Anda di halaman 1dari 34

i

SEKS EDUKASI DALAM ISLAM

Ismi Nurul Insani DG Lolo

ii
Sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad saw.
"Seseorang yang diamanati seorang anak oleh Allah,
maka pada hari ketujuh ia menyelamati anaknya,
memberikannya nama yang baik dan mencukur
rambutnya, ketika anaknya berusia enam tahun, maka ia
memberikan pendidikan pada anaknya, jika telah berusia
sembilan tahun, maka ia memisahkan tempat tidur
anaknya. Jika anaknya berusia tigabelas tahun, maka
harus dipukul apabila tidak mau mengerjakan shalat dan
puasa. Dan jika anaknya telah berusia enambelas tahun,
maka ia boleh menikahkan anaknya, lalu memegang
anaknya itu dengan tangannya dan berkata kepadanya,
“Aku telah mendidikmu, mengajarmu, dan menikahkanmu.
Aku berlindung pada Allah dari fitnah (yang
disebabkan)mu di dunia dan dari azab yang (disebabkan
oleh)mu di akhirat”. Jika seorang ayah tidak
merencanakan pernikahan anaknya setelah mereka
memasuki masa pubertas, dan anaknya melakukan dosa,
maka yang bertanggung jawab terhadap dosa tersebut
adalah ayahnya”.

(HR. Imam Ibnu Hibban)

iii
KATA PENGANTAR

Buku ini mengenai seks edukasi dalam Islam.


Sepengetahuan penulis, buku yang membahas tentang seks
edukasi cukup banyak. Namun pembahasan dalam buku ini
akan berhubungan dengan ke-BKI-an, dan penyuluhan.

Buku teks ini khususnya bermanfaat bagi saya sendiri


dan para pembaca untuk memahami tentang seks edukasi itu
sendiri dan dalam Islam. Buku ini juga menarik bagi pembaca
yang peduli dengan menjaga diri, bagaimana cara kita untuk
membatasi diri dalam bergaul dengan lawan jenis, kemudian
resiko dikemudian hari, agar dalam kegiatan sehari-hari bisa
membatasi diri dengan menjaga hubungan antara pria dan
wanita.

Sesuai judul buku ini, didalamnya membahas tentang


teori behavior, etika, ayat Al-Quran yang membahas tentang
seks edukasi dalam Islam. Bagi pembaca yang ingin lebih
mendalami tentang pembahasan tersebut, pada Bab 1 akan
membahas tentang latar belakang dari judul yang diambil. Bab
2 akan akan memberikan pengertian mengenai seks edukasi
dalam Islam, perilaku seks dalam Islam dan resiko dari seks
bebas. Bab 3 akan membahas tentang cara orang tua
menyampaikan seks edukasi pada anak, mengenal Program
Genre untuk membantu anak lebih sadar mengenai
pentingnya seks edukasi untuk menghindari resiko dikemudian
hari. Dan pada Bab 4 membahas tentang kesimpulan dan
saran.

Dengan demikian, buku ini bisa digunakan


berdasarkan minat pembaca. Bagi yang menginginkan
pemahaman mengenai seks edukasi dalam Islam, dan

iv
perilaku seks dalam Islam, Bab 2. Bab 3 menjadi pelengkap
untuk memahami pembahasan tersebut.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih penulis


kepada Dr. Lilis Satriah, M.Pd., dan Novi Hidayati Afsari,
S.Kom.I., M.Ag. yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan sehingga buku ini bisa terwujud. Waktu dan
sumbang saran yang diberikan membantu perbaikan buku ini
sehingga mendapatkan bentuknya yang sekarang. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, saudara,
dan teman. Melalui interaksi dengan mereka, buku ini lambat
laun dapat terwujud.

Buku ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak


hal yang mungkin bisa ditambahkan dan dipertajam. Juga ada
ide-ide yang untuk sebagian pembaca masih menjadi
persoalan. Oleh karena itu, pembaca diundang untuk lebih
termotivasi dalam menjaga hubungan dan perilaku dalam
sehari-hari dengan lawan jenis. Karena, “Dan janganlah kamu
mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk.” [QS. Al-Isra' Ayat 32]

Pertengahan bulan 2021

Ismi NIDL

v
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I ........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................... 1
BAB II ...................................................................................... 2
A. Seks Edukasi Dalam Islam.............................................2
B. Perilaku Seks Dalam Islam............................................ 6
C. Resiko Seks Bebas....................................................... 12

BAB III ...................................................................................15

A. Cara Orang Tua Menyampaikan Seks Edukasi........... 15


B. Program Genre............................................................. 20

BAB IV ...................................................................................23

A. Kesimpulan Dan Saran................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................26

vi
BAB I

A. Latar Belakang
Buku teks ini disusun dengan pengertian mengenai
latar belakang pada bab awal. Bab selanjutnya yang
membahas tentang seks edukasi dalam Islam, dan resiko dari
seks bebas. Kemudian pada bab selanjutnya disajikan
mengenai cara bagaimana orang tua menyampaikan seks
edukasi pada anak dan Program Genre.
Penyusunan yang demikian dimaksudkan supaya
pembaca dapat memahami maksud dari judul yang digunakan.
Dan dapat membantu pembaca untuk bisa mengetahui lebih
jauh tentang seks edukasi dalam Islam.
Pada bab awal disajikan tentang latar belakang. Pada
Bab dua membahas pengertian dari seks edukasi dalam Islam,
perilaku seks dalam islam dan resiko dari seks bebas. Dan
pada bab tiga membahas tentang cara bagaimana orang tua
menyampaikan seks edukasi pada anak dan Program Genre.
Kemudiaan bab terakhir berisi tentang kesimpulan dan saran.

1
BAB II

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti


kata pengertian adalah kesanggupan inteligensi untuk
menangkap makna suatu situasi atau perbuatan. Arti lainnya
dari pengertian adalah gambaran atau pengetahuan tentang
sesuatu di dalam pikiran.

