PENDAHULUAN
Kenyataan menunjukkan bahwa makhluk hidup penghuni planet bumi kita
sangat beranekaragam yang tertampak dari struktur tubuh, fungsi-fungsi tubuh, dan
perilaku setiap jenis (spesies) makhluk. Walaupun di antara jenis-jenis makhluk hidup
itu beranekaragam, namun kemiripan dalam hal-hal tertentu masih juga terlihat.
Bukankah, sebagai contoh, antara singa dengan kucing terdapat perbedaan ukuran
tubuh dan warna bulu (rambut) pada badan, namun secara keseluruhan tampang
mereka amat mirip ? Berlandaskan pada kenyataan yang demikian ini para ilmuwan
mencoba untuk menafsirkan bahwa jenis-jenis yang beraneka-ragam itu terlihat pola
yang sama, sehingga diduga berasal dari moyang yang sama. Dengan kata lain, antara
jenis satu dengan yang lain ada hubungan kekerabatan. Pendapat ini merupakan
paham dalam teori evolusi.
Evolusi makhluk hidup merupakan salah satu teori yang dikaji atau dipelajari
oleh Biologi. Teori ini sebenarnya telah dipersoalkan sejak perkembangan ilmu di
masa Romawi dan Yunani kuno, namun secara ilmiah terori ini baru dikemukakan
oleh Charles Robert Darwin yang ditulis dalam buku yang berjudul : The Origin of
Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the
Struggle for Life, yang edisi pertamanya dengan judul The Origin of Species
diterbitkan 24 Nopember 1859. Secara garis besar teori ini menyatakan bahwa
makhluk hidup yang ada di dunia sampai dengan saat ini merupakan hasil
perkembangan dari makhluk yang telah ada sebelumnya, baik yang menyangkut
struktur maupun fungsi, secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dengan
demikian, perubahan yang merupakan hasil perkembangan itu berlangsung dalam
waktu yang amat panjang, yaitu jutaan tahun seiring dengan evolusi alam semesta.
Secara komprehensif, sebenarnya kajian evolusi meliputi : evolusi alam
semesta (universe), evousi geologik, evolusi fisik-kimiawi, dan evolusi biologik.
Dalam bahan ajar ini hanya dibatasi pada kajian tentang evolusi biologik (makhluk
hidup).
Bagan berikut ini merupakan peta konsep dalam teori evolusi modern.
1
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
EVOLUSI
ORGANISME
terjadi pada tk. organisasi karena kerja
POPULA- AGEN
SI EVOLUSI
pada tingkat gen
merupakan
KONSTAN
( Hardy-Weinberg )
VARIASI SPESIES
kenampakan ( fenotip ) dari INDIVIDU BARU
2
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB I
PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI
Evolusi, sebagai cabang Biologi dalam rumpun Sains, adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur menuju
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai imu pengetahuan, kajian evolusi
didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam tingkat
komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh data-data
penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang
pernah terjadi pada masa lampau. Hal inilah yang kemudian oleh para penentang
paham evolusi digunakan sebagai dasar penolakan mereka. Terlebih lagi jika
penentang itu berasal dari tokoh agama, mereka melawan paham evolusi dengan tetap
menunjukkan apa yang telah tersurat dalam kitab suci mereka. Maka untuk lebih
menetralisasi (memperlunak) agar pertentangan tidak lebih meruncing paham evolusi
sering juga disebut sebagai Hipotesis Evolusi, yang kebenarannya masih perlu diuji
lebih lanjut.
Selama perjalanan teori evolusi, sejak pertama kali digagas sampai sekarang,
telah mengalami tahapan-tahapan penting. Pada hakekatnya apa yang telah digagas
dan dikembangkan oleh para pakar evolusi itu selalu menampilkan pemikiran yang
bersifat :
terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini. Konsep utama teori
Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam yang dianggap oleh mayoritas
komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga besar : (1) Masa
Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-Darwin
Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa sejak
kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan. Organisme
yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi yang besar adalah
sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Respons ini
berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu hidup yang kemudian
dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan sifat yang
telah mengalami perubahan itu.
Sampai abad ke-18, paham yang berkembang adalah bahwa organisme adalah
sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam bahasan Biologi tentang “Asal-usul
Kehidupan” disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus (The Special Creation).
Leewenhoek, meskipun dengan eksperimen yang menemukan Paraemecium
dari potongan jerami yang direndam air selama 7 hari (sesuai dengan kitab
Kejadian, saat Tuhan menciptakan dunia dan seisinya), menyatakan bahwa
kehidupan berasal dari benda tak hidup, yang disebutnya dengan konsep
generatio spontanea.
5
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Adanya kelainan atau cacat tubuh adalah sebagai kutukan, jadi bukanlah
sebagai perubahan makhluk hidup yang dilatarbelakangi oleh seleksi alam
maupun perubahan genetik (mutasi) makhluk hidup.
Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan Khusus kemudian mulai
digagas oleh beberapa orang ahli, seperti :
Semua ahli yang menyatakan teori evolusi masa ini didasarkan atas adanya
perbedaan antara makhluk satu dengan lainnya. Erasmus Darwin, yang tiada
lain kakek Charles Robert Darwin, dalam bukunya “Zoonomia” menyatakan
bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama. Respons fungsional
yang dimiliki oleh individu makhluk hidup akan diwariskan kepada
keturunannya.
Lamarck
6
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
7
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
sepanjang masa..
8
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
terseleksi (tereliminasi, mati). Struktur dan fungsi tubuh makhluk yang telah lolos
dari seleksi merupakan sifat yang akan diwariskan kepada generasi penerusnya.
-Melihat adanya keanekaragaman makhluk hidup, tetapi tidak tahu kenapa hal
itu bisa terjadi.
Konsep Darwin tentang spesiasi ini ditulisnya sebagai buku yang berjudul
: The Origin of Species by Means Natural Selection and Preservation of The
Fits in Struggle for Life, pada tahun 1844.
Menurut Darwin evolusi terjadi karena adanya seleksi alam (faktor alam yg
mampu menyeleksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab
terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam). Ia juga mengoreksi
pendapat Lamarck tentang jerapah. Jerapah yang berleher panjang berasal
dari yang berleher panjang pula, sedangkan yang berleher pendek musnah.
Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi adalah seleksi alam).
Dari teori yang ada, Darwin menyusun bukti-bukti dan mengemukakan
9
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
10
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
11
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
keturunannya.
12
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
hidupnya, teori yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme. Pada tahun 1880-
an, August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak diwariskan,
dan Lamarckisme berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin tidak dapat
menjelaskan bagaimana sifat-sifat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang
lain. Pada tahun 1865, Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat
dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan kembali pada tahun 1900-an,
ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi oleh genetikawan dan
biometrikawan meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin.
Pasca Darwin
Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan pada
masa sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu
dengan lainnya. Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an
memberikan dorongan terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat
tumbuhan dan hewan. Seleksi alam menggunakan variasi tersebut untuk
membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptif yang terpantau pada organisme
hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada awalnya sangat kritis
terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada
akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan
daripada ketika teori ini pertama kali diajukan.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi
yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan
menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan
keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para
ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke
waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas
sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species
yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin
dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada
tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan
evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan
prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan
13
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang
memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati
di bumi.
