439 - 195805111986032001 - Tri Dyah Prastiti
439 - 195805111986032001 - Tri Dyah Prastiti
i
TEKNOLOGI BIOPORI UNTUK PELESTARIAN LINGKUNGAN
DI RW 016 PATRANG KRAJAN KELURAHAN PATRANG
KABUPATEN JEMBER
Oleh:
Dr.TRI DYAH PRASTITI, M.Pd/19580511986032001
Ir. SRI SUHASTUTI, MP /19560712 198303 2 001
HESTI HERMININGSIH, SP,M.P /198107052010122003
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ………………………………… i
Halaman Pengesahan Laporan ………………………………… ii
Lembar Pernyataan Penelaah Laporan Hasil Kegiatan PkM …………. iii
Daftar Isi ………………………………… iv
Lembar Depan Laporan Kemajuan Kegiatan ………………………… v
Kata Pengantar ………………………………… vii
Ringkasan ……………………………… viii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 : Analisis dan Kondisi Mitra …………………………………. 1
1.2 : Relevansi Permasalahan ………………………………… 2
1.3 : Pertimbangan Pelaksanaan Program Bersama Mitra …. 3
LAMPIRAN:
iii
A. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul …………………… 21
B. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Masyarakat Binaan/Mitra 22.
C. Deskripsi Penugasan Tim Abdimas .......................................... 23
D. Denah Lokasi Kegiatan Abdimas .......................................... 24
E. Peta Wilayah/Masyarakat tempat Abdimas ................................... 25
iv
Lembar Depan
Struktur Laporan Kemajuan Kegiatan
2. Mitra Kegiatan
2.1 Jumlah Mitra : 30 orang
2.2 Pendidikan Mitra: S1 : 5 orang
SLTA : 25 orang
3 Persoalan Mitra : Belum ada kesadaran bahwa penyebab banjir di kampung
ketika hujan antara lain adalah tidak tersedianya lahan
resapan air hujan di kampung tersebut
4.Status Sosial Mitra : Sedang ke bawah
5.Lokasi
5.1 Jarak UPBJJ ke lokasi mitra : 15 km
6 Tim Abdimas
Jumlah dosen : 3 orang
Jumlah mahasiswa :-
Gelar Akademik Tim: S3 :1 orang
S2 :2 orang
Gender: Perempuan : 3 orang
Prodi/Fakultas: FKIP/ : 1 orang
PMIPA : 1 orang
Non UT : 1 orang
7 Aktivitas Abdimas
7.1 Metode Pelaksanaan : Ceramah/sosialisasi, pemasangan alat biopori, monev
7.2 Waktu efektif kegiatan : 3 bulan
7.3 Evaluasi kegiatan
a. Keberhasilan : berhasil
b. Indikator keberhasilan : - Telah terpasang 125 titik lubang biopori, yang terbagi ke
dalam 5 RT (tiap RT mendapat pemasanagan biopori 25 titik)
c. Keberlanjutan kegiatan : berhenti
8 Biaya Program
8.1DIPA PPM-LPPM UT : 12.646.000,- (Duabelas juta enam ratus empat puluh enam ribu
rupiah)
v
8.2 Likuiditas Dana Program
a. Tahapan pencairan dana : mendukung kegiatan di lapangan
b. Jumlah dana diterima : 100 %
9 Kontribusi Mitra :
a. Peran serta mitra : aktif : Menyediakan tempat dan waktu dalam kegiatan
PKM
b. Peranan mitra : - Menetapkan jadwal dan teknis pelaksanaan
- Memfasilitaasi sarana dan prasarana kegiatan
10 Alasan Keberlanjutan :-
11 Usul Penyempurnaan program Abdimas
a. Model Usulan Kegiatan : -
b. Anggaran Biaya : disesuaikan dengan biaya kegiatan
c. Lain-lain :-
12 Dokumentasi
a. Produk/kegiatan yang dinilai bermanfaat dari berbagai perspektif: dapat menanggulangi
genangan air bahkan banjir.
b. Potret permasalahan lain yang terekam: masyarakat kurang menyadari akan
kesetimbangan lingkungan termasuk pemanfaatan air hjan secara optimal
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-
Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Pengabdian Masyarakat dan membuat
laporan dengan judul “Teknologi Biopori untuk Pelestarian Lingkungan Di Rw 016 Patrang
Krajan Kelurahan Patrang Kabupaten Jember”
Kegiatan abdimas dalam bentuk pemasanagan teknologi biopori ini telah dilaksanakan
secara maksimal, tetapi hasilnya masih dirasakan kurang sempurna. Untuk itu, masukan
dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
lebih lanjut.
Bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak telah terterima dalam pelaksanaan kegiatan
PkM ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada (1) LPPM UT yang telah
memberikan dana dalam pelaksanaan kegiatan PkM ini; (2) Kepala Desa, Ketua RW dan
masyarakat RW 16 Patrang Kabupaten Jember, yang telah memfasilitasi dalam
pelaksanaan kegiatan abdimas ini ; (3) Semua pihak yang terlibat secara langsung dan
tidak langsung yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya dalam
penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil kegiatan PkM ini memberikan sumbangan
positif bagi masyarakat RW 16 Kelurahan Patrang Desa Patrang Kabupaten Jember
sehingga wilayah Patrang tidak mengalami banjir lagi.
vii
RINGKASAN
viii
ix
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
SLTA, 19.558 % SLTP, 23.568 % SD dan 22.422 % tidak sekolah) terhitung daerah
yang padat. Pendataan yang dilakukan oleh Ketua RW 016 di tahun 2016
menunjukkan, bahwa jumlah KK di RW 016 meningkat menjadi 339 KK, dengan
rincian RT 01 sejumlah 65 KK, RT 02 sejumlah 45 KK, RT 03 sejumlah 88 KK,
RT 04 sejumlah 56 KK, RT 05 sejumlah 85 KK dengan jumlah penduduk 1356.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk karena migrasi maupun
urbanisasi, maka jumlah lahan terbuka, tanah tegal dan pekarangan di RW 016
kecamatan Patrang makin menyusut, karena beralih fungsi menjadi pemukiman
warga.Begitu pula, dengan meningkatnya kesejahteraan dan tuntutan pola hidup yang
lebih sehat, maka pembangunan perumahan juga semakin baik, banyak rumah
tembok, halaman rumah dan pekarangan diplester untuk menambah estitika rumah
dan 90% jalan-jalan yang ada di RW 016 sudah di paving block, saluran air diplester.
Kondisi ini akan menyebabkan penurunan luas daerah respan air dan menyebabkan
perubahan lingkungan di RW 016. Menurunnya daerah resapan air adalah akibat dari
terjadinya alih fungsi lahan, juga adanya kegiatan penebangan pohon. Alih fungsi
lahan merupakan akibat dari digunakannya lahan untuk kawasan pemukiman dan
pembangunan gedung, sehingga banyak permukaan tanah yang tertutup bangunan
atau lapisan yang kedap air.
Salah satu solusi yang merupakan teknologi ramah lingkungan yang dapat
mengatasi genangan air, tanah longsor, bahkan banjir, yaitu dengan membuat lubang
resapan air yang dinamakan lubang biopori.
2
2. Air limpasan dari jalan raya masuk ke gang-gang 1, 2 dan gang 3 yang dapat
menyebabkan banjir dan genangan yang lama setelah turun hujan dan
penggerusan rumah warga
3. Terjadinya tanah longsor di tepian sungai Bedadung yang dapat
membahayakan rumah warga yang letaknya lebih rendah dari tebing
4. Akibat tidak adanya resapan air terjadi genangan di pekarangan warga yang
meyebabkan halaman atau pekarangan menjadi licin.
5. Kondisi ini diperparah dengan budaya membuang sampah tidak pada
tempatnya sehingga mengakibatkan buntunya saluran air/selokan yang
tertutup oleh sampah.
Keadaan yang demikian akan memunculkan permasalahan bagi warga di RW 016
antara lain sering terjadi cekcok di antara warga yang rumah/halaman rumahnya
tergenang, tembok rumahnya tergerus air dan bahkan ada yang rumahnya kebanjiran
jika turun hujan dengan intensitas agak tinggi. Hal ini harus dicari solusi dari akar
permasalahan yaitu mengantisipasi adanya banjir dan menghilangkan genangan air
yang terlalu lama.
3
BAB II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
2.1 Solusi
Sebagai solusi terhadap permasalahan Mitra, telah dilakukan kesepakatan
dilaksanakan kegiatan membuat teknologi biopori untuk pelestarian lingkungan
di rw 016 kelurahan patrang Kabupaten Jember. Kegiatan ini dikerjakan oleh tim
pelaksana dari Mitra yang dikoordinir oleh ketua RW 16 Patrang. Sebelum
dilakukan pemasangan, terlebih dahulu secara teori disosialisasikan oleh Tim
Peneliti dari UT dan Stiper. Selanjutnya pihak mitra menentukan ttik titk daerah
yang menjadi pangkal dari masalah banjir. Masyarakat RW 16 Patrang
Kabupaten Jember sebagai mitra terdiri dari 5 RT, selanjutnya disepakati setiap
RT disumbang untuk pemasangan biopori sebanyak 25 titik. Sehingga jumlah
keseluruhan yang telah dibuat lobang biopori sebanyak 125 titik.
2.2 Target Luaran
Sesuai kebutuhan mitra dan sesuai dengan anggaran yang disetujui, maka
target luaran adalah sebagai berikut:
a. Warga yang ada di RW 016 mengerti tentang pentingnya pembuatan lubang
resapan biopori
b. Warga secara mandiri bersedia mengadopsi teknologi biopori untuk
digunakan di lingkungan rumahnya secara mandiri
c. Genangan air dan tingginya volume air limpasan berkurang, banjir dan
longsor tidak terjadi lagi di RW 016 kecamatan patrang kabupaten jember
d. Masalah kerusakan lingkungan dapat teratasi
e. Terpasangnya biopori buatan sebanyak 125 titik
f. Penyerahan alat biopori sebanyak 6 buah, dengan rincian diserahkan kepada
Ketua RT masing-masing 1 buah dan ketua RW 1 buah
g. Laporan hasil kegiatan PkM
h. Laporan keuangan pertanggungjawaban atas semua pengeluaran PkM
4
2.3 Bentuk Luaran
a. Pengetahuan tentang pentingnya pembuatan lubang resapan biopori
b. Warga secara mandiri telahmengadopsi teknologi biopori untuk digunakan di
lingkungan rumahnya secara mandiri
c. Tidak terjadi genangan air bahkan banjir ketika hujan turun
d. Masalah kerusakan lingkungan dapat teratasi
e. Lobang-lobang biopori buatan sebanyak 125 titik
f. Pembelian alat untuk membuat lobang biopori yang kemudian disumbangkan
ke mitra.
g. Laporan akhir kegiatan PkM yang diserahkan ke LPPM UT sebanyak 2 eksp
h. Laporan keuangan pertanggungjawaban atas semua pengeluaran PkM
sebanyak 2 eksp yang diserahkan ke LPPM UT
5
BAB III
METODE PELAKSANAAN
6
Metode intervensi yang dilakukan adalah sebagai berikut
a. Penyuluhan dilakukan bersama dengan pertemuan PKK di masing-
masing, kelompok pengajian, pertemuan pengurus RW 016, dengan
membuat brosur tentang peranan penggunaan biopori agar dapat dimengerti
oleh warga
b. Diskusi dalam kelompok secara formal dalam setiap pertemuan maupun
tidak formal, disertai dengan cara pembuatan lubang biopori
c. Meminta saran pada warga di RW 016 tentang distribusi lubang resapan
biopori, dengan prioritas lingkungan yang paling terdampak air limpasan,
genangan dan banjir, sehingga semua wilayah mendapatkan pembagian
lubang biopori sesuai dengan kebutuhan.
d. Dalam kegiatan ini semua warga dilibatkan dalam praktek pembuatan
biopori sehingga warga merasa memiliki dan dapat merwatnya dengan baik
Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air padatanah (Kamir R.