A. Seks Edukasi Dalam Islam

Pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan


untuk membimbing serta mengasuh tiaplaki-laki adan
perempuan sejak dari anak-anak sampai dewasa, perihal
kelamin umumnya dan kehidupan seks khususnya agar
mereka dapat melakukan sebagaimmana mestinya sehingga
kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagian dan
kesejahteraan manusia.
Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran,
penyadaran dan penerangan masalah-masalah seksual
kepada anak, sehingga ketika anak telah tumbuh menjadi
seorang pemuda dan dapat memahami urusan kehidupan, ia
mengetahui apa yang diharamkan dan dihalalkan.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks
adalah masalah mengajarkan, memberikan pengertian dan
menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri
dan perkawinan kepada anak sebagai penyadaran, bimbingan
mengenai kehidupan seksual agar dapat melaksanakan fungsi
seksuilnya dengan sebaik-baiknya.
Tujuan pendidikan seks secara umum sesuai dengan
kesepakatan Internasional conference of Sex Educational and
Family Planning tahun 1962 sebagaimana dikutip oleh Rono

2
Sulistyo adalah, Untuk menghasilkan manusia-manusia
dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia
karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya serta bertanggungjawab terhadap dirinya dan
terhadap oranglain.
Menurut Kir Kendel sebagaimana dikutip oleh Sarlito
Wirawan Sarwono bahwa tujuan pendidikan seks; a).
Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria
dan wanita dalam keluarga, pekerjaan dan saluran kehidupan
yang selalu berubah dan berbeda dalam setiap masyarakat
dan kebudayaan. b). Membentuk pengertian tentang peranan
seks didalam kehidupan manusia dan keluarga, hubungan
antara seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawinan dan
sebagainya.c). Membentuk generasi muda yang mampu
mengekang diri tanpa mengumbar nafsu seksual dan perilaku
moral lainnya.d). Membantu mengembangkan kepribadian
sehingga mampu mengambil keputusan yang
bertanggungjawab. Misalnya, memilih jodoh, hidup
berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam seks dan
sebagainya.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan tujuan pendidikan seks;
a). Anak didik dapat memahami persoalan hidup, mengetahui
mana yang halal dan mana yang haram sehingga berperilaku
Islami.b). Mereka tidak mengikuti kehendak syahwat (hawa
nafsu) dan tidak menempuh jalan yang sesat (zina).
Materi pendidikan seks yang ditawarkan oleh Ayip
Syafruddin lebih bersifat khusus dan sesuai dengan syariat
Islam. Materi-materi tersebut meliputi pokok sebagai berikut;
1) Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak lakilaki dan jiwa
feminitas pada anak wanita.
2) Mengenalkan mahramnya.
3) Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
3
4) Mendidik agar tidak melakukan ikhtilat.
5) Mendidik agar tidak berkhalwat.
6) Mendidik agar anak tidak berjabat tangan/ bersalaman
dengan lawan jenisnya yang bukan mahram.
7) Mendidik etika berhias.
8) Mendidik cara berpakaian Islami.
9) Memisahkan tempat tidur.
10) Mengenalkan waktu berkunjung dan tata tertibnya.
11) Mendidik agar menjaga kebersihan kelamin.
12) Khitan.
13) Ikhtilam.
14) Haid.
Di saat perkembangan zaman yang semakin maju, dan
perkembangan dampak negative dari globalisasi membuat
budaya yang santun kian meluntur, termasuk cara berpakaian.
Etika sopan santun berpakaian pun seakan-akan tak penting
untuk dipraktekkan. Saat ini banyak sekali model-model
berpakaian baik laki-laki maupun perempuan seakan-akan
menafikan kesopan santunan bahkan tak memperdulikan
ajaran agama yang mengharuskan menutup aurat. Dengan
pemahaman dan pengajaran hadits di atas sejak dini kepada
anak-anak diharapkan mereka sebagai penerus bangsa ini
terbiasa untuk beretika sebagaimana yang diajarkan dalam
Islam.
Islam mengakui betapa pentingnya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan seksual manusia, karena itu
masalah ini didiskusikan dalam Al Qur’an dan Hadits secara
serius, dalam hubungannya dengan pernikahan dan
kehidupan keluarga. Dalam Islam pernikahan seorang muslim
dan muslimah tidak hanya bertujuan agar mendapatkan
keturunan yang shaleh atau ketentraman rohani dan psikis
semata, tapi juga pembentukan komitmen (akad) secara
4
menyeluruh satu sama lain, sebuah perjanjian yang disaksikan
oleh Allah SWT. Cinta dan kebahagiaan pernikahan adalah
bagian dari komitmen. Pasangan yang telah menikah memiliki
status sosial yang baru, tanggung jawab bagi dirinya sendiri,
suami atau istrinya, anak-anaknya dan terhadap masyarakat
di sekitarnya.
Seorang ayah memiliki tanggung jawab penting,
sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad saw.
"Seseorang yang diamanati seorang anak oleh Allah, maka
pada hari ketujuh ia menyelamati anaknya, memberikannya
nama yang baik dan mencukur rambutnya , ketika anaknya
berusia enam tahun, maka ia memberikan pendidikan pada
anaknya, jika telah berusia sembilan tahun, maka ia
memisahkan tempat tidur anaknya. Jika anaknya berusia
tigabelas tahun, maka harus dipukul apabila tidak mau
mengerjakan shalat dan puasa. Dan jika anaknya telah
berusia enambelas tahun, maka ia boleh menikahkan anaknya,
lalu memegang anaknya itu dengan tangannya dan berkata
kepadanya, “Aku telah mendidikmu, mengajarmu, dan
menikahkanmu. Aku berlindung pada Allah dari fitnah (yang
disebabkan)mu di dunia dan dari azab yang (disebabkan
oleh)mu di akhirat”. Jika seorang ayah tidak merencanakan
pernikahan anaknya setelah mereka memasuki masa
pubertas, dan anaknya melakukan dosa, maka yang
bertanggung jawab terhadap dosa tersebut adalah ayahnya”
(HR. Imam Ibnu Hibban).
‫عن قتا دة قال رسول ا صلى ا عليه وسلم ادابال احدكم ال يمس دكره بيمينه وادا اتى‬
‫اخالء ال يتمسح بيمينه وادا شرب اليشرب نفسا واحدا‬. (‫)متفق عليه‬
Artinya: “Dari Qatadah r.a. beliau berkata: Rasulullah
saw bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian buang
air kecil, maka janganlah dia menyentuh kemaluannya dengan
tangan kanannya. Dan apabila dia pergi untuk buang air besar,
5
maka janganlah dia beristinja dengan tangan kanannya, dan
kalau minum, maka janganlah minum dengan satu kali nafas”.
(Mutafaq Alaih).
Hadits ini menarik sekali dijadikan sebagai pelajaran
atau pendidikan sex sejak dini kepada anak-anak kita. Hadits
ini mengajarkan bagaimana etika sopan santun ketika hendak
buang air kecil, besar dan etika minum. Jika kita mengamati
anak-anak kita khususnya yang laki-laki, maka kerapkali kita
melihat mereka buang air kecil sambil berdiri. Jika kita
memberikan pembelajaran dan pemahaman kepada anakanak
kita bagaimana cara buang air kecil yang diajarkan oleh Islam
dengan penerapan hadits ini, sungguh sangat penting.
Fenomena yang terjadi pada anak-anak saat mereka buang
air kecil dengan cara berdiri setidaknya bisa dihindari karena
tidak sesuai dengan etika kesopansantunan.1