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya
Mendel disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi
seperti J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang
menyusun dasar-dasar genetika populasi. Hasilnya adalah kombinasi evolusi
melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi sintesis evolusi modern.
Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling menunjang, tetapi
semua cabang ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena evolusi. Pernyataan ini
didukung oleh sebagian besar ahli biologi pada waktu itu. Theodozius
Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum begitu banyak fenomena evolusi
dari berbagai macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang terlibat dalam
pengembangan teori evolusi pasca Darwin antara lain : Morgan, yang melakukan
pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila
melanogaster); Mayr & Darlington, seorag ahli taksonomi sistematik &
zoogeografi burung, menemukan fenomena evolusi yang baru; Simpson, ahli
Paleontologi.
14
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB II
MEKANISME EVOLUSI
Rekombinasi Seksual dan Mutasi
Peristiwa perubahan yang mengarah pada evolusi yang terjadi pada makhluk
hidup itu tidaklah langsung pada suatu individu, namun sifat yang dimiliki oleh
suatu individu akan selalu diwariskan kepada keturunannya. Maka jika dalam
populasi terdapat individu, yang karena sesuatu hal mengalami perubahan materi
genetiknya (yang terdapat dalam alel gen) -- dengan catatan bahwa ia mampu terus
bertahan hidup dan mampu melakukan reproduksi -- alel yang telah mengalami
perubahan itu akan terus diwariskan kepada individu baru yang merupakan
keturunannya. Perubahan pada materi genetik tersebut dikenal dengan istilah mutasi,
sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Hugo de Vries.
15
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Seleksi Alam
Menurut Hukum H-W, seluruh individu di dalam populasi mempunyai
kemampuan yang sama untuk hidup dan menghasilkan keturunan yang mempunyai
kemampuan hidup dan fertil. Tetapi kenyataannya di dalam populasi terdapat
keanekaragaman dan diantara varian-varian tersebut ada yang mempunyai keturunan
lebih banyak daripada yang lain. Perbedaan ini karena adanya seleksi alam, adanya
sifat-sifat khusus dan sifat ini diwariskan. Dari ke lima penyebab mikroevolusi yang
dapat mengubah frekuensi gene pool hanya seleksi alam yang kemungkinan besar
merupakan proses kemampuan adaptasi dari populasi terhadap lingkungan. Seleksi
alam akan mempertahankan genotip yang baik di dalam populasi. Apabila
lingkungan berubah maka ada respons yang dapat dilakukan oleh individu yang
16
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
17
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
satu ekstrim dari kisaran salah satu ciri. Akibat dari seleksi tersebut, maka terjadi
perubahan frekuensi alel ke salah satu ke adaan homozigot. Misal pada ular yang
mempunya dua macam fenotip. Fenotip pertama bergaris dan fenotip yang kedua
berbercak-bercak. Pada daerah dimana banyak tumbuhan alang-alang, ular dengan
corak kulit bergaris sulit dilihat predator, sehingga selang waktu tertentu hanya ular
berfenotip bergaris saja yang ada di daerah tersebut. Di daerah lain, dimana banyak
didominasi batuan kerikil, ular dengan fenotip bergaris lebih mudah dilihat predator,
sehingga di daerah ini banyak ditemui ular dengan fenotip bercak-bercak
18
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
tentu dalam keseimbangan baru itu proporsi atau frekuensi gen telah berbeda dari
semula – merupakan cikal-bakal ( penyebab pemula ) proses evolusi makhluk hidup.
Diskusikanlah hal berikut ini dalam kelompok dan jika perlu mintalah bimbingan
kepada nara sumber.
Perubahan keseimbangan yang terjadi pada frekuensi alel gen sudah
merupakan proses evolusi, namun dalam hal ini perubahan pada hal-hal yang tampak
sebagai suatu struktur tertentu (fenotip) pada spesies makhluk hidup mungkin belum
terlihat jelas, namun secara genotip populasi spesies telah mengalami perubahan pada
gene pool. Pada sebatas ini perubahan itu disebut sebagai Mikroevolusi.
Perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit pada makhluk hidup dan selalu
diwariskan dari generasi ke generasi pada gilirannya akan menghasilkan struktur (dan
fungsi) tubuh yang sangat berbeda dengan struktur aslinya. Inilah yang merupakan
hakekat konsep atau teori tentang evolusi makhluk hidup. Perubahan yang sangat
sedikit itu berupa perubahan frekuensi alel gen dalam gene pool (populasi), dan
disebut sebagai Mikroevolusi. Dalam mikroevolusi belum terjadi jenis (spesies) baru,
karena antar individu penyusun populasi masih saling melakukan perkawinan dan
menghasilkan individu baru yang fertil, artinya tidak mandul (steril). Akumulasi dari
rangkaian perubahan mikroevolusi pada gilirannnya akan menghasilkan individu yang
satu sama lain tidak lagi mengadakan perkawinan, ataupun jika masih dapat terjadi
perkawinan akan tetapi individu yang merupakan keturunannya adalah steril. Jika
telah sampai pada giliran ini, maka perubahan atau penyimpangannya telah sampai
pada tingkat Makroevolusi.
20
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB III
VARIASI MAKHLUK HIDUP
Variasi di dalam populasi merupakan
faktor yang menyebabkan evolusi terjadi.
Tidak ada satupun anggota populasi yang
mempunyai kemiripan persis sama. Dua
individu yang kembarpun pasti ada
perbedaannya. Tiap individu mempunyai
genom yang spesifik untuk dirinya
Spesies ular Corallus canicus mempu-
sendiri, masing-masing mempunyai
nyai warna dan corak yang bervariasi
kombinasi sifat yang unik seperti ukuran,
warna, kemam -
puan bertahan pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan maupun daya
tahan terhadap parasit atau infeksi. Beberapa sifat mempunyai peluang untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan kemampuan bereproduksi, dan beberapa
sifat lainnya tidak. Spesies dengan sifat tersebut adalah spesies yang dapat
beradaptasi. Perlu diingat bahwa variasi yang diperlukan dalam seleksi alam adalah
variasi yang dapat diturunkan. Variasi-variasi yang tidak diwariskan adalah yang
dihasilkan dari perbedaan makanan, suhu dan faktor lingkungan lainya. Darwin
sangat yakin bahwa evolusi itu dapat terjadi karena sifat variasi yang diwariskan
kepada keturunannya, tetapi dia tidak tahu bagaimana mekanisme pewarisan itu
terjadi.
Waktu yang cukup lama, memungkinkan terjadinya spesies baru karena
perubahan-perubahan pada populasi yang terpisah secara geografis. Darwin menduga
keadaan ini yang terjadi pada burung finch di kepulauan Galapagos. Empat belas
spesies burung tersebut mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat, semuanya
berasal dari nenek moyang yang sama.
