ii
Sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad saw.
"Seseorang yang diamanati seorang anak oleh Allah,
maka pada hari ketujuh ia menyelamati anaknya,
memberikannya nama yang baik dan mencukur
rambutnya, ketika anaknya berusia enam tahun, maka ia
memberikan pendidikan pada anaknya, jika telah berusia
sembilan tahun, maka ia memisahkan tempat tidur
anaknya. Jika anaknya berusia tigabelas tahun, maka
harus dipukul apabila tidak mau mengerjakan shalat dan
puasa. Dan jika anaknya telah berusia enambelas tahun,
maka ia boleh menikahkan anaknya, lalu memegang
anaknya itu dengan tangannya dan berkata kepadanya,
“Aku telah mendidikmu, mengajarmu, dan menikahkanmu.
Aku berlindung pada Allah dari fitnah (yang
disebabkan)mu di dunia dan dari azab yang (disebabkan
oleh)mu di akhirat”. Jika seorang ayah tidak
merencanakan pernikahan anaknya setelah mereka
memasuki masa pubertas, dan anaknya melakukan dosa,
maka yang bertanggung jawab terhadap dosa tersebut
adalah ayahnya”.
iii
KATA PENGANTAR
iv
perilaku seks dalam Islam, Bab 2. Bab 3 menjadi pelengkap
untuk memahami pembahasan tersebut.
Ismi NIDL
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................... 1
BAB II ...................................................................................... 2
A. Seks Edukasi Dalam Islam.............................................2
B. Perilaku Seks Dalam Islam............................................ 6
C. Resiko Seks Bebas....................................................... 12
BAB IV ...................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................26
vi
BAB I
A. Latar Belakang
Buku teks ini disusun dengan pengertian mengenai
latar belakang pada bab awal. Bab selanjutnya yang
membahas tentang seks edukasi dalam Islam, dan resiko dari
seks bebas. Kemudian pada bab selanjutnya disajikan
mengenai cara bagaimana orang tua menyampaikan seks
edukasi pada anak dan Program Genre.
Penyusunan yang demikian dimaksudkan supaya
pembaca dapat memahami maksud dari judul yang digunakan.
Dan dapat membantu pembaca untuk bisa mengetahui lebih
jauh tentang seks edukasi dalam Islam.
Pada bab awal disajikan tentang latar belakang. Pada
Bab dua membahas pengertian dari seks edukasi dalam Islam,
perilaku seks dalam islam dan resiko dari seks bebas. Dan
pada bab tiga membahas tentang cara bagaimana orang tua
menyampaikan seks edukasi pada anak dan Program Genre.
Kemudiaan bab terakhir berisi tentang kesimpulan dan saran.
1
BAB II
2
Sulistyo adalah, Untuk menghasilkan manusia-manusia
dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia
karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya serta bertanggungjawab terhadap dirinya dan
terhadap oranglain.
Menurut Kir Kendel sebagaimana dikutip oleh Sarlito
Wirawan Sarwono bahwa tujuan pendidikan seks; a).
Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria
dan wanita dalam keluarga, pekerjaan dan saluran kehidupan
yang selalu berubah dan berbeda dalam setiap masyarakat
dan kebudayaan. b). Membentuk pengertian tentang peranan
seks didalam kehidupan manusia dan keluarga, hubungan
antara seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawinan dan
sebagainya.c). Membentuk generasi muda yang mampu
mengekang diri tanpa mengumbar nafsu seksual dan perilaku
moral lainnya.d). Membantu mengembangkan kepribadian
sehingga mampu mengambil keputusan yang
bertanggungjawab. Misalnya, memilih jodoh, hidup
berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam seks dan
sebagainya.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan tujuan pendidikan seks;
a). Anak didik dapat memahami persoalan hidup, mengetahui
mana yang halal dan mana yang haram sehingga berperilaku
Islami.b). Mereka tidak mengikuti kehendak syahwat (hawa
nafsu) dan tidak menempuh jalan yang sesat (zina).
Materi pendidikan seks yang ditawarkan oleh Ayip
Syafruddin lebih bersifat khusus dan sesuai dengan syariat
Islam. Materi-materi tersebut meliputi pokok sebagai berikut;
1) Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak lakilaki dan jiwa
feminitas pada anak wanita.
2) Mengenalkan mahramnya.
3) Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
3
4) Mendidik agar tidak melakukan ikhtilat.
5) Mendidik agar tidak berkhalwat.
6) Mendidik agar anak tidak berjabat tangan/ bersalaman
dengan lawan jenisnya yang bukan mahram.
7) Mendidik etika berhias.
8) Mendidik cara berpakaian Islami.
9) Memisahkan tempat tidur.
10) Mengenalkan waktu berkunjung dan tata tertibnya.
11) Mendidik agar menjaga kebersihan kelamin.
12) Khitan.
13) Ikhtilam.
14) Haid.
Di saat perkembangan zaman yang semakin maju, dan
perkembangan dampak negative dari globalisasi membuat
budaya yang santun kian meluntur, termasuk cara berpakaian.