B. Perilaku Seks Dalam Islam

Pandangan Islam (Al-Qur’an) tentang seks adalah


menyeluruh (secara kosmis dan sosiologis, psikologis dan
sosial terletak pada keterkaitan antara jenis kelamin pria-
wanita) dan keanekaragaman dalam kesatuan (merupakan inti
yang penting dan kekuasaan yang suci), yang bertujuan untuk
mengintegrasikan seks dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut merupakan bukti bahwa Islam mengatur seks dengan
sebaik-baiknya yaitu: begitu sepasang manusia (pria-wanita)
tersebut bersatu, maka ketika itu pula terjadi suatu

1
Hakiki, Kiki Muhammad. 2015. Hadits-Hadits Tentang Pendidikan
Seks. Al-Dzikra. Vol. 9.
https://media.neliti.com/media/publications/177471-ID-hadits-
hadits-tentang-pendidikan-seks.pdf. Diakses pada 09 Juli 2021
pukul 21.38 WIB.
6
pembedaan penting antara masalah-masalah pribadi dan
masyarakat yang harus dipisahkan.

Mendengar kata seks yang diucapkan atau dituliskan


sering membuat seseorang berpikir yang “tidak-tidak”.
Seakan-akan seks selalu dihubungkan dengan hal-hal yang
berbau pornografis dan semacamnya. Artinya seks memang
sering disalahartikan oleh sebagian orang. Mereka
menganggap, seks hanyalah aktivitas seksual antara pria dan
wanita. Oleh karena itu, membicarakan masalah seks sering
dianggap tabu, bahkan dilarang. Anggapan ini keliru. Karena
seks tidak hanya “melulu” menggambarkan hubungan badan
ataupun masalah di sekitar perkelaminan saja tetapi
mencakup hal yang lebih luas (misalnya: bagaimana bergaul
pria-wanita, menjalin hubungan ”cinta” yang sehat, menjaga
organ intim seks/organ reproduksi), juga ada dimensi biologis
yang mempelajari proses biologis timbulnya rangsangan seks,
pengaruh hormon-hormon (hormon laki-laki adalah testosteron
dan hormone wanita adalah estrogen), seperti: persyarafan,
dimensi fisiologis (meliputi fungsi faal dari organ-organ seks,
termasuk: proses terjadinya menstruasi, kehamilan, penuaan,
menopouse dan lain-lain).

Sampai saat ini orang-orang masih bingung dalam


mengartikan kata ”seks” itu sendiri. Master dan Johnsons
membedakan antara aktivitas seks (aktivitas ciuman, onani-
masturbasi, dan hubungan seks) dan perilaku seks (mejeng,
kencan ataupun saling tertarik tanpa adanya aktivitas seks).
Juga prokreasi (keinginan untuk mendapatkan keturunan),
rekreasi (bersenang-senang) atau sekedar pergaulan yang
sehat.

7
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi di seputar
remaja:

a. Seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun, begitu bingung


ketika pagi harinya merasa celana dalamnya basah karena
bermimpi (white dream atau disebut polutzio) tanda awal baliq
(menurut Islam). Ia tidak berani bertanya pada orang tuanya,
padahal hal ini merupakan kejadian alamiah biasa. Bagaimana
dan mengapa ini terjadi? Mungkin si remaja tak pernah tahu
jawabnya, hanya teman-temannya mengatakan “Kamu udah
gede sekarang”. Pernah juga terjadi seorang remaja laki-laki
yang merasa alat kelaminnya lebih kecil dari teman-temannya
hingga merasa malu bergaul dan terkena penyakit rendah diri,
juga rasa lemas atau merasa dengkulnya kopong karena
terlalu sering onani, suatu mitos bahwa jika para pria
menanyakan tentang seks maka dapat mengurangi
kejantanan (akan membuat pria diliputi kebingungan jika
dihadapkan pada masalah-masalah seks) dan sebagainya.

b. Ada seorang remaja putri yang pingsan karena


kemaluannya keluar darah, sampai-sampai ia takut pulang ke
rumah. Ternyata ia hanya mendapat haid/menstruasi
(menarche), dimana keadaan itu tak pernah dijelaskan orang
tua maupun kakak perempuannya. Juga tentang keperawanan
sebagai sebuah symbol kesucian (sangat ketakutan ketika
pernah jatuh, ikut balet, ), dan “Apa kalau berciuman saja atau
berenang yang bercampur lakilaki, saya bisa hamil?”.

