Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/305730452

Inflasi dalam Islam

Article · July 2016

CITATIONS READS

0 18,076

1 author:

Ahmad Syakir
State Islamic University of Sumatera Utara, Medan Indonesia
2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ahmad Syakir on 31 July 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Inflasi dalam Pandangan Islam |1

INFLASI DALAM PANDANGAN ISLAM


Ahmad Syakir
S3 IEF Trisakti Intake 13 - 2015
Email : asy4k1r@gmail.com

A. Pendahuluan
Uang dalam masyarakat menjadi alat pertukaran yang lazim diterima, di mana
barang dan jasa dapat diperjual-belikan dengan uang. Sepanjang sejarah, nilai
moneter berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi karena sifat alamiah dari uang itu
sendiri.
Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang
terpenting, ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya instabilitas nilai
tukar uang akan mengakibatkan perkeonomian tidak berjalan pada titik
keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan
dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibn Khaldun mengatakan bahwa
suatu negara tidak akan mungkin mampu melakukan pembangunan secara
berkesinambungan tanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya.1
Pada saat tingkat harga secara umum naik, masyarakat harus mengeluarkan
uang lebih banyak untuk jumlah barang atau jasa yang sama. Inflasi tidak akan
berlanjut jika tidak diikuti dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak dapat
menemukan uang lebih untuk membeli barang demi mempertahankan tingkat
pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian dengan membeli lebih sedikit
yang kemudian akan membatasi kemampuan penjual untuk menaikkan harga.
B. Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi dalam Islam tidak berbeda pengertiannya dengan inflasi
konvensional. Inflasi adalah sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang
bersifat umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan suatu gejala
dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun
secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru
suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak

1. M. Umer Chapra, Why has Islamic Probihited Interest? Review of Islamic Economics, No.
9, (2000), hlm. 5-20.
Inflasi dalam Pandangan Islam |2

ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan


terjadinya inflasi tersebut.
Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga yang
meningkat secara umum dan terus menerus. Dalam wikipedia, inflasi didefinisikan
sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu). Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu.
Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa infasi merupakan sebuah fenomena
alam yang menimpa kehidupan masyarakat di dunia sejak masa dahulu hingga
sekarang, dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah
terjadi di Mesir.2 Menurutnya, inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum
mengalami kenaikan dan belangsung terus menerus. Al-Maqrizi mengklasifikasikan
inflasi berdasarkan faktor penyebabnya kedalam dua hal, yaitu inflasi yang
disebabkan oleh faktor alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.3

C. Teori Inflasi Islam


Para ekonom Islam berpendapat, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena empat hal sebagai berikut:
1. Inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan), pembayaran di
muka, dan unit penghitungan. Akibat inflasi, orang harus melepaskan diri dari
uang dan aset keuangan. Inflasi bisa menyebabkan inflasi lagi (self feeding
inflation).
2. Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3. Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk non-primer dan
barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume).
4. Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan kekayaan
(hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing. Inflasi

2. Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 424.

3. Ibid. hlm. 424-425


Inflasi dalam Pandangan Islam |3

mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industrial,


perdagangan, transportasi, dan lainnya.4
Selain itu, inflasi menimbulkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan
akuntansi, misalnya:

1. Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar
dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual.
2. Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal pemeliharaan modal riil
dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.
3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index)
untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.5
Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan
digunakannya mata uang dinar dan dirham.6 Penurunan nilai masih mungkin terjadi,
yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan,
diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini
kecil sekali kemungkinannya.7
Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang merupakan ekonom
muslim dan juga salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua
golongan yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang (Natural inflation) dan
inflasi akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).
Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur
Rasyidin, yaitu karena kekeringan atau peperangan. Sementara itu, Inflasi jenis kedua
menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang
buruk. Kedua, pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang yang
berlebihan.8

4. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 139.
Lebih lanjut anda dapat melihat pada Rafiq al-Masri ; a paper submitted in the Second Workshop on
Inflaction : Inflaction and Its Impact on Societies – The Islamic Solution, (Kuala Lumpur, 1996).