Brata, 2009) Lubang biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm
dengan panjang30 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi
untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber
cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga
membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk
pupuk tumbuh-tumbuhan.
Lembaga yang akan berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan untuk
mengurangi dampak degradasi lingkunganRW 16 kecamatan Patrang kabupaten
Jember adalah Universitas Terbuka UBJJ-Jember bekerja sama dengan PKK RW
016 beserta Karang Taruna RW dan Ibu-ibu PKK RW 016, Kelurahan
PatrangKabupaten Jember. Peran dan keikutsertaan lembaga ini berkepentingan
terhadap pengelolaan lingkungan di RW 016.
7
Dengan demikian prosedur kerja kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
pelatihan dan penerapan teknologi biopori oleh dosen UT, dosen STIPER, kepada
warga RW 16 kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Selanjutnya diharapkan
kegiatan ini menjadi model kegiatan RW lainnya dalam masalah pengelolaan
lingkungan di kota Jember untuk meningkatkan daya resapan air sehingga tidak
berdampak pada rusaknya lingkungan.
Strategi pendekatan yang dilakukan pada kegiatan Abdimas ini dengan jalan: 1)
Penyuluhan; 2) Diskusi; 3) Curah pendapat; 4) Pelibatan semua warga. Melalui
program Pengabdian Kepada Masyarakat UPBJJ-UT Jember yang bermitra dengan
RW 16 Kecamatan Patrang kabupaten Jember ini akan menjadi solusi yaitu berupa:
1. Mengurangi aliran air di permukaan tanah sehingga dapat mencegah atau
meminimalisir terjadinya banjir dan genanganair.
2. Sebagai “pabrik” sampah organik, sehingga dapat menghasilkan pupuk
kompos.
3. Meningkatkan kualitas airtanah.
4. Mengurangi konsentrasi pencemaran airtanah.
5. Mencegah terjadinya penurunantanah.
6. Membantu dan mengurangi dampak dari pemanasanglobal
Lubang resapan biopori menurut peraturan menteri kehutanan Nomor: P.70/
Menhut-II/2008/ TentangPedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah
lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagaiaktivitas organisme di
dalamnya, seperti cacing,perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya.
Lubang-lubangyang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya
air di dalamtanah. Selanjutnya langkah-langkah pembuatan lubang resapan biopori
sebagai solusi atas permasalahan mitra adalah:
1. Cari lokasi yang tepat untuk membuat lubang LRB, yaitu pada daerah air
hujan yang mengalir seperti taman, halaman parkir, dsbnya.
2. tanah yang akan dilubangi disiram dengan air supaya mudah untuk dilubangi.
3. Letakkan mata bor tegak lurus dengan tanah untuk memulai pengeboran.
4. Lubangi tanah dengan bor Biopori, (bor untuk tanah mineral)
8
3.3 : Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program
9
BAB IV
KELAYAKAN PELAKSANAAN
Jabatan
No Nama dalam Kompetensi Deskripsi Tugas
Tim
1. Dr. Tri Dyah Prastiti, M. Pd. Ketua S3/Pend. Mat 1) Melakukan survey
lapangan
2) Membuat proposal,
3) Mengurus perijinan
ke Ka Desa, Ka RW
4) Memimpin rapat
tentang persiapan
kegiatan PkM
5) Melakukan sosialisasi
terkait teknologi
pembuatan biopori
6) Merancang
pengeluaran keuangan
7) Pendampingan
pelaksanaan
pembuatan biopori
8) Monitoring dan
Evaluasi
9) Membuat laporan
keuangan
10 Membuat laporan
akhir PkM
2. Ir. Sri Hastuti, M.P/Sarjana S-2 1. Melakukan
Pertanian sosialisasi teknologi
biopori
2. Melakukan survey
lapangan untuk
penentuan titik
lubang biopori.