Namun semuanya serba menebak atau ”menduga-


duga”, ditambah pengetahuan dari teman-teman remaja kalau
lagi kumpulkumpul yang belum tentu benar, belum lagi godaan
teman untuk membaca buku stensilan, atau nyuri-nyuri nonton
video tripel X hanya karena ingin tahu masalah seks. Padahal
8
kita tahu isi stensilan dan video tripel X sebagian besar berisi
tentang eksploitasi hubungan seks yang vulgar dan
menyimpang. Sehingga pornografi biasa didefinisikan secara
negatif, yaitu sebagai cara atau tindakan yang tidak memiliki
makna spiritual dan tidak berdasarkan atas perasaan yang
halus, tidak memiliki konteks dengan masalah medis dan
keilmuan umumnya, atau lebih jauh bahwa pornografi
merupakan penggambaran erotis tidak untuk tujuan estetika
(dalam Sinta Nuriyah A. Rahmann, 2002:183). Sementara
remaja belum tahu hal-hal yang normal, tetapi remaja telah
membaca bahkan melihat hal-hal yang tidak normal yang
tentu saja akan berakibat tidak sehat (pengetahuan tentang
seks) bagi remaja.

Berdasarkan permasalahan di seputar remaja tersebut


menunjukkan bahwa ketertarikan lawan jenis (laki-laki tertarik
pada wanita) dimulai pada saat akal baliq (puber) di mana
sudah terlihat perbedaan yang nyata antara laki-laki (dengan
tubuh tegap, berisi, suara yang besar dan adanya kumis serta
janggut) dan wanita (dengan kulit yang halus, tubuh semampai,
suara merdu, payudara mengembang, juga pinggul
membesar). Hal tersebut terjadi secara alami dan merupakan
kebutuhan untuk menjaga perkembangan manusia. Dengan
adanya ketertarikan fisik dan psikis, maka dilanjutkan dengan
pendekatan antara manusia yang berlainan jenis, misalnya
dengan pacaran dan dilanjutkan dengan perkawian. Lembaga
perkawinan inilah yang menjadi tonggak awal hubungan
seksual, karena mulai berfungsinya prokreasi (berketurunan)
dijalankan agar manusia tidak punah (dengan kelebihan
manusia yaitu akal budi) (dalam Sinta Nuriyah A. Rahman.
2002. hal. 53).

9
Oleh karena itu, hal yang penting dalam
mengendalikan seks adalah mengendalikan panca indra kita
(manusia) dan menghindarkan makanan yang mengandung
hormon-hormon testosteron (misalnya: biji kemaluan kambing,
obat yang mengandung hormon testosteron), makanan yang
“panas” misalnya: sate kambing, sate macan, dan lain-lain
(Boyke Dian Nugroho, 2004: 116).

Sedangkan Layanan Informasi tentang Perilaku Seks


dalam Bingkai Islam (Pro-kontra Pergaulan Remaja), yang
paling perlu diperhatikan adalah tindakan yang berhubungan
dengan seksualitas, yang dalam al-Qur’an dianggap sebagai
sesuatu yang sangat agung: sebagai penyambung kehidupan,
pengganda kehidupan, pengabdian ciptaan. Karena fungsi
seksual itu sendiri merupakan fungsi yang suci dan sakral,
yang menjadi pertanda (ayat) kekuasaan Tuhan. Jadi
hubungan antar jenis merupakan salah satu objek yang diberi
perhatian khusus dalam al-Qur’an, sebagai sesuatu yang
harus di atur agar dapat dijalani dengan benar. Artinya al-
Qur’an sendiri bukan menetapkan larangan, tetapi mengatur
hubungan seksual (dalam Abdelwahab Bauhdiba, 2004: 31).
Misalnya: aturan pembatasan jenis kelamin dengan “menahan
pandangan” (bagaimana cara melihat dan cara dilihat).
Sehingga kegiatan seks, dapat direalisasikan hanya dalam
ikatan perkawinan yang syah (menjadi saat yang penuh
kegembiraan, penerimaan terhadap seseorang yang menjadi
pasangan yang tepat dalam hubungan antara dua manusia,
dan pengenalan oleh masyarakat menyangkut persetujuan
yang tiada paksaan antara dua orang, yang selalu
menghasilkan konsekwensi).

Setelah berpanjang lebar pembahasan tentang seks


(baik dalam bingkai umum maupun dalam bingkai Islam)
10
sebenarnya berfungsi untuk melihat fenomena pergaulan
remaja yang berbeda jenis kelamin yang disebut “pacaran”
yang merebak di kampus. Sehingga pembahasan seks dalam
bingkai Islam dapat digunakan sebagai tindakan preventif
maupun kuratif. Kalau merujuk ke Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata pacar diartikan sebagai teman lawan jenis
yang tetap, yang mempunyai hubungan berdasarkan cinta
kasih. Jika itu yang dimaksud, maka perlu diketahui bahwa
Islam tidak menghalangi lahirnya cinta kasih antar lawan jenis
(pria-wanita), karena itu adalah fitrah manusia bahkan fitrah
semua makhluk.