5. Ibid.

6. Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 189.

7. Ibid. hlm. 190.

8. Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 67-68.
Inflasi dalam Pandangan Islam |4

1. Inflasi Alamiah (Natural Inflation)


Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan disebabkan oleh
berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa negara. Misalnya
ketika suatu bencana banjir terjadi, maka akan terjadi gagal panen diberbagai sawah
sehingga terjadi kelangkaan bahan makanan dan meningkatnya harga bahan
makanan.
Menurut Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan
makanan dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan
barang-barang tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi
kelngkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan dalam kehidupan,
permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga
membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Hal ini sangat berimplikasi
terhadap kenaikan harga berbagai barang dan jasa lainnya. Akibatnya, transaksi
ekonomi mengalami kemacetan, bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya
menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian di kalangan
masyarakat. Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat untuk
menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan mereka. Untuk
menanggulangi bencana itu, pemerintah mengeluarkan sejumlah dana besar yang
mengakibatkan perbendaharaan mengalami penurunan drastis karena, disisi lain,
pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan kata lain,
pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara,baik secara politik, ekonomi,
maupun sosial, menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan keruntuhan sebuah
pemerintahan.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sekalipun suatu bencana telah berlalu,
kenaikan harga-harga tetap berlangsung. Hal ini merupakan implikasi dari bencana
alam sebelumnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama di sektor
produksi, mengalami kemacetan. Ketika situasi telah normal, persediaan barang-
barang yang signifikan, seperti benih padi, tetap tidak beranjak naik, bahkan tetap
langka, sedangkan permintaan terhadapnya meningkat tajam. Akibatnya, harga
barang-barang ini mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti oleh kenaikan harga
berbagai jenis barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan gaji para pekerja.9

9. Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 425-426.
Inflasi dalam Pandangan Islam |5

Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman


Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau
mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:
Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai
Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami”.
Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan
Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang
meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”
Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis konvensional yaitu
persamaan identitas berikut:10
MV = PT =Y
Dimana:
M : Jumlah uang beredar
V : Kecepatan peredaran uang
P : Tingkat harga
T : Jumlah barang dan jasa
Y : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)
Natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:
1) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian (T). Misalnya T↓ sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya
P↑.
2) Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya, nilai ekspor lebih besar
daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang
mengakibatkan M↑ sehingga jika V dan T tetap maka P↑.
Lebih lanjut, jika dianalisis dengan persamaan agregatif :
Dimana : AD = AS
AS = Y
AD = C + I + G + (X – M)
Serta : Y = pendapatan nasional
C = konsumsi
I = investasi

10. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam |6

G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = net ekspor
Maka : Y = C + I + G + (X – M)
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu:
a. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor meningkat (X↑)
sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net ekspor nilainya sangat besar yang
mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑).
Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu
eksportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar
negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net
export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa
kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi
keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau
komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan
agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal.11

b. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun


embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab
yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat
harga-harga (P↑).12
2. Human Eror Inflation
Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41), yang artinya;
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

11. Ibid

12. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam |7

Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya


sebagai berikut :13
a) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration).
Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan
karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada berbagai jabatan penting
dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental
seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini
juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan
menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk
menutupi kebutuhan finansial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup.
Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan
Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan
menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah
mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of
goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan
MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak
mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi.
Harga terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini
menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dan pada akhirnya
terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang merugikan masyarakat.
Jika merujuk pada persamaan AS-AD, terlihat korupsi dan administrasi
pemerintahan yang buruk menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregatif.
Selain menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan
kelemahan administrasi sangat membahayakan perekonomian yakni terjerat pada
spiralling inflation atau hyper inflation.14
b) Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir
sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu

13. Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 435.