Selama periode dua sampai tiga juta tahun, jumlah pulau-pulau di Galapagos
meningkat, iklim berubah, kehidupan tanaman dan sumber makanan mengalami
evolusi. Pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya menyebabkan burung-burung
finch terpisah satu dengan lainnya, sehingga menjadi 14 kelompok spesies yang
masing-masing berbeda dalam merespons kondisi lingkungan yang bervariasi
Menurut Darwin hewan-hewan yang dibudidayakan lebih bervariasi daripada
21
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
spesies-spesies liar. Sejumlah ras hewan ternak budidaya berasal dari satu spesies liar
(spesies moyang). Darwin paham bahwa keanekaragaman dihasilkan dari induk
moyang melalui seleksi variasi-variasi kecil. Darwin memperkirakan bahwa variasi-
variasi yang dapat diwariskan dari spesies liar merupakan bahan evolusi di alam.
Satu hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa proses variasi di dalam
spesies harus harus didukung oleh perubahan yang terjadi dalam gen dan kromosom.
Variasi genetik yang timbul akan membawa perubahan karakteristik pada spesies
tersebut. Pada akhirnya, proses ini akan menimbulkan pembentukan spesies baru.
Semua bentuk kehidupan mempunyai kemungkinan untuk bertambah secara
cepat. Pada kondisi yang biasa, hewan-hewan tidak dapat bertambah seperti yang
disebut di atas. Populasi spesies cendrung untuk tetap stabil. Individu-individu ini pun
bersaing satu sama lain untuk keperluan-keperluan mereka. Individu-individu ini
bersaing dengan spesies lain yang mempuyai keperluan sama. Proses persaingan ini
menjadi pemicu pertambahan dan perubahan karakteristik yang cepat.
22
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Burung finch pemakan kaktus Burung finch yang hidup di Burung finch pelatuk,menge-
(Geospiza scandens) darat, paruhnya kuat, pemakan luarkan serangga dari celah
biji-bijian (Geospiza magnirostris) dahan (Camarhynchus
pallidus)
Tiga spesies burung finch Galapagos, berasal dari nenek moyang yang sama, burung
pemakan biji-bijian dari Amerika Selatan. Variasi paruh merupakan hasil adaptasi
perbedaan macam makanan
.
Seleksi alam hanya bisa bereaksi pada variasi genetik jika dinyatakan dalam
bentu fenotip (ciri yang tampak). Hanya variasi yang mempengaruhi ciri organisme
yang dapat mempengaruhi seleksi alam. Variasi fenotip di dalam suatu populasi dapat
menimbulkan perbedaan-perbedaan reproduksi di antara hidup anggota populasi dan
keturunannya. Meskipun aksi seleksi alamiah terhadap semua tipe variasi mengubah
alur suatu populasi, hanya aksi yang menimbulkan perbedaan genetik yang dapat
memberi pengaruh jangka panjang pada populasi.
Evolusi dapat terjadi karena ada faktor yang bekerja sama secara harmonis di
alam, yaitu :
1. Faktor yang menyebabkan adanya variasi
2. Faktor yang mempertahankan keutuhan suatu spesies
23
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Variasi makhluk hidup dapat terjadi karena mutasi dan karena rekombinasi seksual. Variasi yang
diwariskan harus didukung oleh perubahan yang terjadi di dalam gen dan kromosan sebagai hasil
mutasi genotip. Mutasi tidak dapat dilihat dari struktur tubuh (fenotip) saja, tapi juga dari struktur
genotip. Mutasi yang menguntungkan atau sesuai dengan lingkungan akan bertahan lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Mutasi terjadi pada organisasi hidup selama
beberapa generasi. Mutasi merupakan bahan mentah
dari evolusi. Beberapa penyebab mutasi antaranya
adalah sebagai berikut :
1. F1. Faktor bersifat genetik karena adanya peru-bahan
susunan materi genetik (DNA), perubahan jumlah dan
struktur kromosom karena penyim-pangan pada waktu
pebelahan sel, penyimpangan pada saat penyatuan sel
Variasi yang dapat diwariskan sebagian besar terdiri dari variasi kuantitatif.
Misal tinggi tanaman dapat bervariasi dari yang sangat pendek sampai sangat tinggi,
dan tinggi tanaman yang berada di antaranya. Variasi ini biasanya merupakan
24
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
pewarisan poligenik, yaitu pengaruh beberapa gen terhadap sifat fenotip tunggal.
Sifat diskrit (yang sangat berbeda) umumnya ditentukan oleh sebuah lokus gen
tunggal dengan alel yang berbeda yang menghasilkan fenotip yang berbeda,
Apabila di dalam populasi terdapat dua atau lebih sifat yang berbeda, maka
bentuk-bentuk yang berbeda atau berlawanan tersebut dinamakan polimorfisme.
Suatu populasi disebut polimorfik untuk suatu sifat apabila dua atau lebih bentuk yang
sangat berbeda masing-masing diwakili dalam frekuensi yang cukup tinggi sehingga
akan terlihat dengan mudah, Misal variasi pada spesies ular Corallus canicus yang
mempunyai warna dan corak yang bervariasi. Pada manusia juga terdapat sifat
polimorfik, seperti golongan darah ABO, dimana terdapat empat tipe golongan darah,
tipe A, tipe B, tipe AB dan tipe O.
Sebagian besar spesies memperlihatkan variasi geografis, yaitu perbedaan
dalam struktur genetik antar populasi, yang mungkin disebabkan oleh perbedaan
faktor lingkungan dan seleksi alam pada tempat yang berbeda. Misal pollinator untuk
spesies bunga yang sama dapat berbeda pada tempat yang berbeda. Variasi klinal
(cline) termasuk variasi geografi, yaitu perubahan bertahap beberapa sifat di
sepanjang sumbu geografis. Suatu gradasi beberapa variabel lingkungan bisa
menyebabkan terjadinya variasi klinal
Variasi yang diperoleh melalui rekombinasi seksual merupakan bersatunya sel
gamet secara acak pada waktu fertilisasi, yang sebelumnya melalui tahap-tahap
pembelahan meiosis, pindah silang dan kejadian lainnya. Setiap gamet dari individu
mempunyai susunan genetik yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga setiap zigot
yang terbentuk mempunyai susunan genetik yang unik dari kombinasi acak sel
sperma dan ovum. Dalam suatu populasi terjadi banyak sekali kombinasi kawin yang
mungkin terjadi dan setiap kombinasi kawin akan mengumpulkan gamet individu
yang sangat mungkin memilikki latar belakang genetik yang berbeda.
Sifat diploid yang dimilikki sebagian besar organisme eukariota merupakan
sifat yang menguntungkan karena dapat menutupi banyak variasi genetik dari seleksi
alam, dalam bentuk individu yang heterozigot. Ekspresi alel resesif yang kurang
menguntungkan pada lingkungan tertentu tetap dapat dipertahankan dalam bentuk
heterozigot. Variasi yang tersembunyi ini hanya terbuka terhadap seleksi apabila
kedua induknya membawa alel resesif yang sama dan menggabungkan dua salinan
tersebut dalam satu zigot. Hal ini jarang sekali terjadi apabila frekuensi alel resesif
25
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
tersebut sangat rendah, misal 0,01 dan frekuensi alel dominan 0,99. Berarti hanya 1%
alel resesif itu berada dalam keadaan homozigot resesif. Perlindungan heterozigot
akan mempertahankan alel yang mungkin pada saat ini kurang menguntungkan,
namun mungkin dapat memberikan keuntungan baru ketika lengkungan berubah.