Remaja memang mempunyai kesempatan untuk


bergaul (menambah wawasan bahkan sampai
pada ”pencarian calon pasangan”). Namun batas-batas
pergaulan (khususnya batasan perilaku seks) perlu
diperhatikan. Dan layanan informasi tentang perilaku seks
dalam bingkai Islam (Pro-kontra Pergaulan Remaja) dapat
membantu remaja menjadi manusia yang berkualitas dalam
pergaulan atau interaksi sosial. Karena “Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, maka jangan sekali-kali ia
berduaan dengan wanita yang tidak ada bersama dia mahram
(muhrim)nya. Karena kalau mereka berdua saja maka setan
yang menggenapkan mereka bertiga” (HR Ahmad) (dalam
Shihab, 2004: 25). Berdasarkan HR Ahmad tersebut, maka
remaja atau siapapun perlu kehati-hatian dalam pemaknaan
pacaran (dalam pergaulan). Janganlah remaja-remaja sebagai
generasi penerus terjerumus dan terperangkap
dalam ”pacaran (pergaulan) yang sesat”.2

2
Muhyidin, Imam. 2014. Layanan Informasi Tentang Perilaku Seks
Dalam Bingkai Islam. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol. 5.
11
C. Resiko Seks Bebas

Sebagian besar masalah-masalah yang sering


dikhawatirkan oleh banyak kalangan yang sering terjadi pada
remaja dan khususnya mahasiswa diantaranya adalah
kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan obatobatan
terlarang dan lain sebagainya. Ditambah dengan sarana yang
semakin terbuka luas bagi para remaja untuk berbaur dan
berinteraksi secara bebas, akan lebih memperparah kondisi
remaja saat ini. Tempat-tempat hiburan malam seperti cafe,
diskotik, sering digunakan sebagai tempat berkumpul bagi
seseorang (remaja) untuk berinteraksi dengan lawan jenisnya,
mulai dari mengobrol dan berkencan yang pada akhimya
berkemungkinan besar untuk melanjutkan dengan hubungan
seksual.

Perilaku seksual pada umumnya dapat menyebabkan


beberapa dampak negatif seperti terancam putus sekolah,
penolakan dan cemoohan dari masyarakat, pernikahan
dibawah umur yang membuat mental mereka masih labil
sehingga rentan akan perceraian, kehamilan diluar nikah, dan
jika telah terjadi kehamilan maka tidak menutup kemungkinan
terjadi aborsi yang nyata-nyata melanggar hukum baik hukum
agama maupun hukum negara. Menurut kutipan Saraswati
dalam bukunya bahwa perilaku terbentuk memulai adanya
pengetahuan. Adanya pengetahuan akan menyebabkan
Individu memiliki sikap positif dan negatif. Pengetahuan
tentang penyakit menular seksual yang dimiliki individu secara
tidak langsung berhubungan dengan komponen efektif yang
menunjukkan arah perilakunya yang kemudian individu

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/viewFi
le/1059/971. Diakses pada 09 Juli 2021 pukul 22.30 WIB.
12
mempunyai kecenderungan untuk menjauhi perilaku seks
bebas. Minimya pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki
mahasiswa memunculkan perilaku seksual yang tidak sehat
dan tidak bertanggung jawab. Terjadinya kehamilan,
penularan penyakit seksual termasuk HIV, aborsi banyak
berawal dari tidak ketahuan remaja tentang seksualitas.

Masih banyak anggota masyarakat yang belum


menyetujui tentang pemberian pendidikan seks baik di rumah
maupun di sekolah. Hal ini mengakibatkan terbatasnya
pengetahuan mahasiswa tentang seksualitas yang pada
akhirnya membuat mahasiswa untuk mencari tahu sendiri
informasi mengenai seks melalui teman, buku-buku Porno,
Video, VCD, DVD, maupun Hand Phone. Media-media
tersebut memberi peluang yang besar dalam akses Informasi
tanpa sensor sehingga menambah daya dorong seksual yang
sangat mungkin mengakibatkan mahasiswa terlibat dalam
perilaku seks bebas. Lingkungan pergaulan yang kurang baik,
melemahnya fungsi dan kontrol keluarga, serta keterasingan
yang dialami mahasiswa dan kurangnya pengetahuan yang
benar mengenai persoalan seksual yang sehat termasuk
pengetahuan mengenai penyakit menular seksual adalah
faktor penyebab timbulnya perilaku seksual di kalangan
mahasiswa. Selain faktor tersebut, kurangnya aktivitas
keberagamaan pada mahasiswa juga menjadi salah satu
faktor penyebab timbulnya perilaku seksual.

Pada perilaku seks bebas, hubungan cenderung


dilakukan dengan siapa saja yang disukai dan bersedia
melakukannya. Pada perilaku seks bebas cenderung dapat
menimbulkan beberapa akibat antara lain; penularan Penyakit
Menular Seksual (PMS), khususnya HIV/AIDS dan kehamilan
yang tidak diinginkan. Perilaku seks bebas adalah tergolong
13
dalam jenis perilaku seks tidak sehat. Manusia adalah
makhluk seksual, jika diterjemahkan dalam bahas yang
sederhana, sedangakan seksualitas adalah bagaimana orang
merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri
seksualnya yang khusus.

Masa remaja adalah masa rentan dengan


permasalahanpermasalahan yang dapat mengarahkan remaja
untuk melakukan seks bebas. Tidak kuatnya menahan hawa
nafsu pada masa remaja akan membuat masa depan mereka
maju dan terpuruk. Pendidikan seks yang terlalu terbuka akan
menyebabkan lebih banyak remaja melakukan seks pranikah
karena terlalu mengerti dengan dampak-dampaknya. Masalah
seks bebas adalah masalah-masalah yang sangat kompleks,
oleh karena itu kalau kita memberikan pendidikan yang tepat
maka terlebih dulu kita harus menilik pada aspek budaya kita
karena keterbatasan kita untuk mencerna materi seks yang
benar.3

3
Ismail, Zaki. 2017. Muhasabah dan Perilaku Seks Bebas. Vol. 09.
https://e-
jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/download/53/
46/. Diunduh pada 09 Juli 2021 pukul 23.33 WIB.
14
BAB III

A. Cara Orang Tua Menyampaikan Seks Edukasi

Idealnya orang tua merupakan sumber informasi


seksualitas yang paling penting karena selain
menginformasikan fakta juga menyampaikan nilai (Allgeier &
Allgeier, 1991).Temuan Epstein dan Ward (2008) juga
menyatakan bahwa remaja yang tidak mendapatkan atau
hanya mendapaatkan sedikit informasi seksualitas dari orang
tua akan mencari dari teman sebaya dan media. Namun
sayangnya, akses remaja terhadap sumber informasi
seksualitas yang dapat dipertanggung jawabkan masih
terbatas (Lestari dkk,2011).

Sebenarnya orang tua masih menjadi variabel penting


dalam pengambilan keputusan pada remaja terkait perilaku
seksualnya (Fantasia, 2008). Pada umumnya orang tua
beranggapan anak akan mengetahui sendiri tentang seks
apabila mereka telah besar dan dewasa (Anganthi & Lestari,
2007). Berdasarkan anggapan tersebut orang tua akan
cenderung menolak atau menghindar ketika anak ingin
mendiskusikan tentang seks. Namun, orang tua kurang
menyadari bahwa sikap tersebut justru mendorong remaja
untuk mencari jawabannya pada sumber lain yang mudah
diakses seperti teman dan internet karena rasa ingin tahu
tentag seks akan tetap berkecamuk dalam pikiran mereka
(Lestari,dkk, 2011). Di sisi lain, anak secara alamiah memiliki
rasa ingin tahu terhadap masalah seksualitas. Minat pada
masalah seks ini berkembang dan mencapai puncak pada
masa puber (Hurlock, 2000)

15
Dengan memperhatikan minat pada seks dalam diri
anak,maka pendidikan seksual sangat perlu diberikan kepada
anak karena pendidikan seks yang bersumber dari orang tua
lebih menjamin proses kesinambungan, berbeda dengan
informasi seksualitas yang diperoleh dari luar yang seringkali
tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan mungkin
anak hanya akan mendapatkan informasi secara parsial
(Lestari, 2013).

Hurlock (dalam Lilik 2000) mengemukakan tugas-tugas


perkembangan remaja dalam hal seksualitas secara lengkap
meliputi :

a. Memperoleh pengetahuan seksual yang benar.

b. Mengembangkan sikap yang menyenangkan terhadap


lawan jenis.

c. Mengembangkan hubungan dengan lawan jenis yang


matang.

d. Menetapkan nilai-nilai yang menjami adanya keputusan


yang bijaksanaa di dalam pemilihan pasangan hidup.

e. Belajar mengekspresikan cinta.

f. Belajar memainkan peran jenis.

Menurut Sarwono ( 2006 ) perkembangan seksualitas


remaja ditandai dengan:

a. Adanya minat untuk mempelajari tubuh sendiri,respon


seksual dan kebutuhannya.

16
b. Mempelajari hubungan seksual dan interaksinya dengan
lawan jenis berupa keterikatan hubungan,percintaan dan
komitmen.4

Berikut cara membicarakan seks pada anak dan


remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Mulailah Sejak Dini

Orang tua sebaiknya mengajarkan anak pendidikan


seks yang islami pada usia sedini mungkin. Nilai-nilai moral
sebaiknya ditanamkan pada anak sejak dini, sebelum
masyarakat mempengaruhinya. Jelaskan pada mereka
mengapa kita perlu memiliki nilai-nilai Islam. Contohnya,
mengapa Allah melarang hubungan seks di luar pernikahan?
Rasulullah saw bersabda, ”Jauhilah olehmu perbuatan zina,
sebab di dalamnya terdapat 4 perkara, menghilangkan
kewibawaan wajah, memutuskan rejeki, membuat Yang Maha
Pengasih marah, dan menyebabkan kekekalan di dalam
neraka.” (HR. Imam Thabrani).

2. Berikan Pendidikan Seks yang Tepat Sesuai dengan Usia


Anak

Memberikan topik yang berbeda sesuai dengan usia


anak adalah penting. Sebagai contoh, seorang anak laki-laki
mungkin memperhatikan ibunya tidak melaksanakan shalat
selama beberapa hari dalam sebulan dan akan bertanya
mengapa. Kita dapat dengan mudah mengatakan itu adalah

4
Lestari, Widayati. 2015. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks
Pada Remaja. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
http://eprints.ums.ac.id/41910/25/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Diunduh pada 10 Juli 2021 pukul 00.30 WIB.
17
waktu dimana Allah membebaskan wanita dari kewajiban
melaksanakan shalat. Pada usia 10 tahun, kita dapat mulai
mengenalkan masalah haid, karena pada saat itu anak akan
lebih mengerti. Topik lain dari masalah seksual dapat
dikenalkan ketika anak membaca ayat-ayat Al Qur’an
mengenai hubungan seks, haid, atau homoseksual, dengan
kasus-kasus nyata. Seks juga dapat didiskusikan dalam
konteks bersuci (thaharah). Pada usia 6 atau 7 tahun, anak
diajarkan cara membersihkan alat kelaminnya setelah hadas
kecil dan besar. Ketika anak berusia 10 hingga 14 tahun, topik
Ghusl (mandi janabah) dapat diangkat dan jelaskan kapan
ghusl dilakukan, misalnya setelah mimpi basah, setelah haid,
dsb. Kita bisa menceritakan cara Rasulullah saw melakukan
ghusl, yaitu dimulai dengan membasuh kedua tangan dan
kemaluan, menghilangkan najis, lalu berwudhu seperti
berwudhu untuk shalat, kecuali kedua kaki. Keduanya
diakhirkan sampai saat akhir mandi, kemudian mengalirkan air
ke seluruh tubuh sebanyak tiga kali dan membasuh kedua
kaki pada bagian yang tidak terkena air (di sela-sela jari-jari
kaki).

Topik kesederhanaan, tata krama, perilaku tidak harus


diajarkan dalam bentuk aturan-aturan, tapi bisa saja misalnya
dengan mengajarkan bagaimana berpakaian yang menutup
aurat, bagaimana menahan pandangan.

3. Orang Tua Sebaiknya Membangun Hubungan yang Baik


dengan Anak

Pendidikan seks yang tepat hanya dapat diberikan jika


pesan yang tepat dapat diberikan orang tua baik secara
eksplisit maupun implisit. Untuk itu harus ada keterbukaan,
atmosfer rumah yang tidak kaku dan dogmatis. Anak-anak
18
akan dapat merasakannya bahwa orang tuanya saling
mencintai dari cara orang tuanya berbicara satu sama lain,
dan anak akan menghargainya.

4. Jadilah Teladan yang Baik untuk Anak

Cara terbaik untuk mengajarkan dan


menginformasikan nilai-nilai Islam pada anak adalah dengan
menjadi model bagi mereka. Artinya, anak bukan saja akan
memperhatikan hubungan suami isteri yang baik ketika
mereka melihat kita, tapi kita juga sebaiknya tidak melakukan
aktivitas yang tidak sesuai dengan pandangan kita sendiri
mengenai seksualitas. Sebagai contoh, kita mengatakan anak
harus hati-hati melihat acara TV atau menonton film di bioskop,
karena banyak gambar seksual yang berpengaruh buruk. Jika
anak melihat kita sendiri menontonnya, maka anak akan
bertanya mengapa mereka dilarang? Ini berarti pemberian
contoh dimana kita mengikuti aturan yang sama seperti yang
kita harapkan anak mematuhinya. Sebagai contoh, jika kita
datang terlambat, beritahu anak, tunjukkan sopan santun yang
sama yang kita harapkan dari mereka.

Dari pembahasan diatas penulis berharap agar upaya


pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-
masalah seks yang diberikan kepada anak agar anak bisa
mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks,
naluri, dan perkawinan. Sehingga jika anak telah dewasa dan
dapat memahami unsur-unsur kehidupan anak telah
mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan
diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami
sebagai akhlaq, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat
maupun cara-cara hedinistic ( Ulwan, 2008 ).

19
Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan
masyarakat dan dibicarakan didepan anak-anak apalagi untuk
mengajarkannya kepada anak-anak. Masyarakat beranggapan
bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak
kecil. Padahal pendidikan seks yang diberikan sejak dini
sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia
memasuki masa remaja. Apalagi anak-anak sekarang kritis,
dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua karena pada
masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar
(Andika, 2010).

Dampak dari kekerasan seksual pada anak sangatlah


buruk. Seorang anak yang menjadi korban kekerasan seksual
dapat mengalami taruma yang berpengaruh terhadap aspek
fisik, psikis, bahkan sosialnya. Selain itu anak yang mengalami
kekerasan seksual akan timbul perasaan harga diri rendah,
merasa bersalah, dan memiliki persoalan derpresif lainnya
(Septiani, 2015).5

B. Program Genre

Genre adalah suatu program dari singkatan “Generasi


Yang Punya Rencana” yang diluncurkan oleh pemerintah
lewat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Program GenRe adalah Program yang
dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan

5
Amalia, Endra, Fatimah Laila Afdila, Yessi Andriani. 2018. PENGARUH
PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP KEJADIAN
KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI SD NEGERI 04 BALAI RUPIH
SIMALANGGANG PAYAKUMBUH TAHUN 2018. Vol. 5.
https://media.neliti.com/media/publications/275183-pengaruh-
pemberian-pendidikan-seksual-te-c33db500.pdf. Diunduh pada 10
Juli 2021 pukul 01.00 WIB.
20
berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu
melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana; berkarir
dalam pekerjaan secara terencana; serta menikah dengan
penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi, juga
mengajarkan remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks
Pra Nikah dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)
guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam
pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Program GenRe tersebut dilaksanakan melalui


pendekatan langsung kepada remaja serta orang tua yang
memiliki remaja. Pendekatan kepada remaja dilaksanakan
melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)
sedangkan pendekatan kepada orang tua yang memiliki
remaja dilaksanakan melalui pengembangan Kelompok Bina
Keluarga Remaja (BKR).

PIK Remaja dikembangkan melalui jalur pendidikan


dan masyarakat. Jalur pendidikan meliputi sekolah, perguruan
tinggi, dan pesantren. Sedangkan di jalur masyarakat
diantaranya melalui organisasi kepemudaan, organisasi
keagamaan, dan komunitas remaja. Kedua jalur tersebut
merupakan sasaran yang penting untuk mendekati komunitas
remaja. Pembentukan PIK Remaja di kedua jalur tersebut
akan membantu mendekatkan akses remaja terhadap
informasi GenRe khususnya Kesehatan Reproduksi Remaja,
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja, Life Skills,
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan


pelayanan PIK Remaja perlu dikembangkan suatu kegiatan
yang memacu kelompok-kelompok tersebut untuk lebih maju
21
dan mandiri. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
pemilihan PIK Remaja. Pemilihan tersebut diharapkan akan
mendorong setiap PIK Remaja untuk berusaha meningkatkan
kualitas dan kapasitasnya. PIK Remaja yang menjadi
unggulan akan lebih mapan dan memiliki fungsi tambahan
sebagai model, tempat rujukan, studi banding, dan magang
bagi PIK Remaja lainnya.

Keberadaan duta Genre sekaligus menekan maraknya


permasalahan remaja, dan yang yang paling menonjol adalah
permasalahan seputar seksualitas. Persoalan HIV/AIDS,
penyalahgunaan narkoba dan rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan usia kawin pertama yang
relatif masih rendah, masih menimpa remaja, sehingga peran
duta Genre perlu terus digiatkan. Duta generasi berencana
(Genre) memegang peran penting untuk menyosialisasikan
bahwa keluarga adalah segala-galanya.6

6
Wahhab. 2020. Apa Itu Genre?.
https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/apa-itu-
genre/#:~:text=Genre%20adalah%20suatu%20program%20dari,K
eluarga%20Berencana%20Nasional%20(BKKBN).&text=Program%
20GenRe%20adalah%20program%20yang%20mengedepankan%2
0pembentukan%20karakter%20bangsa%20dikalangan%20generas
i%20muda. Diakses pada 10 Juli 2021 pukul 01.45 WIB.
22
BAB IV

A. Kesimpulan dan Saran

Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran,


penyadaran dan penerangan masalah-masalah seksual
kepada anak, sehingga ketika anak telah tumbuh menjadi
seorang pemuda dan dapat memahami urusan kehidupan, ia
mengetahui apa yang diharamkan dan dihalalkan. Islam
mengakui betapa pentingnya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan seksual manusia, karena itu masalah ini
didiskusikan dalam Al Qur’an dan Hadits secara serius, dalam
hubungannya dengan pernikahan dan kehidupan keluarga.
Remaja memang mempunyai kesempatan untuk bergaul
(menambah wawasan bahkan sampai pada ”pencarian calon
pasangan”). Namun batas-batas pergaulan (khususnya
batasan perilaku seks) perlu diperhatikan.

Perilaku seksual pada umumnya dapat menyebabkan


beberapa dampak negatif seperti terancam putus sekolah,
penolakan dan cemoohan dari masyarakat, pernikahan
dibawah umur yang membuat mental mereka masih labil
sehingga rentan akan perceraian, kehamilan diluar nikah, dan
jika telah terjadi kehamilan maka tidak menutup kemungkinan
terjadi aborsi yang nyata-nyata melanggar hukum baik hukum
agama maupun hukum negara.

Kemudian Program GenRe adalah Program yang


dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu
melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana; berkarir
23
dalam pekerjaan secara terencana; serta menikah dengan
penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi, juga
mengajarkan remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks
Pra Nikah dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)
guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam
pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Dari pembahasan diatas penulis berharap agar upaya


pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-
masalah seks yang diberikan kepada anak agar anak bisa
mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks,
naluri, dan perkawinan. Sehingga jika anak telah dewasa dan
dapat memahami unsur-unsur kehidupan anak telah
mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan
diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami
sebagai akhlaq, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat
maupun cara-cara hedinistic (Ulwan, 2008 ).

Saran dari penulis kepada pembaca, semoga yang


membaca tulisan ini dapat mengambil nilai-nilai yang baik atau
positifnya, mohon maaf jika makalah ini kurang sempurna,
semoga penulis bisa menyempurnakan lagi tulisan ini.

24
Tentang Penulis

Ismi Nurul Insani DG Lolo

Lahir di bulan Juli, sudah menjadi seorang mahasiswa


tahun akhir di salah satu Universitas Islam di Bandung.
Bisa dihubungi melalui facebook: Ismi Nurul Insani

25
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Endra, Fatimah Laila Afdila, Yessi Andriani.


2018. PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKSUAL
TERHADAP KEJADIAN KEKERASAN SEKSUAL PADA
ANAK DI SD NEGERI 04 BALAI RUPIH SIMALANGGANG
PAYAKUMBUH TAHUN 2018. Vol. 5.
https://media.neliti.com/media/publications/275183-pengaruh-
pemberian-pendidikan-seksual-te-c33db500.pdf. Diunduh
pada 10 Juli 2021 pukul 01.00 WIB.

Ayip Syafruddin, Islam dan Pendidikan Seks Anak,


(Solo, Pustaka Mantiq, 1994).
Dian, Nugraha Boyke, 2004, Problema Seks dan Cinta
Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Hakiki, Kiki Muhammad. 2015. Hadits-Hadits Tentang


Pendidikan Seks. Al-Dzikra. Vol. 9.
https://media.neliti.com/media/publications/177471-ID-hadits-
hadits-tentang-pendidikan-seks.pdf. Diakses pada 09 Juli
2021 pukul 21.38 WIB.

Ismail, Zaki. 2017. Muhasabah dan Perilaku Seks


Bebas. Vol. 09. https://e-
jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/download/53
/46/. Diunduh pada 09 Juli 2021 pukul 23.33 WIB.

Lestari, Widayati. 2015. Peran Orang Tua Dalam


Pendidikan Seks Pada Remaja. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
http://eprints.ums.ac.id/41910/25/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Diunduh pada 10 Juli 2021 pukul 00.30 WIB.

26
Muhyidin, Imam. 2014. Layanan Informasi Tentang
Perilaku Seks Dalam Bingkai Islam. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam. Vol. 5.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/view
File/1059/971. Diakses pada 09 Juli 2021 pukul 22.30 WIB.

Rahman, Nuriyah Sinta A. , 2002, Islam dan Konstruksi


Seksualitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Sarlito Wirawan Sarwono, Seksualitas dan Fertilitas


Remaja, (Jakarta, CV. Rajawali), 1999.

Quraish, Shihab, 2004, Mistik, Seks dan Ibadah,


Jakarta: Republika.

Wahab, Bauhdiba Abdel, 2004, Sexuality in Islam


(peradaban kamasutra abad pertengahan), Yogyakarta: Alenia.

Wahhab. 2020. Apa Itu Genre?.


https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/apa-itu-
genre/#:~:text=Genre%20adalah%20suatu%20program%20da
ri,Keluarga%20Berencana%20Nasional%20(BKKBN).&text=Pr
ogram%20GenRe%20adalah%20program%20yang%20meng
edepankan%20pembentukan%20karakter%20bangsa%20dika
langan%20generasi%20muda. Diakses pada 10 Juli 2021
pukul 01.45 WIB.

27
28

Anda mungkin juga menyukai