Anda di halaman 1dari 71

Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

PENDAHULUAN
Kenyataan menunjukkan bahwa makhluk hidup penghuni planet bumi kita
sangat beranekaragam yang tertampak dari struktur tubuh, fungsi-fungsi tubuh, dan
perilaku setiap jenis (spesies) makhluk. Walaupun di antara jenis-jenis makhluk hidup
itu beranekaragam, namun kemiripan dalam hal-hal tertentu masih juga terlihat.
Bukankah, sebagai contoh, antara singa dengan kucing terdapat perbedaan ukuran
tubuh dan warna bulu (rambut) pada badan, namun secara keseluruhan tampang
mereka amat mirip ? Berlandaskan pada kenyataan yang demikian ini para ilmuwan
mencoba untuk menafsirkan bahwa jenis-jenis yang beraneka-ragam itu terlihat pola
yang sama, sehingga diduga berasal dari moyang yang sama. Dengan kata lain, antara
jenis satu dengan yang lain ada hubungan kekerabatan. Pendapat ini merupakan
paham dalam teori evolusi.
Evolusi makhluk hidup merupakan salah satu teori yang dikaji atau dipelajari
oleh Biologi. Teori ini sebenarnya telah dipersoalkan sejak perkembangan ilmu di
masa Romawi dan Yunani kuno, namun secara ilmiah terori ini baru dikemukakan
oleh Charles Robert Darwin yang ditulis dalam buku yang berjudul : The Origin of
Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the
Struggle for Life, yang edisi pertamanya dengan judul The Origin of Species
diterbitkan 24 Nopember 1859. Secara garis besar teori ini menyatakan bahwa
makhluk hidup yang ada di dunia sampai dengan saat ini merupakan hasil
perkembangan dari makhluk yang telah ada sebelumnya, baik yang menyangkut
struktur maupun fungsi, secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dengan
demikian, perubahan yang merupakan hasil perkembangan itu berlangsung dalam
waktu yang amat panjang, yaitu jutaan tahun seiring dengan evolusi alam semesta.
Secara komprehensif, sebenarnya kajian evolusi meliputi : evolusi alam
semesta (universe), evousi geologik, evolusi fisik-kimiawi, dan evolusi biologik.
Dalam bahan ajar ini hanya dibatasi pada kajian tentang evolusi biologik (makhluk
hidup).
Bagan berikut ini merupakan peta konsep dalam teori evolusi modern.

1
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

EVOLUSI
ORGANISME
terjadi pada tk. organisasi karena kerja

POPULA- AGEN
SI EVOLUSI
pada tingkat gen
merupakan

terdiri dari meliputi


GENE
POOL Rekombinasi Tekanan Gene Genetic Seleksi
INDIVIDU Seksual Mutasi Flow Drift Alam
( Mendel ) ( de Vries ) (Darwin)
yang ditentukan komposisinya mempengaruhi struktur & komposisi
oleh dapat dihitung
total dalam
populasi PERUBAHAN
GENOTIP KESEIMBANGAN
FREKUENSI
berupa ALEL terjadilah
tetapi dapat
dari masa ke masa, jika mengalami
PASANGAN agen evolusi tak bekerja MIKRO akumu- MAKRO
ALEL EVOLUSI latif EVOLUSI

KONSTAN
( Hardy-Weinberg )
VARIASI SPESIES
kenampakan ( fenotip ) dari INDIVIDU BARU

Peta konsep dalam teori evolusi modern

2
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

BAB I
PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

Evolusi, sebagai cabang Biologi dalam rumpun Sains, adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur menuju
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai imu pengetahuan, kajian evolusi
didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam tingkat
komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh data-data
penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang
pernah terjadi pada masa lampau. Hal inilah yang kemudian oleh para penentang
paham evolusi digunakan sebagai dasar penolakan mereka. Terlebih lagi jika
penentang itu berasal dari tokoh agama, mereka melawan paham evolusi dengan tetap
menunjukkan apa yang telah tersurat dalam kitab suci mereka. Maka untuk lebih
menetralisasi (memperlunak) agar pertentangan tidak lebih meruncing paham evolusi
sering juga disebut sebagai Hipotesis Evolusi, yang kebenarannya masih perlu diuji
lebih lanjut.

Evolusi dapat dipelajari dengan metode pendekatan tertentu. Misal :


mempelajari struktur organisme yang masih berkerabat, mengaitkan perubahan ciri-
ciri yang masih bisa dilacak, kemudian mempelajari proses evolusi dari suatu
kelompok secara utuh, dari bentuk yang primitif sampai bentuk yang terlihat
sekarang. Berdasarkan hal ini, maka setiap organisme, yang ada sekarang dan pernah
ada, mempunyai nenek moyang (ansestor) yang berlainan dalam hubungan
kekerabatan pada suatu masa tertentu, meskipun jika dilacak ke belakang sampai pada
masa awal kehidupan, semua memang berawal dari satu moyang asal.

KONSEP PENTING dlm EVOLUSI


Sebagai ilmu pengetahuan, entah disebut sebagai teori ataupun hipotesis, evolusi
meliputi konsep-konsep esensial (pokok, penting), yaitu :
1. Perubahan evolusi adalah perubahan komposisi genetik suatu populasi pada
satuan waktu tertentu.
2. Alam berfungsi sebagai “pengarah” dalam proses evolusi populasi makhluk
hidup.
3. Faktor (atau juga sering disebut sebagai agen) terpenting dalam proses evolusi
3
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

adalah Seleksi Alam.


4. Bentuk-bentuk (manifestasi) respons makhluk hidup terhadap seleksi alam
adalah :
Adaptasi organisme
Perubahan komposisi genetik suatu populasi sesuai dengan kondisi lingkungan
yang cocok dengan alel yang tersedia.
Ada beberapa mekanisme dalam perubahan evolutif, yang dikenal sebagai isolasi
(keterpisahan) dalam populasi jenis makhluk hidup, antara lain dikenal konsep
isolasi : geografik, reproduksi,dan perilaku, serta akibat-akibat yang
menyertainya.
Terbentuk spesies baru.
5. Kehidupan di muka bumi berubah dari waktu ke waktu, ada yg muncul dan ada
yang punah.
6. Organisme sekarang mempunyai sejarah dan hubungan dengan organisme yang
hidup di masa lampau.

SEJARAH TAHAP PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

Selama perjalanan teori evolusi, sejak pertama kali digagas sampai sekarang,
telah mengalami tahapan-tahapan penting. Pada hakekatnya apa yang telah digagas
dan dikembangkan oleh para pakar evolusi itu selalu menampilkan pemikiran yang
bersifat :

- Sebagai upaya untuk menjelaskan fakta-fakta dan memadukannya dengan konsep


esensial dalam teori evolusi, sehingga teori evolusi terus mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu demikian juga dengan konsep-konsepnya.

- Teori evolusi tidak bertentangan dengan agama manapun di dunia

- Teori evolusi modern dapat menjelaskan proses-proses yang terjadi/ mungkin


terjadi pada masa lampau, meskipun sebagian masih bersifat hipotetik, namun
selalu didasarkan pada fakta (fenomena) dan asumsi-asumsi yang kuat.

Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun


sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Darwin adalah
ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori evolusi, karena telah banyak
4
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini. Konsep utama teori
Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam yang dianggap oleh mayoritas
komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga besar : (1) Masa
Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-Darwin

Masa Pra Darwin


Pemikiran-pemikiran evolusi tentang nenek moyang bersama dan transmutasi
spesies telah ada paling tidak sejak abad ke-6 SM ketika hal ini dijelaskan secara rinci
oleh seorang filsuf Yunani, Anaximander. Beberapa orang dengan pemikiran yang
sama meliputi Empedocles, Lucretius, biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf Persia
Ibnu Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi.

Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa sejak
kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan. Organisme
yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi yang besar adalah
sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Respons ini
berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu hidup yang kemudian
dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan sifat yang
telah mengalami perubahan itu.

Masa praDarwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu :

1. Masa Fiksisme (Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon,


Hooke, dll), yang pemikirannya memiliki kedekatan dengan mitos, sehingga
pendapatnya juga lebih bercorak sebagai fiksi ilmiah. Konsep-konsep utama yang
berkembang masa itu :

 Sampai abad ke-18, paham yang berkembang adalah bahwa organisme adalah
sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam bahasan Biologi tentang “Asal-usul
Kehidupan” disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus (The Special Creation).
Leewenhoek, meskipun dengan eksperimen yang menemukan Paraemecium
dari potongan jerami yang direndam air selama 7 hari (sesuai dengan kitab
Kejadian, saat Tuhan menciptakan dunia dan seisinya), menyatakan bahwa
kehidupan berasal dari benda tak hidup, yang disebutnya dengan konsep
generatio spontanea.

5
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

 Adanya kelainan atau cacat tubuh adalah sebagai kutukan, jadi bukanlah
sebagai perubahan makhluk hidup yang dilatarbelakangi oleh seleksi alam
maupun perubahan genetik (mutasi) makhluk hidup.

Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan Khusus kemudian mulai
digagas oleh beberapa orang ahli, seperti :

 Linnaeus mengelompokkan organisme berdasarkan kesamaan alat


reproduksinya, dan manusia dimasukkan ke dalam kelompok kera (kera =
Primata tidak berekor, monyet = Primata berekor)

 Buffon menyatakan bahwa hewan-hewan bersifat plastis. Variasi-variasi kecil


yang dihasilkan lingkungan akan berakumulasi membentuk perbedaan-
perbedaan yang lebih besar. Setiap hewan pada jalur tipe-tipe hewan, berubah
dari moyangnya yang keadaanya lebih sederhana.

 Cuvier menyatakan bahwa tipe-tipe baru spesies terbentuk setelah ada


bencana. Setiap spesies tercipta secara terpisah. Georges Cuvier percaya bahwa
bencana dan malapeteka yang terjadi di muka bumi akan mengikis kehidupan
yang ada. Dalam setiap peristiwa bencana, selalu ada satu wilayah yang
terhindar dari bencana. Kehidupan yang tersisa akan menyebar ke wilayah-
wilayah lainnya. Cuvier meyakini bahwa ada kehidupan yang telah mengalami
kepunahan.

2. Masa Adaptasi & Transformasi (Hutton, Malthus, Lamarck, Lyell dll.)

Konsep-konsep yang berkembang pada tahapan ini adalah :

 Semua ahli yang menyatakan teori evolusi masa ini didasarkan atas adanya
perbedaan antara makhluk satu dengan lainnya. Erasmus Darwin, yang tiada
lain kakek Charles Robert Darwin, dalam bukunya “Zoonomia” menyatakan
bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama. Respons fungsional
yang dimiliki oleh individu makhluk hidup akan diwariskan kepada
keturunannya.

 Lamarck

6
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

- Lamarck, adalah biologiwan Perancis yang dikenal karena pendapatnya


dalam teori tentang evolusi kehidupan. Dia menyatakan bahwa perbedaan-
antar individu terjadi karena kebiasaan atau latihan-latihan yang dilakukan
individu tersebut. Hal yang diperoleh melalui latihan dapat diturunkan
kepada anaknya. Contoh yang dikemukakan adalah leher jerapah. Hewan ini
memiliki leher yang panjang karena mulut di kepala selalu digunakan untuk
meraih daun-daun pakannya yang semakin tinggi.

- Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu


bentuk teori evolusi kehidupan, yang kemudian
dikenal sebagai Lamarckisme. Ia percaya akan
adanya perubahan linear pada makhluk hidup
dari bentuk tersederhana menuju bentuk yang
lebih canggih. Walaupun demikian, ia
mendasarkan pada pendapat yang telah berlaku sejak masa kuno yang
menyatakan bahwa setiap spesies sudah ada sejak penciptaan kehidupan.
Pemikiran ini bertentangan dengan banyak pendapat sarjana Perancis
sezamannya, yang lebih condong pada perkembangan spesies. Ketika itu
dinyatakan bahwa spesies-spesies terbentuk dalam perkembangan proses
kehidupan, tidak "langsung jadi" begitu saja. Perubahan yang terjadi pada
spesies adalah sebagai akibat respons mmakhluk hidup terhadap lingkungan
(adaptasi). Anggota tubuh yang terlatih akan menguat, sementara yang tidak
terpakai akan melemah dan tereduksi. Hasil adaptasi (sedikit demi sedikit)
ini lalu diwariskan secara turun-temurun kepada anaknya dan berlanjut

7
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

sepanjang masa..

- Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace mengemukakan teori mereka,


teori Lamarck sering kali disitir untuk menyanggah pendapat Darwinisme
tentang seleksi alam. Pertentangan pemikiran ini baru tuntas setelah cabang
ilmu Genetika semakin dikenal orang pada abad ke-20. Konsep-konsep
genetika banyak memberi dukungan pada Darwinisme.

 Para pendukung materialisme dialektika, pemikiran yang berkembang pesat di


akhir abad ke-19, menganggap Lamarckisme sesuai dengan ideologi mereka,
dan melahirkan Neo-Lamarckisme. Kaum ini menolak teori evolusi Darwin,
mengadopsi Lamarckisme, dan bahkan mempraktekkannya dalam bidang
pertanian di negara-negara komunis. Vernalisasi (perlakuan suhu rendah)
terhadap benih gandum dianggap dapat "melatih" tanaman sehingga tahan
menghadapi musim dingin. Pendapat ini dipercaya karena hasil penelitian Ivan
Mitschurin, seorang pemulia tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.

 Charles Lyell mengemukakan adanya evolusi geologi. Teori ini berbicara


mengenai perubahan ketinggian tanah, sedimen yang dibawa oleh air,
perubahan partikel dan perubahan iklim. Dalam teori ini, organisme-organisme
yang ada dianggap sebagai turunan hasil modifikasi spesies-spesies lain yang
hidup di masa geologi sebelumnya

 Malthus menyatakan bahwa kenaikan produksi bahan makanan seperti fungsi


deret hitung, sedangkan kenaikan jumlah penduduk (populasi) menurut fungsi
deret ukur. Karena pertumbuhan makanan tidak sebanding dengan
pertumbuhan populasi, maka setiap individu makhluk hidup harus berjuang
untuk mendapatkan makan sebagai prasyarat untuk mempertahankan hidup.
Masa Darwin
1. Masa Seleksi Alam (Darwin, Wallace)
Organisme di bumi yang beraneka ragam itu merupakan hasil dari seleksi
alam. Kondisi alam yang selalu berubah (dinamik), baik yang berupa faktor
nirhayat (abiotik) maupun hayat (biotik), adalah sebagai penyeleksi. Individu
yang mampu menyesuaikan diri (karena kuat, tahan penyakit, dsb) terhadap
perubahan alam akan dapat bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu akan

8
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

terseleksi (tereliminasi, mati). Struktur dan fungsi tubuh makhluk yang telah lolos
dari seleksi merupakan sifat yang akan diwariskan kepada generasi penerusnya.

 Charles Robert Darwin


-Darwin mempelajari variasi yang terdapat pada berbagai burung jenis merpati
yang dipelihara (domestikasi) oleh para penggemar burung di Inggris.
Darwin menemukan berbagai variasi, seperti : merpati gundul, merpati
jambul, merpati pos, merpati ekor merak, pouter, dsb.
-Waktu itu Darwin menganggap bahwa variasi itu adalah spesies (ini tidak
betul setelah ditemukan definisi spesies). Semua
variasi itu dinyatakan sebagai peristiwa spesiasi
(pembentukan spesies baru) yang berasal dari
moyang merpati, yaitu merpati liar (rock pigeon)
yang masih banyak hidup di Inggris.

Charles Robert Darwin


-M e 51 tahun l
pada usia a k u k a n
Sasaran pengamatannya adalah burung finch (emprit branjangan). Darwin
menemukan fakta bahwa berbagai spesies finch, berdasarkan pada tempat
hidup (habitat khusus) dan jenis makanannya, terdapat variasi pada struktur
paruh mereka.

-Melihat adanya keanekaragaman makhluk hidup, tetapi tidak tahu kenapa hal
itu bisa terjadi.

Konsep Darwin tentang spesiasi ini ditulisnya sebagai buku yang berjudul
: The Origin of Species by Means Natural Selection and Preservation of The
Fits in Struggle for Life, pada tahun 1844.

