KPO-Work Teams Effectiveness
KPO-Work Teams Effectiveness
MATA KULIAH
LEADERSHIP & ORGANIZATION BEHAVIOR
UNIVERSITAS INDONESIA
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Erika Maria Christina (2006499396)
Erny Anugrahany (2006553076)
M. Alief R. Romadhoni (2006553411)
Simon Maruli (2006554343)
Kelas: I20
Dosen:
Mone Stephanus Andrias, PhD. Cand
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Dalam situasi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia termasuk
Indonesia, sesuai dengan tugas dan fungsinya BNPB memiliki peran penting dalam proses
penanganan dan penanggulangan agar dampak pandemi Covid-19 ini tidak menyebar
semakin luas dan menjadi bencana berkepanjangan.
Dengan posisi Indonesia yang saat ini masih berada pada 10 besar negara di Asia
dengan kasus covid terbanyak ditambah dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan menjadi tantangan bagi BNPB dalam hal melakukan koordinasi,
merumuskan dan mengambil tindakan dengan cepat dan tepat serta efektif dan efisien.
Sebagai instansi yang ditugaskan menjadi leader dalam percepatan penanganan
bencana pandemi Covid-19, BNPB yang dituntut untuk bergerak cepat dihadapkan dengan
dilema kesehatan pegawainya dalam situasi pandemi seperti ini. BNPB pun menambahkan
tugas dan tanggung jawab selain daripada yang sudah menjadi tugas, pokok dan fungsi
(tupoksi) masing-masing unit sejak awal. Adanya penambahan pekerjaan dimaksud pada
BNPB dikhawatirkan berdampak pada kinerja tim sehingga menjadi kurang efektif.
Untuk mengetahui tantangan dan masalah yang dihadapi oleh BNPB, kelompok kami
telah melakukan wawancara dengan salah satu pegawai di BNPB tepatnya pada Direktorat
Dukungan Infrastruktur Darurat untuk mengidentifikasi tantangan dan masalah yang dihadapi
oleh unit dimaksud sebelum dan selama masa pandemi Covid-19.
Adapun Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) pada Direktorat Dukungan Infrastruktur
Darurat (Dit. DID) yaitu pada bidang operasional untuk penanganan dan penanggulangan
bencana alam seperti banjir dan gempa, khususnya terkait tanggap darurat dan transisi darurat
menuju ke pemulihan di wilayah yang terkena bencana alam dimaksud. Pegawai di dalam
Dit. DID berjumlah sebesar 26 (dua puluh enam) orang yang terdiri dari 20 (dua puluh)
Aparatur Sipil Negara dan 6 (enam) orang tenaga pendukung, dimana pembagian tugas sudah
diatur 1 (satu) sebelumnya.
Dalam pelaksanaan tugas, Dit. DID melakukan verifikasi lapangan setelah
mendapatkan informasi laporan dari Pusat Penanggulangan Operasi BNPB, dimana dalam
waktu sehari diterima sebanyak 2000 (dua ribu) laporan bencana alam, sehingga tantangan
dan masalah yang dihadapi sebelum terjadinya pandemi berkisar pada kurangnya jumlah
sumber daya manusia (SDM) pada Dit. DID dalam melakukan tupoksi.
Dengan merebaknya virus Corona, BNPB yang sebelumnya hanya berfokus pada
penanganan dan penanggulangan bencana, mendapatkan tambahan tugas dengan tanggung
jawab sebagai SATGAS dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal ini memberikan
tantangan dan masalah baru bagi BNPB diantaranya adalah:
1. Penambahan tugas tidak diiringi dengan bertambahnya jumlah SDM sehingga
beban kerja masing-masing personil menjadi lebih besar dibandingkan dengan
sebelumnya.
2. Banyaknya tugas BNPB ini menyebabkan pembagian tugas ke personil dilakukan
secara insidental sesuai dengan kebutuhan.
3. Kegiatan BNPB didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lapangan
dan dengan adanya kondisi pandemi ini kegiatan di lapangan tetap harus
dijalankan. Hal ini menimbulkan keberatan dari pegawai yang harus melaksanakan
tugas ke daerah zona hitam Covid-19.
4. Sisi lain dari bertambahnya pekerjaan yaitu kesehatan karyawan menjadi kurang
diperhatikan. Keefektifan kerja tim dapat terpengaruh ketika terdapat pegawai
yang sakit sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dan harus digantikan oleh
personil lainnya sementara beban pekerjaan tidak berubah.
5. Meskipun sempat ada surat edaran dari Sekretaris Utama BNPB mengenai
pemberlakuan Work From Home, namun pada prakteknya pegawai tetap
melaksanakan tugas secara Work From Office dikarenakan tupoksi BNPB yang
terkait dengan pelayanan ke masyarakat.
1.4 Tujuan Penulisan
Tim didefinisikan sebagai sejumlah kecil (2 hingga 25) orang dengan kemampuan
yang saling melengkapi dan berkomitmen pada tujuan bersama, tujuan kinerja, dan
pendekatan yang mereka anggap dapat dipertanggungjawabkan bersama (Katzenbach &
Smith, 1999). Sebuah kelompok kerja, dapat dikatakan menjadi sebuah tim ketika:
Kerja tim membutuhkan usaha kolektif yang konkrit untuk mencapainya. Tim yang
efektif ditunjukkan dengan adanya tujuan yang jelas, memiliki lingkungan/iklim yang
cenderung informal, nyaman dan santai, terjadi banyak diskusi dengan partisipasi dari setiap
anggota tim, dapat mendengarkan masukan dari anggota tim dengan cara yang efektif, jika
berada dalam kondisi perbedaan pendapat, tim tetap merasa nyaman, tidak menghindari dan
menekan konflik, adanya keputusan konsensus, komunikasi yang terbuka, peran dan
tanggung jawab yang jelas, kepemimpinan bersama, membangun hubungan baik dengan
eksternal, menekankan perhatian pada tugas, penetapan tujuan, fokus pada proses dan
pertanyaan tentang bagaimana tim berfungsi serta adanya self assessment.
Dalam aplikasinya, sering sekali hal yang disebut sebagai tim mengalami kegagalan dalam
proses pekerjaannya. Perlu perspektif yang luas mengenai keunggulan dan batasan terkait
dengan pengertian maupun hal yang mempengaruhi kerjasama tim. Berikut hal-hal yang
dapat menyebabkan sebuah tim gagal.
Pada bagian ini, anggota tim juga dapat berperan pada gagalnya sebuah tim dalam
melaksanakan tugasnya, daftar kesalahan yang sering dilakukan anggota dalam tim
diantaranya adalah Tim mencoba melakukan terlalu banyak hal secara terburu-buru, konflik
atas perbedaan gaya kerja pribadi (dan/atau konflik kepribadian), terlalu banyak penekanan
pada hasil, tidak cukup pada proses tim dan dinamika kelompok, hambatan yang tidak
terduga menyebabkan tim menyerah, resistensi untuk melakukan sesuatu secara berbeda,
keterampilan interpersonal yang buruk (komunikasi agresif daripada asertif, konflik
destruktif, negosiasi menang-kalah), chemistry interpersonal yang buruk (penyendiri,
dominator, ahli yang mengangkat dirinya sendiri tidak cocok) dan kurangnya kepercayaan.
2.5. Kerja Tim yang Efektif melalui Kerja Sama, Kepercayaan, dan Kekompakan
Menurut parah ahli, peningkatan kesuksesan sebuah organisasi lebih ditentukan oleh
kerja tim yang baik dibandingkan dengan adanya bintang individu. Tiga komponen kerja tim
yang menerima paling banyak perhatian adalah kerjasama, kepercayaan, dan kekompakan.
2.5.1. Kerjasama
Individu dikatakan bekerja sama ketika upaya mereka terintegrasi secara sistematis
untuk mencapai tujuan bersama (M Marx, et al, 2006). Semakin besar integrasinya, semakin
besar tingkat kerjasama.
2.5.2. Kepercayaan
Kepercayaan diartikan sebagai keyakinan timbal balik pada niat dan perilaku orang
lain. Bagaimana cara membangun kepercayaan adalah dengan komunikasi, dukungan,
menghormati, prediktabilitas dan kompetensi. Kepercayaan adalah hal yang tidak bisa
diminta. Kepercayaan ditambatkan pada kredibilitas “mengembangkan integritas, niat,
kemampuan, dan hasil yang membuat Anda dapat dipercaya, baik bagi diri Anda sendiri
maupun bagi orang lain.” (S M R Covey dan R R Merrill, 2006).
2.5.3. Kekompakan
a. Kekompakan sosio-emotional
Rasa kebersamaan yang berkembang ketika individu memperoleh kepuasan
emosional dari partisipasi kelompok.
b. Kekompakan Instrumental
Rasa kebersamaan yang berkembang ketika anggota kelompok saling bergantung
satu sama lain karena mereka yakin tidak dapat mencapai tujuan kelompok dengan
bertindak sendiri-sendiri.
Disaat pandemi seperti ini, teknologi menjadi media yang paling efektif untuk
berkoordinasi maupun berbagi informasi. Melalui pembentukan budaya tim secara virtual
merupakan hal yang banyak dilakukan banyak perusahaan maupun badan pemerintahan untuk
melanjutkan operasinya. Tim Virtual adalah kelompok tugas yang tersebar secara fisik yang
menjalankan bisnisnya terutama melalui teknologi informasi modern. berikut beberapa hal
yang perlu diketahui mengenai tim virtual:
1. Tim virtual yang dibentuk melalui Internet mengikuti proses pengembangan tim
yang serupa dengan grup tatap muka.
2. Ruang obrolan Internet menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menghasilkan
keputusan yang lebih buruk daripada pertemuan tatap muka dan konferensi
telepon.
3. Keberhasilan penggunaan groupware (perangkat lunak yang memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok virtual) membutuhkan pelatihan dan
pengalaman langsung.
4. Kepemimpinan yang inspiratif berdampak positif pada kreativitas dalam
kelompok brainstorming digital.
5. Manajemen konflik sangat sulit untuk tim virtual asynchronous yang tidak
memiliki kesempatan untuk interaksi tatap muka.
6. Memiliki setidaknya satu anggota tim yang bekerja dari jarak jauh.
Membangun tim adalah istilah umum untuk seluruh teknik yang digunakan untuk
meningkatkan fungsi internal kerja tim. Aktivitas membangun tim dan pelatihan tim
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama yang lebih baik, komunikasi yang lebih lancar, dan
meminimalisir konflik yang tidak menguntungkan. Sesi membangun tim dapat dilakukan
aupun melalui permainan kerjasama yang membuat
dengan melakukan aktivitas outbound m
setiap anggota berpartisipasi dan menikmati jalannya aktivitas. Namun perlu dibuat tujuan,
kepemimpinan yang layak, perhatian yang detail, dan nilai tambah yang berkaitan dengan
pekerjaan untuk memastikan aktivitas berjalan tepat sasaran dan tidak membuang biaya.
Aktivitas membangun tim pada akhirnya adalah membentuk sebuah tim yang
memiliki performa yang tinggi dalam penyelesaian pekerjaan. Aktivitas membangun tim
tersebut mengizinkan setiap orang mensimulasikan masalah yang ada di kehidupan nyata
untuk terbiasa dalam memecahkan masalah secara tim. Berikut adalah apa yang menjadi tolak
ukur sebuah tim sudah memiliki performa yang tinggi diantaranya adalah kepemimpinan
yang partisipatif, tanggung jawab bersama, selaras pada tujuan, komunikasi yang aktif,
visioner, fokus pada pekerjaan, talenta kreatif dan respon yang cepat.
Dalam sebuah pekerjaan yang berskala dan berdampak besar, kerjasama tim
merupakan kunci yang penting dalam penyelesaian pekerjaan. Sangat sulit untuk seseorang
menyelesaikan pekerjaan secara sendiri, dimana pekerjaan tersebut menuntut tanggung jawab
yang besar, membutuhkan keberadaan seseorang di tempat berbeda dalam waktu yang hampir
bersamaan, memiliki beban mental tinggi, dan memerlukan multidisiplin ilmu dalam setiap
penyelesaian pekerjaannya. Oleh karena itu, sebuah organisasi sangat perlu untuk membuat
sebuah tim yang memiliki kerjasama tim yang sangat baik, sehingga setiap pekerjaan
menghasilkan sesuatu yang diharapkan oleh setiap pemangku kepentingan.
BNPB merupakan sebuah organisasi yang menuntut peran pemimpinnya dalam
memastikan terbentuknya tim yang solid dan mampu bekerja sama dalam menanggulangi
setiap bencana yang ada di Indonesia. Dengan lokasi yang berada pada lingkaran api, hal
tersebut membuat Indonesia sangat rentan terdampak oleh bencana dan menuntut kinerja tim
Kedeputian Bidang Penanganan Darurat, khususnya dalam Bidang Dukungan Infrastruktur
Darurat tetap prima dengan memaksimalkan potensi kerjasama tim yang ada di dalam
organisasi.
3.1.2 Job Description serta Tugas dan Fungsi Direktorat Dukungan Infrastruktur
Darurat Kedeputian Bidang Penanganan Darurat pada BNPB
Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, evaluasi
dan analisis pelaporan di bidang dukungan infrastruktur darurat dengan beberapa fungsi
sebagai berikut:
BNPB memiliki tugas pokok dan fungsi seperti yang sudah disampaikan pada bagian
sebelumnya dan dalam situasi pandemi seperti saat ini yang terjadi di Indonesia sejak Maret
2020, BNPB mendapatkan peran tambahan dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal ini
menyebabkan adanya penugasan tambahan bagi anggota tim yang ada. Ditambah situasi
pandemi dimana kegiatan perkantoran diupayakan untuk melakukan Work From Home
maupun upaya meminimalisir interaksi secara langsung lainnya, hal ini menjadi tantangan
bagi BNPB dalam usaha mencapai target kinerja yang telah disusun sebelumnya dan
penyelesaian penugasan terkait penanganan pandemi.
Upaya adaptasi telah dilakukan oleh BNPB diantaranya adalah penggunaan media
video conference sebagai alat komunikasi dan bertukar informasi untuk menggantikan
kegiatan koordinasi yang rutin dilakukan termasuk juga kegiatan sosialisasi atau diskusi yang
biasa dilakukan di lapangan. Namun tidak semua kegiatan bisa dilaksanakan secara virtual
seperti kegiatan penanganan di lokasi bencana sehingga mau tidak mau kegiatan tersebut
tetap dilaksanakan secara langsung dengan mempertimbangkan protokol kesehatan bagi
anggota tim maupun warga yang terdampak bencana.
Dalam kaitannya dengan teori, untuk menjadi efektif, Tim perlu didukung dengan
organisasi yang team-friendly t erdiri dari anggota Tim dengan masing-masing bakat dan
keterampilannya. Oleh karena itu penting bagi setiap anggota Tim memberikan kontribusi
dan bersinergi sehingga mencapai target, terlebih efektivitas sebuah Tim dinilai berdasarkan
kriteria performance dan viability.
Dari hasil wawancara diperoleh penjelasan dari narasumber bahwa untuk menilai
keefektifan sebuah Tim terdapat kinerja yang bisa diukur berdasarkan waktu dan target yang
ditentukan. Pembagian Tim di unit Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat berdasarkan
situasi dan kondisi di lapangan, sebagai contoh untuk penanganan dan verifikasi lapangan
bencana kecil cukup dilakukan oleh 3 - 4 orang pegawai, sedangkan untuk bencana besar
dibutuhkan anggota Tim yang lebih banyak dengan latar belakang keahlian bervariasi seperti
dari ilmu sosial, ilmu teknis maupun ilmu berkomunikasi dengan Pemerintah Daerah dan
masyarakat untuk melakukan edukasi sekaligus wawancara. Sebuah Tim dapat dikatakan
efektif ketika usulan Pemerintah Daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi
program yang disetujui Pimpinan.
Berdasarkan hasil wawancara, terlihat bahwa penilaian Tim yang efektif oleh
Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat dilakukan dengan kriteria performance, dimana
Pimpinan mengukur kinerja Tim sejalan dengan target organisasi.
3.1.6 Kemungkinan Kegagalan Tim pada Kondisi Pandemi dan Mitigasi yang
Dilakukan
Dalam sebuah organisasi atau tim tentu saja kemungkinan kegagalan mencapai target
menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, yang bisa dilakukan adalah memitigasi
kegagalan tersebut atau meminimalisir dampaknya. Berdasarkan teori, penyebab kegagalan
tim diantaranya adalah masalah dari anggota tim itu sendiri dan serta kesalahan dari
manajemen. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, aspek masalah anggota tim yang
menjadi penyebab kemungkinan kegagalan tim dalam kegiatan operasional di BNPB
disebabkan oleh hambatan yang tidak terduga yang berasal dari kondisi lapangan yang
kadang tidak terprediksi sehingga menyebabkan tim menyerah. Dalam situasi pandemi seperti
saat ini BNPB dihadapkan pada tambahan penugasan di luar tupoksi penanganan bencana
lainnya. Hal ini memungkinkan adanya ekspektasi yang terlalu tinggi dari manajemen kepada
anggota tim dalam rangka menyelesaikan target kinerja dan penugasan yang diterima yang
membuat anggota tim merasa kewalahan dan terburu-buru dalam menyelesaikan penugasan
atau bahkan tidak mampu menyelesaikan keseluruhan penugasan.
emastikan
Untuk meminimalisir hal tersebut terjadi, narasumber sebagai leader m
bahwa penugasan yang diterima telah dikelola dengan baik melalui pembentukan tim-tim
kecil yang disusun dengan mempertimbangkan kapasitas anggota tim serta kondisi di
lapangan yang nantinya akan dihadapi oleh tim tersebut. Dalam memberikan instruksi kepada
enyampaikan secara terstruktur untuk menghindari adanya
anggota tim, tidak jarang leader m
mispersepsi dari tugas yang diberikan. Pembagian kerja dalam tim juga dibuat secara rigid
dengan melihat kapasitas tim sehingga masing-masing orang dapat memberikan kontribusi
yang efektif sesuai dengan perannya. Jika ada kendala dalam pelaksanaan baik yang
diakibatkan oleh personal atau hal-hal lainnya, fungsi kontrol dilaksanakan untuk memantau
progres yang ada sehingga bisa dilakukan penguatan dan pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat berdasarkan situasi yang ada sehingga hambatan yang ada dapat terselesaikan
dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah melakukan wawancara dengan hasil pembahasan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam mengepalai sebuah tim, pimpinan memiliki peran utama dalam hal
menentukan pembagian kerja tim serta peran masing-masing anggota, selain itu
juga rutin melakukan monitoring dan evaluasi, sehingga penyelesaian pekerjaan
yang sudah ditentukan dapat terlaksana sesuai dengan target.
2. Penetapan deskripsi pekerjaan yang jelas merupakan hal yang penting untuk
membuat kerjasama antar tim dapat berjalan dengan baik dan efektif.
3. Kegagalan tim dapat bersumber dari hambatan kerja yang dihadapi oleh anggota
tim di lapangan yang membuat mereka merasa tidak mampu menghadapi masalah
yang ada dan membuat pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik.
4. Komunikasi merupakan kunci penting dalam berjalannya kerjasama tim, sehingga
adaptasi dalam kondisi pandemi saat ini merupakan keharusan yang telah
dilakukan di BNPB.
MANAGERIAL IMPLEMENTATION
Kegagalan tim seringkali terjadi karena hal-hal yang tidak terduga, sehingga
pemimpin d an anggota tim harus siap dan mampu beradaptasi serta l incah dalam menghadapi
setiap kondisi yang mungkin terjadi di lapangan sebagaimana terlihat dari adanya pandemi
Covid - 19 yang masih belum tertangani sampai saat ini. Kondisi lapangan yang tidak
menentu terkadang membuat anggota Tim merasa tidak sanggup untuk meneruskan pekerjaan
dan memilih menyerah. Masalah yang terjadi dalam kondisi ini adalah pada kondisi mental
anggota tim dalam menghadapi permasalahan.
Rasa percaya anggota tim pada pemimpin dapat menjadi solusi dalam permasalahan
ini, mental anggota tim yang sudah turun karena kondisi lapangan dapat diselesaikan dengan
pemberian dukungan moril pada anggota tim di lapangan. Dukungan moril yang diberikan ini
bisa berupa komunikasi yang rutin dilakukan tidak hanya bertujuan untuk menanyakan
progres pekerjaan tetapi juga dengan memberikan perhatian kecil seperti menanyakan kondisi
kesehatan tim atau memberikan waktu bagi anggota tim untuk menyampaikan permasalahan
yang dihadapi dalam situasi non formal. Pemimpin y ang dapat mendengarkan setiap
permasalahan yang dihadapi anggota tim dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pada
pemimpin, sehingga kecenderungan anggota tim patuh atau mengikuti perintah atau
keinginan pemimpinnya akan semakin tinggi.
Disisi lain, pada saat masing-masing anggota kelompok merasakan mentalitas yang
turun, peran pemimpin dalam memberikan pacuan semangat melalui pidato yang inspiratif
dan menggugah semangat akan membuat setiap anggota tim mendapatkan energi dan
semangat baru dalam menghadapi masalah. Pada dasarnya, permasalahan yang ada dalam
lingkup pekerjaan di BNPB tidak dapat dihindari karena berhubungan dengan sesuatu yang
sulit diatur oleh manusia, yaitu alam, namun yang perlu dipastikan adalah selalu adanya
energi dan semangat dari setiap anggota tim untuk menyelesaikan pekerjaannya secara
bersama-sama anggota tim lainnya, membuat kekompakan dalam tim menjadi kunci dalam
solusi permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Situs Resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, diakses tanggal 22 Oktober 2020 dari
https://bnpb.go.id/
Kreiter, Robert and Kinicki, Angelo. (2010) Organizational Behavior (9th edition).
McGraw-Hill. Boston.
LAMPIRAN
1. Pengertian Tim
- Tim adalah sekumpulan dengan tujuan yang sama
- Ada input output yang jelas
- Ada target program yang bisa diselesaikan
- Harus 1 komando
- Ada leader
- Ada anggota serta ada pendukung lainnya.
- Tugas BNPB ini sudah diatur dalam undang-undang terkait dengan tugas pokok dan
fungsi.
- Di DID ini lebih kepada hal-hal berkaitan dengan teknis, mulai menyusun kebijakan
sampai program, sampai evaluasi di bidang dukungan infrastruktur darurat.
- Pembagian tim ini secara organisatoris secara struktural ada level berikutnya yaitu
kasubbid per kegiatan sesuai tupoksi, di bawah ada lagi staf yang mendukung
perencanaan penyusunan sampai pelaksanaan semuanya dalam 1 agenda dalam 1
program kerja sehingga dalam pelaksanaannya memang lebih ke prioritas, target
program yang sudah disusun untuk dilaksanakan pada tahun berjalan.
4. Seperti apa Tim yang efektif dan sejauh ini tim yang ada saat ini sudah seberapa
efektif?
- Menilai sebuah tim perlu ada kinerja yang bisa diukur baik dari waktu dan
target yang ditentukan
- Penyusunan jumlah anggota tim harus melihat situasi dan kondisi yang ada di
lapangan dan disesuaikan dengan kebutuhannya
- Komposisi keahlian anggota tim yang menyesuaikan dengan bidang bidang
terkait sesuai kebutuhan.
5. Adanya pandemi, ada perubahan pola kerja yang mempengaruhi kerjasama tim yang
mereka beralih ke digital, kalo di BNPB seperti apa penyesuaian yang dilakukan dan
apa tantangan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya?
6. Kemungkinan kegagalan seperti apa yang kira-kira dialami saat ini dan apa yang
sudah dilakukan untuk mengatasi dan mengantisipasi kegagalan tersebut?
- Lihat kapasitas anggota tim, ada yang perlu instruksi terstruktur tapi ada juga yang
diberi informasi lisan saja sudah paham dan masing-masing beda.
- ketika dalam situasi kerjasama yang menuntut kontribusi seluruh anggota, maka perlu
dibagi secara rigid sesuai dengan kapasitas sehingga semua orang diharapkan bisa
menjalankan perannya masing-masing
- Menjalankan fungsi kontrol dari leader melihat kondisi yang ada, jika ada yang
mengalami kesulitan maka dilakukan penguatan, memahami situasi yang ada,
mengambil keputusan yang tepat dalam memberikan dukungan terhadap hal-hal yang
terhambat tadi.