Anda di halaman 1dari 6

I.

Cuci tangan : salah satu strategi melawan covid-19

Latar belakang :
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Tujuan cuci tangan adalah untuk
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2003 dalam Moestika). Hampir semua
orang mengerti pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun masih banyak yang
tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar pada saat yang penting
(Umar, 2009 dalam Mirzal). Hal ini sangat penting untuk di ajarkan pada masyarakat
agar dapat mencegah terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009 dalam Zuraidah ).
Mencuci tangan memakai sabun sangat penting sebagai salah satu upaya
mencegah penularan covid-19, kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang
air besar, setelah menceboki bayi dan balita, sebelum makan serta sebelum
menyiapkan makanan. Masyarakat akan mampu meningkatkan pengetahuan hidup
sehat dimanapun mereka berada jika mereka sadar, termotivasi dan di dukungan
dengan adanya informasi serta sarana dan prasarana kesehatan. Masyarakat hanya
mengetahui penyakit menular pada penyakit tertentu saja sedangkan untuk penyakit
yang disebabkan oleh infeksi lainnya masih kurang sehingga kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat serta menjaga dirinya dari bahaya penyakit menular terbatas pada
apa yang mereka ketahui saja. Mencuci tangan merupakan metode tertua, sederhana
dan paling konsisten untuk pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi (Perry &
Potter 2005).

Permasalahan :
1. Kader desa belum paham mengenai pentingnya cuci tangan
2. Kader desa belum paham mengenai kapan waktu yang penting untuk cuci tangan
3. Kader desa belum paham mengenai manfaat cuci tangan terutama di era pandemi
covid-19 seperti ini
4. Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal melawan covid-19 dapat
terselesaikan

Perencanaan :
Pemberian materi serta penyuluhan tentang cuci tangan : salah satu strategi melawan
covid-19 dilakukan dihadapan kader kelurahan semampir, Kecamatan Kota oleh dr.
Novia Annur Azizah, Dokter Internsip Puskesmas Balowerti. Kegiatan penyuluhan
ini ditujukan pada para kader desa di kelurahan Semampir agar dapat disampaikan
kepada masyarakat setempat. Pada penyuluhan ini menggunakan metode oral
presentasi beserta leaflet tentang cuci tangan

Pelaksanaan :
Nama Peserta : dr. Rintianingsih
Nama Pendamping : dr. Henry Mulyono
Tema Penyuluhan : Cuci tangan : salah satu strategi melawan covid-19
Tujuan Penyuluhan :
1. Agar kader desa paham mengenai pentingnya cuci tangan
2. Agar kader desa paham mengenai kapan saja waktu yang penting untuk cuci
tangan
3. Agar kader desa paham mengenai manfaat cuci tangan terutama di era pandemi
covid-19 seperti ini
4. Agar Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal melawan covid-19
dapat terselesaikan

Tanggal : 3 desember 2020


Waktu : 09.00-Selesai
Tempat : Puskesmas Poned Balowerti
Jumlah Peserta : 20 orang

2. Judul kegiatan
Jamban Sehat : Penyuluhan tentang Pentingnya Menggunakan Jamban Sehat

Latar belakang
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut
melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai
pembuangan kotoran manusia menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatan masyarakat,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin
diatasi. Pada masa sekarang ini pemilihan jamban cemplung masih menjadi masalah,
mengingat jamban cemplung merupakan jenis jamban yang kurang memenuhi syarat
kesehatan.
Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja manusia
harus dikelola dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi
kriteria yaitu tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air
permukaan tanah disekitarnya, tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak terjangkau oleh
serangga, tidak menimbulkan bau, mudah di gunakan dan di pelihara, sederhana desainnya
dan murah. Umumnya masyarakat pedesaan menggunakan jamban langsung dan permukaan
tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang
masih rendah pada masyarakat desa. Faktor pendidikan yang rendah tentunya akan
mempengaruhi faktor pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga
akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang kurang pada
masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya yang mahal untuk membuatnya.
Masyarakat juga mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban cemplung
sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-ikutan membuat jamban
cemplung.
Di Indonesia prosentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat baru
sekitar 60% dan yang yang lainnya tidak menggunakan jamban dan lebih suka buang air besar
(BAB) di sungai dan tempat-tempat lainya. Sementara di Jawa Timur penduduk yang
mempunyai jamban hanya sebesar 69,04%. Masyarakat di kecamatan Jatirejo pun juga masih
banyak yang belum memiliki jamban yang memenuhi syarat. Dari berbagai masalah yang
terjadi, langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat melalui penyuluhan tentang jamban sehat.

Permasalahan
Permasalahan yang ditemukan yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kriteria jamban sehat.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan
melalui penggunaan jamban sehat.
3. Banyaknya kejadian diare yang ditemukan di masyarakat.
4. Masyarakat sulit untuk mengubah kebiasaan BAB di sungai.