Etika sopan santun berpakaian pun seakan-akan tak penting
untuk dipraktekkan. Saat ini banyak sekali model-model
berpakaian baik laki-laki maupun perempuan seakan-akan
menafikan kesopan santunan bahkan tak memperdulikan
ajaran agama yang mengharuskan menutup aurat. Dengan
pemahaman dan pengajaran hadits di atas sejak dini kepada
anak-anak diharapkan mereka sebagai penerus bangsa ini
terbiasa untuk beretika sebagaimana yang diajarkan dalam
Islam.
Islam mengakui betapa pentingnya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan seksual manusia, karena itu
masalah ini didiskusikan dalam Al Qur’an dan Hadits secara
serius, dalam hubungannya dengan pernikahan dan
kehidupan keluarga. Dalam Islam pernikahan seorang muslim
dan muslimah tidak hanya bertujuan agar mendapatkan
keturunan yang shaleh atau ketentraman rohani dan psikis
semata, tapi juga pembentukan komitmen (akad) secara
4
menyeluruh satu sama lain, sebuah perjanjian yang disaksikan
oleh Allah SWT. Cinta dan kebahagiaan pernikahan adalah
bagian dari komitmen. Pasangan yang telah menikah memiliki
status sosial yang baru, tanggung jawab bagi dirinya sendiri,
suami atau istrinya, anak-anaknya dan terhadap masyarakat
di sekitarnya.
Seorang ayah memiliki tanggung jawab penting,
sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad saw.
"Seseorang yang diamanati seorang anak oleh Allah, maka
pada hari ketujuh ia menyelamati anaknya, memberikannya
nama yang baik dan mencukur rambutnya , ketika anaknya
berusia enam tahun, maka ia memberikan pendidikan pada
anaknya, jika telah berusia sembilan tahun, maka ia
memisahkan tempat tidur anaknya. Jika anaknya berusia
tigabelas tahun, maka harus dipukul apabila tidak mau
mengerjakan shalat dan puasa. Dan jika anaknya telah
berusia enambelas tahun, maka ia boleh menikahkan anaknya,
lalu memegang anaknya itu dengan tangannya dan berkata
kepadanya, “Aku telah mendidikmu, mengajarmu, dan
menikahkanmu. Aku berlindung pada Allah dari fitnah (yang
disebabkan)mu di dunia dan dari azab yang (disebabkan
oleh)mu di akhirat”. Jika seorang ayah tidak merencanakan
pernikahan anaknya setelah mereka memasuki masa
pubertas, dan anaknya melakukan dosa, maka yang
bertanggung jawab terhadap dosa tersebut adalah ayahnya”
(HR. Imam Ibnu Hibban).
عن قتا دة قال رسول ا صلى ا عليه وسلم ادابال احدكم ال يمس دكره بيمينه وادا اتى
اخالء ال يتمسح بيمينه وادا شرب اليشرب نفسا واحدا. ()متفق عليه
Artinya: “Dari Qatadah r.a. beliau berkata: Rasulullah
saw bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian buang
air kecil, maka janganlah dia menyentuh kemaluannya dengan
tangan kanannya. Dan apabila dia pergi untuk buang air besar,
5
maka janganlah dia beristinja dengan tangan kanannya, dan
kalau minum, maka janganlah minum dengan satu kali nafas”.
(Mutafaq Alaih).
Hadits ini menarik sekali dijadikan sebagai pelajaran
atau pendidikan sex sejak dini kepada anak-anak kita. Hadits
ini mengajarkan bagaimana etika sopan santun ketika hendak
buang air kecil, besar dan etika minum. Jika kita mengamati
anak-anak kita khususnya yang laki-laki, maka kerapkali kita
melihat mereka buang air kecil sambil berdiri. Jika kita
memberikan pembelajaran dan pemahaman kepada anakanak
kita bagaimana cara buang air kecil yang diajarkan oleh Islam
dengan penerapan hadits ini, sungguh sangat penting.
Fenomena yang terjadi pada anak-anak saat mereka buang
air kecil dengan cara berdiri setidaknya bisa dihindari karena
tidak sesuai dengan etika kesopansantunan.1
1
Hakiki, Kiki Muhammad. 2015. Hadits-Hadits Tentang Pendidikan
Seks. Al-Dzikra. Vol. 9.
https://media.neliti.com/media/publications/177471-ID-hadits-
hadits-tentang-pendidikan-seks.pdf. Diakses pada 09 Juli 2021
pukul 21.38 WIB.
6
pembedaan penting antara masalah-masalah pribadi dan
masyarakat yang harus dipisahkan.
7
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi di seputar
remaja:
9
Oleh karena itu, hal yang penting dalam
mengendalikan seks adalah mengendalikan panca indra kita
(manusia) dan menghindarkan makanan yang mengandung
hormon-hormon testosteron (misalnya: biji kemaluan kambing,
obat yang mengandung hormon testosteron), makanan yang
“panas” misalnya: sate kambing, sate macan, dan lain-lain
(Boyke Dian Nugroho, 2004: 116).