 Menurut Darwin evolusi terjadi karena adanya seleksi alam (faktor alam yg
mampu menyeleksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab
terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam). Ia juga mengoreksi
pendapat Lamarck tentang jerapah. Jerapah yang berleher panjang berasal
dari yang berleher panjang pula, sedangkan yang berleher pendek musnah.
Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi adalah seleksi alam).
 Dari teori yang ada, Darwin menyusun bukti-bukti dan mengemukakan

9
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

suatu teori untuk menjelaskan bagaimana evolusi tersebut berlangsung. Ia


menjelaskan data, yang dikatakannya sebagai bukti, sebagai berikut :
1) Kecepatan reproduksi semua spesies (jenis) melebihi kecepatan
penambahan persediaan makanan.
2) Semua organisme menunjukkan variasi, tidak ada dua individu dlm satu
jenis yg persis sama.
3) Semakin banyak individu memiliki peluang untuk hidup, tetapi karena
keterbatasan makanan, tiap individu harus berjuang mempertahankan
hidup, yang didukung oleh : ukuran tubuh, kekuatan, kemampuan lari,
atau ciri apapun untuk bertahan yang menyebabkan individu punya
kelebihan tehradap yang lain.
4) Ciri yang mendukung kemampuan bertahan hidup akan diwariskan
kepada generasi berikutnya.
5) Sepanjang masa geologik, variasi-variasi yang mampu bertahan akan
menghasilkan perbedaan yang kian nyata, dan terbentuklah jenis baru.
Selanjutnya Darwin menyatakan inti (konsep pokok) teori evolusi dapat
dibagi menjadi beberapa pokok berikut ini :
1) Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karateristik
yang muncul dalam penampakan fenotip organisasi tersebut.
2) Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies
relatif tetap. Hal ini terjadi karena banyak individu yang tersingkir oleh
predator, perubahan iklim dan proses persaingan.
3) Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan ) merupakan
suatu usaha individu organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan
variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum di alam,
akan tersingkir. Adapun individu-individu dengan variasi yang
menguntungkan dapat melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak
diri dengan berproduksi.
4) The survival of fittest, ketahanan didapat dari organisme yang memiliki
kualitas paling sesuai dengan lingkungan. Individu-individu yang dapat
hidup akan mewariskan variasi-variasi tersebut kepada generasi
berikutnya.

10
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

 Seiring dengan berkembangnya pengetahuan biologi pada abad ke-18,


pemikiran evolusi Darwin mulai menelusuri kembali pemikiran beberapa
filsuf seperti Pierre Maupertuis (1745) dan Erasmus Darwin (1796).
Pemikiran biologiawan Jean-Baptiste Lamarck tentang transmutasi spesies
juga memiliki pengaruh yang kuat. Charles Darwin merumuskan pemikiran
seleksi alamnya pada tahun 1838 dan masih mengembangkan teorinya pada
tahun 1858 ketika Alfred Russel Wallace mengirimkannya teori yang
mirip, melalui suratnya "Surat dari Ternate". Keduanya diajukan ke Linnean
Society of London sebagai dua karya yang terpisah. Pada akhir tahun 1859,
publikasi Darwin, On the Origin of Species, menjelaskan seleksi alam secara
detail dan memberikan bukti yang mendorong penerimaan luas evolusi
dalam komunitas ilmiah.

 Sir Alfred Russel Wallace


- Dari hasil perjalanannya ke Malaysia, Borneo,
Sulawesi dan Maluku, dia melihat perbedaan
fauna di Indonesia bagian Barat dan Timur,
yang dibatasi dengan garis imajiner
membentang dari utara laut antara pulau
Kalimantan dengan pulau Sulawesi,
Sir Alfred Wallace membentang ke selatan membelah selat
Lombok. Laut yang disebut sebagai pembatas ini merupakan laut yang
dalam. Fauna Kalimantan dan Bali ke barat bersubtipe Malesia yang
merupakan tipe flora Asia, sedangkan fauna Sulawesi dan Lombok ke timur
bersubtipe Australasia, mirip fauna Australia.

- Ia juga menyatakan persetujuannya pada konsep Survival of the fittest (siapa


yang kuat dia yang menang) seperti yang dikemukakan oleh Darwin.

2. Masa Teori Genetika (Mendel, De Vries, Tschernov, Bateson, Weismann, dll)


 Gregor Johan Mendel : Hukum Pewarisan Sifat
Pengkajian kembali kembali karya Gregor Johan Mendel mengenai genetika,
yang tidak diketahui oleh Darwin dan Wallace, dikemukakan oleh Hugo de
Vries untuk menjelaskan tentang pewarisan sifat makhluk hidup kepada

11
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

keturunannya.

 De Vries dan Tschernov : menguatkan kembali hukum Mendel melalui


penelitian-penelitian yang dilakukan. Pada masa Darwin teori Genetika dan
teori Evolusi merupakan dua disiplin ilmu yang berkembang bersama dan
terpisah satu dengan lainnya tanpa ada sangkut pautnya. Mereka berdualah
yang menghubungkan antara dua teori tersebut, sehingga teori Evolusi mampu
memberikan penjelasan tentang bagaimana perubahan sifat yang terjadi itu
dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen, dan kemudian diwariskan kepada
keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi dapat berlangsung berulang
kali, sehingga perbedaan (penyimpangan) sifat (yang dibawa oleh gen hasil
mutasi) semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang makin beragam
hingga kini.

 Bateson menyatakan bahwa kesesuaian antara warna tubuh makhluk hidup


dengan lingkungannya, atau disebut mimikri, merupakan adaptasi dalam
bentuk warna penyamaran, sehingga tidak tampak mencolok. Contoh yang
diambil olehnya adalah warna sayap berbagai kupu-kupu. Penyamaran warna
ini sebagai perlindungan makhluk, baik terhadap hewan lain sebagai
pemangsa (predator) alaminya maupun bagi predator ketika mencari korban
(prey).

 Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada


tahun 1834-1912, menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi
alam terhadap faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada
anaknya bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi perubahan yang diatur
oleh faktor genetik atau gen. Dalam percobaannya Weismann memotong ekor
tikus sampai 20 generasi, tetapi anaknya tetap saja berekor. Percobaan ini
menyanggah teori evolusi Lamarck.

Berdasarkan pendapat para ahli seperti yang telah disebut di atas,


perdebatan mengenai mekanisme evolusi terus berlanjut. Ketika Darwin
mencetuskan teori evolusinya, ia tidak dapat menjelaskan sumber variasi
terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam. Seperti Lamarck, ia beranggapan
bahwa orangtua (parental) mewariskan adaptasi yang diperolehnya selama

12
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

hidupnya, teori yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme. Pada tahun 1880-
an, August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak diwariskan,
dan Lamarckisme berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin tidak dapat
menjelaskan bagaimana sifat-sifat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang
lain. Pada tahun 1865, Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat
dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan kembali pada tahun 1900-an,
ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi oleh genetikawan dan
biometrikawan meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin.

Pasca Darwin
Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan pada
masa sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu
dengan lainnya. Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an
memberikan dorongan terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat
tumbuhan dan hewan. Seleksi alam menggunakan variasi tersebut untuk
membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptif yang terpantau pada organisme
hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada awalnya sangat kritis
terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada
akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan
daripada ketika teori ini pertama kali diajukan.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi
yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan
menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan
keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para
ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke
waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas
sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species
yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin
dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada
tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan
evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan
prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan

13
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang
memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati
di bumi.
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya
Mendel disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi
seperti J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang
menyusun dasar-dasar genetika populasi. Hasilnya adalah kombinasi evolusi
melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi sintesis evolusi modern.

Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling menunjang, tetapi
semua cabang ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena evolusi. Pernyataan ini
didukung oleh sebagian besar ahli biologi pada waktu itu. Theodozius
Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum begitu banyak fenomena evolusi
dari berbagai macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang terlibat dalam
pengembangan teori evolusi pasca Darwin antara lain : Morgan, yang melakukan
pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila
melanogaster); Mayr & Darlington, seorag ahli taksonomi sistematik &
zoogeografi burung, menemukan fenomena evolusi yang baru; Simpson, ahli
Paleontologi.

14
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

BAB II
MEKANISME EVOLUSI
Rekombinasi Seksual dan Mutasi
Peristiwa perubahan yang mengarah pada evolusi yang terjadi pada makhluk
hidup itu tidaklah langsung pada suatu individu, namun sifat yang dimiliki oleh
suatu individu akan selalu diwariskan kepada keturunannya. Maka jika dalam
populasi terdapat individu, yang karena sesuatu hal mengalami perubahan materi
genetiknya (yang terdapat dalam alel gen) -- dengan catatan bahwa ia mampu terus
bertahan hidup dan mampu melakukan reproduksi -- alel yang telah mengalami
perubahan itu akan terus diwariskan kepada individu baru yang merupakan
keturunannya. Perubahan pada materi genetik tersebut dikenal dengan istilah mutasi,
sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Hugo de Vries.

Bagaimanakah hubungan antara mutasi yang dialami oleh suatu individu


dengan rekombinasi seksual?
Dalam pembicaraan tentang Genetika, telah difahami bahwa setiap individu
makhluk hidup, pada sel-sel penyusun tubuh memuat seperangkat kromosom yang
jumlahnya sudah tertentu untuk setiap spesies (misal Manusia 46, Drosophyla 4).
Dalam sebuah kromosom masih terdapat lagi seperangkat gen-gen yang menempati
losi (jamak, tunggal : lokus) yang berjajar berurutan. Karena kromosom berpasangan,
setiap lokus ditempati oleh satu gen tertentu yang dan satu gen lain yang merupakan
pasangannya terletak pada lokus kromosom pasangannya. Dua gen yang terletak pada
lokus yang sama (sejajar) pada pasangan kromosom disebut sebagai alel.
Populasi adalah kumpulan individu yang menempati lokasi tertentu pada
habitatnya, maka jika dipandang dari tingkatan gen sebagai penyusun makhluk hidup
berarti bahwa populasi adalah juga kumpulan gen-gen dari seluruh individu yang
menjadi anggota populasi tersebut. Kumpulan gen-gen itu disebut sebagai Gene Pool.
Anda dapat mengandaikan populasi itu adalah seluruh siswa dalam kelas. Setiap
siswa adalah individu yang memberi kontribusi (iur = urun) dari seluruh sifat yang
dimiliki oleh kelas itu.

15
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Gene Flow dan Genetic Drift


Anggota populasi, dari waktu ke waktu tidak selalu tetap. Dalam populasi
makhluk hidup, termasuk juga manusia, Anda telah mengenal beberapa istilah yang
berkaitan dengan perubahan populasi.
Dalam hal tertentu migrasi memang sangat mempengaruhi komposisi gen di
dalam gene pool. Jika ada individu dari populasi lain berpindah ke dalam suatu
populasi, dan individu tersebut memiliki alel gen atau gen-gen yang menentukan
sifat yang sebelumnya tidak terdapat pada populasi tersebut, maka populasi akan
mendapatkan “anggota” gen baru dalam gene pool. Contoh : Populasi penduduk
Yogyakarta berambut hitam dan warna bola mata juga hitam. Suatu hari datang
seorang berkebangsaan Inggris, ia berambut pirang dan warna bola mata biru, pindah
bermukim di Yogyakarta dan menetap.
Peristiwa bertambahnya gen baru, yang sebelumnya tidak terdapat pada suatu
gene pool, disebut sebagai Gene Flow. Peristiwa kehilangan alel gen tertentu dari
gene pool disebut dengan Genetic Drift. Dalam hal lain, perpindahan ke luar
populasi juga mungkin akan berpangaruh pada komposisi gene pool. Seperti contoh
pada gene flow, akan tetapi peristiwanya adalah kebalikannya, yaitu individu yang
memiliki alel gen yang membawa sifat khusus (khas) yang tidak dimiliki oleh
individu lain. Cobalah Anda mengamati segenap teman-teman sekelas, apakah ada di
antara teman ataukah mungkin diri Anda sendiri memiliki sifat atau ciri tubuh khas
yang tidak dimiliki oleh individu lain?

Seleksi Alam
Menurut Hukum H-W, seluruh individu di dalam populasi mempunyai
kemampuan yang sama untuk hidup dan menghasilkan keturunan yang mempunyai
kemampuan hidup dan fertil. Tetapi kenyataannya di dalam populasi terdapat
keanekaragaman dan diantara varian-varian tersebut ada yang mempunyai keturunan
lebih banyak daripada yang lain. Perbedaan ini karena adanya seleksi alam, adanya
sifat-sifat khusus dan sifat ini diwariskan. Dari ke lima penyebab mikroevolusi yang
dapat mengubah frekuensi gene pool hanya seleksi alam yang kemungkinan besar
merupakan proses kemampuan adaptasi dari populasi terhadap lingkungan. Seleksi
alam akan mempertahankan genotip yang baik di dalam populasi. Apabila
lingkungan berubah maka ada respons yang dapat dilakukan oleh individu yang

16
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

mempunyai genotip tertentu


Di alam, semua organisme hidup akan mengalami seleksi alam, tidak terkecuali
manusia. Berapapun banyaknya anak atau telur yang dihasilkan tidak semuanya yang
dapat mencapai umur dewasa. Pada katak yang dapat bertelur sekali dalam sebulan
sebanyak 1000 butir, belum tentu ada satupun telurnya yang akan menjadi dewasa.
Sebagian besar telurnya akan menjadi mangsa plankton, jamur, ikan, serangga, reptil
atau burung.

Ada 3 macam kemungkinan seleksi alam yaitu :


- Seleksi stabilisasi (stabilizing selection)
- Seleksi mengarah (directional selection)
- Seleksi memisahkan / pendiversifikasian (diversifying/distruptive selection)

Model Seleksi Alam

Seleksi stabilisasi (stabilizing selection)


Pada seleksi tipe ini, fenotip yang ekstrim yang selalu terseleksi. Misal : siput
dengan alel yang menyebabkan warna kuning, sedang alel lainnya menyebabkan
warna coklat. Individu heterozigot memiliki warna tanah. Karena warna kuning dan
coklat tua terlihat jelas oleh predator, maka yang dimangsa adalah siput dengan
fenotip tersebut. Siput dengan warna tanah sulit terlihat. Karena siput ini heterzigot,
maka pada setiap generasi akan selalu dihasilkan kembali siput dengan warna kuning
dan warna coklat (homozigot). Dengan demikian frekuensi alel, akan selalu tetap
mendekati 50% warna tanah, 25% kuning dan 25% coklat.

Seleksi mengarah (directional selection)


Seleksi mengarah mengakibatkan frekuensi alel akan mengarah kepada salah

17
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

satu ekstrim dari kisaran salah satu ciri. Akibat dari seleksi tersebut, maka terjadi
perubahan frekuensi alel ke salah satu ke adaan homozigot. Misal pada ular yang
mempunya dua macam fenotip. Fenotip pertama bergaris dan fenotip yang kedua
berbercak-bercak. Pada daerah dimana banyak tumbuhan alang-alang, ular dengan
corak kulit bergaris sulit dilihat predator, sehingga selang waktu tertentu hanya ular
berfenotip bergaris saja yang ada di daerah tersebut. Di daerah lain, dimana banyak
didominasi batuan kerikil, ular dengan fenotip bergaris lebih mudah dilihat predator,
sehingga di daerah ini banyak ditemui ular dengan fenotip bercak-bercak

Seleksi memisahkan / pendiversifikasian (diversifying/distruptive selection)


Pada keadaan tipe seleksi ini selalu tertuju pada individu heterozigot. Misal
pada kepik berwarna kuning dan hijau, fenotip heterozigotnya berwarna merah.
Karena warna merah sangat mencolok di antara daun-daun, burung akan selalu
memangsa yang warnanya merah, akibatnya dalam populasi kepik tersebut hanya
terlihat yang warnanya kuning dan hijau saja, karena terjadi eliminasi pada individu
heterozigot yang berwarna merah.
Pada reproduksi manusia yang dikenal pada individu perempuan (betina)
hanya menghasilkan sebuah sel telur pada setiap masa ovulasi, tetapi pada individu
lelaki (jantan) terjadi pemasakan sperma setiap 3 hari, sehingga pada setiap
pemancaran mani (ejakulasi) mampu melepaskan ratusan juta sperma.
Jika ditelusuri akan dapat disimpulkan bahwa dalam perjalanan hidup, sejak
dari tingkat sel sampai individu, harus mampu melewati seleksi. Faktor penyeleksinya
adalah lingkungan hidupnya atau alam. Maka dapat ditarik pengertian bahwa dalam
perjalanan hidup organisme terjadi Seleksi Alam. Kata-kata kunci yang dapat
dipakai untuk kesimpulan tersebut adalah : seleksi alam – struktur makhluk hidup –
lingkungan – kesesuaian (kata kunci sengaja tidak disusun secara urut, silakan anda
mengurutkan sendiri!). Peristiwa yang terjadi pada ngengat jenis Biston betularia,
yang peristiwanya dikenal sebagai Melanisme Industri merupakan contoh seleksi
alam.
Simpulan yang ditarik dari kata-kata kunci tersebut ada kaitannya dengan
konsep atau pengertian Adaptasi. Adaptasi oleh sebagian orang diartikan secara
sepotong, yaitu sebagai kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan terhadap
lingkungannya.

