posisi Indonesia yang saat ini masih berada pada 10 besar negara di Asia
dengan kasus covid terbanyak ditambah dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan menjadi tantangan bagi BNPB dalam hal melakukan koordinasi,
merumuskan dan mengambil tindakan dengan cepat dan tepat serta efektif dan efisien.
Sebagai instansi yang ditugaskan menjadi ​leader ​dalam percepatan penanganan
bencana pandemi Covid-19, BNPB yang dituntut untuk bergerak cepat dihadapkan dengan
dilema kesehatan pegawainya dalam situasi pandemi seperti ini. BNPB pun menambahkan
tugas dan tanggung jawab selain daripada yang sudah menjadi tugas, pokok dan fungsi
(tupoksi) masing-masing unit sejak awal. Adanya penambahan pekerjaan dimaksud pada
BNPB dikhawatirkan berdampak pada kinerja tim sehingga menjadi kurang efektif.

1. 3 Tantangan dan Masalah yang Dihadapi Organisasi

Untuk mengetahui tantangan dan masalah yang dihadapi oleh BNPB, kelompok kami
telah melakukan wawancara dengan salah satu pegawai di BNPB tepatnya pada Direktorat
Dukungan Infrastruktur Darurat ​untuk mengidentifikasi tantangan dan masalah yang dihadapi
oleh unit dimaksud sebelum dan selama masa pandemi Covid-19.
Adapun Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) pada Direktorat Dukungan Infrastruktur
Darurat (Dit. DID) yaitu pada bidang operasional untuk penanganan dan penanggulangan
bencana alam seperti banjir dan gempa, khususnya terkait tanggap darurat dan transisi darurat
menuju ke pemulihan di wilayah yang terkena bencana alam dimaksud. Pegawai di dalam
Dit. DID berjumlah sebesar 26 (dua puluh enam) orang yang terdiri dari 20 (dua puluh)
Aparatur Sipil Negara dan 6 (enam) orang tenaga pendukung, dimana pembagian tugas sudah
diatur 1 (satu) sebelumnya.
Dalam pelaksanaan tugas, Dit. DID melakukan verifikasi lapangan setelah
mendapatkan informasi laporan dari Pusat Penanggulangan Operasi BNPB, dimana dalam
waktu sehari diterima sebanyak 2000 (dua ribu) laporan bencana alam, sehingga tantangan
dan masalah yang dihadapi sebelum terjadinya pandemi berkisar pada kurangnya jumlah
sumber daya manusia (SDM) pada Dit. DID dalam melakukan tupoksi.
Dengan merebaknya virus Corona, BNPB yang sebelumnya hanya berfokus pada
penanganan dan penanggulangan bencana, mendapatkan tambahan tugas dengan tanggung
jawab sebagai SATGAS dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal ini memberikan
tantangan dan masalah baru bagi BNPB diantaranya adalah:
1. Penambahan tugas tidak diiringi dengan bertambahnya jumlah SDM sehingga
beban kerja masing-masing personil menjadi lebih besar dibandingkan dengan
sebelumnya.
2. Banyaknya tugas BNPB ini menyebabkan pembagian tugas ke personil dilakukan
secara insidental sesuai dengan kebutuhan.
3. Kegiatan BNPB didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lapangan
dan dengan adanya kondisi pandemi ini kegiatan di lapangan tetap harus
dijalankan. Hal ini menimbulkan keberatan dari pegawai yang harus melaksanakan
tugas ke daerah zona hitam Covid-19.
4. Sisi lain dari bertambahnya pekerjaan yaitu kesehatan karyawan menjadi kurang
diperhatikan. Keefektifan kerja tim dapat terpengaruh ketika terdapat pegawai
yang sakit sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dan harus digantikan oleh
personil lainnya sementara beban pekerjaan tidak berubah.
5. Meskipun sempat ada surat edaran dari Sekretaris Utama BNPB mengenai
pemberlakuan ​Work From Home,​ namun pada prakteknya pegawai tetap
melaksanakan tugas secara ​Work From Office dikarenakan tupoksi BNPB yang
terkait dengan pelayanan ke masyarakat.
1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penelitian ini antara lain adalah:


1. Mengetahui bagaimana mekanisme penyelesaian pekerjaan setiap anggota tim selama
pandemi.
2. Mengetahui kendala yang dialami dari sisi kerja tim.
3. Mengetahui bagaimana peran pemimpin dalam mengatur, mengelola,
mengkoordinasikan, dan memastikan efektivitas kerja tim tercapai dan memberikan
kontribusi yang maksimal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Tim

Organisasi, menurut definisi, adalah kumpulan orang yang terus-menerus berinteraksi


untuk mencapai sesuatu yang lebih besar daripada yang dapat dicapai individu sendiri.
(Robert Kreiter et.all, 2010)

Tim didefinisikan sebagai sejumlah kecil (2 hingga 25) orang dengan kemampuan
yang saling melengkapi dan berkomitmen pada tujuan bersama, tujuan kinerja, dan
pendekatan yang mereka anggap dapat dipertanggungjawabkan bersama (Katzenbach &
Smith, 1999). Sebuah kelompok kerja, dapat dikatakan menjadi sebuah tim ketika:

1. Kepemimpinan dapat menjadi aktivitas bersama.


2. Akuntabilitas bergeser dari individual ke beberapa orang secara kolektif.
3. Kelompok mengembangkan tujuan dan misi mereka sendiri.
4. Pemecahan masalah menjadi jalan hidup, bukan hanya aktivitas paruh waktu.
5. Efektivitas diukur oleh produk atau hasil kolektif dari kelompok.

