Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK MID SEMESTER

MATA KULIAH
LEADERSHIP & ORGANIZATION BEHAVIOR

PROPOSAL KAJIAN DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP


EFEKTIVITAS KINERJA TIM
STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

UNIVERSITAS INDONESIA

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Erika Maria Christina (2006499396)
Erny Anugrahany (2006553076)
M. Alief R. Romadhoni (2006553411)
Simon Maruli (2006554343)

Kelas: I20

Dosen:
Riani Rachmawati S.E.,M.A.,Ph.D.

Program Studi Magister Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia
2020
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir


adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas


pada mata kuliah lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan
menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

1. Nama : Erika Maria Christina


NPM : 2006499396
Tandatangan :

2. Nama : Erny Anugrahany


NPM : 2006553076
Tandatangan :

3. Nama : Muhammad Alief Rizal Romadhoni


NPM : 2006553411
Tandatangan :

4. Nama : Simon Maruli


NPM : 2006554343
Tandatangan :

Mata Kuliah : Leadership and Organizational Behavior

Judul Makalah : Kajian Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Efektivitas Kerja Tim

Studi Kasus : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Tanggal : 3 November 2020

Dosen : Riani Rachmawati S.E., M.A., Ph.D.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tentang Organisasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah Lembaga Non Kementerian


yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia yang berperan awalnya dari perkembangan
penanggulangan bencana pada masa perang kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa
bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20. Perkembangan dimaksud sangat dipengaruhi
pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana. Melihat kenyataan saat
ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan
bangsa dalam menghadapi bencana.
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia memiliki 129
gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta terletak berada pada pertemuan tiga
lempeng tektonik aktif dunia yang menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap
ancaman bencana alam. Posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis
memicu terjadinya bencana alam lainnya. Menghadapi ancaman bencana tersebut, Pemerintah
Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air.
Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu
ke waktu.
BNPB adalah lembaga non kementrian yang berfungsi merumuskan dan menetapkan
kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat
dan efektif serta efisien, juga melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Selain itu sejumlah tugas yang
dilaksanakan BNPB diantaranya:
1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat bencana,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara.
2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat.
4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.

1
5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional.
6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

1.2 Alasan Memilih Organisasi

Dalam situasi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia termasuk
Indonesia, sesuai dengan tugas dan fungsinya BNPB memiliki peran penting dalam proses
penanganan dan penanggulangan agar dampak pandemi Covid-19 ini tidak menyebar semakin
luas dan menjadi bencana berkepanjangan.
Dengan posisi Indonesia yang saat ini masih berada pada 10 besar negara di Asia
dengan kasus covid terbanyak ditambah dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan menjadi tantangan bagi BNPB dalam hal melakukan koordinasi,
merumuskan dan mengambil tindakan dengan cepat dan tepat serta efektif dan efisien.
Sebagai instansi yang ditugaskan menjadi leader dalam percepatan penanganan
bencana pandemi Covid-19, BNPB yang dituntut untuk bergerak cepat dihadapkan dengan
dilema kesehatan pegawainya dalam situasi pandemi seperti ini. BNPB pun menambahkan
tugas dan tanggung jawab selain daripada yang sudah menjadi tugas, pokok dan fungsi
(tupoksi) masing-masing unit sejak awal. Adanya penambahan pekerjaan dimaksud pada
BNPB dikhawatirkan berdampak pada kinerja tim sehingga menjadi kurang efektif.

1. 3 Tantangan dan Masalah yang Dihadapi Organisasi

Untuk mengetahui tantangan dan masalah yang dihadapi oleh BNPB, kelompok kami
telah melakukan wawancara dengan salah satu pegawai di BNPB tepatnya pada Direktorat
Dukungan Infrastruktur Darurat untuk mengidentifikasi tantangan dan masalah yang dihadapi
oleh unit dimaksud sebelum dan selama masa pandemi Covid-19.
Adapun Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) pada Direktorat Dukungan Infrastruktur
Darurat (Dit. DID) yaitu pada bidang operasional untuk penanganan dan penanggulangan
bencana alam seperti banjir dan gempa, khususnya terkait tanggap darurat dan transisi darurat
menuju ke pemulihan di wilayah yang terkena bencana alam dimaksud. Pegawai di dalam Dit.
DID berjumlah sebesar 26 (dua puluh enam) orang yang terdiri dari 20 (dua puluh) Aparatur