18
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Frekuensi Alel Gen


Telah diketahui bahwa jika makhluk hidup itu dipandang dari tingkat
organisasi gen, maka populasi adalah sebagai kumpulan dari seluruh gen yang
dimiliki atau akumulasi gen yang terkandung dalam setiap individu. Keseluruhan gen
dalam populasi ini disebut gene pool. Gen-gen, sebagai penentu sifat (karakteristik)
makhluk hidup, berada dalam susunan berpasangan dan menempati lokus yang sama
(sejajar) pada pasangan kromosom. Gen tertentu dengan pasangannya tersebut disebut
sebagai alel. Sebagai contoh adalah untuk gen yang menentukan golongan darah AB0
pada manusia adalah : golongan A dilambangkan dengan IA IA atau IA i, golongan B
dengan IB IB atau IB i, golongan AB dengan IA IB, dan golongan 0 dengan ii. Dari
contoh di atas alel gen adalah IA, IB, dan i. Walaupun ada 3 buah alel, akan tetapi
berpasangannya hanya dua alel, sehingga merupakan alternatif dari 3 buah alel tadi.
Maka dari 3 buah alel diperoleh 4 macam kombinasi pasangan, sehingga pada
populasi manusia dikenal 4 macam golongan darah, yaitu A, B, AB, dan 0. Keadaan
seperti ini disebut sebagai alel ganda.
Terkait dengan konsep evolusi makhluk hidup, ada dua orang ahli, Hardy dan
Weinberg, yang pernah melakukan penghitungan terhadap frekuensi alel gen tertentu
dalam populasi. Dua orang tersebut bekerja sendiri-sendiri dan tidak mengadakan
kesepakatan atau komunikasi, karena memang mereka berbeda bangsa dan negara,
namun mereka berpikiran sama. Oleh sebab itu para penerusnya kemudian
menggabungkan temuan mereka menjadi satu, dan dikenal dengan Hipotesis Hardy-
Weinberg. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan
matematika bahwa (p + q)2 = 1.
Proporsi alel gen yang dapat dihitung dengan persamaan tadi disebut juga
sebagai frekuensi alel gen. Dalam suatu populasi, Hipotesis Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa frekuensi gen di dalam suatu populasi selalu dalam keadaan
(proporsi) seimbang dari generasi ke generasi, akan tetapi dengan syarat jika :
 Ukuran populasi besar.
 Perkawinan antar individu berlangsung secara acak.
 Tidak terjadi migrasi.
Perubahan keseimbangan, dalam arti dari keseimbangan semula terjadi
pergeseran, sehingga segera untuk sementara dianggap tidak seimbang, namun
kemudian untuk waktu berikutnya terjadi keseimbangan baru -- yang sudah barang
19
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

tentu dalam keseimbangan baru itu proporsi atau frekuensi gen telah berbeda dari
semula – merupakan cikal-bakal ( penyebab pemula ) proses evolusi makhluk hidup.
Diskusikanlah hal berikut ini dalam kelompok dan jika perlu mintalah bimbingan
kepada nara sumber.
Perubahan keseimbangan yang terjadi pada frekuensi alel gen sudah
merupakan proses evolusi, namun dalam hal ini perubahan pada hal-hal yang tampak
sebagai suatu struktur tertentu (fenotip) pada spesies makhluk hidup mungkin belum
terlihat jelas, namun secara genotip populasi spesies telah mengalami perubahan pada
gene pool. Pada sebatas ini perubahan itu disebut sebagai Mikroevolusi.
Perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit pada makhluk hidup dan selalu
diwariskan dari generasi ke generasi pada gilirannya akan menghasilkan struktur (dan
fungsi) tubuh yang sangat berbeda dengan struktur aslinya. Inilah yang merupakan
hakekat konsep atau teori tentang evolusi makhluk hidup. Perubahan yang sangat
sedikit itu berupa perubahan frekuensi alel gen dalam gene pool (populasi), dan
disebut sebagai Mikroevolusi. Dalam mikroevolusi belum terjadi jenis (spesies) baru,
karena antar individu penyusun populasi masih saling melakukan perkawinan dan
menghasilkan individu baru yang fertil, artinya tidak mandul (steril). Akumulasi dari
rangkaian perubahan mikroevolusi pada gilirannnya akan menghasilkan individu yang
satu sama lain tidak lagi mengadakan perkawinan, ataupun jika masih dapat terjadi
perkawinan akan tetapi individu yang merupakan keturunannya adalah steril. Jika
telah sampai pada giliran ini, maka perubahan atau penyimpangannya telah sampai
pada tingkat Makroevolusi.

20
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

BAB III
VARIASI MAKHLUK HIDUP
Variasi di dalam populasi merupakan
faktor yang menyebabkan evolusi terjadi.
Tidak ada satupun anggota populasi yang
mempunyai kemiripan persis sama. Dua
individu yang kembarpun pasti ada
perbedaannya. Tiap individu mempunyai
genom yang spesifik untuk dirinya
Spesies ular Corallus canicus mempu-
sendiri, masing-masing mempunyai
nyai warna dan corak yang bervariasi
kombinasi sifat yang unik seperti ukuran,
warna, kemam -
puan bertahan pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan maupun daya
tahan terhadap parasit atau infeksi. Beberapa sifat mempunyai peluang untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan kemampuan bereproduksi, dan beberapa
sifat lainnya tidak. Spesies dengan sifat tersebut adalah spesies yang dapat
beradaptasi. Perlu diingat bahwa variasi yang diperlukan dalam seleksi alam adalah
variasi yang dapat diturunkan. Variasi-variasi yang tidak diwariskan adalah yang
dihasilkan dari perbedaan makanan, suhu dan faktor lingkungan lainya. Darwin
sangat yakin bahwa evolusi itu dapat terjadi karena sifat variasi yang diwariskan
kepada keturunannya, tetapi dia tidak tahu bagaimana mekanisme pewarisan itu
terjadi.
Waktu yang cukup lama, memungkinkan terjadinya spesies baru karena
perubahan-perubahan pada populasi yang terpisah secara geografis. Darwin menduga
keadaan ini yang terjadi pada burung finch di kepulauan Galapagos. Empat belas
spesies burung tersebut mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat, semuanya
berasal dari nenek moyang yang sama.
Selama periode dua sampai tiga juta tahun, jumlah pulau-pulau di Galapagos
meningkat, iklim berubah, kehidupan tanaman dan sumber makanan mengalami
evolusi. Pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya menyebabkan burung-burung
finch terpisah satu dengan lainnya, sehingga menjadi 14 kelompok spesies yang
masing-masing berbeda dalam merespons kondisi lingkungan yang bervariasi
Menurut Darwin hewan-hewan yang dibudidayakan lebih bervariasi daripada
21
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

spesies-spesies liar. Sejumlah ras hewan ternak budidaya berasal dari satu spesies liar
(spesies moyang). Darwin paham bahwa keanekaragaman dihasilkan dari induk
moyang melalui seleksi variasi-variasi kecil. Darwin memperkirakan bahwa variasi-
variasi yang dapat diwariskan dari spesies liar merupakan bahan evolusi di alam.

Penyebaran burung finch di kepulauan Galapagos membentuk


populasi spesies baru di tempatnya yang baru

Satu hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa proses variasi di dalam
spesies harus harus didukung oleh perubahan yang terjadi dalam gen dan kromosom.
Variasi genetik yang timbul akan membawa perubahan karakteristik pada spesies
tersebut. Pada akhirnya, proses ini akan menimbulkan pembentukan spesies baru.
Semua bentuk kehidupan mempunyai kemungkinan untuk bertambah secara
cepat. Pada kondisi yang biasa, hewan-hewan tidak dapat bertambah seperti yang
disebut di atas. Populasi spesies cendrung untuk tetap stabil. Individu-individu ini pun
bersaing satu sama lain untuk keperluan-keperluan mereka. Individu-individu ini
bersaing dengan spesies lain yang mempuyai keperluan sama. Proses persaingan ini
menjadi pemicu pertambahan dan perubahan karakteristik yang cepat.

22
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Menurut Darwin, individu-individu dengan variasi-variasi kecil yang


menguntungkan akan menemukan kondisi-kondisi yang lebih memberikan
keberhasilan untuk bertahan hidup dan mengembangbiakan jenisnya. Dalam
persaingan individu-individu yang tidak dapat bertahan hidup karena tidak dapat
beradaptasi lama kelamaan akan musnah sehingga ciri-ciri yang mereka miliki akan
tersingkir dari populasi. Proses ini akan menghasilkan hewan-hewan yang secara
perlahan beradapatasi secara sempurnna terhadap lingkungannya.

Burung finch pemakan kaktus Burung finch yang hidup di Burung finch pelatuk,menge-
(Geospiza scandens) darat, paruhnya kuat, pemakan luarkan serangga dari celah
biji-bijian (Geospiza magnirostris) dahan (Camarhynchus
pallidus)

Tiga spesies burung finch Galapagos, berasal dari nenek moyang yang sama, burung
pemakan biji-bijian dari Amerika Selatan. Variasi paruh merupakan hasil adaptasi
perbedaan macam makanan

.
Seleksi alam hanya bisa bereaksi pada variasi genetik jika dinyatakan dalam
bentu fenotip (ciri yang tampak). Hanya variasi yang mempengaruhi ciri organisme
yang dapat mempengaruhi seleksi alam. Variasi fenotip di dalam suatu populasi dapat
menimbulkan perbedaan-perbedaan reproduksi di antara hidup anggota populasi dan
keturunannya. Meskipun aksi seleksi alamiah terhadap semua tipe variasi mengubah
alur suatu populasi, hanya aksi yang menimbulkan perbedaan genetik yang dapat
memberi pengaruh jangka panjang pada populasi.
Evolusi dapat terjadi karena ada faktor yang bekerja sama secara harmonis di
alam, yaitu :
1. Faktor yang menyebabkan adanya variasi
2. Faktor yang mempertahankan keutuhan suatu spesies

23
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Variasi makhluk hidup dapat terjadi karena mutasi dan karena rekombinasi seksual. Variasi yang
diwariskan harus didukung oleh perubahan yang terjadi di dalam gen dan kromosan sebagai hasil
mutasi genotip. Mutasi tidak dapat dilihat dari struktur tubuh (fenotip) saja, tapi juga dari struktur
genotip. Mutasi yang menguntungkan atau sesuai dengan lingkungan akan bertahan lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Mutasi terjadi pada organisasi hidup selama
beberapa generasi. Mutasi merupakan bahan mentah
dari evolusi. Beberapa penyebab mutasi antaranya
adalah sebagai berikut :
1. F1. Faktor bersifat genetik karena adanya peru-bahan
susunan materi genetik (DNA), perubahan jumlah dan
struktur kromosom karena penyim-pangan pada waktu
pebelahan sel, penyimpangan pada saat penyatuan sel

Mutasi dapat menyebabkan terjadi, kesalahan letak gen sehingga terjadi


variasi pada warna bunga perubahan sifat, atau bisa juga poliploid.
2. Karena senyawa kimia yang bersifat mutagen.
3. Karena bahan-bahan reaksi atom yang menghasilkan sinar-sinar radioaktif.

Akibat dari mutasi gen adalah sebagai berikut :


1. Mengubah strukur DNA, tdk mengubah produk yg dihasilkan ( tdk mengubah
rantai asam amino, disebut mutasi diam, silent mutation)
2. Mengubah rantai asam amino, tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan.
Misal : perubahan asam amino leusin menjadi asam amino isoleusin, variasi
golongan darah ABO, tetapi fmempunyai ungsi darah yang tetap sama
3. Mengubah rantai asam amino, mengubah fungsi produk, tetapi tidak terlalu
banyak perbedaannya. Misal, enzim yang tadinya dapat memecah karbohidrat 50
molekul / menit, menjadi 48 molekul / menit.
4. Menyebabkan fungsi sel rusak. Pada mikroorganisme dapat menyebabkan
kematian sel, pada organisme multiselular menyebabkan degenerasi sel
5. Mutasi pada sel somatis, tidak diturunkan
6. Mutasi dapat mengakibatkan kerugian atau keuntungan

Variasi yang dapat diwariskan sebagian besar terdiri dari variasi kuantitatif.
Misal tinggi tanaman dapat bervariasi dari yang sangat pendek sampai sangat tinggi,
dan tinggi tanaman yang berada di antaranya. Variasi ini biasanya merupakan

24
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

pewarisan poligenik, yaitu pengaruh beberapa gen terhadap sifat fenotip tunggal.
Sifat diskrit (yang sangat berbeda) umumnya ditentukan oleh sebuah lokus gen
tunggal dengan alel yang berbeda yang menghasilkan fenotip yang berbeda,
Apabila di dalam populasi terdapat dua atau lebih sifat yang berbeda, maka
bentuk-bentuk yang berbeda atau berlawanan tersebut dinamakan polimorfisme.
Suatu populasi disebut polimorfik untuk suatu sifat apabila dua atau lebih bentuk yang
sangat berbeda masing-masing diwakili dalam frekuensi yang cukup tinggi sehingga
akan terlihat dengan mudah, Misal variasi pada spesies ular Corallus canicus yang
mempunyai warna dan corak yang bervariasi. Pada manusia juga terdapat sifat
polimorfik, seperti golongan darah ABO, dimana terdapat empat tipe golongan darah,
tipe A, tipe B, tipe AB dan tipe O.
Sebagian besar spesies memperlihatkan variasi geografis, yaitu perbedaan
dalam struktur genetik antar populasi, yang mungkin disebabkan oleh perbedaan
faktor lingkungan dan seleksi alam pada tempat yang berbeda. Misal pollinator untuk
spesies bunga yang sama dapat berbeda pada tempat yang berbeda. Variasi klinal
(cline) termasuk variasi geografi, yaitu perubahan bertahap beberapa sifat di
sepanjang sumbu geografis. Suatu gradasi beberapa variabel lingkungan bisa
menyebabkan terjadinya variasi klinal
Variasi yang diperoleh melalui rekombinasi seksual merupakan bersatunya sel
gamet secara acak pada waktu fertilisasi, yang sebelumnya melalui tahap-tahap
pembelahan meiosis, pindah silang dan kejadian lainnya. Setiap gamet dari individu
mempunyai susunan genetik yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga setiap zigot
yang terbentuk mempunyai susunan genetik yang unik dari kombinasi acak sel
sperma dan ovum. Dalam suatu populasi terjadi banyak sekali kombinasi kawin yang
mungkin terjadi dan setiap kombinasi kawin akan mengumpulkan gamet individu
yang sangat mungkin memilikki latar belakang genetik yang berbeda.
Sifat diploid yang dimilikki sebagian besar organisme eukariota merupakan
sifat yang menguntungkan karena dapat menutupi banyak variasi genetik dari seleksi
alam, dalam bentuk individu yang heterozigot. Ekspresi alel resesif yang kurang
menguntungkan pada lingkungan tertentu tetap dapat dipertahankan dalam bentuk
heterozigot. Variasi yang tersembunyi ini hanya terbuka terhadap seleksi apabila
kedua induknya membawa alel resesif yang sama dan menggabungkan dua salinan
tersebut dalam satu zigot. Hal ini jarang sekali terjadi apabila frekuensi alel resesif
25
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

tersebut sangat rendah, misal 0,01 dan frekuensi alel dominan 0,99. Berarti hanya 1%
alel resesif itu berada dalam keadaan homozigot resesif. Perlindungan heterozigot
akan mempertahankan alel yang mungkin pada saat ini kurang menguntungkan,
namun mungkin dapat memberikan keuntungan baru ketika lengkungan berubah.
Seleksi alam mempertahankan variasi pada beberapa lokus gen. Kemampuan
seleksi alam mempertahankan keanekaragaman populasi disebut polimorfisme
seimbang (balanced polymorphism). Salah satu contoh mekanisme mempertahankan
variasi ini adalah keuntungan heterozigot (heterozygote advantage). Jika individu
heterozigot pada lokus tertentu mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik
dibandingkan bentuk homozigot, maka dua atau lebih alel akan tetap dipertahankan
pada lokus itu melakui seleksi alam. Contohnya penyakit sel bulan sabit (sickle-cell
disease), penyakit yang diderita individu homozigot. Individu heterozigot sangat
resisten terhadap malaria yang merupakan penyebab kematian utama di daerah tropis.
Individu homozigot dominan sangat rentan terhadap penyakit malaria, sedangkan
individu homozigot resesif dirugikan karena penyakit sel bulan sabit.
Pada tanaman jagung, perkawinan antar kerabat (inbreed) yang terlalu sering
akan meningkatkan jumlah individu yang homozigot, menyebabkan pertumbuhan
yang semakin lemah dan mudah terserang berbagai jenis penyakit. Kawin silang
antara dua varietas inbred yang berbeda seringkali menghasilkan hibrida yang jauh
lebih baik dari kedua induknya. Terbentuknya hibrida vigor ini mungkin disebabkan
karena terpisahnya alel resesif pada homozigot dan keuntung-an heterozigot pada
banyak lokus hibrida jagung tersebut.
Keberhasilan reproduksi setiap bentuk akan menurun jika bentuk fenotip
tersebut terlalu umum dalam suatu populasi, sehingga keberhasilan reproduksinya
menurun. Keadaan ini merupakan seleksi tergantung frekuensi, suatu bentuk
polimorfisme seimbang. Contoh, populasi kupu-kupu Papilio dardanus, kupu-kupu
jantan mempunyai pola pewarnaan yang sama, tetapi kupu-kupu betina mempunyai
banyak bentuk yang masing-masing mirip kupu-kupu yang beracun bagi predator,
atau kupu-kupu yang tidak enak dimakan oleh burung. Mimikri ini menjadi kurang
efektif apabila betina kupu-kupu Papilio merupakan spesies beracun yang sama,
karena burung akan lambat mengasosiasikan suatu pola pewarnaan tertentu dengan
citarasa buruk jika mereka menemukan kupu-kupu peniru yang rasanya enak sama
seringnya dengan yang beracun.
26
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Beberapa variasi seringkali tidak memberikan keuntungan selektif bagi


beberapa individu terhadap individu yang lain dan tidak banyak berpengaruh pada
keberhasilan reproduksi. Variasi semacam ini disebut variasi netral (neutral
variation). Frekuensi relatif variasi netral tidak akan dipengaruhi oleh seleksi alam.
Tidak ada kesepakatan para ahli biologi evolusi tentang variasi genetik yang netral.
Variasi yang terlihat netral, seringkali mempengaruhi daya tahan hidup, dan
keberhasilan reproduksi dalam cara yang sulit diukur. Suatu alel dengan sifat tertentu
yang mungkin merugikan, tidak dapat dibuktikan bahwa alel tersebut sama sekali
tidak memberikan keuntungan bagi organisme yang bersangkutan. Suatu variasi
mungkin bersifat netral pada lingkungan yang satu tetapi tidak pada lingkungan yang
berbeda.