2.2. Efektivitas Kerja Tim


Dalam sebuah tim, efektivitas pekerjaan diukur dari kinerja dan produk yang
dihasilkan oleh tim tersebut. ​Team viability didefinisikan sebagai kepuasan anggota tim dan
keinginan untuk terus berkontribusi dalam tim tersebut.

Gambar 1.​ Effective Work Teams


(Sumber: Organizational Behavior-Robert Kreitner et,all)
2.3. Kompetensi Kerja Tim
Membangun suasana kerja yang kolaboratif dan mendorong karyawan untuk bekerja
menjadi sebuah tim adalah langkah awal yang tepat untuk membentuk kerja tim yang efektif.
G Cheng et. all (2004) menguraikan beberapa poin-poin yang perlu dilakukan untuk membuat
tim bekerja dengan efektif, diantaranya:

1. Mengarahkan time ke situasi pemecahan masalah


2. Mengatur dan mengelola kinerja tim
3. Mempromosikan lingkungan yang positif
4. Memfasilitasi dan mengelola konflik pekerjaan
5. Mempromosikan perspektif secara tepat.

Kerja tim membutuhkan usaha kolektif yang konkrit untuk mencapainya. Tim yang
efektif ditunjukkan dengan adanya tujuan yang jelas, memiliki lingkungan/iklim yang
cenderung informal, nyaman dan santai, terjadi banyak diskusi dengan partisipasi dari setiap
anggota tim, dapat mendengarkan masukan dari anggota tim dengan cara yang efektif, jika
berada dalam kondisi perbedaan pendapat, tim tetap merasa nyaman, tidak menghindari dan
menekan konflik, adanya keputusan konsensus, komunikasi yang terbuka, peran dan
tanggung jawab yang jelas, kepemimpinan bersama, membangun hubungan baik dengan
eksternal, menekankan perhatian pada tugas, penetapan tujuan, fokus pada proses dan
pertanyaan tentang bagaimana tim berfungsi serta adanya ​self assessment.​

2.4. Penyebab Kegagalan Tim

Dalam aplikasinya, sering sekali hal yang disebut sebagai tim mengalami kegagalan dalam
proses pekerjaannya. Perlu perspektif yang luas mengenai keunggulan dan batasan terkait
dengan pengertian maupun hal yang mempengaruhi kerjasama tim. Berikut hal-hal yang
dapat menyebabkan sebuah tim gagal.

2.4.1 Kesalahan Umum Manajemen dengan Tim

Kesalahan yang dilakukan dari manajemen merupakan ancaman utama bagi


keefektifan tim. Ekspektasi yang terlalu tinggi dari manajemen pada anggota tim menjadi hal
yang dapat menyebabkan frustasi yang berakibat anggota akan meninggalkan tim. Berikut
adalah hal-hal yang biasa menjadi kesalahan pihak manajemen dalam membentuk sebuah tim
diantaranya adalah Tim tidak dapat mengatasi strategi yang lemah dan praktik bisnis yang
buruk, lingkungan yang tidak bersahabat untuk tim, tim diadopsi sebagai mode, perbaikan
cepat, tidak ada komitmen jangka panjang, pelajaran dari satu tim tidak ditransfer ke yang
lain, penugasan tim yang tidak jelas atau bertentangan, pelatihan keterampilan tim yang tidak
memadai dan staf tim yang buruk serta kurangnya kepercayaan.

2.4.2. Masalah dari Anggota Tim

Pada bagian ini, anggota tim juga dapat berperan pada gagalnya sebuah tim dalam
melaksanakan tugasnya, daftar kesalahan yang sering dilakukan anggota dalam tim
diantaranya adalah Tim mencoba melakukan terlalu banyak hal secara terburu-buru, konflik
atas perbedaan gaya kerja pribadi (dan/atau konflik kepribadian), terlalu banyak penekanan
pada hasil, tidak cukup pada proses tim dan dinamika kelompok, hambatan yang tidak
terduga menyebabkan tim menyerah, resistensi untuk melakukan sesuatu secara berbeda,
keterampilan interpersonal yang buruk (komunikasi agresif daripada asertif, konflik
destruktif, negosiasi menang-kalah), ​chemistry interpersonal yang buruk (penyendiri,
dominator, ahli yang mengangkat dirinya sendiri tidak cocok) dan kurangnya kepercayaan.