Seleksi alam mempertahankan variasi pada beberapa lokus gen. Kemampuan
seleksi alam mempertahankan keanekaragaman populasi disebut polimorfisme
seimbang (balanced polymorphism). Salah satu contoh mekanisme mempertahankan
variasi ini adalah keuntungan heterozigot (heterozygote advantage). Jika individu
heterozigot pada lokus tertentu mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik
dibandingkan bentuk homozigot, maka dua atau lebih alel akan tetap dipertahankan
pada lokus itu melakui seleksi alam. Contohnya penyakit sel bulan sabit (sickle-cell
disease), penyakit yang diderita individu homozigot. Individu heterozigot sangat
resisten terhadap malaria yang merupakan penyebab kematian utama di daerah tropis.
Individu homozigot dominan sangat rentan terhadap penyakit malaria, sedangkan
individu homozigot resesif dirugikan karena penyakit sel bulan sabit.
Pada tanaman jagung, perkawinan antar kerabat (inbreed) yang terlalu sering
akan meningkatkan jumlah individu yang homozigot, menyebabkan pertumbuhan
yang semakin lemah dan mudah terserang berbagai jenis penyakit. Kawin silang
antara dua varietas inbred yang berbeda seringkali menghasilkan hibrida yang jauh
lebih baik dari kedua induknya. Terbentuknya hibrida vigor ini mungkin disebabkan
karena terpisahnya alel resesif pada homozigot dan keuntung-an heterozigot pada
banyak lokus hibrida jagung tersebut.
Keberhasilan reproduksi setiap bentuk akan menurun jika bentuk fenotip
tersebut terlalu umum dalam suatu populasi, sehingga keberhasilan reproduksinya
menurun. Keadaan ini merupakan seleksi tergantung frekuensi, suatu bentuk
polimorfisme seimbang. Contoh, populasi kupu-kupu Papilio dardanus, kupu-kupu
jantan mempunyai pola pewarnaan yang sama, tetapi kupu-kupu betina mempunyai
banyak bentuk yang masing-masing mirip kupu-kupu yang beracun bagi predator,
atau kupu-kupu yang tidak enak dimakan oleh burung. Mimikri ini menjadi kurang
efektif apabila betina kupu-kupu Papilio merupakan spesies beracun yang sama,
karena burung akan lambat mengasosiasikan suatu pola pewarnaan tertentu dengan
citarasa buruk jika mereka menemukan kupu-kupu peniru yang rasanya enak sama
seringnya dengan yang beracun.
26
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB IV
SPESIES dan SPESIASI
Konsep spesies biologi (biological species concept) menurut Ernst Mayr (1942)
adalah suatu populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampuan untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan
yang dapat hidup dan fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan
fertil jika kawin dengan spesies lain.
Spesies biologi merupakan unit populasi terbesar dimana terjadi kemungkinan
pertukaran genetik dan populasi tersebut terisolasi secara genetik dari populasi lainnya.
27
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Setiap anggota spesies biologi mempunyai kesesuaian reproduksi untuk bisa kawin /
bereproduksi secara seksual. Semua manusia termasuk spesies biologi yang sama, tetapi
manusia dan simpanse bukan spesies biologi yang sama walaupun hidup dalam wilayah yang
sama. Beberapa konsep tentang spesies dapat dilihat pada tabel berikut :
Konsep spesies biologi tidak berlaku untuk semua situasi dan kondisi,
diantaranya adalah sebagai berikut
1. Tidak dapat untuk mengelompokkan bentuk kehidupan yang telah punah, dimana
fosilnya dikelompokkan sesuai dengan morfologi
2. Tidak dapat untuk mengelompokkan organisme yang reproduksinya secara asek-
sual, seperti prokariota, beberapa protista, fungi dan tumbuhan dan hewan tertentu
3. Pada beberapa organisme dengan spesies yang berbeda, dapat melakukan
perkawinan, menghasilkan keturunan yang fertil, tapi masing-masing tetap
merupakan spesies yang berbeda (misal : antara anjing hutan, serigala, dan anjing
peliharaan)
4. Beberapa subspesies organisme yg memilikki perbedaan2 kecil, hidup pada
wilayah geografis dan habitat yang sama kemudian saling kawin dengan subspesies
yg berdekatan, dapat mengarah terbentuknya kelompok spesies yg berbeda
saling mengawini, walaupun tinggal di lingkungan yang sama. Spesies yang masih
dekat hubungan kekerabatannya tidak dapat saling mengawini karena hambatan
prazigotik atau hambatan pascazigotik.
2. Isolasi Perilaku :
Perilaku merupakan suatu daya tarik yang spesifik untuk menarik perhatian lawan
jenisnya. Organisme yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat, umumnya
mempunyai perilaku spesifik yang merupakan sinyal yang hanya dapat dikenal oleh
kelompok spesiesnya.
Burung meadowlark timur dan barat, mempunyai bentuk, warna dan hidup pada
habitat yang sama. Mereka tinggal saling tumpang tindih di Amerika Serikat. Kedua
macam burung tersebut merupakan dua spesies biologi yang berbeda karena
mempunyai perbedaan dalam kualitas suara kicauannya. Perbedaan kicauan
menyebabkan mereka hanya mengenal suara kicauan spesies yang menjadi
kelompoknya. Contoh lain dari isolasi perilaku adalah ritual bercumbu yang sangat
khas untuk suatu kelompok spesies tertentu.
3. Isolasi Temporal : Perkawinan sering tidak dapat terjadi karena dua spesies
mempunyai waktu/musim kawin yang berbeda. Contoh : Kelompok spesies hewan
yang biasanya kawin pada akhir musim panas tidak dapat kawin dengan kelompok
spesies lainnya yang biasanya kawin pada akhir musim dingin. Pada beberapa genus
Dendrobium yang hidup di hutan tropis basah yang sama tidak bisa saling menyerbuki karena
masing-masing mempunyai waktu berbunga yang berbeda dan waktu mekar yang pendek, yaitu
29
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
5. Isolasi Gametik : Sel-sel gamet dari spesies yang berbeda tidak dapat bersatu
membentuk zigot. Sel sperma yang akan membuahi sel telur, tidak dapat bertahan
hidup dalam lingkungan saluran reproduksi betina spesies lainnya.
Hewan air jantan yang melepaskan gametnya ke dalam air di sekitarnya untuk
membuahi sel telur (pembuahan eksternal), seringkali tidak akan terjadi pembuahan
walaupun walaupun kedua sel gamet tersebut berasal dari spesies yang berkerabat
dekat. Suatu molekul yang khas yang terdapat pada lapisan pelapis telur hanya dapat
mengenal molekul komplementernya yang terdapat pada sel sperma spesies yang
sama.
Suatu mekanisme pengenalan molekul yang mirip seperti contoh di atas juga dapat
menjelaskan bagaimana suatu bunga mampu membedakan tepung sari dari spesies
30
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
b. Penurunan fertilitas hibrida : Dua spesies berbeda yang berhasil kawin dapat menghasilkan
keturunan, tetapi seringkali terjadi penurunan fertilitas pada hibrida hasil perkawinan tersebut.
Hibrida tidak dapat kawin dengan spesies induknya. Salah satu penyebabnya adalah kegagalan
dalam meiosis untuk menghasilkan gamet normal dalam hibrida jika kromosom kedua spesies induk
berbeda dalam hal jumlah dan struktur.
Contoh : Mule yang merupakan hasil
perkawinan antara kuda dengan keledai
yang keduanya adalah spesies yang
berbeda. Mule merupakan hibrida steril
karena tidak dapat kawin dengan spesies
kuda maupun spesies keledai.
Sterilitas hibrida, hasil perkawinan kuda
dengan keledai
c. Perusakan hibrida (hybrid breakdown) : Hibrida yang dapat hidup dan fertil pada
generasi pertama, seringkali keturunan generasi berikutnya mengalami kemunduran
dan steril. Contoh : Hibrida kapas dapat fertil pada generasi pertama, tetapi pada
generasi berikutnya akan terbentuk tumbuhan yang lemah dan cacat, makin sedikit
membentuk biji, sama sekali tidak terbentuk biji atau steril.
31
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
ekologi terjadi apabila dua kelompok binatang hidup di daerah geografi yang sama,
tetapi menempati variabel yang berbeda.
Individu yang awalnya satu spesies karena adanya perubahan-perubahan
dalam waktu yang lama, dari generasi kegenerasi dapat berubah menjadi spesies yang
baru. Perubahan dari suatu spesies menjadi spesies biolog baru dinamakan spesiasi.
Dari hasil pengamatan pada fosil, ada dua macam proses spesiasi, yaitu :
a. Anagenesis (evolusi filetik) : spesiasi yang terjadi dari akumulasi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perubahan satu spesies menjadi spesies lain
32
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
2. Spesiasi peripatrik
Populasi spesies di daerah perbatasan
/ pinggiran tempat hidup populasi te-
tua, yang memisahkan diri,
membentuk spesies baru. Hal ini
dapat terjadi kemungkinan karena :
3. Spesiasi parapatrik.
Mirip dgn spesiasi peripatrik dlm hal ukuran populasi kecil yg masuk ke habitat yg
baru, namun berbeda dlm hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara dua
populasi. Secara umum, ini terjadi ketika terdapat perubahan drastis pada lingkungan
habitat tetua spesies.
Contoh : rumput Anthoxanthum odoratum,
yang dapat mengalami spesiasi parapatrik se-
bagai respon terhadap polusi logam terloka-
lisasi yang berasal dari pertambangan. Tana-
man berevolusi menjadi resistan terhadap ka-
33
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
dar logam yang tinggi dalam tanah. Kawin campur dengan populasi tetua mengha-
silkan perubahan waktu pembungaan, menyebabkan isolasi reproduksi, dapat
menyebabkan peralihan karakter dan berbeda pada penampilannya.
4. Spesiasi simpatrik
Terbentuknya spesies baru tanpa isolasi geografis atau perubahan pada habitat. Disebabkan
karena adanya aliran gen yang menyebabkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi
dengan bagian populasi lainnya
.
Contoh : perubahan jumlah kromosom
Primula kewensis, allopolipoid, tanaman
hias yang merupakan hasil persilangan
interspesifik antara P.floribunda dengan
P. verticillata
34
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Gambaran terbentuknya spesies dapat dilihat pada dua model tempo spesiasi.
1. Gradualisme.
Dalam aliran gradualisme, spesies yang diturunkan dari nenek moyang yang sama secara
perlahan-lahan memisah karena perbedaan secara morfologis seiring mereka pengembangan
adaptasi yang unik
2. Kesetimbangan bersela (punctuated equilibrium)
Spesies baru mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, kemudian
mengalami perubahan kecil setelah terpisah dari tetuanya.
35
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB V
KLASIFIKASI dan FILOGENI MAKHLUK HIDUP
36
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
pada tumbuhan dan pada hewan. Sistem klasifikasinya berdasarkan prinsip homologi,
yaitu mempunyai struktur dasar yang sama, hubungan yang sama pula dengan organ
lainnya, dan (ternyata pula) mempunyai tipe perkembangan embrionik yang sama
pula
37
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat
tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu
golongan.
38
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
1. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau
mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
2. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian
dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa.
Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit
yang disebut takson.
3. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama
untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk
hidup.
Tingkatan Takson
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu
kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang
lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang
beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompok-an
ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan
International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on
Zoological Nomenclature.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (menurut penge-
lompokan terakhir) adalah :
Domain,
Kingdom (kerajaan),
Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan),
Classis (Kelas),
Ordo (Bangsa),
Famili (Suku),
Genus (Marga),
Spesies (Jenis).
Tata Nama Binomial Nomenklatur
Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara
satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup
harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan
39
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
40
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
2. Kingdom Archaebacteria
Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di
Kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom. Namun Archaebacteria
umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrim seperti hidup pada temperatur
1500C
3. Kingdom Protista
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik.
Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak
41
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Pada tahun 1970-an seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti
lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri
unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut
dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot
dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan
42
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Takson I dan II adalah mono- Kelompok III adalah parafiletik, Kelompok IV adalah polifiletik,
filetik, meliputi semua spesies tidak memasukkan spesies lain diturunkan dari nenek moyang yg
turunan moyang bersama yang memilikki nenek moyang berbeda (C & E), walaupun punya
bersama nenek moyang bersama (A)
Takson monofiletik, parafiletik dan polifiletik
BAB VI
PETUNJUK EVOLUSI
Kecaman dari banyak pihak terhadap teori evolusi yang dicetuskan oleh
Charles Darwin khususnya dan teori evolusi pada umumnya, menyebabkan para
evolusionis berusaha untuk menemukan petunjuk-petunjuk yang memperkuat teori
tersebut. Berikut ini dikemukakan beberapa fakta yang dapat dipergunakan sebagai
petunjuk evolusi.
45
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Fosil Katak
46
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
4. Anatomi perbandingan
5. Perkembangan embrio
Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi dinyatakan oleh Ernst
Haeckel bahwa ontogeni adalah filogeni yang dipersingkat. Beliau menyebutkan
47
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Perbandingan
Embrio
Vertebrata.
Perbandingan Embrio
48
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
49
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB VII
50
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Primata mengalami modifikasi pada tulang radius dan ulna (dua buah tulang
pada lengan bawah, tulang hasta dan pengumpil) yang berkembang dengan baik
sehingga menghasilkan gerakan siku yang luwes. Perkembangan gerak juga terjadi
karena lengan atas juga dapat melakukan gerak berputar dan berayun. Keluwesan
gerak inilah yang memungkinkan primata beradaptasi untuk hidup di pohon-pohon
(habitat arboreal).