2
Sipil Negara dan 6 (enam) orang tenaga pendukung, dimana pembagian tugas sudah diatur 1
(satu) sebelumnya.
Dalam pelaksanaan tugas, Dit. DID melakukan verifikasi lapangan setelah
mendapatkan informasi laporan dari Pusat Penanggulangan Operasi BNPB, dimana dalam
waktu sehari diterima sebanyak 2000 (dua ribu) laporan bencana alam, sehingga tantangan dan
masalah yang dihadapi sebelum terjadinya pandemi berkisar pada kurangnya jumlah sumber
daya manusia (SDM) pada Dit. DID dalam melakukan tupoksi.
Dengan merebaknya virus Corona, BNPB yang sebelumnya hanya berfokus pada
penanganan dan penanggulangan bencana, mendapatkan tambahan tugas dengan tanggung
jawab sebagai SATGAS dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal ini memberikan tantangan
dan masalah baru bagi BNPB diantaranya adalah:
1. Penambahan tugas tidak diiringi dengan bertambahnya jumlah SDM sehingga beban
kerja masing-masing personil menjadi lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya.
2. Banyaknya tugas BNPB ini menyebabkan pembagian tugas ke personil dilakukan
secara insidental sesuai dengan kebutuhan.
3. Kegiatan BNPB didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lapangan
dan dengan adanya kondisi pandemi ini kegiatan di lapangan tetap harus dijalankan.
Hal ini menimbulkan keberatan dari pegawai yang harus melaksanakan tugas ke
daerah zona hitam Covid-19.
4. Sisi lain dari bertambahnya pekerjaan yaitu kesehatan karyawan menjadi kurang
diperhatikan. Keefektifan kerja tim dapat terpengaruh ketika terdapat pegawai yang
sakit sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dan harus digantikan oleh
personil lainnya sementara beban pekerjaan tidak berubah.
5. Meskipun sempat ada surat edaran dari Sekretaris Utama BNPB mengenai
pemberlakuan Work From Home, namun pada prakteknya pegawai tetap
melaksanakan tugas secara Work From Office dikarenakan tupoksi BNPB yang
terkait dengan pelayanan ke masyarakat.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penelitian ini antara lain adalah:


1. Mengetahui bagaimana mekanisme penyelesaian pekerjaan setiap anggota tim selama
pandemi.
2. Mengetahui kendala yang dialami dari sisi kerja tim.

3
3. Mengetahui bagaimana peran pemimpin dalam mengatur, mengelola,
mengkoordinasikan, dan memastikan efektivitas kerja tim tercapai dan memberikan
kontribusi yang maksimal.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Tim

Organisasi, menurut definisi, adalah kumpulan orang yang terus-menerus berinteraksi


untuk mencapai sesuatu yang lebih besar daripada yang dapat dicapai individu sendiri. (Robert
Kreiter et.all, 2010)

Tim didefinisikan sebagai sejumlah kecil (2 hingga 25) orang dengan kemampuan yang
saling melengkapi dan berkomitmen pada tujuan bersama, tujuan kinerja, dan pendekatan yang
mereka anggap dapat dipertanggungjawabkan bersama (Katzenbach & Smith, 1999). Sebuah
kelompok kerja, dapat dikatakan menjadi sebuah tim ketika:

1. Kepemimpinan dapat menjadi aktivitas bersama.


2. Akuntabilitas bergeser dari individual ke beberapa orang secara kolektif.
3. Kelompok mengembangkan tujuan dan misi mereka sendiri.
4. Pemecahan masalah menjadi jalan hidup, bukan hanya aktivitas paruh waktu.
5. Efektivitas diukur oleh produk atau hasil kolektif dari kelompok.

Sebuah tim dengan tujuan tertentu dan dan dibantu oleh seorang manajer dalam
mencapai tujuan tersebut bisa dikatakan sebagai grup formal. Fungsi formal group terbagi atas
organizational functions dan individual functions yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Fungsi Formal Group

Organizational Functions Individual Functions

Menyelesaikan tugas yang kompleks dan saling Memenuhi kebutuhan individu akan afiliasi.
bergantung, yang berada di luar kemampuan
individu.

Memberikan ide dan solusi. Mengembangkan, meningkatkan dan menunjukkan


individual self esteem.

Melakukan koordinasi dengan departemen lainnya. Memberikan individu kesempatan untuk mencoba
dan menyampaikan pendapat mereka terhadap suatu
kejadian.

Menyediakan mekanisme pemecahan masalah untuk Mengurangi kecemasan, perasaan tidak aman dan

1
masalah kompleks yang membutuhkan beragam powerlessness pada individu dalam tim.
informasi dan penilaian.

Menerapkan complex decision. Memberikan mekanisme penyelesaian masalah untuk


permasalahan personal maupun interpersonal.

Bersosialisasi dan memberikan pelatihan bagi orang-


orang yang baru bergabung.

2.2. Efektivitas Kerja Tim


Dalam sebuah tim, efektivitas pekerjaan diukur dari kinerja dan produk yang dihasilkan
oleh tim tersebut. Team viability didefinisikan sebagai kepuasan anggota tim dan keinginan
untuk terus berkontribusi dalam tim tersebut.

Gambar 1. Effective Work Teams


(Sumber: Organizational Behavior-Robert Kreitner et,all)

2.3. Kompetensi Kerja Tim

Membangun suasana kerja yang kolaboratif dan mendorong karyawan untuk bekerja
menjadi sebuah tim adalah langkah awal yang tepat untuk membentuk kerja tim yang efektif.
G Cheng et. all (2004) menguraikan beberapa poin-poin dalam Tabel 2 yang menjelaskan
bagaimana mampu dilakukan untuk membuat tim bekerja dengan efektif, diantaranya:

2
Tabel 2. Langkah-Langkah yang Diperlukan Membangun Kerja Tim yang Efektif
(Sumber: Organizational Behavior-Robert Kreitner et,all)

Arahkan Tim ke Situasi Pemecahan Masalah


Membantu tim dalam mencapai pemahaman yang sama tentang situasi atau masalah. Menentukan pokok
permasalahan dari situasi permasalahan yang terjadi. Mencari data yang relevan terkait situasi atau masalah.

Mengatur dan Mengelola Kinerja Tim


Membantu tim menetapkan tujuan yang spesifik, menantang, dan diterima. Memantau, mengevaluasi, dan
memberikan umpan balik tentang kinerja tim. Mengidentifikasi strategi alternatif atau mengalokasikan kembali
sumber daya untuk menangani umpan balik tentang kinerja tim.

Mempromosikan Lingkungan Tim yang Positif


Membantu dalam menciptakan dan memperkuat norma toleransi, rasa hormat, dan keunggulan. Mengakui dan
memuji upaya anggota tim lainnya. Membantu dan mendukung anggota tim lainnya. Model perilaku anggota
tim yang diinginkan.

Memfasilitasi dan Mengelola Konflik Pekerjaan


Mendorong yang diinginkan dan mencegah konflik tim yang tidak diinginkan. Mengenali jenis dan sumber
konflik yang dihadapi tim dan menerapkan strategi penyelesaian yang sesuai. Menggunakan strategi negosiasi
“win–win” untuk menyelesaikan konflik tim.

Mempromosikan Perspektif Secara Tepat


Mempertahankan preferensi yang dinyatakan, mendukung sudut pandang tertentu dan menahan tekanan untuk
mengubah posisi ke posisi lain yang tidak didukung oleh argumen logis atau berbasis pengetahuan. Mengubah
atau memodifikasi posisi jika argumen yang dapat dipertahankan dibuat oleh anggota tim lain. Memproyeksikan
kesopanan dan keramahan kepada orang lain saat berdebat posisi.

Sayangnya, penggunaan istilah tim dan kerja tim memiliki persepsi yang salah bagi
banyak orang. Banyak kelompok kerja dikatakan sebagai tim, sedangkan pada kenyataannya
mereka tidak melakukan apa yang dilakukan tim dengan benar. Kerja tim membutuhkan usaha
kolektif yang konkrit untuk mencapainya. Berikut adalah hal-hal yang menunjukan
karakteristik tim yang tepat.

Tabel 3. Karakteristik Tim yang Efektif


(Sumber: Organizational Behavior-Robert Kreitner et,all)

Tujuan yang Jelas Visi, misi, tujuan atau atau tugas tim yang telah ditetapkan dan sekarang diterima oleh
semua orang. Ada rencana aksi.

3
Informalitas Iklimnya cenderung informal, nyaman dan santai. Tidak ada ketegangan atau tanda
kebosanan yang jelas.

Partisipasi Ada banyak diskusi, dan setiap orang didorong untuk berpartisipasi.

Mendengar Mendengarkan para anggota menggunakan teknik mendengarkan yang efektif seperti
bertanya, memparafrasekan, dan meringkas untuk mengeluarkan ide.

Perbedaan Pendapat Ada ketidaksepakatan, tetapi tim merasa nyaman dengan ini dan tidak menunjukkan
tanda-tanda untuk menghindari, merapikan, atau menekan konflik.

Keputusan Untuk keputusan penting, tujuannya adalah substansial tetapi belum tentu
Konsensus kesepakatan bulat melalui diskusi terbuka tentang ide semua orang, menghindari
pemungutan suara formal, atau kompromi yang mudah.

Komunikasi yang Anggota tim merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan mereka pada tugas serta
Terbuka operasi kelompok. Ada beberapa agenda tersembunyi. Komunikasi terjadi di luar
rapat.

Peran dan Tugas Ada ekspektasi yang jelas tentang peran yang dimainkan oleh setiap anggota tim.
Pekerjaan yang Jelas Ketika tindakan diambil, tugas yang jelas dibuat, diterima, dan dilaksanakan.
Pekerjaan didistribusikan secara adil di antara anggota tim.

Kepemimpinan Sementara tim memiliki pemimpin formal, fungsi kepemimpinan bergeser dari waktu
Bersama ke waktu tergantung pada keadaan, kebutuhan kelompok, dan keterampilan
anggotanya. Pemimpin formal mencontohkan perilaku yang sesuai dan membantu
menetapkan norma positif.

Hubungan Eksternal Tim menghabiskan waktu untuk mengembangkan kunci utama diluar hubungan,
memobilisasi sumber daya, dan membangun kredibilitas dengan pemain penting di
bagian lain organisasi

Keragaman Gaya Tim memiliki spektrum tipe pemain tim yang luas termasuk anggota yang
menekankan perhatian pada tugas, penetapan tujuan, fokus pada proses dan
pertanyaan tentang bagaimana tim berfungsi.

Penilaian Diri Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa baik fungsinya dan apa yang
mungkin mengganggu keefektifannya.

2.4. Penyebab Kegagalan Tim

Dalam aplikasinya, sering sekali hal yang disebut sebagai tim mengalami kegagalan dalam
proses pekerjaannya. Perlu perspektif yang luas mengenai keunggulan dan batasan terkait

4
dengan pengertian maupun hal yang mempengaruhi kerjasama tim. Berikut hal-hal yang dapat
menyebabkan sebuah tim gagal.

2.4.1 Kesalahan Umum Manajemen dengan Tim

Kesalahan yang dilakukan dari manajemen merupakan ancaman utama bagi keefektifan
tim. Ekspektasi yang terlalu tinggi dari manajemen pada anggota tim menjadi hal yang dapat
menyebabkan frustasi yang berakibat anggota akan meninggalkan tim. Berikut adalah hal-hal
yang biasa menjadi kesalahan pihak manajemen dalam membentuk sebuah tim:

a. Tim tidak dapat mengatasi strategi yang lemah dan praktik bisnis yang buruk.
b. Lingkungan yang tidak bersahabat untuk tim.
c. Tim diadopsi sebagai mode, perbaikan cepat, tidak ada komitmen jangka panjang.
d. Pelajaran dari satu tim tidak ditransfer ke yang lain.
e. Penugasan tim yang tidak jelas atau bertentangan.
f. Pelatihan keterampilan tim yang tidak memadai.
g. Staf tim yang buruk. Kurangnya kepercayaan.

2.4.2. Masalah dari Anggota Tim

Pada bagian ini, anggota tim juga dapat berperan pada gagalnya sebuah tim dalam
melaksanakan tugasnya, berikut daftar kesalahan yang sering dilakukan anggota dalam tim:

a. Tim mencoba melakukan terlalu banyak hal secara terburu-buru.


b. Konflik atas perbedaan gaya kerja pribadi (dan / atau konflik kepribadian).
c. Terlalu banyak penekanan pada hasil, tidak cukup pada proses tim dan dinamika
kelompok.
d. Hambatan yang tidak terduga menyebabkan tim menyerah.
e. Resistensi untuk melakukan sesuatu secara berbeda.
f. Keterampilan interpersonal yang buruk (komunikasi agresif daripada asertif, konflik
destruktif, negosiasi menang-kalah).
g. Chemistry interpersonal yang buruk (penyendiri, dominator, ahli yang mengangkat
dirinya sendiri tidak cocok).
h. Kurangnya kepercayaan.

5
2.5. Kerja Tim yang Efektif melalui Kerja Sama, Kepercayaan, dan Kekompakan

Menurut parah ahli, peningkatan kesuksesan sebuah organisasi lebih ditentukan oleh
kerja tim yang baik dibandingkan dengan adanya bintang individu. Tiga komponen kerja tim
yang menerima paling banyak perhatian adalah kerjasama, kepercayaan, dan kekompakan.

2.5.1. Kerjasama

Individu dikatakan bekerja sama ketika upaya mereka terintegrasi secara


sistematis untuk mencapai tujuan bersama (M Marx, et al, 2006). Semakin besar
integrasinya, semakin besar tingkat kerjasama.

Riset yang ada mengenai kerjasama menunjukan bahwa:

a. Kerjasama lebih unggul dari persaingan dalam mendorong prestasi dan


produktivitas.
b. Kerjasama lebih unggul daripada upaya individualistik dalam mendorong
pencapaian dan produktivitas.
c. Kerjasama tanpa persaingan antar kelompok mendorong pencapaian dan
produktivitas yang lebih tinggi daripada kerja sama dengan persaingan antar
kelompok.

2.5.2. Kepercayaan

Kepercayaan diartikan sebagai keyakinan timbal balik pada niat dan perilaku
orang lain. Bagaimana cara membangun kepercayaan adalah dengan komunikasi,
dukungan, menghormati, prediktabilitas dan kompetensi. Kepercayaan adalah hal yang
tidak bisa diminta. Kepercayaan ditambatkan pada kredibilitas— “mengembangkan
integritas, niat, kemampuan, dan hasil yang membuat Anda dapat dipercaya, baik bagi
diri Anda sendiri maupun bagi orang lain.” (S M R Covey dan R R Merrill, 2006).

2.5.3. Kekompakan

Kekompakan adalah proses di mana “rasa-kita” muncul untuk mengatasi


perbedaan dan motif individu (W Foster Owen, 1985). Anggota kelompok yang
kompak bersatu adalah karena satu atau kedua alasan berikut: (1) mereka menikmati
kebersamaan satu sama lain atau (2) mereka saling membutuhkan untuk mencapai

6
tujuan bersama. Dengan demikian, dua jenis keterpaduan kelompok, yang diidentifikasi
oleh sosiolog, adalah keterpaduan sosio-emosional dan keterpaduan instrumental.

a. Kekompakan socio-emotional

Rasa kebersamaan yang berkembang ketika individu memperoleh kepuasan


emosional dari partisipasi kelompok.

b. Kekompakan Instrumental

Rasa kebersamaan yang berkembang ketika anggota kelompok saling


bergantung satu sama lain karena mereka yakin tidak dapat mencapai tujuan
kelompok dengan bertindak sendiri-sendiri.

2.6. Tindakan Tim

Disaat pandemi seperti ini, teknologi menjadi media yang paling efektif untuk
berkoordinasi maupun berbagi informasi. Melalui pembentukan budaya tim secara virtual
merupakan hal yang banyak dilakukan banyak perusahaan maupun badan pemerintahan untuk
melanjutkan operasinya.. Tim Virtual adalah kelompok tugas yang tersebar secara fisik yang
menjalankan bisnisnya terutama melalui teknologi informasi modern. berikut beberapa hal
yang perlu diketahui mengenai tim virtual:
1. Tim virtual yang dibentuk melalui Internet mengikuti proses pengembangan tim
yang serupa dengan grup tatap muka.
2. Ruang obrolan Internet menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menghasilkan
keputusan yang lebih buruk daripada pertemuan tatap muka dan konferensi telepon.
3. Keberhasilan penggunaan groupware (perangkat lunak yang memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok virtual) membutuhkan pelatihan dan
pengalaman langsung.
4. Kepemimpinan yang inspiratif berdampak positif pada kreativitas dalam kelompok
brainstorming digital.
5. Manajemen konflik sangat sulit untuk tim virtual asynchronous yang tidak
memiliki kesempatan untuk interaksi tatap muka.
6. Memiliki setidaknya satu anggota tim yang bekerja dari jarak jauh.

7
Kontak tatap muka yang berarti, terutama selama fase awal proses pengembangan
kelompok, sangatlah penting. Interaksi tatap muka berkala tidak hanya menumbuhkan ikatan
sosial di antara anggota tim virtual, tetapi juga memfasilitasi resolusi konflik. Dalam Tabel 4
menggambarkan langkah-langkah untuk membentuk dan mengatur berjalannya tim virtual.

Tabel 4. Langkah - Langkah Membentuk dan Mengatur Tim Virtual


(Sumber: Organizational Behavior-Robert Kreitner et.all)

Membentuk Tim
● Mengembangkan misi tim bersamaan dengan ekspektasi dan norma kerjasama, tujuan pekerjaan,
dan deadline.
● Merekrut anggota tim dengan kemampuan yang saling mengisi satu sama lain dan berbeda latar
belakang yang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk berkontribusi.
● Mendapatkan sponsor dari orang penting untuk memperjuangkan pekerjaan tersebut.
● Menginformasikan data masing-masing anggota tim agar saling memahami satu sama lain.

Mempersiapkan Tim
● Memastikan setiap anggota tim memiliki jaringan yang baik dan nyaman dalam penggunaan
teknologi.
● Menetapkan kompatibilitas perangkat lunak dan perangkat keras.
● Memastikan setiap orang nyaman dengan kerjasama synchronous dan asynchronous.
● Memastikan setiap anggota tim memahami tujuan tim, deadline dan tugas individu masing-masing.

Membangun Kerjasama dan Kepercayaan


● Memastikan setiap orang terlibat.
● Mengatur pertemuan langsung secara periodic, latihan membangun tim, dan menyediakan waktu
senggang.
● Mendorong kolaborasi antar anggota tim.
● Menetapkan peringatan adanya konflik.

Memotivasi dan Memimpin Tim


● Mengumumkan progress kerja tim dalam papan nilai.
● Merayakan pencapaian tim.
● Memulai setiap pertemuan virtual tim dengan pujian dan penghargaan pada pencapaian yang luar
biasa.
● Menjaga setiap anggota tim selalu menginformasikan penyelesaian dan progress pekerjaan.

2.7 Membangun Tim dan Kepemimpinan Tim

Membangun tim adalah istilah umum untuk seluruh teknik yang digunakan untuk
meningkatkan fungsi internal kerja tim. Aktivitas membangun tim dan pelatihan tim bertujuan

8
untuk meningkatkan kerjasama yang lebih baik, komunikasi yang lebih lancar, dan
meminimalisir konflik yang tidak menguntungkan. sesi membangun tim bisa dilakukan dengan
berbagai hal seperti aktivitas outbound maupun melalui permainan kerjasama yang membuat
setiap anggota berpartisipasi dan menikmati jalannya aktivitas. Namun perlu dibuat tujuan,
kepemimpinan yang layak, perhatian yang detail, dan nilai tambah yang berkaitan dengan
pekerjaan untuk memastikan aktivitas berjalan tepat sasaran dan tidak membuang biaya.

2.7.1. Tujuan Akhir Pembentukan Tim

Aktivitas membangun tim pada akhirnya adalah membentuk sebuah tim yang memiliki
performa yang tinggi dalam penyelesaian pekerjaan. Aktivitas membangun tim tersebut
mengizinkan setiap orang mensimulasikan masalah yang ada di kehidupan nyata untuk terbiasa
dalam memecahkan masalah secara tim. berikut adalah apa yang menjadi tolak ukur sebuah tim
sudah memiliki performa yang tinggi:

1. Kepemimpinan yang partisipatif.


2. Tanggung jawab bersama
3. Selaras pada tujuan
4. Komunikasi yang aktif
5. Visioner
6. Fokus pada pekerjaan
7. Talenta kreatif
8. respon yang cepat

2.7.2. Penilaian Efektivitas Membangun Tim

Untuk menilai keefektifan kegiatan membangun tim, berikut merupakan empat


tingkatan model evaluasi yang dapat dilakukan:

1. Reaksi - Apa yang partisipan rasakan selama mengikuti kegiatan?


2. Pembelajaran - Apakah pengalaman dan kemampuan meningkat setelah kegiatan?
3. Kebiasaan - Apakah kebiasaan dalam bekerja partisipan meningkat sebagai hasil dari
kegiatan?
4. Hasil - Apakah partisipan setelah itu mencapai hasil yang dapat diukur dengan dengan
lebih baik?

9
2.8 Profil Organisasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah Lembaga Non Kementerian


yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk menjadi koordinator
penanggulangan bencana agar penanganan bisa dilakukan dengan cepat, tepat, efektif, efisien,
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Visi BNPB adalah Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana dengan misi antara
lain adalah Melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan membangun budaya pengurangan
risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian yang terintegrasi
dalam pembangunan nasional; membangun sistem penanganan darurat bencana secara cepat,
efektif dan efisien; menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat pasca bencana
melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang terkoordinasi dan berdimensi
pengurangan risiko bencana; menyelenggarakan dukungan dan tata kelola logistik dan
peralatan penanggulangan bencana; menyelenggarakan penanggulangan bencana secara
transparan dengan prinsip good governance.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BNPB membagi kegiatannya dalam beberapa
bagian seperti yang ditunjukkan dalam susunan organisasi pada Gambar 2. Terdiri dari 1
Inspektorat Utama dengan 3 Inspektorat di bawahnya, 1 sekretariat utama dengan 4 biro
dibawahnya, 5 Deputi bidang dengan total 14 direktorat di bawahnya, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, dan Pusat Pengendalian
Operasi serta serta sejumlah Unit Pelaksana Teknis.
Dalam penelitian kami kali ini, kami akan berfokus pada Deputi Bidang Penanganan
Darurat, khususnya Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat.
Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat terdiri dari 2 Subdirektorat dan 4 Seksi
sebagai berikut:
1. Subdirektorat Pemulihan Prasarana Vital
● Seksi Verifikasi dan Penilaian Kebutuhan Pemulihan Prasarana Vital
● Seksi Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pemulihan Prasarana Vital
2. Subdirektorat Pemulihan Sarana
● Seksi Verifikasi dan Penilaian Kebutuhan Pemulihan Sarana dan Utilitas
● Seksi Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pemulihan Sarana dan Utilitas

10
Gambar 2. Struktur Organisasi BNPB
Sumber: bnpb.go.id

2.9 Profil Responden

Nama : Drs. Budhi Erwanto,M.M


Jabatan : PLT Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat Kedeputian Bidang
Penanganan Darurat BNPB
Pendidikan : S1 Pendidikan Luar Sekolah, IKIP Padang; S2 Magister Manajemen
Pascasarjana STIE - KBP Padang

Riwayat Pekerjaan:

- Plt. Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat Kedeputian Bidang Penangan


Darurat BNPB (2019 - sekarang)
- Kasubdit. Pemulihan Sarana, Direktorat Dukungan Infrastruktur Darurat,
Kedeputian Bidang Penangan Darurat BNPB (2019 - sekarang)
- Kasubdit. Kompensasi dan Pengembalian Hak Pengungsi, Direktorat Penanganan
Pengungsi, Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB (2018 - 2019)

11
- Kasubdit. Bantuan Hunian Sementara, Direktorat Bantuan Darurat, Kedeputian
Bidang Penanganan Darurat BNPB (2016 - 2017)
- Fungsional Penganalisa Perencanaan Operasi pada Seksi Perencanaan Operasi,
Subdirektorat Perencanaan Darurat, Kedeputian Bidang Penanganan Darurat
BNPB (2014 - 2016)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Situs Resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, diakses tanggal 22 Oktober 2020 dari
https://bnpb.go.id/
Kreiter, Robert and Kinicki, Angelo. (2010) Organizational Behavior (9th edition). McGraw-
Hill. Boston.

12

Anda mungkin juga menyukai