14. Adiwarman A. Karim, Makro Ekonomi Islami,..hlm. 144.


Inflasi dalam Pandangan Islam |8

kontraksi pada kurva penawaran agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive
tax mengakibatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan efficiency loss atau dead
weight loss.
c) Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage).
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi,
maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah
melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Ibn al-Maqrizi berpendapat
bahwa percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga
(P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai.
Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk
jumlah uang (fulus), sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga
komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada
tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang
mempunyai nilai nominal yang kecil.15

D. Langkah-langkah Penanggulangan Inflasi dalam Islam


Dalam konsepsi Islam, orientasi ekonomi haruslah memperjuangkan nasib
rakyat kecil serta kesejahteraan rakyat banyak, yang dalam teori ushul fiqh
dinamakan al maslahah al ammah. Sedangkan mekanisme yang digunakan untuk
mencapai kesejahteraan itu tidaklah ditentukan format dan bentuknya.
Inflasi dapat menguntungkan golongan masyarakat tertentu tetapi merugikan
golongan lain. Karenanya setiap negara berusaha menghindari inflasi dengan
menerapkan berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh
bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan
inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya.
Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi :
a. Kebijakan Diskonto. Kebijakan diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan

15. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam |9

menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu dengan jealan
menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka. Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat
berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy). Yaitu kebijakan bank sentral
untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan
presentasi persediaan kas dari bank.
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas, Islam tidak
menggunakan instrument bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang
baru atau defisit anggaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang dan
pembangunan infrastruktur sektor rill. Syekh Abdul Qadim Zallum mengatakan
bahwa, sistem moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah pengadaan dan
pengaturan keuangan dalam suatu Negara. Yang paling penting dalam setiap
keuangan adalah penentuan satuan dasar keuangan dimana kepada satuan itu
dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain. Variabel yang harus
diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian Islam
adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga. Bank Islam harus mengarahkan
kebijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan dalam penawaran uang yang
cukup untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka menengah dan
jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi
Islam. Sasarannya haruslah untuk menjamin bahwa pengembangan moneter yang
tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi
kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan
social. Tingkat pertumbuhan yang ingin dicapai haruslah yang stabil, realistis dan
dapat bertahan dalam jangka menengah maupun panjang, bukan yang tidak realistis
dan naik turun.16

16. Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 193-194.
Inflasi dalam Pandangan Islam | 10

2. Kebijakan Fiskal
1. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pemerintah harus menjaga penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan. Sehingga tidak melampaui batas
yang telah direncanakan yang dapat mendorong pertambahan uang beredar dan
sebaliknya.
2. Peningkatan dan Penurunan Tarif Pajak. Dengan mengontrol kebijakan
mengenai tarif pajak dapat menstabilkan daya beli masyarakat dan kemampuan
produksi barang dan jasa.
Dalam perspektif Islam kebijakan fiskal mempunyai peran penting, hal ini
didasarkan pada alas an-alasan sebagai berikut: Peran kebijakan fiskal relative
dibatasi, dua hal yang mendasarinya; 1) Tingkat bunga yang tidak mempunyai peran
sama sekali dalam ekonomi islam, 2) Islam tidak memperbolehkan perjudian karena
dapat menimbulkan berbagai praktek perjudian yang mengandung spekulasi
(untung-untungan). Pemerintah Islam harus lebih keras dan tegas dalam menjamin
bahwa pungutan atas zakat dapat dikumpulkan dari setiap muslim yang mempunyai
kelebihan harta yang telah mencapai nishab.
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan,
ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam yaitu Islam
menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan demokrasi
sesuai dengan QS. 59:7, yang artinya :
“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi
masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan serta menyebarkan ajaran islam
seluas mungkin.17

17. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam | 11

Masih menurut Majid, dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada


beberapa instrument yang digunakan, yaitu : Penggunaan kebijakan fiskal dalam
menciptakan kesempatan kerja, hal ini mungkin saja apabila investasi tidak hanya
digunakan untuk menutupi kesenjangan antara pendapatan nasional dengan
pengeluaran konsumsi agregat, maka harapan yang tinggi terhadap tingkat
keuntungan dapat dicukupi dengan mengajak para pengusaha untuk ikut membuka
investasi baru yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Hal yang harus dilakukan
oleh pemerintah adalah menari beban atas harta yang menganggur, sehingga akan
mendorong masyarakat untuk menginvestasikan dananya lewat tabungan atau
deposito dengan tanpa menggunakan tingkat bunga tetapi melalui bagi hasil, semua
ini akan merangsang para pengusaha karena dalam berusaha tidak akan terbebani
oleh beban bunga yang tinggi.18

3. Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi. Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi
dengan peningkatan produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan
hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan Upah. Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang
siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
3. Pengawasan Harga. Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha
dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga pasar.19

4. Perbaikan Prilaku Masyarakat


Dalam mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya
perbaikan prilaku masyarakat. sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak
didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang
mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak,
melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar mata
uang tersebut.

18. Ibid

19. Reksoprayitno, Soediyono, Ekonomi Makro ; Analisis IS-LM dan Permintaan-


Penawaran Agregatif. BPFE-Yogyakarta, (Yogyakarta 2000).hlm. 193.
Inflasi dalam Pandangan Islam | 12

Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama,
yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang
dînâr-dirham pernah rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata
uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir
tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari
pembungaan dan spekulasi tersebut.
Sedangkan menurut M. Hatta setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam
yang dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
Dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum
pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum
pertukaran internasional, dan otoritas kebijakan moneter.20

E. Penutup
Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang
yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu
tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini
berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang
tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan-penyimpangan
yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Inflasi digolongan menjadi dua
golongan, yaitu natural inflation dan human error inflation. Karenanya, hendaklah
masyarakat bisa menjaga (hedging) terhadap harta kekayaannya dengan cara yang
bijaksana, tidak berprilaku boros dan hidup dalam kesederhanaan.
Sebaiknya kita simak kutipan dari Yusuf Qardhawi yang mengatakan “Hal yang
dapat membedakan antara sistem Islam dengan sistem maupun agama lain, adalah
bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya
tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara
perang dengan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami. Karena
risalah Islam adalah risalah akhlak, sebagaimana pula tidak pernah terpisah antara
agama dan negara, dan antara materi dan ruhani. Seorang Muslim yakin akan
kesatuan hidup dan kesatuan kemanusiaan. Karena itu, tidak bisa diterima sama
sekali tindakan pemisahan antara kehidupan dunia dan agama sebagaimana yang
terjadi di Eropa. Demikian pula yang digembar-gemborkan oleh faham kapitalis
maupun lainnya.”21

20. Ibid.

21. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Perekonomian Islam, terj. KH. Didin
Hafidhuddin, (Jakarta : Robbani Press, 1977), hlm. 57.
Inflasi dalam Pandangan Islam | 13

Referensi

Chapra, M. Umer, (2000). Why has Islamic Probihited Interest? Review of Islamic
Economics, No. 9.

Huda, Nurul dkk.(2009). Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis. Kencana:


Jakarta.

Karim, Adiwarman Aswar. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Rajawali


Pers: Jakarta.

______________________. (2001). “Ekonomi Islam”; Suatu Kajian Kontemporer. Gema


Insani Pers: Jakarta.

______________________. (2005). Mata Uang Islami, Telaah Komprehensif Sistem


Keuangan Islami. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Reksoprayitno, Soediyono. (2000). Ekonomi Makro; Analisis IS-LM dan


Permintaan-Penawaran Agregatif. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta.

Qardhawi, Yusuf, (1977), Peran Nilai dan Moral Perekonomian Islam, terj. KH. Didin
Hafidhuddin, Robbani : Press Jakarta.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai