Anda di halaman 1dari 9

Makalah

PENYAKIT KEMAJIRAN PADA TERNAK

Oleh:
Cahya Eka Agung Wahyudi
NIM. 061923143081

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN GEL. XXXIV


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
Hipofungsi Ovarium

Hipofungsi ovari adalah suatu kejadian dimana ovarium mengalami penurunan fungsinya
sehingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi. Menurut Hafez (2000)
bahwa anestrus akibat hipofungsi ovari sering berhubungan dengan gagalnya sel-sel folikel
menanggapai rangsangan hormonal, adanya perubahan kuantitas maupun kualitas sekresi
hormonal, menurunnya rangsangan yang berhubungan dengan fungsi
hipotalamuspituitariaovarium yang akan menyebabkan menurunnya sekresi GnRH, sehingga
tidak ada aktivitas ovarium setelah melahirkan. Kekurangan nutrisi akan mempengaruhi
fungsi hipofise anterior sehingga produksi dan sekresi hormon FSH dan LH endah, yang
menyebabkan ovarium tidak berkembang ataupun mengalami hipofungsi (Suartini et al.
2013).

Gambar.1 .Ovarium normal dan hipofungsi ovarium (Suartini., 2013).

Anamnesa
 Kapan ternak menunjukkan tanda birahi terakhir?
 Apakah hewan sudah pernah dikawinkan? Menggunakan IB atau kawin alam?
 Kapan terakhir melahirkan dan sudah berapa kali?
 Bagaimana manajemen pemeliharaan, komposisi pakan dan sanitasi kandang?

Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gangguan hipofungsi ovarium adalah rendahnya
kualitas pakan, kurangnya perawatan kesehatan dan sanitasi lingkungan atau kandang
(Widarini dkk., 2017). Penyebab utama dari hipofungsi ovarium yaitu kekurangan unsur
protein pakan, karena protein merupakan bahan baku untuk sintesis hormone gonadotropin
yang berperan penting dalam perkembangan folikel (Wahyuni, dkk. 2018) .Kualitas pakan
yang diperlukan seharusya memiliki komposisi seimbang yaitu pakan hijauan 10% dari
1
berat badan per hari, konsentrat 1%-2% atau 50% dari produksi susu dengan kandungan
protein 17% ( 14-18% )dari BB per hari (Hermadi et al., 2017).

Gejala Klinis
Sapi yang mengalami hipufungsi ovarium tidak menunjukkan tanda – tanda birahi
(anestrus) dalam waktu yang lama karena karena estrogen yang berperan dalam gejala birahi
dihasilkan dalam jumlah sedikit sehingga belum mencapai batas yang dibutuhkan. (Hariadi
et .al,, 2011)

Patogenesa
Kurangnya sanitasi lingkungan dan kandang dapat menyebabkan heat stress yang
menimbulkan peningkatan respirasi dan denyut jantung yang secara langsung dapat
mempengaruhi asupan pakan sehingga dapat mempengaruhi nutrisi pada ternak (Das et al.,
2016). Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelenjar hipofisa anterior tidak mampu
mensekresikan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Liteinizing Hormon (LH) dalam
jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan folikel di ovarium (Hariadi et .al,
2001)

Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan palpasi rectal untuk memastikan bahwa
kondisi ovarium halus tanpa ada folikel maupun korpus luteum (Masruro, et al. 2020). Kasus
hipofungsi ovarium tidak ada pertumbuhan folikel maupun korpus luteum sehingga pada
pemeriksaan per rectal permukaan ovarium licin (Hariadi et .al,, 2011). Untuk meneguhkan
diagnosis, pemeriksaan kedua dapat dilakukan pada hari ke 10 setelah pemeriksaan pertama,
jika ovarium tersebut hipofungsi maka tidak akan ada perubahan yang terjadi dari
pemeriksaan pertama, namun jika ovarium tersebut normal, maka akan terbentuk CL (Deden
2000).

Prognosa
Fausta apabila cepat ditangani

Pengobatan
- Preparat hormon PG-600 dengan merk dagang Intervet 300IU dan hCG dengan merk
dagang Chorulon (MSD) 100IU secara intramuscular (Masruro et al, 2020)
2
- Injekasi preparat PMSG (Pregnant Mare Serum gonadotropin) dengan merk dagang
Folligon intervet 500 IU secara intramuskuler (Hermadi et al., 2017).

Gambar 2. PG-600, Chorulon, Folligon

Pencegahan
Hypofungsi ovarium menurut Hariadi, dkk (2011) dapat dicegah dengan cara sebagai
berikut :
- Memperbaiki kualitas pakan
- Kandang harus sering dibersihkan
- Hewan sering digembalakan agar tidak stres

3
PARALISA POST PARTUS

Gambar 3. Sapi yang mengalami paralisa poet partus (Juma PO, 2015)

Suatu keadan induk hewan yang sedang bunting tua atau beberapa hari sesudah melahirkan
tidak dapat berdiri disertai dengan hilangnya sensitifitas kaki bagian belakang.
Anamnesa
 Sejak kapan sapi mulai tidak bisa berdiri?
 Apakah sebelumnya kaki belakang sapi mengalami patah?
 Kapan induk sapi ini terakhir melahirkan?
 Sudah berapa kali induk sapi ini melahirkan?
 Berapa umur sapi tersebut?
 Apakah sudah pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya?
 Pakan apa saja yang diberikan selama kebuntingan?
 Apakah sapi ini sering dilakukan exercise?
 Apakah sebelumnya sudah dilakukan penanganan?
 Bagaimana manajemen dan sanitasi kandangnya?

Etiologi
Paraplegia dapat disebabkan oleh :
 Gangguan pada saraf obturatoria pada waktu bunting tua dan pada saat setelah
melahirkan sehingga hewan tidak mampu berdiri.
 Luka pada saraf obturatoria karena fraktura tulang pelvis
 Fetus terlalu lama dijalan kelahiran sehingga menekan saraf dan mengakibatkan
paralisis.

4
Gejala klinis
Sapi yang mengalami paraplegia memiliki gejala klinis:
 Sapi tidak dapat berdiri pada saat bunting tua atau setelah melahirkan karena adanya
gangguan saraf obturatoria
 Pada kaki belakang apabila ditusuk dengan benda tajam tidak memberikan respon
karena sensitifitas berkurang
 Berbaring pada salah satu sisi tubuhnya
 Masih mau makan dan minum tetapi mulai menurun

Patogenesa
Sapi yang mengalami paralisis biasanya dikarenakan adanya luka pada saraf
obturatoria yang disebabkan karena karena fraktura tulang pelvis, fetus terlalu lama dijalan
kelahiran sehingga menekan saraf dan mengakibatkan paralisis. Induk tetap berbaring dan
sensitifitas tubuh bagian belakang berkurang yang ditandai dengan tidak memberikan respon
yang apabila ditusuk dengan benda tajam.

Diagnosis
Sapi yang mengalami gejala kelemahan pada kaki belakangnya karena gangguan saraf
obturatoria dapat kita pastikan saat dilakukan penusukan dengan alat tajam apabila tidak ada
reaksi maka sapi tersebut mengalami paralisa. Karena dapat di kekelirukan dengan paraplegia
yang saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan benda tajam tidak memberikan
respon.

Prognosa
Fausta, akan tetapi apabila tidak ditangani lebih lanjut akan dubius-infausta

Pengobatan
 Diberi pakan berkualitas dan yang mudah dicerna yang mengandung air dan laxan
 Alas kandang diberi jerami atau sesuatu yang lembut agar tidak terjadi dekubitus
 Melakukan pemijatan pada kaki sapi bagian belakang untuk merangsang saraf
 20mg dexamethasone, 0,75mg vitamin B12 dan 4g Butaphosphan diberikan setiap
tiga hari dan diulang selama lima kali

5
 Setelah empat hari diberi vitamin E, α-tocopherol acetate plus 20mg introvit-E-Selen
secara IM dan diulang setiap dua munggu sekali

Gambar 4. Dexamethasone, vitamin B12, introvit-E-Selen, vitamin E


Pencegahan
 Sapi tidak di kandangkan pada tempat yang terlalu sempit agar bisa bergerak leluasa
 Sapi tidak dikawinkan dengan breed yang berbeda (breed pejantan yang lebih besar
dari pada induk) karena dapat menghasilkan anak yang terlalu besar
 Alas kandang diberi karpet agar tidak licin sehingga sapi tidak akan jatuh/tergelincir
yang dapat mengakibatkan cedera pada tulang

6
DAFTAR PUSTAKA

Arthur GH, dkk. 1989. Veterinary Reproduction and Obstetric – 6 th Edition. Bailliere
Tindal: London.
Das R, Sailo L, Verma N, Bharti P, Saikia J, Imtiwati, Kumar R. 2016. Impact of Heat stress
on Health and Performance of dairy animals : a review. Veterynary World. EISSN :
2231-0916.
Deden S. 2000. Teknik Masage Ovari dan Penggunaan Potahormon pada Kasus Hipofungsi
Ovarium Sapi Perah Di Kabupaten Bogor.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Hafez E.S.E, 2000. Reproduction in Farm Animals 7th Edition. Philadelphia
Hariadi, M., Wurlina, Hermadi, H. A., Utomo, B., Triana, I. N., Rimayanti, Ratnani, H. 2011.
Buku Ajar IlmuKemajiran. PenerbitAirlangga University Press. Surabaya.
Hermadi HA, Hairadi M, Susilowati S. 2017. The Ovarian Hypofunction : A case in Cow
Management Theraphy. Advances in Health Science research (AHSR). Volume 5 1st
International Cpnference in One Health.
Hermin, r dkk. 2020. Penanganan gangguan reproduksi untuk meningkatkan efisiensi
reproduksi pada sapi perah menuju swasembada susu di kecamatan sendang
kabupaten tulungagung. Jurnal layanan masyarakat (journal of public service), vol 4
no 1
Juma PO. 2015. Successful Use of Dexamethasone, Vitamin B12 and Vitamin E Selenium in
Management of Bilateral Obturator Nerve paralysis in a Cow
Masruro NA, Mulyati S, Harijani N, Masyawati SP, Samik A, Ratnani H.2020. Penggunaan
Kombinasi Gonadotropin untuk Pengobatan Hipofungsi Ovarium pada Sapi Perah.
Ovozoa 9 No. 1
Suartini NK, Trilaksana IGHB,Pemanyun TGO. 2013. Kadar estrogen dan munculnya estrus
setelah pemberian Buserelin(Agonis GnRH) pada sapi Bali yang mengalami anestrus
postpartum akibat hipofungsi ovarium. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan.
Skovorodin E, mustafin R, Bogoliuk S, Bazekin G, Gimravon V. 2020. Clinical and
Structural Changes in Reproductive Organs and endocrine Glands of Sterile Cows.
Veterinary world. EISSN : 2231-0916.
Wahyuni, Hadi P.W., Djatmikowati T.F., Amaliah F, Samik A. (2018). Kombinasi Hormon
PMSG dan HCG Untuk Pengobatan Kasus Hipofungsi Ganguan Reproduksi Pada
Sapi atau Kerbau di Kegiatan Upsus SIWAB 2017. Balai Besar Veteiner Maros.

7
Widarini N, Beda IR, Wijayanti AD. 2017. Efektivitas Terapi Multivitain, Obat Cacing dan
Premiks pada Sapi terdiagnosa Hipofungsi Ovarium di Wilayah Kecamatan
Prambanan, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner. JSV 35 (2).

Anda mungkin juga menyukai