3. Pelaksana di
lapangan.
4. Bersama ketua
mengembangkan
buku pelatihan
5. Bersama ketua
10
melaksanakanpelatih
an
6. Memonitoring
pelaksanaan dan
pengumpulan data
11
Jenis kepakaran yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi beberapa jenis
kepakaran atau keahlian. Jenis keahlian yang dibutuhkan bidang rekayasa teknologi
dan bidang manajemen. Keanggotaan tim abdimas terdiri dari beberapa dosen
dengan bidang keahlian yang dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan program.
Tim pelaksana kegiatan terdiri dari 3 dosen dengan kualifikasi multi disiplin ilmu.
Ketua tim dijabat oleh Dr. Tri Dyah Prastiti M.Pd dosen FKIP jurusan Pendidikan
Matematika memiliki keahlian di bidang pembelajaran matematika dan statistika.
Pelaksana Anggota I adalah Ir. Sri Suhastuti, MP dosen STIPER jurusan
Agroteknologi dengan bidang keahlian Biokimia. Pelaksana Anggota II adalah Hesti
Herminingsih, SP.MP dosen FMIPA jurusan Agribisnis. Dengan demikian skill
yang dimiliki oleh tim pelaksana kegiatan abdimas ini sangat relevan dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Sehingga dengan keahlian tersebut dapat
menunjang terlaksananya kegiatan dengan baik.
12
Biopori juga dapat mengubah sampah organik menjadi kompos.
Pengomposan sampah organik mengurangi aktivitas pembakaran sampah yang dapat
meningkatkan kandungan gas rumah kaca di atmosfer. Setelah proses pengomposan
selesai, kompos ini dapat diambil dari biopori untuk diaplikasikan ke tanaman.
Kemudian biopori dapat diisi dengan sampah organik lainnya. Sampah organik yang
dapat dikomposkan di dalam biopori diantaranya sampah taman dan kebun
(dedaunan dan ranting pohon), sampah dapur (sisa sayuran dan tulang hewan), dan
sampah produk dari pulp (kardus dan kertas). Sama seperti proses pengomposan
secara umum, rasio C/N menentukan kualitas kompos yang akan didapatkan.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi,
sehingga dekomposisi berjalan lambat. Untuk mengatasinya, penambahan limbah
yang mengandung unsur N tinggi seperti limbah hewani perlu dilakukan. Namun
penambahan demikian perlu dicermati karena terlalu banyak limbah hewani akan
menyebabkan kompos menjadi berbau pada tahap awal pengomposan Biopori juga
dapat meningkatkan aktivitas organisme dan mikroorganisme tanah sehingga
meningkatkan kesehatan tanah dan perakaran tumbuhan sekitar. Organisme dan
mikrorganisme tanah memiliki peran penting dalam ekologi diantaranya sebagai
detritivora dan pengikat nitrogen dari atmosfer. Pengikatan nitrogen mampu
meningkatkan kadar nitrogen tanah sehingga penggunaan pupuk anorganik urea akan
berkurang. (Wikipedia, 2015).
Pelaksanaan kegiatan PkM Teknologi Biopori untuk Pelestarian Lingkungan
di RW 16 ini diawali dengan Sosialisasi mengenai pentingnya pembuatan lubang
resapan biopori, cara membuat lubang biopori dan penentuan titik strategis lubang
biopori. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
warga manfaat yang nantinya akan dirasakan oleh warga atas keberadaan lubang
bipori di lingkungannya. Kegiatan Sosialisasi ini dilaksanakan di kediaman Ketua
RW dan dihadiri oleh seluruh pengurus RW dan RT serta beberapa orang warga.
Diharapkan setelah mengikuti sosialisasi tersebut warga terutama tokoh di
lingkungan RW16 bersedia untuk mengadopsi teknologi biopori untuk mengurangi
13
genangan air dan tingginya limpasan air pada saat hujan, melalui biopori
memanfaatkan sampah organik rumah tangga menjadi kompos.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan serah terima alat biopori sebanyak 6
unit kepada ketua RW 16. Alat biopori ini merupakan alat teknologi tepat guna yang
dapat membantu warga untuk memasang biopori. Melalui rapat dan diskusi dengan
mitra maka diputuskan untuk membuat bipori sebanyak 125 titik dengan rincian 25
titik untuk masing-masing RT. Lokasi pemasangan biopori ditentukan berdasarkan
lokasi genangan air dan volume limpasan air hujan yang paling tinggi. Sehingga,
dalam hal ini tidak semua rumah warga akan dipasang biopori. Namun demikian Tim
abdimas bersedia membantu dan mendampingi warga yang akan memasang biopori
secara swadana.
Bahan yang diperlukan untuk pemasangan biopori sangat sederhana yakni
pipa paralon, mata bor dan alat biopori. Pipa paralon dapat diganti dengan kaleng cat
bekas ukuran 5 kg. Langkah-langkah membuat lubang biopori adalah sebagai
berikut; Pertama tim abdimas dan mitra membuat kesepakatan mengenai lokasi
pembuatan lubang bipori yang dianggap strategis. Kedua, membuat lubang pada
tanah dengan menggunakan alat pengebor biopori + 10 cm dan kedalaman 80-100
cm. Ketiga, memperkuat mulut lubang dengan semen sekitar 2-3 cm dan setebal 2
cm disekelilingnya.
Hasil kegiatan ini memberikan dampak positif bagi lingkungan di RW 16.
Beberapa warga bahkan dengan upaya swadana memasang lubang biopori di
halaman rumahnya setelah melihat manfaat dari biopori yang telah dipasang oleh tim
abdimas bersama-sama warga dan perangkat RW. Untuk menjamin lubang biopori
tetap efektif perawatan tentunya diperlukan dalam hal ini. Perawatan lubang biopori
sangat mudah. Lubang biopori harus selalu terisi sampah organik. Sampah organik
dapur yang sudah menjadi kompos diambil setelah + 4 minggu, sedangkan sampah
organic kebun diambil setelah + 3 bulan. Sampah organik hendaknya jangan terlalu
padat, hal ini bertujuan agar masih terdapat celah udara sehingga organisme tanah
yang mencerna sampah tersebut tidak kekurangan Oksigen. Memasukkan sampah
14
organic secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada
LRB.
Ketua tim dijabat oleh Dr. Tri Dyah Prastiti M.Pd, bertanggungjawab secara
umum adalah merancang proposal dan penyusunan laporan akhir kegiatan,
penyusunan buku pelatihan, memastikan efektifitas lubang biopori untuk
pengendalian banjir, pendampingan warga untuk pembuatan biopori. Pelaksana
Anggota I adalah Ir. Sri Suhastuti, MP dosen STIPER, tanggungjawab Ir. Sri
Suhastuti, MP adalah penyusunan buku pelatihan, mencari titik strategis untuk di
tanam lubang biopori, pendampingan dengan warga, ketua pelaksana penanaman
lubang biopori, penyusunan proposal dan laporan akhir. Pelaksana Anggota II
adalah Hesti Herminingsih, SP.MP, tanggungjawab Hesti Herminingsih, SP.MP
adalah membantu ketua dalam penyempurnaan laporan keuangan dan laporan akhir
kegiatan, bersama-sama anggota 1 menentukan titik strategis lubang biopori,
pengadaan alat biopori, dan pendampingan warga.
15
BAB V
Biaya dan Jadwal Kegiatan
12.646.00
Uang yang diterima (belum dipotong pajak) 0
8.852.20
Tahap I ( 70 % )
0
3.611.80
Tahap II (30 %)
0
12.786.20
Jumlah Penggunaan Dana
0
Sisa - 140.200
I Usulan Biaya
N
O JENIS PENGELUARAN JUMLAH
1.264.60
A
Studi Pendahuluan/Need Assessment (10%) 0
8.852.20
B Pelaksanaan Kegiatan Inti (70%) 0
Transport dan Monitoring dan evaluasi oleh pelaksana 2.529.20
C (20%) 0
12.646.00
Jumlah 0
16
150.00 300.00
2 2 1
Koordinasi dengan Kepala Desa Patrang 0 0 I
150.00 450.00
3 Koordinasi dengan Ketua RW, RT dan 3 1
Warga yang rumahnya sering banjir 0 0 I
Penggandaan kusioner penjaringan 64.60 64.60
4 warga yang lokasinya akan dipasang 1 1
0 0
biopori I
17
25.000 150.000
21 6 1
Mata gergaji 24.000 144.000 I
22 125 1
Tutup Pipa biopori 5.000 625.000 I
23 Pasir 1 1 150.000 150.000 I
Ketua Peneliti
18
5.2 Jadwal Kegiatan Abdimas
No Kegiatan Bulan- Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Pertemuan M4 M4 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M3 M4
kelompok
2. Identifikasi M4 M4
masalah dan
Pengenalan
Teknologi biopori
3. Evaluasi M4 M2 M2 M2
Identifikasi
aplikasi Teknologi
biopori
4. Motivasi Warga M3 M3 M3 M3
5. Identifikasi dan M3 M3 M3
Penyiapan lokasi
6. Persiapan bahan- M4 M4
bahan dan alat
7. Pemasangan
biopori
8. Dokumentasi M4 M4 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M3 M4
9. Pembuatan laporan M4 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Resapkan Air Hujan menjadi Air Tanah.
(http://www.biopori.com/ keunggulan _lbr.php) diakses 1 Februari 2017
Sri Suhastuti & Indriastuti, 2009. IbM Bagi Kelompok Kebersihan dan Kesehatan
Lingkungan (K3) di RW IV Kelurahan Patrang Kabupaten Jember
20
LAMPIRAN
Pengalaman
A Bidang Diklat : 1. PAT-UT
2. Pelatihan Penelitian Fenomologi & Action Recearch
3. Pelatihan PIPS & PIPK
2. Anggota:
Nama : Sri Suhastuti
NIP : 19560712198303 2 001
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 12 Juli 1956
Pangkat/Gol : Pembina / IV/a
Jabatan : Lektor Kepala
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agroteknologi
Matakuliah Ampuan : - Perancangan Percobaan
- Biokimia
- Bioteknologi
- Kultur jaringan
21
Pengalaman
A Bidang Diklat : 1. Pelatihan Metodologi Penelitian
2. Pelatihan Klimatologi berwawasan lingkungan
22
Lampiran C: Deskripsi Penugasan Tim
23
Pendidi-
No Keahlian Utama Tenaga Ahli Pengalaman Tugas Umum
kan
1. Dr. Tri Dyah Prastiti, M. Pd. S-3 30 th Menyusun dan
Ketua Tim/ Pendidikan mengendalikan
Matematika pelaksanaan Abdimas
UT
Mengembangkan
desain pelatihan
bersama anggota.
Melaksanakan
pelatihan
Memonitoring
pelaksanaan dan
pengumpulan data
Pembuatan laporan
penelitian abdimas
24
U
Gang V
Gang IV
Gang III
Gang II
Gang I
Keterangan:
= sungai Bedadung
= rel kereta api
= Jl. Slamet Riyadi Jember
25
Lampiran E: Peta Wilayah/Masyarakat tempat Abdimas
26
27
Lampiran F : Surat Perjanjian Penugasan
28
29
30
31
32
Lampiran G: Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan ABDIMAS
33
34
Lampiran 5: Foto – foto Kegiatan di Lokasi Kegiatan Abdimas.
35
Gambar 1: Tim peneliti dan Ketua RW sedang rapat untuk penentuan tempat
yang mendapat bantuan teknologi biopori
36
Gambar 2: Warga sedang memulai kegiatan
37
38
Gambar 3: warga sedang membuat lobang biopori
39
Gambar 5: Monitoring Tim Peneliti
terhadap hasil pemasangan biopori
40