2.5. Kerja Tim yang Efektif melalui Kerja Sama, Kepercayaan, dan Kekompakan

Menurut parah ahli, peningkatan kesuksesan sebuah organisasi lebih ditentukan oleh
kerja tim yang baik dibandingkan dengan adanya bintang individu. Tiga komponen kerja tim
yang menerima paling banyak perhatian adalah kerjasama, kepercayaan, dan kekompakan.

2.5.1. Kerjasama

Individu dikatakan bekerja sama ketika upaya mereka terintegrasi secara sistematis
untuk mencapai tujuan bersama (M Marx, et al, 2006). Semakin besar integrasinya, semakin
besar tingkat kerjasama.

2.5.2. Kepercayaan

Kepercayaan diartikan sebagai keyakinan timbal balik pada niat dan perilaku orang
lain. Bagaimana cara membangun kepercayaan adalah dengan komunikasi, dukungan,
menghormati, prediktabilitas dan kompetensi. Kepercayaan adalah hal yang tidak bisa
diminta. Kepercayaan ditambatkan pada kredibilitas “mengembangkan integritas, niat,
kemampuan, dan hasil yang membuat Anda dapat dipercaya, baik bagi diri Anda sendiri
maupun bagi orang lain.” (S M R Covey dan R R Merrill, 2006).
2.5.3. Kekompakan

Kekompakan adalah proses di mana “rasa-kita” muncul untuk mengatasi perbedaan


dan motif individu (W Foster Owen, 1985). Anggota kelompok yang kompak bersatu adalah
karena satu atau kedua alasan berikut: (1) mereka menikmati kebersamaan satu sama lain atau
(2) mereka saling membutuhkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, dua jenis
keterpaduan kelompok, yang diidentifikasi oleh sosiolog, adalah keterpaduan sosio-emosional
dan keterpaduan instrumental.

a. Kekompakan sosio-emotional
Rasa kebersamaan yang berkembang ketika individu memperoleh kepuasan
emosional dari partisipasi kelompok.

b. Kekompakan Instrumental
Rasa kebersamaan yang berkembang ketika anggota kelompok saling bergantung
satu sama lain karena mereka yakin tidak dapat mencapai tujuan kelompok dengan
bertindak sendiri-sendiri.

2.6. Tindakan Tim

Disaat pandemi seperti ini, teknologi menjadi media yang paling efektif untuk
berkoordinasi maupun berbagi informasi. Melalui pembentukan budaya tim secara virtual
merupakan hal yang banyak dilakukan banyak perusahaan maupun badan pemerintahan untuk
melanjutkan operasinya. Tim Virtual adalah kelompok tugas yang tersebar secara fisik yang
menjalankan bisnisnya terutama melalui teknologi informasi modern. berikut beberapa hal
yang perlu diketahui mengenai tim virtual:
1. Tim virtual yang dibentuk melalui Internet mengikuti proses pengembangan tim
yang serupa dengan grup tatap muka.
2. Ruang obrolan Internet menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menghasilkan
keputusan yang lebih buruk daripada pertemuan tatap muka dan konferensi
telepon.
3. Keberhasilan penggunaan ​groupware (perangkat lunak yang memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok virtual) membutuhkan pelatihan dan
pengalaman langsung.
4. Kepemimpinan yang inspiratif berdampak positif pada kreativitas dalam
kelompok ​brainstorming​ digital.
5. Manajemen konflik sangat sulit untuk tim virtual asynchronous yang tidak
memiliki kesempatan untuk interaksi tatap muka.
6. Memiliki setidaknya satu anggota tim yang bekerja dari jarak jauh.

2.7 Membangun Tim dan Kepemimpinan Tim

Membangun tim adalah istilah umum untuk seluruh teknik yang digunakan untuk
meningkatkan fungsi internal kerja tim. Aktivitas membangun tim dan pelatihan tim
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama yang lebih baik, komunikasi yang lebih lancar, dan
meminimalisir konflik yang tidak menguntungkan. Sesi membangun tim dapat dilakukan
​ aupun melalui permainan kerjasama yang membuat
dengan melakukan aktivitas ​outbound m
setiap anggota berpartisipasi dan menikmati jalannya aktivitas. Namun perlu dibuat tujuan,
kepemimpinan yang layak, perhatian yang detail, dan nilai tambah yang berkaitan dengan
pekerjaan untuk memastikan aktivitas berjalan tepat sasaran dan tidak membuang biaya.

2.7.1. Tujuan Akhir Pembentukan Tim

Aktivitas membangun tim pada akhirnya adalah membentuk sebuah tim yang
memiliki performa yang tinggi dalam penyelesaian pekerjaan. Aktivitas membangun tim
tersebut mengizinkan setiap orang mensimulasikan masalah yang ada di kehidupan nyata
untuk terbiasa dalam memecahkan masalah secara tim. Berikut adalah apa yang menjadi tolak
ukur sebuah tim sudah memiliki performa yang tinggi diantaranya adalah kepemimpinan
yang partisipatif, tanggung jawab bersama, selaras pada tujuan, komunikasi yang aktif,
visioner, fokus pada pekerjaan, talenta kreatif dan respon yang cepat.

2.7.2. Penilaian Efektivitas Membangun Tim

Untuk menilai keefektifan kegiatan membangun tim, berikut merupakan empat


tingkatan model evaluasi yang dapat dilakukan:
1. Reaksi - Apa yang partisipan rasakan selama mengikuti kegiatan?
2. Pembelajaran - Apakah pengalaman dan kemampuan meningkat setelah kegiatan?
3. Kebiasaan - Apakah kebiasaan dalam bekerja partisipan meningkat sebagai hasil dari
kegiatan?
4. Hasil - Apakah partisipan setelah itu mencapai hasil yang dapat diukur dengan dengan
lebih baik?
2.8 Profil Organisasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah Lembaga Non Kementerian


yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk menjadi koordinator
penanggulangan bencana agar penanganan bisa dilakukan dengan cepat, tepat, efektif, efisien,
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Visi BNPB adalah ​Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana dengan misi
antara lain adalah Melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan membangun budaya
pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian
yang terintegrasi dalam pembangunan nasional; membangun sistem penanganan darurat
bencana secara cepat, efektif dan efisien; menyelenggarakan pemulihan wilayah dan
masyarakat pasca bencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang
terkoordinasi dan berdimensi pengurangan risiko bencana; menyelenggarakan dukungan dan
tata kelola logistik dan peralatan penanggulangan bencana; menyelenggarakan
penanggulangan bencana secara transparan dengan prinsip ​good governance.​
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BNPB membagi kegiatannya dalam
beberapa bagian seperti yang ditunjukkan dalam susunan organisasi pada Gambar 2. Terdiri
dari 1 Inspektorat Utama dengan 3 Inspektorat di bawahnya, 1 sekretariat utama dengan 4
biro dibawahnya, 5 Deputi bidang dengan total 14 direktorat di bawahnya, Pusat Pendidikan
dan Pelatihan, Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, dan Pusat Pengendalian
Operasi serta serta sejumlah Unit Pelaksana Teknis.
Dalam penelitian kami kali ini, kami akan berfokus pada Deputi Bidang Penanganan
Darurat, khususnya Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat.
Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat terdiri dari 2 Subdirektorat dan 4 Seksi
sebagai berikut:
1. Subdirektorat Pemulihan Prasarana Vital
● Seksi Verifikasi dan Penilaian Kebutuhan Pemulihan Prasarana Vital
● Seksi Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pemulihan Prasarana Vital
2. Subdirektorat Pemulihan Sarana
● Seksi Verifikasi dan Penilaian Kebutuhan Pemulihan Sarana dan Utilitas
● Seksi Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pemulihan Sarana dan Utilitas
Gambar 2. Struktur Organisasi BNPB
Sumber: bnpb.go.id
2.9 Profil Responden

Nama : Drs. Budhi Erwanto,M.M


Jabatan : PLT Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat Kedeputian Bidang
Penanganan Darurat BNPB
Pendidikan : S1 Pendidikan Luar Sekolah, IKIP Padang; S2 Magister Manajemen
Pascasarjana STIE - KBP Padang
Riwayat Pekerjaan:
- Plt. Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat Kedeputian Bidang Penanganan
Darurat BNPB (2019 - sekarang)
- Kasubdit. Pemulihan Sarana, Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat,
Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB (2019 - sekarang)
- Kasubdit. Kompensasi dan Pengembalian Hak Pengungsi, Direktorat
Penanganan Pengungsi, Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB (2018 -
2019)
- Kasubdit. Bantuan Hunian Sementara, Direktorat Bantuan Darurat, Kedeputian
Bidang Penanganan Darurat BNPB (2016 - 2017)
- Fungsional Penganalisa Perencanaan Operasi pada Seksi Perencanaan Operasi,
Subdirektorat Perencanaan Darurat, Kedeputian Bidang Penanganan Darurat
BNPB (2014 - 2016)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam sebuah pekerjaan yang berskala dan berdampak besar, kerjasama tim
merupakan kunci yang penting dalam penyelesaian pekerjaan. Sangat sulit untuk seseorang
menyelesaikan pekerjaan secara sendiri, dimana pekerjaan tersebut menuntut tanggung jawab
yang besar, membutuhkan keberadaan seseorang di tempat berbeda dalam waktu yang hampir
bersamaan, memiliki beban mental tinggi, dan memerlukan multidisiplin ilmu dalam setiap
penyelesaian pekerjaannya. Oleh karena itu, sebuah organisasi sangat perlu untuk membuat
sebuah tim yang memiliki kerjasama tim yang sangat baik, sehingga setiap pekerjaan
menghasilkan sesuatu yang diharapkan oleh setiap pemangku kepentingan.
BNPB merupakan sebuah organisasi yang menuntut peran pemimpinnya dalam
memastikan terbentuknya tim yang solid dan mampu bekerja sama dalam menanggulangi
setiap bencana yang ada di Indonesia. Dengan lokasi yang berada pada lingkaran api, hal
tersebut membuat Indonesia sangat rentan terdampak oleh bencana dan menuntut kinerja tim
Kedeputian Bidang Penanganan Darurat, khususnya dalam Bidang Dukungan Infrastruktur
Darurat tetap prima dengan memaksimalkan potensi kerjasama tim yang ada di dalam
organisasi.

3.1 Hasil Wawancara

3.1.1 Pengertian Tim dan Kerjasama Tim

Menurut Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat, Bapak Budhi Erwanto, tim


merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dengan input dan output
yang jelas dan dapat diukur. Dalam penyelesaian tugasnya, tim memerlukan kepemimpinan
yang kuat dalam satu komando untuk mengatur berjalannya kerja tim serta adanya anggota
tim yang bertugas mengeksekusi pekerjaan secara langsung sesuai dengan arah dan tujuan
dari sebuah pekerjaan.
Kerjasama tim sendiri merupakan sebuah aktivitas yang menuntut peran dari setiap
anggota tim dalam penyelesaian pekerjaan sesuai dengan tujuan awal dibentuknya tim. Dalam
sebuah tim diperlukan kepemimpinan yang baik dalam mengatur kerja tim serta peran setiap
tim dalam penyelesaian pekerjaan yang sudah ditentukan.

3.1.2 Job Description​ serta Tugas dan Fungsi Direktorat Dukungan Infrastruktur
Darurat Kedeputian Bidang Penanganan Darurat pada BNPB
​Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, evaluasi
dan analisis pelaporan di bidang dukungan infrastruktur darurat dengan beberapa fungsi
sebagai berikut:

a. Koordinasi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang dukungan


infrastruktur darurat;
b. Komando pelaksanaan dukungan infrastruktur darurat;Penyiapan penyusunan
perencanaan dan pelaksanaan di bidang pemulihan prasarana vital;
c. Penyiapan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan di bidang sarana dan
utilitas;
d. Penyiapan koordinasi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang dukungan infrastruktur darurat; dan
e. Penyiapan pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan di bidang dukungan
infrastruktur darurat.

3.1.3 Perubahan ​Job Description​ pada Kondisi Pandemi

BNPB memiliki tugas pokok dan fungsi seperti yang sudah disampaikan pada bagian
sebelumnya dan dalam situasi pandemi seperti saat ini yang terjadi di Indonesia sejak Maret
2020, BNPB mendapatkan peran tambahan dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal ini
menyebabkan adanya penugasan tambahan bagi anggota tim yang ada. Ditambah situasi
pandemi dimana kegiatan perkantoran diupayakan untuk melakukan ​Work From Home
maupun upaya meminimalisir interaksi secara langsung lainnya, hal ini menjadi tantangan
bagi BNPB dalam usaha mencapai target kinerja yang telah disusun sebelumnya dan
penyelesaian penugasan terkait penanganan pandemi.
Upaya adaptasi telah dilakukan oleh BNPB diantaranya adalah penggunaan media
video conference sebagai alat komunikasi dan bertukar informasi untuk menggantikan
kegiatan koordinasi yang rutin dilakukan termasuk juga kegiatan sosialisasi atau diskusi yang
biasa dilakukan di lapangan. Namun tidak semua kegiatan bisa dilaksanakan secara virtual
seperti kegiatan penanganan di lokasi bencana sehingga mau tidak mau kegiatan tersebut
tetap dilaksanakan secara langsung dengan mempertimbangkan protokol kesehatan bagi
anggota tim maupun warga yang terdampak bencana.