Perencanaan dan intervensi


Kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan jamban sehat dilaksanakan pada hari
28 Desember 2020, di Puskesmas Balowerti Kediri dengan pelaksana dr. Rintianingsih, dokter
Internsip di Puskesmas Balowerti. Pada kegiatan ini dilakukan emberian informasi dalam
bentuk penyuluhan dan tanya jawab mengenai jamban sehat. Sasaran kegiatan adalah pasien
yang periksa di poli umum. Metode yang digunakan pelaksana adalah ceramah dan tanya
jawab

Pelaksanaan
Nama Peserta : dr. Rintianingsih
Nama Pendamping : dr Henry Mulyono
Nama Wahana : Puskesmas Balowerti
Tema Kegiatan : Penyuluhan mengenai Pentingnya Penggunaan Jamban Sehat
Tujuan Kegiatan : Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sikap dan
perilaku masyarakat dalam memahami pentingnya kepemilikan dan penggunaan jamban sehat
dalam rangka menciptakan lingkungan yang bersih. Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan warga mengenai jamban sehat, meminimalisir penularan
diare pada masyarakat, warga bersedia untuk membuat atau menggunakan jamban sehat.

Waktu : pukul 07.00 – 07.30


Tempat : Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta : 11 orang
Monitoring
Demikian kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya kesehatan lingkungan.
Monitoring –
3. Etika Batuk
LATAR BELAKANG
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh pernapasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan
karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya. Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan
mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak
menular ke orang lain

PERMASALAHAN
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets) dan
membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut dapat mengandung
kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui udara
pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan disebut “air borne
disease”.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Memberikan penyuluhan lewat media power point dan melakukan tanya jawab pada awal
dan akhir penyuluhan

PELAKSANAAN
Sudah dilaksanakan penyuluhan mengenai etika batuk dan bersin yang benar di tempat
umum, dilaksanakan di aula puskesmas balowerti pada tanggal 29 Desember 2020 pda
pukul 07.30

MONITORING DAN EVALUASI


Sudah dilakukan tanya jawab kepada peserta penyuluhan yang hadir, daftar hadir dan juga
dokumentasi kegiatan di arsipkan

4. Bahaya Merokok
Latar Belakang
Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia
menempati peringkat ketiga di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak setelah China
dan India. Celakanya, di Indonesia hingga kini menunjukkan tren peningkatan jumlah
perokok dari kalangan remaja.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi perokok remaja pada tahun
2013 naik menjadi 19 persen. Jumlah perokok anak makin tahun semakin meningkat.
Bahkan selama 12 tahun diperkirakan jumlah perokok anak meningkat 6 kali lipat. Tren
perokok anak dan remaja semakin mengkhawatirkan. Bila dibandingkan, data Riskesdas
1995 menunjukkan ada 71.126 perokok anak di Indonesia (10-14 tahun), sedangkan
tahun 2007 meningkat menjadi 426.214 orang. Sedangkan untuk remaja (15-19 tahun),
data Riskesdas 2010 menunjukkan 19 persen remaja Indonesia telah merokok. Data
tersebut juga menunjukkan, karakter perokok Indonesia yang biasanya sudah mulai
menghisap tembakau pada usia 14-19 tahun.
Ironisnya budaya merokok saat ini bukan saja terjadi pada kaum laki-laki, namun juga
terjadi di kalangan kaum perempuan. Menurut Data Kemenkes menunjukkan, dari 2000
sampai tahun lalu jumlah perokok juga makin melebar di kalangan perempuan. Empat
persen dari total jumlah perokok Indonesia adalah kalangan hawa. Berdasarkan data dari
badan kesehatan dunia di bawah PBB, WHO, jumlah perokok di Indonesia tiap tahunnya
mencapai 400 ribu orang.

Permasalahan
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melaluipenyuluhan


bagi siswa agar mengetahui bahaya merokok. Penyuluhan mengenai bahaya merokok
dilakukan pada :
Hari / tanggal : 2 Januari 2021
Lokasi : Puskesmas Balowerti
Metode : Verbalisasi
PELAKSANAAN

Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 02 Januari 2021. Peserta yang hadir berjumlah 5 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang
bahaya merokok. Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan
selama 10 menit dilanjutkan sesi diskusi.

MONITORING DAN EVALUASI

Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup
aktif bertanya dan membuat diskusi mengenai bahaya merokok berjalan dengan lancar.

5. Dampak Diabetes Mellitus


Judul : Dampak diabetes
Latarbelakang
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi dibicarakan
terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan
demikian dapat di mengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau
2 dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat drastis. Ini sesuai
dengan perkiraan yang dikemukakan oleh WHO seperti tampak pada tabel 1, Indonesia
akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
12.4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.

Permaslaahan
Bagaimana upaya menurunkan angka komplikasi Diabetes Mellitus

Perencanaan
1. Menjelaskan tentang pengertian diabetes
2. Menjelaskan tentang penyebab diabetes
3. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes
4. Menjelaskan tentang komplikasi diabetes

Pelaksanaan
Nama Peserta : dr. Rintianingsih
Nama Pendamping : dr. Henry Mulyono
Tema Penyuluhan : Dampak penyakit Diabetes Mellitus
Tujuan Penyuluhan :
Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, serta mengurangi faktor resiko penyakit
tidak menular pada warga

Monitoring

Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal,
kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
tindakan oleh pelaksana, Proses penghentian pelayanan home visit, dengan kriteria :
tercapai sesuai tujuan, kondisi pasien stabil, program rehabilitasi tercapai secara
maksimal, keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien, pasien di rujuk, pasien
menolak pelayanan lanjutan, pasien meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai