MATAKULIAH BERICARA
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 4 :
JOMBANG
JOMBANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing penulis menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjuknya, penyusun tidak akan
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini penulis susun agar pembaca dapat memahami tentang menceritakan pengalaman
menarik
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kami masih
mengharap kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................
Bab I (Pendahulan)
A.Latar belakang.........................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................
C. Tujuan ...................................................................................
D. Manfaat..................................................................................
Bab II (Pembahasan)
A. Kesimpulan ............................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai dengan
sekarang. Pada umumnya manusia senang melakukan kegiatan bercerita dari usia anak-anak
hingga dewasa. Bercerita juga dapat dipahami sebagai suatu tuturan yang memaparkan atau
menjelaskan proses terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian, baik yang dialami sendiri atau
orang lain
Bercerita merupakan bagian dari budaya Indonesia yang penting untuk dilestarikan.
Kegiatan bercerita sudah ada sejak zaman nenek moyang hingga sekarang. Hampir semua suku
di Indonesia memiliki budaya bercerita. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai cerita atau
sejarah dari suatu daerah yang dituturkan secara turun-temurun. Cerita yang disampaikan
biasanya memuat ajaran atau petuah yang dapat dijadikan pedoman bagi generasi muda.
Pada umumnya, anak-anak senang dengan kegiatan bercerita. Bahkan banyak orang tua
mengajak berbicara dan bercerita pada janin yang masih dalam kandungan. Aktivitas tersebut
dilakukan untuk membentuk karakter anak sedini mungkin dengan menanamkan nilai-nilai
positif dari suatu cerita. Fenomena tersebut membuktikan bahwa bercerita sangat penting dan
bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Di Indonesia kegiatan bercerita sangat populer bukan hanya dalam kehiduan sehari-hari
tetapi bercerita juga sangat diminati di dunia pendidikan. Tidak hanya di Indonesia, budaya
bercerita juga ditemukan di berbagai negara.
Hingga saat ini salah satu kegiatan bercerita yang sangat populer di berbagai negara
adalah seni pertunjukan dan pendalangan. Dalang sebagai pencerita tidak hanya dari kalangan
orang tua, tetapi semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kreativitas anak
memunculkan pedalang dari kalangan anak-anak. Dengan latihan dan daya imajinasinya,
anak-anak mampu bercerita secara menarik dan didengar oleh pendengarnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa bercerita merupakan budaya populer yang dapat dilakukan
oleh siapa saja dan bersifat universal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menceritakan pengalaman pribadi
Bagaimana langkah-langkah bercerita
Pengaruh dalam bercerita
C. Tujuan
Mendorong atau menstimulasi pembaca
Meyakinkan pembaca
Menggerakkan pembaca
Menginformasikan pembaca
Menghibur pembaca
D. Manfaat
Pembahasan
A. Pengertian bercerita
Menurut Depdiknas (2004), pengertian metode bercerita adalah cara bertutur
kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan,
dalam upaya memperkenalkan atau-pun memberikan keterangan hal baru pada anak.
Metode bercerita merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk
memberi pengalaman belajar kepada anak. Cerita yang disampaikan harus
mengandung pesan, nasihat, dan informasi yang bisa ditangkap oleh anak, sehingga
anak bisa dengan mudah memahami cerita juga meneladani hal baik yang terkandung
dalam isi cerita yang disampaikan.
Dalam model pembelajaran bercerita anak dibimbing mengembangkan
kemampuan untuk mendengarkan cerita. Melalui metode pembelajaran bercerita anak
akan bisa mengembangkan kemampuan bahasanya, bisa mengulang bahasa yang
didengarnya dengan bahasa yang sederhana, sehingga metode bercerita berpengaruh
terhadap kemampuan berbicara anak.
Menurut Ismoerdijahwati, Bercerita adalah seni atau teknik budaya kuno untuk
menyampaikan suatu peristiwa yang dianggap penting, melalui kata-kata, imaji dan
suara-suara.
Menurut Gunarti dkk, Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa di lakukan
secara lisan dan tertulis dan merupakan sebuah metode dari suatu kegiatan
pengembangan yang ditandai dengan pendidik memberikan pengalaman belajar
kepada anak melalui pembacaan cerita secara lisan.
Madyawati (2016)
Secara umum, tujuan metode pembelajaran bercerita adalah untuk menghibur, melatih anak
berkomunikasi dengan baik, memahami pesan dari cerita dan mampu mengungkapkan ide
cerita serta menambah wawasan dan pengetahuan bahasa secara luas.
Menurut Mudini dan Purba (2009), tujuan metode bercerita diantaranya yaitu:
Secara umum, fungsi metode pembelajaran bercerita yaitu menjadikan suasana belajar
menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga
pelajaran atau materi pendidikan tersebut bisa mudah diberikan. Selain itu, fungsi metode
bercerita diantaranya yaitu:
Menurut Dhien (2009), berdasarkan jenis media yang digunakan, metode bercerita dibagi
menjadi beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
Bercerita tanpa alat peraga yaitu kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau
orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan pada anak. Bercerita
tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan pencerita dengan
menggunakan mimik (ekspresi muka), pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga
yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya. Guru
harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara guru harus dapat
membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.
Metode bercerita dengan alat peraga adalah metode bercerita menggunakan media
atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang akan disampaikan. Bercerita
dengan menggunakan alat peraga merupakan bentuk bercerita yang mempergunakan alat
peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat peraga tersebut yaitu untuk
menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga terarah sesuai dengan yang diharapkan si
pencerita. Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga
langsung dan alat peraga tidak langsung.
Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya, seperti
bunga.
Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat
sebenarnya, seperti benda tiruan, gambar, papan flanel, membacakan cerita,
sandirwara boneka.
Menurut Tarigan (2008), ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
metode bercerita, diantaranya yaitu:
Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu sudah terakumulasi
masalah lain.
Bersifat monolong dan bisa menjenuhkan anak didik.
Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga
pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
Contoh bercerita
Pada waktu peringatan hari Kartini di sekolah, ada seorang teman yang kondenya terlepas
dan menggelinding. Teman tersebut kemudian mengejar kondenya sambil menaikkan kain
jaritnya.
Saat kamu berulang tahun, pamanmu memberikan hadiah berupa satu buah cabe yang
dimasukkan dalam kardus besar dan dibungkus dengan rapi.
Ketika ulangan bahasa Indonesia, kamu merasa tidak bisa mengerjakan soal-soal yang
diberikan, tetapi ketika hasil ulangan dibagikan kamu mendapat nilai bagus.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini terbukti bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode
bercerita dengan media gambar terhadap kecerdasan emosi anak usia dini. Hal ini
dibuktikan dengan selisih rata rata-rata untuk KE lebih baik dari KK, yaitu 2,35 > 0,40.
Jadi, metode bercerita dengan media gambar mempengaruhi subjek sehingga ada
peningkatan kemampuan kecerdasan emosi subjek. Disamping itu diperkuat dengan
hasil analisis uji-t diketahui bahwa signifikasi dalam tabel paired samples T-test
0.000 < 0.005, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya hipotesis yang menyatakan
bahwa ada pengaruh antara metode bercerita dengan media gambar terhadap
kecerdasan emosi anak usia dini diterima, artinya bahwa tingkat kecerdasan emosi
anak usia dini antara sebelum dan sesudah diberikan metode bercerita dengan
media gambar adalah berbeda.
B. Saran
1. Untuk orang tua pemberian stimulus pada anak secara tepat
mampu meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini salah
satunya dengan memberikan dongeng sebelum tidur.
2. Untuk pendidik anak usia dini agar dapat memilihkan
buku-buku cerita dengan tema-tema yang baik dan tepat untuk
anak usia dini dengan membacakan cerita yang mengarahkan
kisah-kisah teladan yang dapat mencerdaskan emosi dan
akhlaknya.
3. Untuk sekolah PG atau TK dalam pendidikan anak usia
dini diperlukan metode yang menyenangkan untuk proses kegiatan
belajar mengajar pada anak salah satu contohnya adala metode
bercerita dengan media gambar.