Ciri utama Primata, yang juga masih tetap dijumpai pada manusia adalah :
1. Memiliki lima buah jari pada setiap alat gerak. Lima jari tangan mampu
melakukan gerak menggenggam sehingga mampu memegang benda-benda.
Gerakan memegang benda pada manusia menjadi semakin sempurna (kuat),
karena letak ibu jari yang dapat berhadapan dengan empat jari yang lain.
3. Postur tubuh yang menuju tegak sangat membantu untuk melihat sekililing
sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitas kemampuan melihat. Postur yang
tegak pada makhluk hominid, dengan puncak mampu berdiri tegak terjadi pada
manusia, disebabkan oleh perkembangan bentuk dan ukuran tulang pinggul
(pelvis), tulang paha, dan lutut. Oleh sebab itu titik-berat tubuh murni bertumpu
pada dua tungkai belakang (tungkai bawah, kaki) atau disebut postur bipedal.
Maka perkembangan evolusi yang menyangkut postur tubuh adalah dari berjalan
dengan empat tungkai (kuadrupel) menjadi bipedal berpuncak pada manusia yang
mempu berlari dengan bertumpu pada dua kaki.
51
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
juta tahun lalu, dari hanya buah-buahan ke makanan yang beranekaragam, termasuk
daging.
52
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
manusia (bipedal) dan kera (kaki pendek, tangan panjang). Tulang lengan
melengkung, seperti simpanse, tetapi siku seperti manusia. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa A. afarensis berkehidupan pada habitat pohon dan permukaan
tanah seimbang.
Australopithecus ramidus merupakan jenis yang lebih tua lagi, muncul di bumi
sekitar 4,4 juta tahun lalu, dengan anatomi tubuh yang lebih primitif dibandingkan
dengan A. afarensis. Bagaimana hubungan antara kedua jenis tersebut masih menjadi
tanda tanya.
Peran A. afarensis sebagai asal-usul hominid yang lain masih diperdebatkan.
Sekitar 2 juta tahun lalu, selama jutaan tahun tidak ditemukan perubahan yang berarti,
seperti yang terjadi pada 6 jenis hominid, karena diperkirakan oleh faktor iklim yang
berupa masa es global. Dua kelompok hominid yang berkembang, yaitu
australopitekus, dengan otak yang kecil dan tidak menggunakan alat-alat, dan jenis
yang menunjukkan jalur ke arah Homo, dengan otak yang besar dan membuat
(menggunakan) alat-alat. Australopitesin punah sejak 1 juta tahun lalu, sedangkan
homo berkembang sampai sekarang.
Dengan catatan yang tidak lengkap tentang fosil-fosil, Australopithecus
africanus yang bertubuh kecil diperkirakan sebagai nenek-moyang Homo. Setiap
penemuan fosil baru tentu akan digunakan sebagai penilaian kembali terhadap
hipotesis evolusi manusia. Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai tinjauan untuk
reevaluasi hipotesis adalah tentang : rangka tubuh (skeleton), jenis makanan, dan
peningkatan budaya : pembuatan alat, bahasa, dan penggunaan api.
Sekelompok jenis berkembang sekitar 2,5 – 2 juta tahun lalu di Afrika. Homo
memiliki otak yang besar dan terdapat perbedaan yang jelas dengan bentuk tengkorak
dan gigi australopitesin. Sekitar 1,8 juta tahun laluh, merupakan kemunculan Homo
yang pertama dan selanjutnya berkembang menjadi Homo erectus, yang kita
perkirakan sebagai asestor manusia saat ini.
Segera setelah (mungkin 2 juta tahun lalu) kemunculan asli mereka di Afrika,
Homo erectus bermigrasi keluar Afrika menuju Eropa dan Asia. Homo erectus
berbeda dengan jenis Homo lain karena memiliki otak yang besar, bentuk tengkorak
dengan volume isi kepala yang lebih besar (1.000 cc, manusia modern 1.400 cc)
dibandingkan dengan Australopitekus (+ 450 cc), dagu menyusut, kening agak naik
sehingga dahi datar (bandingkan kemiringannya dengan kera) dan tonjolan di atas
53
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
mata, dan gigi-geligi beragam yang menandakan sebagai omnivora. Homo erectus
merupakan hominid pertama yang : (1) menunjukkan evolusi sosial budaya, (2)
tinggal di Afrika, kemudian bermigrasi, (3) telah menggunakan api, (4) mencari
makan secara berkelompok, (5) sudah mempunyai pemukiman tetap, dan (6) periode
perkembangan menjadi individu dewasa yang panjang setelah lahir.
Antara 500 ribu sampai 100 ribu tahun lalu penghuni bumi diperkirakan
sejumlah 1 juta orang. Homo erectus kemudian menghilang dan digantikan oleh jenis
baru, Homo sapiens. Tentang bagaimana jenis baru menggantikan jenis lama ini
sampai sekarang masih dipersoalkan. Jawabannya akan lebih mengarah apabila
ditinjau secara multidisipliner.
Manusia Neanderthal
H. sapiens purba hidup pada masa 500.00 sampai 30.000 tahun lalu. Suatu
kelompok manusia Neanderthal di Eropa, memiliki sifat perpaduan antara H. sapiens
dan H. erectus. Neanderthal, hidup di Eropa dan Asia Barat sekitar 100.000 sampai
30.000 tahun lalu, sebelum mereka menghilang dari muka bumi. Neanderthal
memiliki otak yang besar, dahi yang miring, kening dan alis yang menonjol, dan dagu
yang menyusut. Mereka juga memiliki hidung yang menonjol, dan tinggi badan 5
kaki 2 inci (rata-rata wanita) sampai 5 kaki 6 inci (rata-rata pria).
Di samping dikesankan bahwa manusia Neanderthal adalah orang yang
berperangai kasar dan bodoh, namun menurut temuan artifak-artifak dapat
disimpulkan mereka adalah manusia pertama yang telah memiliki kebudayaan
menguburkan mayat, dan diperkirakan merekalah manusia yang telah memiliki
kepercayaan (agama) tentang kehidupan setelah mati. Kehidupan mereka bebas
berpindah-pindah, terutama menghuni gua-gua sebagai perlindungan. Alat-alat yang
dibuat oleh manusia Neanderthal lebih sempurna daripada yang dibuat oleh H.
erectus, mereka telah mengenal pengungkit untuk meringankan kerja-kerja mereka.
Apakah Neanderthal secara pelahan berevolusi menjadi manusia modern, atau
mereka digantikan oleh manusia modern dari populasi tunggal? Jawabannya
tergantung pada pertanyaan apakah H. sapiens berasal (berevolusi) dari H. erectus.
Hipotesis “ke luar Afrika”/monogenesis menyebutkan bahwa Neandertal (H.
neandertalensis) adalah jenis terpisah yang kemudian digantikan oleh manusia
modern (H. sapiens) yang menyebar dari Afrika. Sedangkan hipotesis regional
berlanjut/multiregional menyatakan bahwa Neanderthal adalah subspesies (H. sapiens
neandertalensis) yang berevolusi menjadi manusia modern (H. sapiens sapiens).