BAB IV
SPESIES dan SPESIASI
Konsep spesies biologi (biological species concept) menurut Ernst Mayr (1942)
adalah suatu populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampuan untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan
yang dapat hidup dan fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan
fertil jika kawin dengan spesies lain.
Spesies biologi merupakan unit populasi terbesar dimana terjadi kemungkinan
pertukaran genetik dan populasi tersebut terisolasi secara genetik dari populasi lainnya.
27
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Setiap anggota spesies biologi mempunyai kesesuaian reproduksi untuk bisa kawin /
bereproduksi secara seksual. Semua manusia termasuk spesies biologi yang sama, tetapi
manusia dan simpanse bukan spesies biologi yang sama walaupun hidup dalam wilayah yang
sama. Beberapa konsep tentang spesies dapat dilihat pada tabel berikut :

Beberapa Konsep tentang Spesies


Konsep spesies biologi. Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan anggota suatu
spesies untuk saling mengawini satu sama lain, tetapi tidak dengan anggota spesies yang
lain
Konsep spesies morfologi. Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar
spesies. Sebagian besar spesies yang diidentifikasi oleh para ahli taksonomi telah dikelom-
pokkan menjadi spesies yang terpisah berdasarkan kriteria morfplogi
Konsep spesies pengenalan. Menekankan adaptasi perkawinan yang telah mantap dalam
suatu populasi karena individu ”mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin yang
sesuai
Konsep spesies kohesi. Menekankan kohesi fenotip sebagai dasar penyatuan spesies,
dengan masing-masing spesies ditentukan oleh kompleks gennya yang terpadu dan
kumpulan adaptasinya
Konsep spesies ekologi. Menekankan peranan spesies (niche atau relung), posisi dan
fungsinya dalam lingkungan
Konsep spesies evolusioner. Menekankan garis keturunan evolusi dan peranan ekologis

Konsep spesies biologi tidak berlaku untuk semua situasi dan kondisi,
diantaranya adalah sebagai berikut
1. Tidak dapat untuk mengelompokkan bentuk kehidupan yang telah punah, dimana
fosilnya dikelompokkan sesuai dengan morfologi
2. Tidak dapat untuk mengelompokkan organisme yang reproduksinya secara asek-
sual, seperti prokariota, beberapa protista, fungi dan tumbuhan dan hewan tertentu
3. Pada beberapa organisme dengan spesies yang berbeda, dapat melakukan
perkawinan, menghasilkan keturunan yang fertil, tapi masing-masing tetap
merupakan spesies yang berbeda (misal : antara anjing hutan, serigala, dan anjing
peliharaan)
4. Beberapa subspesies organisme yg memilikki perbedaan2 kecil, hidup pada
wilayah geografis dan habitat yang sama kemudian saling kawin dengan subspesies
yg berdekatan, dapat mengarah terbentuknya kelompok spesies yg berbeda

Tidak terjadinya perkawinan pada spesies disebabkan isolasi atau hambatan


untuk terjadinya perkawinan sehingga tidak ada percampuran gen dengan spesies lain.
Isolasi reproduktif mencegah populasi yang tergolong sebagi spesies yang berbeda
28
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

saling mengawini, walaupun tinggal di lingkungan yang sama. Spesies yang masih
dekat hubungan kekerabatannya tidak dapat saling mengawini karena hambatan
prazigotik atau hambatan pascazigotik.

Hambatan Prazigotik. Hambatan prazigotik terjadi sebelum pembuahan telur.


1. Isolasi habitat : Dua spesies yang hidup pada habitat yang berbeda, walaupun di
dalam wilayah geografis yang sama, seringkali tidak bisa bertemu atau mempunyai
peluang yang sangat kecil untuk bisa bertemu dan kawin. Contoh : dua spesies ular
garter dengan genus Thamnophis, hidup di daerah geografi yang yang sama, namun
salah satu lebih menyukai hidup di air dan yang lain hidup di darat

2. Isolasi Perilaku :
Perilaku merupakan suatu daya tarik yang spesifik untuk menarik perhatian lawan
jenisnya. Organisme yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat, umumnya
mempunyai perilaku spesifik yang merupakan sinyal yang hanya dapat dikenal oleh
kelompok spesiesnya.

Contoh : Kunang-kunang jantan akan memberikan sinyal berupa frekuensi kedipan


cahaya dengan pola tertentu. Kunang-kunang betina akan merespons sinyal tersebut
apabila pola frekuensi kedipan cahaya itu merupakan ciri khas spesiesnya yang dapat
dikenalnya.

Burung meadowlark timur dan barat, mempunyai bentuk, warna dan hidup pada
habitat yang sama. Mereka tinggal saling tumpang tindih di Amerika Serikat. Kedua
macam burung tersebut merupakan dua spesies biologi yang berbeda karena
mempunyai perbedaan dalam kualitas suara kicauannya. Perbedaan kicauan
menyebabkan mereka hanya mengenal suara kicauan spesies yang menjadi
kelompoknya. Contoh lain dari isolasi perilaku adalah ritual bercumbu yang sangat
khas untuk suatu kelompok spesies tertentu.

3. Isolasi Temporal : Perkawinan sering tidak dapat terjadi karena dua spesies
mempunyai waktu/musim kawin yang berbeda. Contoh : Kelompok spesies hewan
yang biasanya kawin pada akhir musim panas tidak dapat kawin dengan kelompok
spesies lainnya yang biasanya kawin pada akhir musim dingin. Pada beberapa genus
Dendrobium yang hidup di hutan tropis basah yang sama tidak bisa saling menyerbuki karena
masing-masing mempunyai waktu berbunga yang berbeda dan waktu mekar yang pendek, yaitu

29
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

mekar pada pagi hari dan layu pada malam harinya.

Rana sylvatica Rana pipiens


Kedua spesies katak ini mempunyai musim kawin yang berbeda,
sehingga secara alami tidak dapat kawin.

4. Isolasi Mekanis : Tidak berhasilnya perkawinan antar spesies yang berkerabat


dekat dapat terjadi karena anatomi organ reproduktif yang berbeda.
Contoh : Tumbuhan yang penyerbukannya dilakukan oleh serangga, mempunyai anatomi bunga
yang sesuai dengan serangga penyerbuk/polinator tertentu yang dapat memindahkan serbuk sari
hanya di antara tumbuhan yang spesiesnya sama

Perbedaan struktur bunga, menyebabkan


bunga dihinggapi lebah polinator yang
berbeda.

5. Isolasi Gametik : Sel-sel gamet dari spesies yang berbeda tidak dapat bersatu
membentuk zigot. Sel sperma yang akan membuahi sel telur, tidak dapat bertahan
hidup dalam lingkungan saluran reproduksi betina spesies lainnya.

Hewan air jantan yang melepaskan gametnya ke dalam air di sekitarnya untuk
membuahi sel telur (pembuahan eksternal), seringkali tidak akan terjadi pembuahan
walaupun walaupun kedua sel gamet tersebut berasal dari spesies yang berkerabat
dekat. Suatu molekul yang khas yang terdapat pada lapisan pelapis telur hanya dapat
mengenal molekul komplementernya yang terdapat pada sel sperma spesies yang
sama.

Suatu mekanisme pengenalan molekul yang mirip seperti contoh di atas juga dapat
menjelaskan bagaimana suatu bunga mampu membedakan tepung sari dari spesies

30
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

yang sama dan tepung sari dari spesies yang berlainan.

Hambatan Pasca Zigotik


a. Penurunan ketahanan hidup hibrida : Apabila terjadi fertilisasi, kemudian
terbentuk zigot hibrida, ketidaksesuaian genetik menyebabkan perkembangan
embrio/zigot akan terhambat dan akhirnya gugur

b. Penurunan fertilitas hibrida : Dua spesies berbeda yang berhasil kawin dapat menghasilkan
keturunan, tetapi seringkali terjadi penurunan fertilitas pada hibrida hasil perkawinan tersebut.
Hibrida tidak dapat kawin dengan spesies induknya. Salah satu penyebabnya adalah kegagalan
dalam meiosis untuk menghasilkan gamet normal dalam hibrida jika kromosom kedua spesies induk
berbeda dalam hal jumlah dan struktur.
Contoh : Mule yang merupakan hasil
perkawinan antara kuda dengan keledai
yang keduanya adalah spesies yang
berbeda. Mule merupakan hibrida steril
karena tidak dapat kawin dengan spesies
kuda maupun spesies keledai.
Sterilitas hibrida, hasil perkawinan kuda
dengan keledai

c. Perusakan hibrida (hybrid breakdown) : Hibrida yang dapat hidup dan fertil pada
generasi pertama, seringkali keturunan generasi berikutnya mengalami kemunduran
dan steril. Contoh : Hibrida kapas dapat fertil pada generasi pertama, tetapi pada
generasi berikutnya akan terbentuk tumbuhan yang lemah dan cacat, makin sedikit
membentuk biji, sama sekali tidak terbentuk biji atau steril.

Pada proses spesies, terjadi tahapan-tahapan yang pada akhirnya akan


membentuk spesies atau jenis yang sama. Dua individu dari satu spesies dapat
melakukan perkawinan satu sama lain sehingga menghasilkan keturunan yang fertil.
Untuk menghindari terjadinya interbreeding antar spesies yang berbeda dari nenek
moyangnya, harus ada isolasi. Isolasi yang paling mengena adalah isolasi geografi
dimana kelompok atau populasi terhalang oleh keadaan fisik lingkungan, seperti laut,
gunung, gurun pasir, sungai dan bukit. Isolasi genetik yang disebabkan oleh satu atau
lebih mutasi hanya dapat timbul sesudah terjadinya isolasi geologi dalam waktu yang
lama. Isolasi ini menghasilka perbedaan nyata antara dua kelompok populasi. Isolasi

31
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

ekologi terjadi apabila dua kelompok binatang hidup di daerah geografi yang sama,
tetapi menempati variabel yang berbeda.
Individu yang awalnya satu spesies karena adanya perubahan-perubahan
dalam waktu yang lama, dari generasi kegenerasi dapat berubah menjadi spesies yang
baru. Perubahan dari suatu spesies menjadi spesies biolog baru dinamakan spesiasi.
Dari hasil pengamatan pada fosil, ada dua macam proses spesiasi, yaitu :
a. Anagenesis (evolusi filetik) : spesiasi yang terjadi dari akumulasi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perubahan satu spesies menjadi spesies lain

b. Kladogenesis (evolusi bercabang) : spesiasi yang terjadi dari pemisahan spesies


yang membentuk spesies baru dari spesies tetua yang masih ada.

Ada empat mekanisme spesiasi :


1. Spesiasi alopatrik,
Spesiasi alopatrik terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat atau migrasi. Seleksi di bawah
kondisi demikian dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada penampilan
dan perilaku organisme. Karena seleksi dan hanyutan bekerja secara bebas pada
populasi yang terisolasi, pemisahan pada akhirnya akan menghasilkan organisme
yang tidak akan dapat berkawin campur.
Contoh : Peristiwa-peristiwa geologi, seperti terbentuknya gunung/bukit, pergeseran
glasier dsb, yang dapat memisahkan organisme secara bertahap. Kekuatan hambatan
geografik tergantung bagaimana kemampuan mobilitas organisme tersebut sehingga
memungkinkan terjadinya perkawinan. Burung dan kelelawar yang dapat terbang
atau tumbuhan yang bijinya dapat disebarkan dengan perantara angin atau air. Bagi
organisme tersebut geografi bukan merupakan hambatan bagi anggota spesiesnya
untuk bisa bertemu. Berbeda dengan siput yang gerakannya lambat dan terbatas.

32
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Isolasi geografis burung Finch di kep.


Galapgaos menghasilkan lebih dari satu
lusin spesies baru.

2. Spesiasi peripatrik
Populasi spesies di daerah perbatasan
/ pinggiran tempat hidup populasi te-
tua, yang memisahkan diri,
membentuk spesies baru. Hal ini
dapat terjadi kemungkinan karena :

- daerah tepian mempunyai kumpulan gen yang berbeda dengan tetuanya


- seleksi alam daerah perbatasan yg berbeda dengan daerah populasi tetuanya
Faktor-faktor tersebut menyebabkan populasi spesies di daerah pinggiran (periferal)
mengalami jalur evolusi yang berbeda dengan populasi tetuanya.

3. Spesiasi parapatrik.
Mirip dgn spesiasi peripatrik dlm hal ukuran populasi kecil yg masuk ke habitat yg
baru, namun berbeda dlm hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara dua
populasi. Secara umum, ini terjadi ketika terdapat perubahan drastis pada lingkungan
habitat tetua spesies.
Contoh : rumput Anthoxanthum odoratum,
yang dapat mengalami spesiasi parapatrik se-
bagai respon terhadap polusi logam terloka-
lisasi yang berasal dari pertambangan. Tana-
man berevolusi menjadi resistan terhadap ka-

33
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

dar logam yang tinggi dalam tanah. Kawin campur dengan populasi tetua mengha-
silkan perubahan waktu pembungaan, menyebabkan isolasi reproduksi, dapat
menyebabkan peralihan karakter dan berbeda pada penampilannya.

Rumput Anthoxanthum odoratum


mengalami spesiasi parapatrik

4. Spesiasi simpatrik
Terbentuknya spesies baru tanpa isolasi geografis atau perubahan pada habitat. Disebabkan
karena adanya aliran gen yang menyebabkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi
dengan bagian populasi lainnya
.
Contoh : perubahan jumlah kromosom
Primula kewensis, allopolipoid, tanaman
hias yang merupakan hasil persilangan
interspesifik antara P.floribunda dengan
P. verticillata

Spesiasi simpatrik pada Primula sp.

Spesiasi karena perubahan ploidi

Radiasi Adaptif : evolusi keanekaragaman dari spesies-spesies yang masih mempunyai


hubungan kekerabatan dan berasal dari tetua yang sama, yang menyebar terpisah satu dengan
lainnya secara pasif, jauh dari tetuanya, dan menetap pada suatu lokasi melalui proses
adaptasi (contoh : pada tanaman silversword dan pada burung finch dapat dilihat dari
banyaknya variasi paruh yang berkaitan dengan jenis makanan sesuai tempat hidupnya)

34
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Argyroxyphium sandwicense Wilkesia gymnoxiphium Daubautia scabra


Tumbuh di daerah dengan Tumbuhan yang mirip Tumbuh di daerah lembab
curah hujan rendah & Yucca yang hanya terdapat sampai basah
radiasi ultra violet tinggi di lereng jurang Waimea
pulau Kauai

Radiasi adaptasi pada tanaman silverswords

Gambaran terbentuknya spesies dapat dilihat pada dua model tempo spesiasi.
1. Gradualisme.
Dalam aliran gradualisme, spesies yang diturunkan dari nenek moyang yang sama secara
perlahan-lahan memisah karena perbedaan secara morfologis seiring mereka pengembangan
adaptasi yang unik
2. Kesetimbangan bersela (punctuated equilibrium)
Spesies baru mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, kemudian
mengalami perubahan kecil setelah terpisah dari tetuanya.

Gambaran terbentuknya spesies, gradualisme (kiri), kesetimbangan bersela (kanan)

35
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

BAB V
KLASIFIKASI dan FILOGENI MAKHLUK HIDUP

Klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup dalam katagori hal-hal yang


mirip satu dengan lainnya. Salah satu pola klasifikasi yang pertama kali adalah
menempatkan hewan yang hidup pada habitat yang sama dalam satu kelompok.
Prinsip pengelompokan makhluk hidup berdasarkan organ analog, yaitu organ yang
mempunyai fungsi sama. Sirip ikan, sirip ikan paus serta sayap penguin adalah organ
analog karena semuanya digunakan untuk berenang. Sayap pada burung, kelelawar
dan serangga merupakan organ analog yang memungkinkan hewan tersebut dapat
terbang.
Pengertian tentang pemahaman bahwa organisme-organisme itu berlainan satu
sama lain dalam hal yang lebih penting daripada kemiripannya, memungkinkan
naturalis Swedia, Carolus Linnaeus menemukan sistem klasifikasi yang lebih modern,

36
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

pada tumbuhan dan pada hewan. Sistem klasifikasinya berdasarkan prinsip homologi,
yaitu mempunyai struktur dasar yang sama, hubungan yang sama pula dengan organ
lainnya, dan (ternyata pula) mempunyai tipe perkembangan embrionik yang sama
pula

Tipe perkembangan embrionik yang sama, berdasarkan prinsip homologi

Klasifikasi berdasarkan organ-organ homolog sangat penting, karena


merupakan klasifikasi yang berdasarkan hubungan kekerabatan. Organisme yang
mempunyai organ homolog berkerabat satu dengan lainnya karena mewarisi organ
homolog dari moyang bersama. Manusia, kelelawar, ikan paus, semuanya
mempunyai moyang tunggal, yang mempunyai struktur anggota depan dasar yang
juga dimiliki makhluk-makhluk masa kini, walaupun dalam bentuk yang telah
mengalami modifikasi.
Klasifikasi merupakan suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-
ciri tertentu. Sistem klasifikasi mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang
memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan
tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang
memiliki persamaan dalam kategori lain.
Klasifikasi itu kemudian disempurnakan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778),
seorang ahli botani berkebangsaan Swedia. Klasifikasi modern berdasarkan sistem
Carolus Linnaeus, mengelompokkan spesies menurut kesamaan sifat fisik yang
dimiliki. Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena
sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat
dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan
dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman
Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.
Klasifikasi makhluk hidup mempermudah mengenali, membandingkan, dan
mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan

37
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat
tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu
golongan.

Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :


1. Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi
pohon, perdu, dan semak.
2. Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan
menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang
hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan
lembab (higrofit).
3. Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi
tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan
sebagainya
4. Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi
hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora),
dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
Cara pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang
disebabkan karena dalam pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian
dibuat berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya
Tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :
1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang
dimiliki
2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan
makhluk hidup dari jenis lain
3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
4. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum
memiliki nama

Manfaat klasifikasi bagi manusia, antara lain :


1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat
beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis
makhluk hidup

38
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

3. Klasifikasi memudahkan komunikasi

Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
1. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau
mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
2. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian
dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa.
Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit
yang disebut takson.
3. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama
untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk
hidup.

Tingkatan Takson
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu
kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang
lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang
beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompok-an
ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan
International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on
Zoological Nomenclature.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (menurut penge-
lompokan terakhir) adalah :
Domain,
Kingdom (kerajaan),
Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan),
Classis (Kelas),
Ordo (Bangsa),
Famili (Suku),
Genus (Marga),
Spesies (Jenis).
Tata Nama Binomial Nomenklatur
Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara
satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup
harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan
39
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenclature. Metode


binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting
dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda
karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama
genus dan species)
Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
1. Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus,
sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
2. Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama
penunjuk jenis digunakan huruf kecil
3. Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
4. Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring,
garis bawah, atau lainnya)
5. Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan
berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
6. Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama
species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah
species
7. Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya
jagung (Zea mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.

Sistem Klasifikasi 2 Kingdom


Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom,
yaitu tumbuhan dan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi
2 kindom adalah :
1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun
dari selulosa, hewan tidak memiliki dinding sel
2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri
melalui proses fotosintesis, sementara hewan tidak dapat membuat
makanannya sendiri
3. Tumbuhan tidak dapat berpindah tempat sedangkan hewan umumnya dapat
berpindah tempat.

40
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Sistem Klasifikasi 3 Kelompok


Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu
jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi
kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae
(tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).

Sistem Klasifikasi 4 Kingdom


Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk
hidup dikelompokkan menjadi empat kingdom, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan
Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang
memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti
disebut sel prokariotik.

Sistem Klasifikasi 5 Kingdom


Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup
menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi
makanannya, dan tingkatan makhluk hidup. Namun sistem ini kemudian diubah
dengan dipecahnya kingdom Monera menjadi kingdom Eubacteria dan
Archaebacteria.

Sistem Klasifikasi 6 Kingdom:


1. Kingdom Eubacteria
Makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal
(uniseluler), memiliki sel prokariotik, Eubacteria juga dikenal dengan istilah
bakteria.

2. Kingdom Archaebacteria
Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di
Kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom. Namun Archaebacteria
umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrim seperti hidup pada temperatur
1500C

3. Kingdom Protista
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik.
Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak

41
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan.


Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista
menyerupai jamur, jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota) dan
Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa
mempunyai klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu
Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca,
Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh
Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa
(tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).

4. Kingdom Fungi (Jamur)


Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara
makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya
sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua
jamur, kecuali jamur lendir dan jamur air. Beberapa kelompok kelas antara lain:
a. kelas Myxomycetes contoh : Physarum policephalius.
b. kelas Phycomycetes contoh : Rhizopus oryzae

5. Kingdom Plantae (Tumbuhan)


Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pterydophyta),
tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae).

6. Kingdom Animalia (Hewan)


Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya
sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu
hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang
belakang (vertebrata).

Pada tahun 1970-an seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti
lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri
unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut
dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot
dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan

42
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari


anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga
sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom
yang ditemukan oleh Whittaker

Sistem Klasifikasi Domain


Sistem Klasifikasi terbaru mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga jenis
Domain, yaitu Archaea (dari Archaebacteria), Bacteria (dari Eubacteria) dan
Eukarya (termasuk fungi, hewan, tumbuhan, dan protista)

Sistem klasifikasi Domain dan Kingdom


Kingdom KIngdom Domain Karakteristik
Prokariota, uniselular, mikroskopik, dinding sel umumnya td
Bakteria Bakteria
peptidoglikan
Prokariota, uniselular, mikroskopik, dinding sel tdk
Monera
Archaea Archaea mengandung peptidoglikan, berbeda struktur, biokimiawi,
fisiologi dengan bakteri
Eukariota, umumnya uniselular atau multiselular tidak
Protista Protista Protista berdiferensiasi, memiliki sifat antara tumbuhan dan hewan.,
Protozoa, Algae, Slime molds & Water molds
Eukariota. heterotrop, menyerap nutrisi, tdk fotosintesis,
Fungi Fungi Fungi
mempunyai hifa, dinding sel td kitin
Eukarya
Eukariota, multiselular, fotosintesis, punya organ reproduktif
Plantae Plantae Plantae
multiseluler, dinding sel td selulose
Eukariota, multiselular, heterotrop, sel mengalami
Animalia Animalia Animalia diferensiasi membtk jaringan, dpt berpindah tempat, memp.
sist. jar. syaraf yg dpt merespons rangsang

Klasifikasi makhluk hidup diharapkan mencerminkan sejarah evolusi suatu


kelompok organisme (Filogeni), yang disusun dalam bentuk pohon filogenetik (yaitu
diagram yang melacak hubungan evolusioner).

Filogeni organisme dengan tiga domain

Pohon filogenetik di atas, menggabungkan hipotesis bahwa domain Eukarya


dan Arkhaea memiliki nenek moyang bersama yang hidup lebih belakangan
dibandingkan dengan nenek moyang bersama Bakteri dan Arkhaea. Kajian molekuler
mendukung hipotesis bahwa Arkhaea lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan
43
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Eukariota dibandingkan dengan Bakteri


Klasifikasi makhluk hidup mencerminkan sejarah evolusi organisme.
Klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan mengelompokkan spesies ke dalam
taksa yang lebih inklusif dan monofiletik. Sebuah takson disebut monofiletik apabila
nenek moyang tunggalnya menghasilkan semua spesies turunan dalam takson tersebut
dan bukan spesies pada takson lain. Taksa yang tidak mencerminkan sejarah evolusi
secara akurat adalah takson polifiletik dan takson parafiletik.

Takson I dan II adalah mono- Kelompok III adalah parafiletik, Kelompok IV adalah polifiletik,
filetik, meliputi semua spesies tidak memasukkan spesies lain diturunkan dari nenek moyang yg
turunan moyang bersama yang memilikki nenek moyang berbeda (C & E), walaupun punya
bersama nenek moyang bersama (A)
Takson monofiletik, parafiletik dan polifiletik

Delapan monofiletik clades eukariota


44
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

(clade : kelompok organisme dan keturunannya, yang mempunyai nenekmoyang


bersama, dan merupakan kelompok monofiletik )

BAB VI
PETUNJUK EVOLUSI

Kecaman dari banyak pihak terhadap teori evolusi yang dicetuskan oleh
Charles Darwin khususnya dan teori evolusi pada umumnya, menyebabkan para
evolusionis berusaha untuk menemukan petunjuk-petunjuk yang memperkuat teori
tersebut. Berikut ini dikemukakan beberapa fakta yang dapat dipergunakan sebagai
petunjuk evolusi.

1. Variasi tumbuhan dan hewan yang mengalami domestikasi


Domestikasi burung merpati, kuda dan anjing menunjukkan bahwa spesiasi
kemungkinan besar dapat terjadi melalui proses buatan. Charles Darwin telah
mengemukakan bahwa pada kucing tidak terjadi variasi yang banyak jumlahnya
seperti pada anjing, lagi pula tidak terarah. Hal ini disebabkan kucing masih
memiliki sifat “liar”, sulit dikendalikan untuk tidak keluar pada waktu malam hari.
Kucing memiliki kecenderungan untuk kawin pada waktu malam hari. Pengamatan
pada tanaman dilakukan dengan membandingkan keanekaragaman bunga pada
berbagai varietas dari spesies yang sama, misalnya pada anggrek dan pada pakis.
Pada pakis ditemukan daun-daun yang sangat berbeda pada varietas yang berbeda
namun bunganya amat serupa. Bukankah ini berarti bahwa varietas yang sangat
berbeda dalam suatu hal tidak akan berbeda sama sekali dalam hal lainnya?

2. Distribusi geografik organisme


Dinyatakan oleh Darwin bahwa ada tiga fakta yang terkait dengan masalah
distribusi geografi makhluk hidup. Fakta yang pertama, dalam melihat penyebaran
makhluk hidup di muka bumi ini, fakta besar pertama yang menyolok adalah
bahwa baik kemiripan ataupun ketidakmiripan penghuni berbagai kawasan tidak

45
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

dapat dijelaskan sepenuhnya menurut kondisi-kondisi iklim dan fisik lainnya.


Fakta kedua, batas-batas macam apapun, atau penghalang-penghalang yang
menghadang migrasi bebas, berkaitan secara erat dan penting dengan perbedaan-
perbedaan antara produksi-produksi (organisme-organisme) berbagai kawasan.
Sebagai contoh, spesies-spesies hewan laut di perairan Amerika Selatan teluk
timur berbeda dengan teluk barat. Fakta ketiga, kedekatan produksi-produksi
(organisme-organisme) benua yang sama atau laut yang sama, meskipun spesies itu
sendiri berbeda di berbagai titik dan tempat. Sebagai contoh di Amerika Selatan,
rodensia akuatik secara struktural sama dan memiliki kekerabatan dengan rodensia
pegunungan dan terestrial.

3. Rekaman geologik & paleontologik

Meskipun sejarah evoulusi dapat diinfrensi dari makhluk hidup, namun


para paleontologis dapat menemukan bukti langsung dari catatan fosil. Mereka
dapat mengamati, mengukur, dan mencatatat perbedaan dan persamaan antara
struktur anatomi berbagai primata untuk melakukan inferensi tentang perubahan-
perubahan yang telah terjadi. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini
harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil.
Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang
terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira
sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum
adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan
lunak sangat jarang ditemukan.

Fosil Katak

Fosil hidup adalah sebutan bagi hewan atau tumbuhan


yang dianggap sudah punah dan menjadi fosil, tetapi pada kenyataannya masih
hidup. Sebut-an ini dapat pula dikenakan bagi hewan/tumbuhan yang diketahui
telah ada jutaan tahun lalu dengan bentuk yang tidak mengalami banyak perubahan
dengan peninggalan fosilnya.

46
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Hewan yang termasuk fosil hidup


 Coelacanth, yang diperkirakan sudah punah jutaan tahun yang lalu dari
temuan fosil, ditemukan berenang dengan bebas di perairan tenggara Afrika
dan di perairan sekitar Gunung Soputan, Sulawesi Utara.
 Neopilina galatheae, sejenis siput samudera yang ditemukan pada laut dalam
tahun 1952 di Karibia setelah sebelumnya hanya diketahui dari fosil berusia
lebih daripada 300 juta tahun
 Mimi, sebangsa krustasea yang hidup di perairan tropis dangkal terlindung.
Fosil mimi berusia ratusan juta tahun.

4. Anatomi perbandingan

Dalam melakukan perbandingan terhadap struktur anatomi dikenal istilah


homologi dan analogi. Homologi merupakan keadaan di mana organ tertentu
memiliki sruktur dasar yang sama tetapi fungsi berbeda.. Analogi, secara
anatomik organ yang mengemban fungsi yang sama tidak memiliki bentuk dasar
yang sama. Perhatikan contoh dibawah ini!

Konvergensi morfologi pada ikan hiu,


pinguin, dan lumba-lumba.
Divergensi morfologi pada
tungkai depan vertebrata.

Divergensi dan Konvergensi Morfologi

5. Perkembangan embrio
Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi dinyatakan oleh Ernst
Haeckel bahwa ontogeni adalah filogeni yang dipersingkat. Beliau menyebutkan

47
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

sebagai teori rekapitulasi atau teori biogenetik. Kalau ditinjau perkembangan


embrio pada hewan multiseluler maka akan dijumpai kemyataan bahwa
perkembangan dari bentuk zigot mulai dari bentuk-bentuk pekembangan yang
sama, yaitu bentuk blastula, gastrula, namun selanjutnya berbeda antara yang satu
dengan yang lain, sehingga bentuk dewasa menjadi sangat berbeda. Cermatilah
ilustrasi berikut ini!

Perbandingan
Embrio
Vertebrata.

Perbandingan Embrio

6. Organ yang tersisa (vestigial)


Salah satu petunjuk evolusi adalah organ yang tersisa, meskipun organ
tersebut tidak menunjukkan fungsi yang nyata namun dijumpai secara nyata pada
beberapa makhluk hidup. Beberapa organ tersisayang terdapat pada manusia
yaitu : apendiks, selaput mata pada sudut mata sebelah dalam, otot-otot
penggerak telinga, tulang ekor, gigi taring yang runcing, geraham ke 3, rambut
di dada, mammae pada laki-laki, dan musculus piramidalis.

48
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Organ Sisa (Vestigial Organ)

Contoh Organ Tersisa

49
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

BAB VII

EVOLUSI PRIMATA dan MANUSIA

Mamalia berkembang (berevolusi) dari mamalia mirip reptil yang lebih


primitif, diperkirakan selama periode Triasik, yaitu 245 – 200 juta tahun yang lalu.
Setelah berakhir jaman Kretaseus (65 juta tahun yang lalu), yaitu masa kepunahan
Dinosaurus, mamalia merupakan kelompok makhluk yang mampu bertahan dan
mengalami radiasi (persebaran evolusi) pada periode Tertier. Ordo Primata, yang di
dalamnya meliputi manusia, juga mulai berkembang pada periode tersebut. Primata
yang lain, meliputi tarsius, lemur, gibon, monyet dan, kera. Meskipun di antara
mereka terdapat perbedaan struktur, kita masih dapat melihat persamaan primata tadi
dengan manusia. Persamaan tersebut adalah : kedudukan ibu jari tangan yang khas
(berhadapan dengan jari yang lain), pandangan mata yang stereoskopik, otak yang
besar, dan kuku yang selalu tumbuh (berganti).
Ordo Primata merupakan makhluk mamalia yang relatif tidak terspesialisasi,
yang memiliki karakteristik : (1) tidak bersayap, (2) tungkai (anggota gerak) empat,
sepasang tungkai depan dan sepasang belakang, (3) tidak dapat berlari cepat, (4) gigi
tidak kuat, dan kulit tubuh tipis. Meskipun demikian, adaptasi primata sangat
berhasil yang melipiti hal-hal : (1) otak berukuran besar, (2) mampu menggunakan
benda-benda di sekitarnya sebagai alat, (3) tungkai depan (tangan) berkembang
dengan baik, (4) gigi dapat dugunakan serba-guna, dan (4) postur tubuh mulai tegak.
Karena adaptasi ini maka primata ditempatkan pada golongan mammalia yang paling
maju dalam evolusi.
Kurang lebih 20 juta tahun yang lalu, Afrika tengah dan timur masih
ditumbuhi oleh hutan yang sangat lebat. Perubahan iklim terjadi sebagai akibat dari
pergeseran lempeng-lempeng tektonik (ingat : tsunami !) bumi dan pendinginan
global yang terjadi 15 juta tahun lalu, menyebabkan perubahan hutan bergeser
menjadi padang rumput (savana) dan daerah yang tebuka luas. Perubahan habitat ini
juga akan menentukan atau memicu adaptasi primata untuk berkembang lebih lanjut
sebagai “ledakan evolusi” menuju Hominid, walaupun juga mengakibatkan sebagian
primata tidak mampu bertahan (punah, tereliminasi).

50
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Primata mengalami modifikasi pada tulang radius dan ulna (dua buah tulang
pada lengan bawah, tulang hasta dan pengumpil) yang berkembang dengan baik
sehingga menghasilkan gerakan siku yang luwes. Perkembangan gerak juga terjadi
karena lengan atas juga dapat melakukan gerak berputar dan berayun. Keluwesan
gerak inilah yang memungkinkan primata beradaptasi untuk hidup di pohon-pohon
(habitat arboreal).

Ciri utama Primata, yang juga masih tetap dijumpai pada manusia adalah :

1. Memiliki lima buah jari pada setiap alat gerak. Lima jari tangan mampu
melakukan gerak menggenggam sehingga mampu memegang benda-benda.
Gerakan memegang benda pada manusia menjadi semakin sempurna (kuat),
karena letak ibu jari yang dapat berhadapan dengan empat jari yang lain.

2. Dua buah mata yang menghadap ke depan, menyebabkan pandangannya dapat


menangkap letak benda sangat tepat pada posisi benda itu. Hal ini sangat penting
bagi kehidupan primata pohon dalam menangkap dahan-dahan untuk berayun. Di
samping itu dengan perkembangan sel-sel batang dan sel konus pada organ indera
mata menyebabkan primata dapat mengenal warna-warna dengan jelas dan
melihat dalam cahaya yang temaram.

3. Postur tubuh yang menuju tegak sangat membantu untuk melihat sekililing
sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitas kemampuan melihat. Postur yang
tegak pada makhluk hominid, dengan puncak mampu berdiri tegak terjadi pada
manusia, disebabkan oleh perkembangan bentuk dan ukuran tulang pinggul
(pelvis), tulang paha, dan lutut. Oleh sebab itu titik-berat tubuh murni bertumpu
pada dua tungkai belakang (tungkai bawah, kaki) atau disebut postur bipedal.
Maka perkembangan evolusi yang menyangkut postur tubuh adalah dari berjalan
dengan empat tungkai (kuadrupel) menjadi bipedal berpuncak pada manusia yang
mempu berlari dengan bertumpu pada dua kaki.

Kecenderungan evolusi manusia dari primata juga tampak pada perkembangan


gigi dan rahang. Perkembangan tersebut adalah : (1) rahang (dan gigi) semakin datar
(sehingga wajah tidak “monyong”), (2) Struktur gigi semakin efisien untuk
mengunyah makanan, dan (3) Perubahan jenis makanan, yang diperkirakan sejak 1,5

51
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

juta tahun lalu, dari hanya buah-buahan ke makanan yang beranekaragam, termasuk
daging.

Asal-Usul Kera dan Hominid


Pencatatan fosil yang ditemukan di Afrika, menunjukkan bahwa primata telah
menghuni bumi sejak 30 juta tahun lalu. Perkembangan primata bercabang menjadi
kera dunia tua, monyet dunia baru, dan hominid. Hominid terdiri dari kera dan
manusia. Temuan fosil memperkirakan hominoid telah ada di Afrika selama epos
Miosen pada periode Tertier. Temuan ini menyatakan bahwa makhluk jenis
hominoid (artinya mirip makhluk hominid) ini mampu berjuang untuk
mempertahankan diri dari iklim yang sangat fluktuatif pada habitat mereka. Namun
demikian, habitat hominoid ini belum memiliki kejelasan menuju pada garis arah
evolusi ke manusia (hominid).

Sampai beberapa tahun lalu, Ramapitekus masih diperkirakan memilki


keterkaitan dengan kemunculan makhluk hominid. Ramapitekus diperkirakan
sebagai nenek-moyang (ansestor) orang-utan. Penyelidikan yang didasari oleh
kemajuan bidang biokimia dan pengetahuan tentang DNA kemudian memisahkan
garis hominid dengan garis hominoid terjadi sejak 8 sampai 6 juta tahun lalu.

Afrika, tempat kelahiran manusia di bumi, berdasar temuan fosil di 4 lokasi


(sumber http://www.sinauer.com/) dan (http://www.whfreeman.com/).

Australopithecus afarensis, hominid mirip manusia pertama diperkirakan


muncul di bumi 4 – 3,6 juta tahun lalu. Struktur tubuh merupakan perpaduan antara

52
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

manusia (bipedal) dan kera (kaki pendek, tangan panjang). Tulang lengan
melengkung, seperti simpanse, tetapi siku seperti manusia. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa A. afarensis berkehidupan pada habitat pohon dan permukaan
tanah seimbang.
Australopithecus ramidus merupakan jenis yang lebih tua lagi, muncul di bumi
sekitar 4,4 juta tahun lalu, dengan anatomi tubuh yang lebih primitif dibandingkan
dengan A. afarensis. Bagaimana hubungan antara kedua jenis tersebut masih menjadi
tanda tanya.
Peran A. afarensis sebagai asal-usul hominid yang lain masih diperdebatkan.
Sekitar 2 juta tahun lalu, selama jutaan tahun tidak ditemukan perubahan yang berarti,
seperti yang terjadi pada 6 jenis hominid, karena diperkirakan oleh faktor iklim yang
berupa masa es global. Dua kelompok hominid yang berkembang, yaitu
australopitekus, dengan otak yang kecil dan tidak menggunakan alat-alat, dan jenis
yang menunjukkan jalur ke arah Homo, dengan otak yang besar dan membuat
(menggunakan) alat-alat. Australopitesin punah sejak 1 juta tahun lalu, sedangkan
homo berkembang sampai sekarang.
Dengan catatan yang tidak lengkap tentang fosil-fosil, Australopithecus
africanus yang bertubuh kecil diperkirakan sebagai nenek-moyang Homo. Setiap
penemuan fosil baru tentu akan digunakan sebagai penilaian kembali terhadap
hipotesis evolusi manusia. Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai tinjauan untuk
reevaluasi hipotesis adalah tentang : rangka tubuh (skeleton), jenis makanan, dan
peningkatan budaya : pembuatan alat, bahasa, dan penggunaan api.
Sekelompok jenis berkembang sekitar 2,5 – 2 juta tahun lalu di Afrika. Homo
memiliki otak yang besar dan terdapat perbedaan yang jelas dengan bentuk tengkorak
dan gigi australopitesin. Sekitar 1,8 juta tahun laluh, merupakan kemunculan Homo
yang pertama dan selanjutnya berkembang menjadi Homo erectus, yang kita
perkirakan sebagai asestor manusia saat ini.
Segera setelah (mungkin 2 juta tahun lalu) kemunculan asli mereka di Afrika,
Homo erectus bermigrasi keluar Afrika menuju Eropa dan Asia. Homo erectus
berbeda dengan jenis Homo lain karena memiliki otak yang besar, bentuk tengkorak
dengan volume isi kepala yang lebih besar (1.000 cc, manusia modern 1.400 cc)
dibandingkan dengan Australopitekus (+ 450 cc), dagu menyusut, kening agak naik
sehingga dahi datar (bandingkan kemiringannya dengan kera) dan tonjolan di atas
53
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

mata, dan gigi-geligi beragam yang menandakan sebagai omnivora. Homo erectus
merupakan hominid pertama yang : (1) menunjukkan evolusi sosial budaya, (2)
tinggal di Afrika, kemudian bermigrasi, (3) telah menggunakan api, (4) mencari
makan secara berkelompok, (5) sudah mempunyai pemukiman tetap, dan (6) periode
perkembangan menjadi individu dewasa yang panjang setelah lahir.
Antara 500 ribu sampai 100 ribu tahun lalu penghuni bumi diperkirakan
sejumlah 1 juta orang. Homo erectus kemudian menghilang dan digantikan oleh jenis
baru, Homo sapiens. Tentang bagaimana jenis baru menggantikan jenis lama ini
sampai sekarang masih dipersoalkan. Jawabannya akan lebih mengarah apabila
ditinjau secara multidisipliner.

Ada dua hipotesis yang berbeda tentang asal-usul Homo sapiens .


1. Hipotesis ke luar Afrika, menyatakan bahwa H. erectus berada di Afrika dan
melanjutkan evolusi menjadi H. sapiens, meninggalkan Afrika kurang lebih
200.00 sampai 100.00 tahun lalu. Dari satu sumber, H. sapiens menggantikan
seluruh H. erectus. Evolusi manusia sekarang merupakan perkembangan dari
spesiasi tunggal dari manusia yang berasal dari Afrika itu. Hipotesis ini didukung
oleh petunjuk, yang didasarkan pada pendalaman studi tentang DNA mitokondria,
bahwa penduduk Afrika memiliki keanekaragaman yang amat tinggi pada DNA
mitokondria ini. Manusia modern lebih lama tinggal di Afrika. Perkiraan ukuran
populasi manusia modern H. sapiens yang ada di Afrika adalah sekitar 10.000
individu.

2. Hipotesis Keberlanjutan Regional, menyatakan bahwa populasi H. erectus


berevolusi menjadi H. sapiens melalui perkawinan antar berbagai populasi.
Hipotesis ini didukung oleh studi terhadap fosil-fosil yang ditemukan

Hipotesis manakah yang dianggap benar? Para ilmuwan biasanya


menggunakan “bukti” (sebenarnya lebih tepat disebut petunjuk) yang sama untuk
menguji kedua hipotesis itu. Misalkan dengan melakukan studi DNA dengan tinjauan
“jam molekul”, hipotesis pertama perlu dipertanyakan lebih lanjut kebenarannya.
Studi yang mutakhir tentang kromosom Y juga memperlemah kebenaran hipotesis
yang kedua. Oleh sebab itu bagaimana manusia yang ada sekarang merupakan hasil
evolusi dari manusia yang pernah ada di bumi, sampai sekarang masih merupakan
kajian yang selalu berkembang.
54
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Manusia Neanderthal
H. sapiens purba hidup pada masa 500.00 sampai 30.000 tahun lalu. Suatu
kelompok manusia Neanderthal di Eropa, memiliki sifat perpaduan antara H. sapiens
dan H. erectus. Neanderthal, hidup di Eropa dan Asia Barat sekitar 100.000 sampai
30.000 tahun lalu, sebelum mereka menghilang dari muka bumi. Neanderthal
memiliki otak yang besar, dahi yang miring, kening dan alis yang menonjol, dan dagu
yang menyusut. Mereka juga memiliki hidung yang menonjol, dan tinggi badan 5
kaki 2 inci (rata-rata wanita) sampai 5 kaki 6 inci (rata-rata pria).
Di samping dikesankan bahwa manusia Neanderthal adalah orang yang
berperangai kasar dan bodoh, namun menurut temuan artifak-artifak dapat
disimpulkan mereka adalah manusia pertama yang telah memiliki kebudayaan
menguburkan mayat, dan diperkirakan merekalah manusia yang telah memiliki
kepercayaan (agama) tentang kehidupan setelah mati. Kehidupan mereka bebas
berpindah-pindah, terutama menghuni gua-gua sebagai perlindungan. Alat-alat yang
dibuat oleh manusia Neanderthal lebih sempurna daripada yang dibuat oleh H.
erectus, mereka telah mengenal pengungkit untuk meringankan kerja-kerja mereka.
Apakah Neanderthal secara pelahan berevolusi menjadi manusia modern, atau
mereka digantikan oleh manusia modern dari populasi tunggal? Jawabannya
tergantung pada pertanyaan apakah H. sapiens berasal (berevolusi) dari H. erectus.
Hipotesis “ke luar Afrika”/monogenesis menyebutkan bahwa Neandertal (H.
neandertalensis) adalah jenis terpisah yang kemudian digantikan oleh manusia
modern (H. sapiens) yang menyebar dari Afrika. Sedangkan hipotesis regional
berlanjut/multiregional menyatakan bahwa Neanderthal adalah subspesies (H. sapiens
neandertalensis) yang berevolusi menjadi manusia modern (H. sapiens sapiens).

Cermatilah dua model asal mula manusia modern berikut ini!

55
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Asal Mula Manusia Modern, Model Multiregional

Asal Mula Manusia Modern, Model Monogenesis

Pertanian dan Migrasi

Selama evolusi H. erectus, migrasi merupakan fakta sebagai proses yang


dikatakan sebagai faktor keberhasilan manusia bertahan di bumi. Pewarisan
genetis dari moyang manusia ini ternyata akan memberikan kemampuan
perkembangan kemampuan mengembangkan teknologi dan kebudayaan yang
terpelihara sampai sekarang. Transisi Neolitik, sekitar 10.000 tahun lalu,
menunjukkan telah terjadi perubahan masyarakat manusia, dari manusia pemburu-
pengumpul menjadi manusia petani, yang ditandai dengan kemampuan untuk
menanam dan memelihara ternak. “Bukti” ini menunjukkan bahwa manusia
melakukan migrasi dari Timur-tengah menyebar ke semua penjuru.

56
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Studi genetik juga menyatakan bahwa manusia petani bermigrasi ke dalam


masyarakat manusia pemburu-pengumpul menyebabkan terjadinya pembauran
genetik antara pendatang (petani) dengan populasi asli (pemburu-pengumpul)
karena perkawinan mereka. Sebagian besar ahli antropologi setuju bahwa dunia
baru yang ada sekarang ini juga berkat adanya hubungan migrasi antara Asia
dengan Amerika Utara. Para pendatang (imigran) kemudian menyebar ke arah
selatan, sehingga mencapai Tierra del Fuego, bagian terselatan Amerika Selatan.
Para ahli antropologi dan bahasa dalam penelitian mereka menemukan tiga
kelompok masyarakat :
1. Amerin, menyebar “membelah” benua Amerika dari utara ke selatan.
2. Na-Den, menghuni wilayah barat-daya Amerika Utara.
3. Eskaleut, Eskimo, dan Aleut, hidup di ujung utara.
Suatu studi tentang DNA mitokondria, dengan obyeknya mtDNA amerin,
menemukan bahwa manusia menyebar dari Siberia menuju Amerika Utara. Untuk
lebih memahami evolusi manusia cermatilah ilustrasi di bawah ini !

1. Sahelanthropus tchadensis adalah fosil kera yang


hidup sekitar 7 juta tahun yang lalu. Spesies ini kadang-
kadang diklaim sebagai nenek moyang tertua genus Homo
(manusia)) yang pernah diketahui.

Sahelanthropus tchadensis
Rentang fosil: Miosen Akhir

2. Orrorin tugenensis dianggap sebagai nenek moyang


hominin tertua kedua yang pernah diketahui dan kemungki-
nan berhubungan dengan manusia modern. Namanya
berasal dari penemunya yang menemukan fosil Orrorin di
Bukit Tugen, Kenya. Fosil spesies ini berusia 6.1 hingga
5.8 juta tahun yang lalu.

Orrorin tugenensis
Rentang fosil: Miosen

Ardipithecus 3. Ardipithecus adalah genus hominin yang hidup sekitar


Rentang fosil: Pliosen 4.4 juta tahun yang lalu selama zaman Pliosen. Dua
spesies pada genus ini telah dideskripsikan, yaitu
Ardipithecus ramidus dan Ardipithecus kadabba.

Ardipithecus kadabba
Gracile australopith 4. Genus Australopithecus (Latin aus-tralis "dari
57
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Rentang fosil: Pliocene selatan", Yunani πίθηκος pithekos "kera") adalah genus
hominid yang telah punah, membentuk gracile
australopiths, dan sebelumnya termasuk dalam saudara
dekat mereka yang lebih besar, robust australopiths
(yang kini memiliki genus sendiri). Genus
Australopithecus berhubungan dekat dengan genus
manusia, Homo, dan mungkin merupakan nenek moyang
dari Homo

Australopithecus afarensis

5. Australopithecus anamensis
Rentang fosil: Pliosen
Australopithecus anamensis adalah spesies dari Australopithecus. Fosil pertama spesies
ini, meskipun tidak dikenali pada saat itu, adalah satu tulang lengan yang ditemukan di
wilayah Kanapoi di Danau Turkana timur oleh tim penelitian Universitas Harvard tahun 1965.

Australopithecus afarensis 6. Australopithecus afarensis ("Lucy") adalah seekor


Rentang fosil: Pliosen hominid punah yang hidup sekitar 3,9 dan 2,9 juta tahun
yang lalu. Tak jauh berbeda dengan Australopithecus
africanus, A. afarensis memiliki tubuh yang ramping. Para
ilmuwan mempercayai bahwa A. afarensis adalah nenek
moyang dari Homo, yang juga berarti nenek moyang dari
manusia modern, Homo sapiens.
Sampai saat ini, fosil-fosil Australo-pithecus afarensis
hanya ditemukan di wilayah Timur Afrika. Wilayah yang pa-
ling terkenal sebagai tempat penemuan fosil ini adalah
Hadar, Ethiopia. Di sanalah fosil "Lucy", seekor A.
afarensis betina, ditemukan. Tempat lain di ma-na fosil A.
afarensis ditemukan adalah di Omo, Maka, Fejej, dan
Belohdelie di Ethiopia, dan Koobi Fora dan Lothagam di
Kenya

Foto fosil Lucy, Museo Nacional de Antropología, Mexico City

7. Australopithecus bahrelghazali adalah fosil hominin yang pertama kali ditemukan pada
tahun 1993 oleh paleontolog Michel Brunet di lembah Bahr el Ghazal dekat Koro Toro, Chad.
Spesies ini diduga hidup 3.6 juta tahun yang lalu.

Australopithecus africanus 8. Australopithecus africanus spesies hominid awal,


Rentang fosil: Pliocene yang hidup sekitar 2-3 juta tahun yang lalu pada era
Pliosen. Sisa fosil menunjukan A. africanus lebih mirip
manusia modern daripada Australopithecus afarensis. A.
africanus ditemukan di empat situs di Afrika Selatan -
Taung (1924), Sterkfontein (1935), Makapansgat (1948)
dan Gladysvale (1992).

9. Australopithecus garhi
Rentang fosil: Pliosen
Australopithecus garhi adalah spesies gracile australopithecine yang fosilnya ditemukan
pada tahun 1996 oleh tim penelitian yang dipimpin oleh paleontolog Ethiopia Berhane Asfaw
dan Tim White, seorang paleontolog Amerika.

58
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Robust australopithecines 10. Robust australopithecines, anggota genus hominin


Rentang fosil: Pleistosen Paranthropus yang telah punah, adalah hominin bipedal
yang merupakan keturunan dari hominin gracile
australopithecine (Australopithecus).

Tengkorak Paranthropus boisei

Paranthropus aethiopicus 11. Paranthropus aethiopicus adalah spesies hominid


Rentang fosil: Pliosen yang telah punah. Spesies ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1985 di Turkana Barat, Kenya. Fosil tersebut adalah
KNM WT 17000 dan berusia hingga 2.5 juta tahun yang
lalu.

Replika tengkorak Paranthropus aethiopicus

Paranthropus boisei 12. Paranthropus boisei (awalnya disebut


Rentang fosil: Pliosen- Zinjanthropus boisei dan lalu Australopithecus boisei)
Pleistosen adalah hominin awal dan dideskripsikan sebagai
spesies Paranthropus terbesar. Spesies ini hidup
sekitar 2.6 hingga 1.2 juta tahun yang lalu selama
Pliosen dan Pleistosen di Afrika Timur

Paranthropus robustus 13. Paranthropus robustus adalah spesies


Rentang fosil: Pliocene-Pleistocene hominin. Fosilnya pertama kali ditemukan di Afrika
bagian Selatan tahun 1938 oleh Robert Broom.
Spesies ini masuk kedalam genus Paranthropus.

14. Kenyanthropus platyops


Rentang fosil: Pliosen
Kenyanthropus platyops adalah spesies hominin berusia 3.5 hingga 3.2 juta tahun yang lalu
yang telah punah. Fosil spesies ini pertama kali ditemukan di Danau Turkana, Kenya pada
tahun 1999 oleh Justus Erus, yang merupakan bagian dari tim Meave Leakey.

59
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Homo habilis 15. Homo habilis ("Manusia yang menggunakan tangan")


Rentang fosil: Pliocene- adalah sebuah spesies dari genus Homo, yang hidup
Pleistocene sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu pada masa
awal Pleistocene.
Definisi untuk spesies ini pertama kali diungkapkan oleh
Mary dan Louis Leakey, yang menemukan fosil spesies ini
di Tanzania, Afrika Timur, antara tahun 1962 dan 1964.
Homo habilis diperkirakan merupakan spesies dari genus
Homo yang pertama kali muncul di bumi. Penampilan dan
morfologi H. Habilis memiliki berbagai kemiripan dengan
semua manusia paling modern di genus Homo (kecuali,
mungkin, Homo rudolfensis). Homo habilis memiliki tubuh
yang pendek dengan lengan yang lebih panjang dari
KNM ER 1813 yang ditemukan di Koobi manusia modern.
Fora Diperkirakan spesies ini adalah keturunan dari Hominid
australopithecine.
Homo habilis memiliki cranial capacity kurang dari setengah kapasitas manusia modern.
Meskipun masih memiliki bentuk seperti-kera (ape-like), H. habilis diperkirakan telah mampu
menggunakan peralatan primitif yang terbuat dari batu; hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya peralatan-peralatan dari batu di sekitar fosil mereka. (misalnya peralatan yang
ditemukan di Olduvai Gorge, Tanzania dan Lake Turkana, Kenya)
Homo habilis diduga merupakan nenek moyang dari Homo ergaster, yang kemudian
menurun-kan spesies lain yang memiliki bentuk tubuh seperti manusia, Homo erectus.
Sampai saat ini masih diperdebatkan apakah H. habilis ini adalah nenek moyang dari
manusia.

Homo rudolfensis 16. Homo rudolfensis adalah fosil spesies hominin yang
Rentang fosil: Pliosen ditemukan oleh Bernard Ngeneo, anggota tim yang
dipimpin oleh antropolog Richard Leakey dan zoolog Meave
Leakey tahun 1972, di Koobi Fora pada bagian timur Danau
Rudolf (kini Danau Turkana) di Kenya. Nama ilmiah Homo
rudolfensis diusulkan pada tahun 1986 oleh V. P. Alexeev
untuk spesimen Skull 1470 (KNM ER 1470). Skull 1470
berusia sekitar 1.9 juta tahun.

Homo ergaster 17. Homo ergaster adalah spesies hominin yang telah pu-
Rentang fosil: Pleistosen nah yang hidup di Afrika timur dan selatan antara 1.9
hingga 1.4 juta tahun yang lalu pada era Pleistosen dan
pendinginan iklim global.
H. ergaster kadang-kadang dikatego-rikan sebagai
subspesies dari Homo erectus.
Tengkorak KNM-ER 3733 yang ditemukan oleh Bernard Ngeneo di 1975
(Kenya)

Homo georgicus 18. Homo georgicus adalah spesies hominin yang


Rentang fosil: Pleistosen ditemu-kan di Dmanisi, Georgia tahun 1999 dan 2001, yang
diduga menjadi perantara antara Homo habilis dan H.
erectus. Fosil spesies ini berusia 1.8 juta tahun yang lalu.

Tengkorak D2700 (Replika)

60
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

19. Megantrophus paleojavanicus


Megantrophus paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di Pulau Jawa. Fosilnya
di-temukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Surakarta,
Jawa Tengah, Indonesia yaitu rahang bawah dan atas.
Hal serupa juga ditemukan Marks tahun 1952 berupa rahang bawah. Megantrophus
paleojavanicus hidup 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu, dimasa Paleolithikum yaitu zaman
batu tua. Ciri-ciri tubuhnya kekar, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu
sehingga menyerupai kera, memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar
dibandingkan manusia purba lainnya. Megantrophus paleojavanicus juga memiliki kelemahan
yaitu memiliki otak dengan cairan dibawah rata-rata yang menjadikannya sebagai manusia
purba yang ‘bodoh’.
Arti Megantrophus paleojava-nicus
Megan=Besar, Antrophus=Manusia, Paleo=Tertua, Javanicus=Di Jawa
Ciri-ciri :
Memiliki tulang pipi yang tebal dan otot kunyah yang tebal, bertubuh tegak, tidak memiliki
dagu, dan memiliki tonjolan kening yang menonjol
Dahulu manusia purba disebut sebagai Pithecanthropus, Megantrophus paleojavanicus,
Pithecanthropus soloensis, Pithecanthropus modjokertensis, kini semua nama disepakati oleh
para ilmuan menjadi Homo erectus.

Homo erectus 20. Homo erectus (Latin: "manusia yang berdiri tegak")
Rentang fosil: Pleistocene adalah spesies yang telah punah dari genus Homo. Pakar
anatomi Belanda Eugene Dubois (1980-an) pertama kali
menggambarkannya sebagai Pithecanthropus erectus
berda-sarkan fosil tempurung kepala dan tulang paha yang
ditemu-kannya di Trinil, Jawa Tengah. Sepanjang abad ke-
20, antropolog berdebat tentang peranan H. erectus dalam
rantai evolusi manusia. Pada awal abad itu, setelah
ditemukannya fosil di Jawa dan Zhoukoudian, para ilmuwan
mempercayai bahwa manusia modern berevolusi di Asia.
Hal ini bertentangan dengan teori Charles Darwin yang
mengatakan bahwa manusia modern berasal dari Afrika.
Homo erectus pekinensis Namun, pada tahun 1950-an dan 1970-an, beberapa fosil
Rekonstruksi Weidenreich yang ditemukan di Kenya, Afrika Timur, ternyata
menunjukkan bahwa hominins memang berasal dari benua
Afrika.
Sampai saat ini para ilmuwan mempercayai bahwa H. erectus adalah keturunan dari makhluk
mirip manusia era awal seperti Australopithecus dan keturunan spesies Homo awal seperti
Homo habilis. H. erectus dipercaya berasal dari Afrika dan bermigrasi selama masa Pleisto-
cene awal sekitar 2,0 juta tahun yang lalu, dan terus menyebar ke seluruh Dunia Lama
hingga mencapai Asia Tenggara. Tulang-tulang yang diperkirakan berumur 1,8 dan 1,0 juta
tahun telah ditemukan di Afrika (Danau Turkana dan Olduvai Gorge), Eropa (Georgia),
Indonesia (Sangiran, Trinil, Sambung-macan, dan Ngandong; semuanya di tepi Bengawan
Solo), dan Tiongkok (Shaanxi). H. erectus menjadi hominin terpenting mengingat bahwa
spesies inilah yang pertama kali meninggalkan benua Afrika.

21. Homo cepranensis


Rentang fosil: Pleistosen
Homo cepranensis adalah nama yang diusulkan untuk spesies hominin yang ditemukan
pada tahun 1994. Fosilnya ditemukan oleh arkeolog Italo Biddittu dan dijuluki "Manusia
Ceprano". Nama Ceprano berasal dari kota terdekat di provinsi Frosinone, 89 kilometer
sebelah tenggara Roma, Italia.

Homo antecessor 22. Homo antecessor adalah spesies hominin yang telah
Rentang fosil: Pleistosen punah. Spesies ini diduga hidup 1.2 juta hingga 800.000
Awal tahun yang lalu. Fosil spesies ini pertama kali ditemukan
oleh Eudald Carbonell, J. L. Arsuaga dan J. M. Bermúdez
de Castro

61
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Homo heidelbergensis 23. Homo heidelbergensis adalah spesi-es pada genus


Rentang fosil: Pleistosen Homo yang telah punah yang mungkin merupakan nenek
moyang langsung Homo neanderthalen-sis di Eropa. Bukti
yang ditemukan mengenai H. heidelbergensis berusia
600.000 hingga 400.000 tahun yang lalu.

Homo rhodesiensis 24. Homo rhodesiensis adalah spesies hominin yang


Rentang fosil: Pleistosen dideskripsikan dari fosil Manusia Rhodesian. Sisa fosil
mereka berusia 300.000 hingga 125.000 tahun yang lalu
pada zaman Pleistosen. Fosil spesies ini ditemukan
pertama kali pada tahun 1921 oleh Tom Zwiglaar di
Rhodesia Utara (kini Kabwe, Zambia).
Tengkorak ditemukan tahun 1921

Neanderthal 25. Neanderthal, adalah anggota genus Homo yang telah


Rentang fosil: Pleistosen punah dan berasal dari zaman Pleistosen. Spesimennya
ditemukan di Eropa dan Asia Barat dan Tengah.
Neanderthal dapat diklasifikan sebagai subspesies
manusia (Homo sapiens neanderthalensis) atau spesies
yang berbeda (Homo nean-erthal-ensis). Jejak proto-
Neanderthal pertama muncul di Eropa 600.000–350.000
tahun yang lalu.
Pada situs-situs arkeologi Uluzzian (salah satu kelompok
et-nis dalam keluarga besar Neanderthal) di Italia Selatan
telah ditemukan beragam peralatan hidup sehari-hari yang
diguna-kan oleh Neanderthal. Peralatan tersebut meliputi
alat me-mancing, berburu, proyektil, serta perlatan lain dari
tulang dan batu. Hal ini menunjukkan bahwa Neanderthal
mampu berinovasi dan membuat teknologi baru.
Neanderthal berpi-sah dari garis evolusi manusia sekitar
500.000 tahun yang la-lu dan lenyap dari muka bumi
sekitar 30.000 tahun yang lalu.
Beberapa spekulasi yang diduga berkaitan dengan
kepunah-annya adalah Neanderthal mati dibunuh oleh
manusia mo-dern, atau Neanderthal punah karena Homo
sapiens lebih ba-nyak dan aktif bereproduksi. Spekulasi
Skeleton, AMNH manusia Neanderthal
lainnya adalah tiga kali letusan gunung berapi sekitar
40.000 tahun yang lalu di daerah Italia dan Pegunungan
Kauka-sus telah menyebabkan kepunahan Neanderthal.

26. Homo sapiens idaltu


Rentang fosil: Pleistosen
Homo sapiens idaltu adalah subspesies Homo sapiens yang telah punah. Spesies ini hidup
160.000 tahun yang lalu pada zaman Pleistosen di Afrika. Idaltu adalah kata dalam bahasa
Afar.
Fosil Homo sapiens idaltu ditemukan di Segitiga Afar tahun 1997 oleh Tim White

27. Homo floresiensis Liang Bua, tempat ditemukannya sisa-sisa kerangka ini,
62
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Rentang fosil: Pleistosen sudah sejak masa penjajahan menjadi tempat ekskavasi
Akhir arkeologi dan paleontologi. Hingga 1989, telah ditemukan
banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia
(seperti makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta
tikus besar) yang barangkali menjadi bahan makan-an
mereka. Di samping itu ditemukan pula alat-alat batu
seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang
yang terbakar, yang menunjukkan tingkat peradaban
penghuninya.
Penemuan kerangka Homo floresiensis. Pada sampul majalah Nature.

Kerja sama penggalian Indonesia-Australia dimulai tahun


2001 untuk mencari jejak peninggalan migrasi nenek
moyang orang Aborigin Australia di Indonesia.
Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari
Puslitbang Arkeologi Nasional (dulu Puslit Arkenas) dan
tim Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas
New England. Pada bulan September 2003, setelah
penggalian pada kedalaman lima meter (ekspedisi
Liang Bua, tempat ditemukannya seri fosil sebelumnya tidak pernah mencapai kedalaman itu),
H. floresiensis.
ditemukan kerangka mirip manusia tetapi luar biasa
kerdil, yang kemudian disebut H. floresiensis. Tulang-
tulang itu tidak membatu (bukan fosil) tetapi rapuh dan
lembab.

Terdapat sembilan individu namun tidak ada yang lengkap. Diperkirakan, Liang Bua dipakai
sebagai tempat pekuburan. Untuk pemindahan, dilakukan pengeringan dan perekatan terlebih
dahulu.
Individu terlengkap, LB1, diperkirakan adalah betina, ditemukan pada lapisan berusia sekitar
18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri), serta beberapa tulang
badan. Individu-individu lainnya berusia antara 94.000 dan 13.000 tahun. Walaupun tidak
membatu, tidak dapat diperoleh sisa material genetik, sehingga tidak memungkinkan analisis
DNA untuk dilakukan. Perlu disadari bahwa pendugaan usia ini dilakukan berdasarkan usia
lapisan tanah bukan dari tulangnya sendiri, sehingga dimungkinkan usia lapisan lebih tua
daripada usia kerangka. Pendugaan usia kerangka dengan radiokarbon sulit dilakukan karena
metode konservasi tulang tidak memungkinkan teknik itu untuk dilakukan.

Kontroversi Pendapat bahwa fosil ini berasal dari spesies bukan


manusia ditentang oleh kelompok peneliti yang juga terlibat
dalam penelitian ini, dimotori oleh Prof. Teuku Jacob dari
UGM. Berdasarkan temuannya, fosil dari Liang Bua ini
berasal dari sekelompok orang katai Flores, yang sampai
sekarang masih bisa diamati pada beberapa populasi di
sekitar lokasi penemuan, yang men-derita gangguan
pertumbuhan yang disebut mikrosefali ("kepala kecil").
Salinan tengkorak H. floresiensis "LB1" Menurut tim ini, sisa manusia dari Liang Bua merupakan
(kiri) dibandingkan dengan tengkorak moyang manu-sia katai Homo sapiens yang sekarang juga
manusia yang terkena mikrosefali yang masih hidup di Flores dan termasuk kelompok
pernah hidup di Pulau Kreta.
Australomelanesoid. Kerangka yang ditemukan terbaring di
Liang Bua itu menderita microcephali, yaitu bertengkorak
kecil dan berotak kecil.
Perdebatan yang terjadi sempat memanas, bahkan sampai membuat Liang Bua dan
beberapa gua di sekitarnya dinyatakan tertutup untuk peneliti asing .Sepeninggal Prof. Jacob
(wafat 2007), lokasi penemuan kembali dapat diakses bagi penelitian.
Pada bulan September 2007, para ilmuwan peneliti Homo floresiensis menemukan petunjuk
baru berdasar-kan pengamatan terhadap pergelangan tangan fosil yang ditemukan. Penemu-
an tersebut menunjukkan bahwa Homo floresiensis bukan merupakan manusia modern
melainkan merupakan spesies yang berbeda. Hal ini sekaligus men-jadi jawaban terhadap

63
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

tentangan se-jumlah ilmuwan mengenai keabsahan spesies baru ini karena hasil penemuan
menunjukkan bahwa tulang Homo floresiensis berbeda dari tulang Homo sapiens (manusia
modern) maupun manusia Neandertal.
Dua publikasi pada tahun 2009 mem-perkuat argumen bahwa spesimen LB1 lebih primitif
daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. Publikasi pertama yang
dimuat di Anthropological Science membanding-kan LB1 dengan spesimen H. sapiens (baik
normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif. Hasil kajian morfometri ini
menunjukkan bahwa H. floresiensis tidak dapat dipisahkan dari H. erectus dan berbeda dari
H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali.Hasil analisis kladistika dan statistika
morfometri terhadap tengko-rak dan bagian tulang lainnya dari individu LB1 (betina), dan
dibandingkan dengan manusia modern, manusia modern dengan mikrosefali, beberapa
kelompok masyarakat pigmi di Afrika dan Asia, serta tengkorak hominin purba menunjukkan
bahwa H.floresien-sis secara nyata memiliki ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih
dekat kepada hominin purba, sebagai-mana dimuat dalam jurnal Significance. Meskipun
demikian, kedua kajian ini tidak membandingkan H.floresiensis dengan kerangka manusia
kerdil Flores yang menderita mikrosefali.
Homo floresiensis pertama kali dipa-parkan dalam dua tulisan yang diterbit-kan dalam
majalah Nature, setahun setelah ditemukan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi Manusia dan sumber lain

Berikut ini disajikan perbandingan tengkorak beberapa homo yang dikelompokkan


sebagai manusia modern

by Don McGranaghan, in Tattersall


(1995)
Perbandingan tengkorak beberapa homo yang dikelompokkan sebagai manusia
modern

64
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

BAB VIII
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN dan TEKNOLOGI
dengan EVOLUSI MAKHLUK HIDUP

Manusia di alam mempunyai kedudukan ganda, immanen dan transenden.


Kedudukan immanen berarti manusia merupakan bagian dari alam, seperti makhluk
hidup dan benda alam lainnya. Sedangkan transenden karena kebudayaannya manusia
mampu “menguasai” dan mengendalikan isi alam. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) peran manusia dalam kedudukan transenden telah menjadi
semakin besar, sehingga hampir semua kegiatan di bawah kendali manusia. Teknologi
di bidang fisika dan kimia telah menyediakan berbagai macam benda yang diperlukan
bagi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia modern. Sedangkan bioteknologi telah
berkembang menjadi upaya untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan manusia.
Namun di sisi lain teknologi juga telah memberi dampak berupa perubahan-
perubahan pada populasi manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu manusia dapat
berperan sebagai subyek jika perubahan itu dikehendaki secara sadar dan sebagai
obyek jika tidak dikehendaki.
IPTEK telah memberikan sumbangan yang besar bagi manusia untuk
mengerti tentang dunia. Perkembangan IPTEK semakin pesat sejak revolusi industri
pada abad ke 18 dan semakin pesat lagi semenjak manusia mengenal eksperimen.
Sejalan dengan perjalanan waktu, perkembangan IPTEK yang amat pesat telah
menimbulkan pengaruh langsung pada kehidupan manusia, terutama meliputi empat
bidang, yaitu (1) bidang intelektual, yaitu orang mulai meninggalkan kebiasaan atau
kepercayaan tradisional dan mengambil kebiasaan baru; (2) bidang industri dan
kemampuan di medan perang; (3) pengaruh pada organisasi sosial yang lambat laun
merambat ke bidang politik; dan (4) perubahan maupun benturan terhadap tata
lingkup. Semua itu secara langsung menyangkut sendi-sendi kehidupan manusia dan
lambat laun akan menentukan hidup-mati umat manusia di dunia.
Seperti telah kita ketahui bahwa hidup dan kehidupan manusia modern tidak
dapat dipisahkan dari teknologi. Masyarakat luas adalah konsumen alat dan bahan
sebagai hasil penemuan para ahli teknologi, sehingga kalau penerapannya tanpa
mengindahkan ilmu atau aspek kehidupan yang lain akan menimbulkan benturan tata
lingkungan. Sebagai contoh adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Berikut
ini adalah contoh-contoh dampak penerapan IPTEK pada perubahan lingkungan yang
65
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

diperkirakan menjadi penyebab evolusi makhluk hidup.


A. Kasus ngengat Biston betularia – melanisme industri
Dua abad yang lalu, sebelum revolusi industri di Inggris masih banyak
daerah pertanian yang subur dan hijau terutama di daerah luar kota. Pohon-pohon
besar pun masih banyak tumbuh. Permukaan batang pohon nampak berwarna
keputihan karena banyak lumut kerak yang tumbuh pada kulit kayu. Banyak
serangga, di antaranya kupu-kupu dan ngengat hidup di antara lumut kerak
tersebut. Sebagian besar serangga itu memiliki perlindungan diri dari gangguan
predator berupa kemiripan warna tubuh dengan warna latarbelakang tempat
hidupnya.
Lumut kerak ternyata amat peka terhadap zat pencemar udara yang
ditimbulkan oleh buangan pabrik yang meningkat jumlahnya setelah revolusi di
Inggris. Lumut kerak di daerah industri tidak mampu bertahan hidup. Pada akhir
tahun 1840an terdapat kecenderungan makin meningkat pembentukan zat warna
gelap (melanin) pada jenis ngengat Biston betularia yang hidup di sekitar kota
industri. Pada tahun itu menurut pengamatan hampir 98 % dari seluruh populasi
Biston betularia di daerah Manchester yang udaranya tercemar berat oleh asap
adalah individu dengan warna tubuh gelap. Warna gelap ini di bawah pengaruh
alel tunggal yang dominan, yang diduga terjadi karena mutasi spontan dari alel
asli yang menentukan warna terang. Faktor penyebab mutasi spontan selama lebih
kurang 50 tahun bukanlah pencemaran udara melainkan burung pemangsa
ngengat. Ngengat yang tubuh dan sayapnya berwarna terang akan tampak jelas
terlihat saat hinggap di pohon yang batangnya sudah tidak lagi ditumbuhi lumut
kerak. Oleh sebab itu ngengat yang berwarna terang banyak menjadi korban
burung pemangsa, sehingga frekuensi alel gen warna terang berangsur-angsur
berkurang.

Ngengat Biston betularia berwarna terang di daerah terpolusi (kiri), ngengat berwarna gelap
di daerah tidak terpolusi (kanan)

B. Resistensi terhadap pestisida dan biomagnifikasi


66
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

Di bidang pemberantasan hama dan penyakit tanaman dan ternak serta


pemberantasan inang penyakit menular pada manusia telah lama dipergunakan
pestisida. Keterkaitannya dengan resistensi makhluk hidup terhadap pestisida salah
satu contohnya adalah karena penggunaan DDT. Sebagai insektisida, DDT mudah
menguap dan sulit atau lambat mengalami degradasi baik oleh pengurai maupun
metabolisme oleh organisme tingkat tinggi. Karena sifat yang mudah menguap,
larut dalam lemak, dan mudah terbawa oleh aliran air maka setelah penyemprotan,
DDT mudah menyebar ke luar daerah penyemprotan. Karena sifat yang tidak dapat
dimetabolisme oleh organisme maka akan terjadi penimbunan dalam tubuh
makhluk hidup. Melalui rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan, penimbunan
menjadi semakin tinggi pada makhluk hidup yang menduduki tingkat trofik yang
tinggi.

C. Rekayasa genetika
Rekayasa genetika secara langsung memang bertujuan untuk
mensejahterakan manusia. Adakah dampak yang berkaitan dengan evolusi
makhluk hidup? Rekayasa genetika telah merevolusi struktur genetik dan biokimia
makhluk hidup, khususnya sampai saat ini adalah mikroba. Dengan terbentuknya
struktur genetik baru berarti variasi telah terjadi pada populasi makhluk yang
direkayasa, bahkan tidak menutup kemungkinan spesies baru telah terbentuk.
Permasalahannya sekarang adalah apakah makhluk dengan struktur baru ini dapat
tetap terjaga di laboratorium atau industri? Jika terjadi “kebocoran” ke luar berarti
makhluk yang direkayasa akan menjadi bagian dari suatu eksosistem. Meski sudah
ada kesepakatan para ahli untuk menjaga agar tidak terjadi “kebocoran” tetapi
peluang itu tetap ada. Jika dengan tidak sengaja terjadi “kebocoran” maka tentu
akan memberi dampak pada ekosistem yang bersangkutan. Munculnya jenis baru
dalam suatu ekosistem dapat menimbulkan dampak pada interaksi komponennya,
sehingga dapat merupakan “pembimbing” arah evolusi makhluk hidup dalam hal
ini adalah koevolusi. Sebagai contoh, babi hutan liar yang sengaja diimpor dari
Rusia ke Amerika menyebabkan hancurnya umbi-umbian.

BAB IX
TENTANGAN dan TANTANGAN serta PENCERAHAN
67
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

TEORI EVOLUSI

Teori evolusi, pada kebanyakan masyarakat selalu dipertentangkan dengan


ajaran agama. Persoalan pokok yang menjadi pertentangan itu adalah tentang asal-
usul makhluk di bumi, terutama manusia. Pendapat yang menyatakan bahwa makhluk
hidup, dengan fenomena adanya keanekaragaman (diversity and unity), adalah berasal
dari moyang yang sama dengan mengalami perkembangan yang menuju pada
perubahan sedikit demi sedikit karena intervensi lingkungan dan dalam waktu yang
lama (dari generasi ke generasi) adalah inti dari teori evolusi. Tidak terkecuali,
makhluk yang bernama manusia juga merupakan hasil evolusi dari makhluk hidup
yang telah ada sebelum manusia pertama berada di planet bumi yang kita huni sampai
sekarang.
Menganut paham evolusi selalu diartikan bahwa kita telah mengingkari apa
yang tersurat dalam kitab suci, menurut Islam Al-Qur’an dan Nasrani Injil, bahwa
semua makhluk hidup telah diciptakan secara khusus oleh Al-Khaliq sebagaimana
adanya dari dulu sampai sekarang ini. Demikian pula manusia pertama adalah
diciptakan secara khusus yang berasal dari segumpal tanah dan kemudian ke
dalamnya ditiupkan olehNya nyawa (ruh). Bagaimana Anda menyikapi hal yang
saling bertolak belakang ini (kreasionis versus evolusionis)? Setujukah Anda dengan
pendapat Harun Yahya tentang keruntuhan teori evolusi? Perhatikan skema berikut
yang menggambarkan kontinum ciptaan khusus dan evolusi.

Kontinum paham ciptaan khusus (kreasionis) dan paham evolusionis

Biologi, dan ilmu pengetahuan pada umumnya, tidak dan tidak akan pernah
memaksakan kepada siapapun untuk menganut suatu paham atau pendapat dalam
68
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

konsep, teori, prinsip, dan hukum biologi. Akan tetapi biologi hanya menunjukkan
informasi berupa tanda-tanda (fenomena, gejala) alam yang terjadi pada makhluk
hidup dan cara-cara untuk mengungkapkan misteri dibalik tanda-tanda alam itu. Oleh
karenanya dipersilakan kepada setiap orang untuk membaca tanda-tanda alam itu dan
berpikir untuk menguak misteri yang ada di sebaliknya. Pembahasan ilmiah tentang
asal-usul mahluk hidup tidak berhenti hanya sebatas pada teori evolusi saja. Kondisi
ini dipengaruhi oleh kenyataan bahwa teori evolusi belum memberikan bukti yang
meyakinkan akan kebenaran teori tersebut. Kemudian muncullah teori intellegent
design atau perancangan cerdas. Intellegent design (ID) adalah sebuah teori yang
menganggap bahwa terbentuknya alam semesta dan mahluk hidup adalah hasil dari
rancangan cerdas, bukan karena perubahan acak secara tidak sengaja hasil dari seleksi
alam (discovery.org). Banyak pihak yang menganggap ID sama saja dengan
kresionisme. Namun pendapat ini dibantah oleh pendukung teori ini. Bagaimana
pendapat Anda?

Meski evolusi mengundang kontroversi tetapi kenyataannya materi ini tidak


dihilangkan dalam kurikulum di SMA maupun di PT. Dari segi keilmuan, evolusi
tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari seperti halnya fisika dan kimia. Penelitian
tentang evolusi berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan kita,
semisal dalam bidang obat-obatan dan kesehatan masyarakat, pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam, pengelolaan hama, dan konservasi (remediasi
lingkungan, restorasi lahan yang mengalami degradasi, dll).
Terlepas dari benar atau tidaknya paham tentang evolusi makhluk hidup, jika
dari teori evolusi kita dapat memetik suatu prinsip yang berharga, yaitu bahwa “di
dalam proses evolusi itu yang terjadi adalah keseimbangan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya”. Hal ini dapat diambil dari hipotesis Hardy-Weinberg yang
ternyata bahwa frekuensi alel dalam populasi selalu berada dalam keadaan
keseimbangan. Setiap ada perubahan, pada akhirnya juga akan terjadi keseimbangan
baru. Dengan kata lain, proses evolusi adalah selalu “mencari” keseimbangan baru.
Marilah sekarang kita melihat pada diri kita, manusia. Jika benar bahwa manusia
adalah hasil evolusi dan menempati kedudukan paling tinggi dalam evolusi, maka diri
kita adalah diciptakan di alam melalui proses yang selalu mengarah pada
keseimbangan tertinggi. Apakah hal ini tidak memberi makna kepada kita, manusia,

69
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

bahwa kita diciptakan di alam ini harus selalu mengupayakan keseimbangan dan
keserasian antara kita dengan lingkungan kita? Pantaskah kita jika seandainya dalam
menjalani hidup dan kehidupan ini perilaku kita ternyata menimbulkan kekacauan,
kerusakan, pertentangan, keresahan di antara ummat manusia, dan lebih meluas lagi
kepada makhluk hidup lain dan alam seisinya? Di manakah letak rahmatan lil
‘alamien? Bagi Anda yang beragama Nasrani, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan
kepercayaan lain, silakan Anda melakukan pendalaman dengan mengumpulkan
berbagai informasi dari bebagai nara sumber dan sekaligus mendiskusikannya dengan
pakar masing-masing agama.

70
Evolusi - Victoria Henuhili, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu

DAFTAR PUSTAKA

Alters, B and Alters S. (2005). Teaching Biology in Higher Education. New York :
John Wiley and Sons.
Anonim. (2005). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 7 Juli 2005 dari http://www.
sinauer. com/Evolusi dan http://www.whfreeman.com/Evolusi.

Anonim. (2010). Evolusi Manusia. Diunduh tanggal 8 Desember 2010 dari http://id.
wikipedia.org/wiki/Evolusi_Manusia.
Anonim. (2010). Jean Baptiste de Lamarck. Diunduh tanggal13 Desember 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Baptiste_de_Lamarck.
Ashton, Beryl G. (1969). Genes, Chromosomes and Evolution. New York : Houghton
Mifflin Company.
BSCS. (2002). Biology, an Ecological Approach. Ninth Edition. Iowa : Kendall/
Hunt Publishing Company.
BSCS. (2006). Biology, A Molecular Approach. Ninth edition. New York : Mc Graw
Hill.
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L.G. Mitchell. (1999). Biology. Fifth Edition. New
York : Addison Wesley Longman, Inc.
Darwin, Charles. (2007). Penerjemah : Tim UNAS. The origin of Species – Asal-usul
Spesies. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Etty Indriati. (2009). Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia “Sangiran”.
Yogyakarta : P T Citra Aji Parama.
Freeman, Scott and Jon C. Herron. (2007). Evolutionary Analysis, 4th Edition,
Pearson Education International
Futuyma, Douglas J. (2005). Evolution. Massachusetts, USA : Sinauer Associates, Inc
Publisher.
Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching and the Development of Thinking.
California : Wadsworth Publishing Company.
Lewin, R. (1993). Human Evolution. New York : Blackwell Scientific Publications.

Prawoto, Sudjoko, Siti Mariyam. (1987). Evolusi. Jakarta : Universitas Terbuka,


Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Solomon, E.P., L.R. Berg, D.W. Martin. (2008). Biology. 8th Edition. Australia :
Thomson Brooks / Cole.
Zihlman, Adrienne L. (1982). The Human Evolution Coloring Book. New York :
Harper Collins Publisher.

71

Anda mungkin juga menyukai