2
Muhyidin, Imam. 2014. Layanan Informasi Tentang Perilaku Seks
Dalam Bingkai Islam. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol. 5.
11
C. Resiko Seks Bebas
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/viewFi
le/1059/971. Diakses pada 09 Juli 2021 pukul 22.30 WIB.
12
mempunyai kecenderungan untuk menjauhi perilaku seks
bebas. Minimya pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki
mahasiswa memunculkan perilaku seksual yang tidak sehat
dan tidak bertanggung jawab. Terjadinya kehamilan,
penularan penyakit seksual termasuk HIV, aborsi banyak
berawal dari tidak ketahuan remaja tentang seksualitas.
3
Ismail, Zaki. 2017. Muhasabah dan Perilaku Seks Bebas. Vol. 09.
https://e-
jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/download/53/
46/. Diunduh pada 09 Juli 2021 pukul 23.33 WIB.
14
BAB III
15
Dengan memperhatikan minat pada seks dalam diri
anak,maka pendidikan seksual sangat perlu diberikan kepada
anak karena pendidikan seks yang bersumber dari orang tua
lebih menjamin proses kesinambungan, berbeda dengan
informasi seksualitas yang diperoleh dari luar yang seringkali
tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan mungkin
anak hanya akan mendapatkan informasi secara parsial
(Lestari, 2013).
16
b. Mempelajari hubungan seksual dan interaksinya dengan
lawan jenis berupa keterikatan hubungan,percintaan dan
komitmen.4
4
Lestari, Widayati. 2015. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks
Pada Remaja. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
http://eprints.ums.ac.id/41910/25/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Diunduh pada 10 Juli 2021 pukul 00.30 WIB.
17
waktu dimana Allah membebaskan wanita dari kewajiban
melaksanakan shalat. Pada usia 10 tahun, kita dapat mulai
mengenalkan masalah haid, karena pada saat itu anak akan
lebih mengerti. Topik lain dari masalah seksual dapat
dikenalkan ketika anak membaca ayat-ayat Al Qur’an
mengenai hubungan seks, haid, atau homoseksual, dengan
kasus-kasus nyata. Seks juga dapat didiskusikan dalam
konteks bersuci (thaharah). Pada usia 6 atau 7 tahun, anak
diajarkan cara membersihkan alat kelaminnya setelah hadas
kecil dan besar. Ketika anak berusia 10 hingga 14 tahun, topik
Ghusl (mandi janabah) dapat diangkat dan jelaskan kapan
ghusl dilakukan, misalnya setelah mimpi basah, setelah haid,
dsb. Kita bisa menceritakan cara Rasulullah saw melakukan
ghusl, yaitu dimulai dengan membasuh kedua tangan dan
kemaluan, menghilangkan najis, lalu berwudhu seperti
berwudhu untuk shalat, kecuali kedua kaki. Keduanya
diakhirkan sampai saat akhir mandi, kemudian mengalirkan air
ke seluruh tubuh sebanyak tiga kali dan membasuh kedua
kaki pada bagian yang tidak terkena air (di sela-sela jari-jari
kaki).
19
Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan
masyarakat dan dibicarakan didepan anak-anak apalagi untuk
mengajarkannya kepada anak-anak. Masyarakat beranggapan
bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak
kecil. Padahal pendidikan seks yang diberikan sejak dini
sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia
memasuki masa remaja. Apalagi anak-anak sekarang kritis,
dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua karena pada
masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar
(Andika, 2010).
B. Program Genre
5
Amalia, Endra, Fatimah Laila Afdila, Yessi Andriani. 2018. PENGARUH
PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP KEJADIAN
KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI SD NEGERI 04 BALAI RUPIH
SIMALANGGANG PAYAKUMBUH TAHUN 2018. Vol. 5.
https://media.neliti.com/media/publications/275183-pengaruh-
pemberian-pendidikan-seksual-te-c33db500.pdf. Diunduh pada 10
Juli 2021 pukul 01.00 WIB.
20
berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu
melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana; berkarir
dalam pekerjaan secara terencana; serta menikah dengan
penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi, juga
mengajarkan remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks
Pra Nikah dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)
guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam
pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa.
6
Wahhab. 2020. Apa Itu Genre?.
https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/apa-itu-
genre/#:~:text=Genre%20adalah%20suatu%20program%20dari,K
eluarga%20Berencana%20Nasional%20(BKKBN).&text=Program%
20GenRe%20adalah%20program%20yang%20mengedepankan%2
0pembentukan%20karakter%20bangsa%20dikalangan%20generas
i%20muda. Diakses pada 10 Juli 2021 pukul 01.45 WIB.
22
BAB IV
24
Tentang Penulis
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Muhyidin, Imam. 2014. Layanan Informasi Tentang
Perilaku Seks Dalam Bingkai Islam. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam. Vol. 5.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/view
File/1059/971. Diakses pada 09 Juli 2021 pukul 22.30 WIB.
27
28