55
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
56
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Sahelanthropus tchadensis
Rentang fosil: Miosen Akhir
Orrorin tugenensis
Rentang fosil: Miosen
Ardipithecus kadabba
Gracile australopith 4. Genus Australopithecus (Latin aus-tralis "dari
57
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Rentang fosil: Pliocene selatan", Yunani πίθηκος pithekos "kera") adalah genus
hominid yang telah punah, membentuk gracile
australopiths, dan sebelumnya termasuk dalam saudara
dekat mereka yang lebih besar, robust australopiths
(yang kini memiliki genus sendiri). Genus
Australopithecus berhubungan dekat dengan genus
manusia, Homo, dan mungkin merupakan nenek moyang
dari Homo
Australopithecus afarensis
5. Australopithecus anamensis
Rentang fosil: Pliosen
Australopithecus anamensis adalah spesies dari Australopithecus. Fosil pertama spesies
ini, meskipun tidak dikenali pada saat itu, adalah satu tulang lengan yang ditemukan di
wilayah Kanapoi di Danau Turkana timur oleh tim penelitian Universitas Harvard tahun 1965.
7. Australopithecus bahrelghazali adalah fosil hominin yang pertama kali ditemukan pada
tahun 1993 oleh paleontolog Michel Brunet di lembah Bahr el Ghazal dekat Koro Toro, Chad.
Spesies ini diduga hidup 3.6 juta tahun yang lalu.
9. Australopithecus garhi
Rentang fosil: Pliosen
Australopithecus garhi adalah spesies gracile australopithecine yang fosilnya ditemukan
pada tahun 1996 oleh tim penelitian yang dipimpin oleh paleontolog Ethiopia Berhane Asfaw
dan Tim White, seorang paleontolog Amerika.
58
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
59
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Homo rudolfensis 16. Homo rudolfensis adalah fosil spesies hominin yang
Rentang fosil: Pliosen ditemukan oleh Bernard Ngeneo, anggota tim yang
dipimpin oleh antropolog Richard Leakey dan zoolog Meave
Leakey tahun 1972, di Koobi Fora pada bagian timur Danau
Rudolf (kini Danau Turkana) di Kenya. Nama ilmiah Homo
rudolfensis diusulkan pada tahun 1986 oleh V. P. Alexeev
untuk spesimen Skull 1470 (KNM ER 1470). Skull 1470
berusia sekitar 1.9 juta tahun.
Homo ergaster 17. Homo ergaster adalah spesies hominin yang telah pu-
Rentang fosil: Pleistosen nah yang hidup di Afrika timur dan selatan antara 1.9
hingga 1.4 juta tahun yang lalu pada era Pleistosen dan
pendinginan iklim global.
H. ergaster kadang-kadang dikatego-rikan sebagai
subspesies dari Homo erectus.
Tengkorak KNM-ER 3733 yang ditemukan oleh Bernard Ngeneo di 1975
(Kenya)
60
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Homo erectus 20. Homo erectus (Latin: "manusia yang berdiri tegak")
Rentang fosil: Pleistocene adalah spesies yang telah punah dari genus Homo. Pakar
anatomi Belanda Eugene Dubois (1980-an) pertama kali
menggambarkannya sebagai Pithecanthropus erectus
berda-sarkan fosil tempurung kepala dan tulang paha yang
ditemu-kannya di Trinil, Jawa Tengah. Sepanjang abad ke-
20, antropolog berdebat tentang peranan H. erectus dalam
rantai evolusi manusia. Pada awal abad itu, setelah
ditemukannya fosil di Jawa dan Zhoukoudian, para ilmuwan
mempercayai bahwa manusia modern berevolusi di Asia.
Hal ini bertentangan dengan teori Charles Darwin yang
mengatakan bahwa manusia modern berasal dari Afrika.
Homo erectus pekinensis Namun, pada tahun 1950-an dan 1970-an, beberapa fosil
Rekonstruksi Weidenreich yang ditemukan di Kenya, Afrika Timur, ternyata
menunjukkan bahwa hominins memang berasal dari benua
Afrika.
Sampai saat ini para ilmuwan mempercayai bahwa H. erectus adalah keturunan dari makhluk
mirip manusia era awal seperti Australopithecus dan keturunan spesies Homo awal seperti
Homo habilis. H. erectus dipercaya berasal dari Afrika dan bermigrasi selama masa Pleisto-
cene awal sekitar 2,0 juta tahun yang lalu, dan terus menyebar ke seluruh Dunia Lama
hingga mencapai Asia Tenggara. Tulang-tulang yang diperkirakan berumur 1,8 dan 1,0 juta
tahun telah ditemukan di Afrika (Danau Turkana dan Olduvai Gorge), Eropa (Georgia),
Indonesia (Sangiran, Trinil, Sambung-macan, dan Ngandong; semuanya di tepi Bengawan
Solo), dan Tiongkok (Shaanxi). H. erectus menjadi hominin terpenting mengingat bahwa
spesies inilah yang pertama kali meninggalkan benua Afrika.
Homo antecessor 22. Homo antecessor adalah spesies hominin yang telah
Rentang fosil: Pleistosen punah. Spesies ini diduga hidup 1.2 juta hingga 800.000
Awal tahun yang lalu. Fosil spesies ini pertama kali ditemukan
oleh Eudald Carbonell, J. L. Arsuaga dan J. M. Bermúdez
de Castro
61
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
27. Homo floresiensis Liang Bua, tempat ditemukannya sisa-sisa kerangka ini,
62
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
Rentang fosil: Pleistosen sudah sejak masa penjajahan menjadi tempat ekskavasi
Akhir arkeologi dan paleontologi. Hingga 1989, telah ditemukan
banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia
(seperti makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta
tikus besar) yang barangkali menjadi bahan makan-an
mereka. Di samping itu ditemukan pula alat-alat batu
seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang
yang terbakar, yang menunjukkan tingkat peradaban
penghuninya.
Penemuan kerangka Homo floresiensis. Pada sampul majalah Nature.
Terdapat sembilan individu namun tidak ada yang lengkap. Diperkirakan, Liang Bua dipakai
sebagai tempat pekuburan. Untuk pemindahan, dilakukan pengeringan dan perekatan terlebih
dahulu.
Individu terlengkap, LB1, diperkirakan adalah betina, ditemukan pada lapisan berusia sekitar
18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri), serta beberapa tulang
badan. Individu-individu lainnya berusia antara 94.000 dan 13.000 tahun. Walaupun tidak
membatu, tidak dapat diperoleh sisa material genetik, sehingga tidak memungkinkan analisis
DNA untuk dilakukan. Perlu disadari bahwa pendugaan usia ini dilakukan berdasarkan usia
lapisan tanah bukan dari tulangnya sendiri, sehingga dimungkinkan usia lapisan lebih tua
daripada usia kerangka. Pendugaan usia kerangka dengan radiokarbon sulit dilakukan karena
metode konservasi tulang tidak memungkinkan teknik itu untuk dilakukan.
63
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
tentangan se-jumlah ilmuwan mengenai keabsahan spesies baru ini karena hasil penemuan
menunjukkan bahwa tulang Homo floresiensis berbeda dari tulang Homo sapiens (manusia
modern) maupun manusia Neandertal.
Dua publikasi pada tahun 2009 mem-perkuat argumen bahwa spesimen LB1 lebih primitif
daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. Publikasi pertama yang
dimuat di Anthropological Science membanding-kan LB1 dengan spesimen H. sapiens (baik
normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif. Hasil kajian morfometri ini
menunjukkan bahwa H. floresiensis tidak dapat dipisahkan dari H. erectus dan berbeda dari
H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali.Hasil analisis kladistika dan statistika
morfometri terhadap tengko-rak dan bagian tulang lainnya dari individu LB1 (betina), dan
dibandingkan dengan manusia modern, manusia modern dengan mikrosefali, beberapa
kelompok masyarakat pigmi di Afrika dan Asia, serta tengkorak hominin purba menunjukkan
bahwa H.floresien-sis secara nyata memiliki ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih
dekat kepada hominin purba, sebagai-mana dimuat dalam jurnal Significance. Meskipun
demikian, kedua kajian ini tidak membandingkan H.floresiensis dengan kerangka manusia
kerdil Flores yang menderita mikrosefali.
Homo floresiensis pertama kali dipa-parkan dalam dua tulisan yang diterbit-kan dalam
majalah Nature, setahun setelah ditemukan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi Manusia dan sumber lain
64
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
BAB VIII
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN dan TEKNOLOGI
dengan EVOLUSI MAKHLUK HIDUP
Ngengat Biston betularia berwarna terang di daerah terpolusi (kiri), ngengat berwarna gelap
di daerah tidak terpolusi (kanan)
C. Rekayasa genetika
Rekayasa genetika secara langsung memang bertujuan untuk
mensejahterakan manusia. Adakah dampak yang berkaitan dengan evolusi
makhluk hidup? Rekayasa genetika telah merevolusi struktur genetik dan biokimia
makhluk hidup, khususnya sampai saat ini adalah mikroba. Dengan terbentuknya
struktur genetik baru berarti variasi telah terjadi pada populasi makhluk yang
direkayasa, bahkan tidak menutup kemungkinan spesies baru telah terbentuk.
Permasalahannya sekarang adalah apakah makhluk dengan struktur baru ini dapat
tetap terjaga di laboratorium atau industri? Jika terjadi “kebocoran” ke luar berarti
makhluk yang direkayasa akan menjadi bagian dari suatu eksosistem. Meski sudah
ada kesepakatan para ahli untuk menjaga agar tidak terjadi “kebocoran” tetapi
peluang itu tetap ada. Jika dengan tidak sengaja terjadi “kebocoran” maka tentu
akan memberi dampak pada ekosistem yang bersangkutan. Munculnya jenis baru
dalam suatu ekosistem dapat menimbulkan dampak pada interaksi komponennya,
sehingga dapat merupakan “pembimbing” arah evolusi makhluk hidup dalam hal
ini adalah koevolusi. Sebagai contoh, babi hutan liar yang sengaja diimpor dari
Rusia ke Amerika menyebabkan hancurnya umbi-umbian.
BAB IX
TENTANGAN dan TANTANGAN serta PENCERAHAN
67
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
TEORI EVOLUSI
Biologi, dan ilmu pengetahuan pada umumnya, tidak dan tidak akan pernah
memaksakan kepada siapapun untuk menganut suatu paham atau pendapat dalam
68
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
konsep, teori, prinsip, dan hukum biologi. Akan tetapi biologi hanya menunjukkan
informasi berupa tanda-tanda (fenomena, gejala) alam yang terjadi pada makhluk
hidup dan cara-cara untuk mengungkapkan misteri dibalik tanda-tanda alam itu. Oleh
karenanya dipersilakan kepada setiap orang untuk membaca tanda-tanda alam itu dan
berpikir untuk menguak misteri yang ada di sebaliknya. Pembahasan ilmiah tentang
asal-usul mahluk hidup tidak berhenti hanya sebatas pada teori evolusi saja. Kondisi
ini dipengaruhi oleh kenyataan bahwa teori evolusi belum memberikan bukti yang
meyakinkan akan kebenaran teori tersebut. Kemudian muncullah teori intellegent
design atau perancangan cerdas. Intellegent design (ID) adalah sebuah teori yang
menganggap bahwa terbentuknya alam semesta dan mahluk hidup adalah hasil dari
rancangan cerdas, bukan karena perubahan acak secara tidak sengaja hasil dari seleksi
alam (discovery.org). Banyak pihak yang menganggap ID sama saja dengan
kresionisme. Namun pendapat ini dibantah oleh pendukung teori ini. Bagaimana
pendapat Anda?
69
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
bahwa kita diciptakan di alam ini harus selalu mengupayakan keseimbangan dan
keserasian antara kita dengan lingkungan kita? Pantaskah kita jika seandainya dalam
menjalani hidup dan kehidupan ini perilaku kita ternyata menimbulkan kekacauan,
kerusakan, pertentangan, keresahan di antara ummat manusia, dan lebih meluas lagi
kepada makhluk hidup lain dan alam seisinya? Di manakah letak rahmatan lil
‘alamien? Bagi Anda yang beragama Nasrani, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan
kepercayaan lain, silakan Anda melakukan pendalaman dengan mengumpulkan
berbagai informasi dari bebagai nara sumber dan sekaligus mendiskusikannya dengan
pakar masing-masing agama.
70
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu
DAFTAR PUSTAKA
Alters, B and Alters S. (2005). Teaching Biology in Higher Education. New York :
John Wiley and Sons.
Anonim. (2005). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 7 Juli 2005 dari http://www.
sinauer. com/Evolusi dan http://www.whfreeman.com/Evolusi.
Anonim. (2010). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 8 Desember 2010 dari http://id.
wikipedia.org/wiki/Evolusi_Manusia.
Anonim. (2010). Jean Baptiste de Lamarck. Diunduh tanggal13 Desember 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Baptiste_de_Lamarck.
Ashton, Beryl G. (1969). Genes, Chromosomes and Evolution. New York : Houghton
Mifflin Company.
BSCS. (2002). Biology, an Ecological Approach. Ninth Edition. Iowa : Kendall/
Hunt Publishing Company.
BSCS. (2006). Biology, A Molecular Approach. Ninth edition. New York : Mc Graw
Hill.
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L.G. Mitchell. (1999). Biology. Fifth Edition. New
York : Addison Wesley Longman, Inc.
Darwin, Charles. (2007). Penerjemah : Tim UNAS. The origin of Species – Asal-usul
Spesies. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Etty Indriati. (2009). Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia “Sangiran”.
Yogyakarta : P T Citra Aji Parama.
Freeman, Scott and Jon C. Herron. (2007). Evolutionary Analysis, 4th Edition,
Pearson Education International
Futuyma, Douglas J. (2005). Evolution. Massachusetts, USA : Sinauer Associates, Inc
Publisher.
Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching and the Development of Thinking.
California : Wadsworth Publishing Company.
Lewin, R. (1993). Human Evolution. New York : Blackwell Scientific Publications.
71