3.1.4 Penilaian Kinerja dan Kerjasama Tim


Pencapaian kinerja dari suatu organisasi merupakan gambaran bagaimana keterlibatan
individu dalam organisasi tersebut. Kontribusi dari masing-masing individu yang saling
berintegrasi menjadi kekuatan bagi sebuah organisasi atau tim dalam mencapai target dan
tujuan yang diharapkan. Dari hasil wawancara dengan narasumber, disampaikan bahwa target
kinerja dari BNPB disusun tiap awal periode (Tahunan) yang kemudian dilakukan ​breakdown
secara lebih terperinci untuk dijadikan target bagi direktorat, sub direktorat, seksi bahkan
sampai ke target individu. Dari sini bisa dilihat bahwa peran individu yang ada memberikan
kontribusi terhadap tercapainya target kinerja organisasi secara menyeluruh. Begitu juga
sebaliknya, kegagalan individu dalam mencapai target juga menjadi pengurang bagi kinerja
organisasi.
Untuk melihat sejauh mana pencapaian kinerja terhadap target ini perlu dilakukan
evaluasi secara periodik. Hal ini juga disampaikan oleh narasumber bahwa dalam
implementasi di BNPB, evaluasi kinerja dilaksanakan dalam periode 1 tahunan. Misalnya
untuk menilai target kinerja tahun 2019, maka dilakukan evaluasi di awal tahun 2020 dan
menjadi dasar dalam menentukan target tahun berikutnya. Aspek penilaian atau evaluasi atas
kinerja didasarkan realisasi program yang sudah direncanakan dan dilihat dari segi ketepatan
waktu, kesesuaian dan efektivitas anggaran biaya yang digunakan apakah telah sesuai dengan
rencana yang disusun. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, kegiatan di BNPB
didominasi oleh kegiatan tim yang terdiri dari sejumlah orang dengan ​background ​pendidikan
yang berbeda. Hal ini bertujuan agar program atau kebijakan yang menjadi ​output d​ ari setiap
bagian di BNPB ini dapat terimplementasi secara baik dengan pertimbangan dari berbagai
aspek. Sehingga masing-masing anggota tim memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing yang saling terintegrasi satu sama lain. Dalam setiap pelaksanaan program
dan penyusunan kebijakan, jumlah anggota tim disusun berdasarkan kompleksitas dan
kebutuhan dengan melihat kondisi yang ada di lapangan.
Seperti yang terjadi di hampir setiap organisasi, selalu ada kemungkinan target kinerja
tidak tercapai yang disebabkan baik dari kondisi internal maupun eksternal sehingga ​leader
dari tim tersebut perlu menjalankan fungsi kontrol untuk memastikan tidak ada kendala atau
kendala bisa teratasi sehingga tidak berdampak pada tercapainya kinerja. Hal ini telah
dilakukan oleh narasumber yang merupakan ​leader d​ i Direktorat Dukungan Infrastruktur
Darurat yang mana beliau melakukan fungsi kontrol dengan secara rutin melakukan evaluasi
berjangka terkait target rencana dan realisasi program sehingga jika ada kendala, sesegera
mungkin dapat dilakukan upaya perbaikan.
3.1.5 Efektivitas Tim pada Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat

Dalam kaitannya dengan teori, untuk menjadi efektif, Tim perlu didukung dengan
organisasi yang ​team-friendly t​ erdiri dari anggota Tim dengan masing-masing bakat dan
keterampilannya. Oleh karena itu penting bagi setiap anggota Tim memberikan kontribusi
dan bersinergi sehingga mencapai target, terlebih efektivitas sebuah Tim dinilai berdasarkan
kriteria ​performance​ dan ​viability.​
Dari hasil wawancara diperoleh penjelasan dari narasumber bahwa untuk menilai
keefektifan sebuah Tim terdapat kinerja yang bisa diukur berdasarkan waktu dan target yang
ditentukan. Pembagian Tim di unit ​Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat berdasarkan
situasi dan kondisi di lapangan, sebagai contoh untuk penanganan dan verifikasi lapangan
bencana kecil cukup dilakukan oleh 3 - 4 orang pegawai, sedangkan untuk bencana besar
dibutuhkan anggota Tim yang lebih banyak dengan latar belakang keahlian bervariasi seperti
dari ilmu sosial, ilmu teknis maupun ilmu berkomunikasi dengan Pemerintah Daerah dan
masyarakat untuk melakukan edukasi sekaligus wawancara. Sebuah Tim dapat dikatakan
efektif ketika usulan Pemerintah Daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi
program yang disetujui Pimpinan.
Berdasarkan hasil wawancara, terlihat bahwa penilaian Tim yang efektif oleh
Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat dilakukan dengan kriteria ​performance,​ dimana
Pimpinan mengukur kinerja Tim sejalan dengan target organisasi.

3.1.6 Kemungkinan Kegagalan Tim pada Kondisi Pandemi dan Mitigasi yang
Dilakukan

Dalam sebuah organisasi atau tim tentu saja kemungkinan kegagalan mencapai target
menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, yang bisa dilakukan adalah memitigasi
kegagalan tersebut atau meminimalisir dampaknya. Berdasarkan teori, penyebab kegagalan
tim diantaranya adalah masalah dari anggota tim itu sendiri dan serta kesalahan dari
manajemen. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, aspek masalah anggota tim yang
menjadi penyebab kemungkinan kegagalan tim dalam kegiatan operasional di BNPB
disebabkan oleh hambatan yang tidak terduga yang berasal dari kondisi lapangan yang
kadang tidak terprediksi sehingga menyebabkan tim menyerah. Dalam situasi pandemi seperti
saat ini BNPB dihadapkan pada tambahan penugasan di luar tupoksi penanganan bencana
lainnya. Hal ini memungkinkan adanya ekspektasi yang terlalu tinggi dari manajemen kepada
anggota tim dalam rangka menyelesaikan target kinerja dan penugasan yang diterima yang
membuat anggota tim merasa kewalahan dan terburu-buru dalam menyelesaikan penugasan
atau bahkan tidak mampu menyelesaikan keseluruhan penugasan.
​ emastikan
Untuk meminimalisir hal tersebut terjadi, narasumber sebagai ​leader m
bahwa penugasan yang diterima telah dikelola dengan baik melalui pembentukan tim-tim
kecil yang disusun dengan mempertimbangkan kapasitas anggota tim serta kondisi di
lapangan yang nantinya akan dihadapi oleh tim tersebut. Dalam memberikan instruksi kepada
​ enyampaikan secara terstruktur untuk menghindari adanya
anggota tim, tidak jarang ​leader m
mispersepsi dari tugas yang diberikan. Pembagian kerja dalam tim juga dibuat secara ​rigid
dengan melihat kapasitas tim sehingga masing-masing orang dapat memberikan kontribusi
yang efektif sesuai dengan perannya. Jika ada kendala dalam pelaksanaan baik yang
diakibatkan oleh personal atau hal-hal lainnya, fungsi kontrol dilaksanakan untuk memantau
progres yang ada sehingga bisa dilakukan penguatan dan pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat berdasarkan situasi yang ada sehingga hambatan yang ada dapat terselesaikan
dengan baik.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Setelah melakukan wawancara dengan hasil pembahasan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam mengepalai sebuah tim, pimpinan memiliki peran utama dalam hal
menentukan pembagian kerja tim serta peran masing-masing anggota, selain itu
juga rutin melakukan monitoring dan evaluasi, sehingga penyelesaian pekerjaan
yang sudah ditentukan dapat terlaksana sesuai dengan target.
2. Penetapan deskripsi pekerjaan yang jelas merupakan hal yang penting untuk
membuat kerjasama antar tim dapat berjalan dengan baik dan efektif.
3. Kegagalan tim dapat bersumber dari hambatan kerja yang dihadapi oleh anggota
tim di lapangan yang membuat mereka merasa tidak mampu menghadapi masalah
yang ada dan membuat pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik.
4. Komunikasi merupakan kunci penting dalam berjalannya kerjasama tim, sehingga
adaptasi dalam kondisi pandemi saat ini merupakan keharusan yang telah
dilakukan di BNPB.
MANAGERIAL IMPLEMENTATION

Kegagalan tim seringkali terjadi karena hal-hal yang tidak terduga, sehingga
pemimpin d​ an anggota tim harus siap dan mampu beradaptasi serta l​ incah dalam menghadapi
setiap kondisi yang mungkin terjadi di lapangan sebagaimana terlihat dari adanya pandemi
Covid - 19 yang masih belum tertangani sampai saat ini. Kondisi lapangan yang tidak
menentu terkadang membuat anggota Tim merasa tidak sanggup untuk meneruskan pekerjaan
dan memilih menyerah. Masalah ​yang terjadi dalam kondisi ini adalah pada kondisi mental
anggota tim dalam menghadapi permasalahan.
Rasa percaya anggota tim pada pemimpin dapat menjadi solusi dalam permasalahan
ini, mental anggota tim yang sudah turun karena kondisi lapangan dapat diselesaikan dengan
pemberian dukungan moril pada anggota tim di lapangan. Dukungan moril yang diberikan ini
bisa berupa komunikasi yang rutin dilakukan tidak hanya bertujuan untuk menanyakan
progres pekerjaan tetapi juga dengan memberikan perhatian kecil seperti menanyakan kondisi
kesehatan tim atau memberikan waktu bagi anggota tim untuk menyampaikan permasalahan
yang dihadapi dalam situasi non formal. Pemimpin y​ ang dapat mendengarkan setiap
permasalahan yang dihadapi anggota tim dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pada
pemimpin, sehingga kecenderungan anggota tim patuh atau mengikuti perintah atau
keinginan pemimpinnya akan semakin tinggi.
Disisi lain, pada saat masing-masing anggota kelompok merasakan mentalitas yang
turun, peran pemimpin dalam memberikan pacuan semangat melalui pidato yang inspiratif
dan menggugah semangat akan membuat setiap anggota tim mendapatkan energi dan
semangat baru dalam menghadapi masalah. Pada dasarnya, permasalahan yang ada dalam
lingkup pekerjaan di BNPB tidak dapat dihindari karena berhubungan dengan sesuatu yang
sulit diatur oleh manusia, yaitu alam, namun yang perlu dipastikan adalah selalu adanya
energi dan semangat dari setiap anggota tim untuk menyelesaikan pekerjaannya secara
bersama-sama anggota tim lainnya, membuat kekompakan dalam tim menjadi kunci dalam
solusi permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Situs Resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, diakses tanggal 22 Oktober 2020 dari
https://bnpb.go.id/

Kreiter, Robert and Kinicki, Angelo. (2010) Organizational Behavior (9th edition).
McGraw-Hill. Boston.
LAMPIRAN

Poin - Poin Wawancara:

1. Pengertian Tim
- Tim adalah sekumpulan dengan tujuan yang sama
- Ada input output yang jelas
- Ada target program yang bisa diselesaikan
- Harus 1 komando
- Ada leader
- Ada anggota serta ada pendukung lainnya.

2. Bagaimana membagi jobdesk dari anggota Tim

- Tugas BNPB ini sudah diatur dalam undang-undang terkait dengan tugas pokok dan
fungsi.
- Di DID ini lebih kepada hal-hal berkaitan dengan teknis, mulai menyusun kebijakan
sampai program, sampai evaluasi di bidang dukungan infrastruktur darurat.
- Pembagian tim ini secara organisatoris secara struktural ada level berikutnya yaitu
kasubbid per kegiatan sesuai tupoksi, di bawah ada lagi staf yang mendukung
perencanaan penyusunan sampai pelaksanaan semuanya dalam 1 agenda dalam 1
program kerja sehingga dalam pelaksanaannya memang lebih ke prioritas, target
program yang sudah disusun untuk dilaksanakan pada tahun berjalan.

3. Bagaimana penilaian kinerja dan kerjasama antar tim


- Terkait penilaian, evaluasinya dilaksanakan 1 tahun berjalan, misal 2020 maka dinilai
di tahun 2021
- Sebagai fungsi kontrol, penyerapan, rencana dan progran apakah berjalan sesuai
dengan target waktu yang disusun oleh kawan-kawan, yang dinilai terutama dari
efektivitas penyerapan waktu sesuai dengan target yang telah disusun
- Beberapa teman-teman yang bisa menyesuaikan pekerjaannya sesuai dengan wilayah
pekerjaanya maupun dengan tupoksinya sendiri, namun ada juga yang terkendala
karena wilayah tersebut belum aktif terhadap perencanaan program itu sehingga ada
delay waktu, ada juga karena ketidaksiapan pemerintah terkait dokumen-dokumennya
sehingga ada delay.
- Untuk itu dilakukan juga evaluasi berjangka terkait target rencana dan realisasi. Jika
ditemukan adanya delay maka bisa langsung melakukan upaya lain untuk mengejar
tercapainya target kalo sampai akhir belum selesai ya berarti hal tersebut menjadi
target yang tidak tercapai.

4. Seperti apa Tim yang efektif dan sejauh ini tim yang ada saat ini sudah seberapa
efektif?
- Menilai sebuah tim perlu ada kinerja yang bisa diukur baik dari waktu dan
target yang ditentukan
- Penyusunan jumlah anggota tim harus melihat situasi dan kondisi yang ada di
lapangan dan disesuaikan dengan kebutuhannya
- Komposisi keahlian anggota tim yang menyesuaikan dengan bidang bidang
terkait sesuai kebutuhan.

5. Adanya pandemi, ada perubahan pola kerja yang mempengaruhi kerjasama tim yang
mereka beralih ke digital, kalo di BNPB seperti apa penyesuaian yang dilakukan dan
apa tantangan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya?

- Di awal perlu penyesuaian dengan aplikasi yang ada, perlu membiasakan


berkomunikasi yang mulai dihimpun satu per satu
- Awalnya canggung, banyak gangguan dari anak, banyak noise dll
- Perlu adaptasi
- Kondisi yang harus tetap mengikuti aturan, maka diupayakan penyesuaian dengan
kondisi yang ada.
- Saat ini sudah terbiasa. termasuk kegiatan lapangan juga saat ini dilakukan secara
virtual dengan koordinasi teman-teman di wilayah setempat.
- Tapi ada beberapa yang memang tidak bisa virtual, namun semua bisa disesuaikan dan
cepat beradaptasi

6. Kemungkinan kegagalan seperti apa yang kira-kira dialami saat ini dan apa yang
sudah dilakukan untuk mengatasi dan mengantisipasi kegagalan tersebut?

- Lihat kapasitas anggota tim, ada yang perlu instruksi terstruktur tapi ada juga yang
diberi informasi lisan saja sudah paham dan masing-masing beda.
- ketika dalam situasi kerjasama yang menuntut kontribusi seluruh anggota, maka perlu
dibagi secara rigid sesuai dengan kapasitas sehingga semua orang diharapkan bisa
menjalankan perannya masing-masing
- Menjalankan fungsi kontrol dari leader melihat kondisi yang ada, jika ada yang
mengalami kesulitan maka dilakukan penguatan, memahami situasi yang ada,
mengambil keputusan yang tepat dalam memberikan dukungan terhadap hal-hal yang
terhambat tadi.

Anda mungkin juga menyukai