net/publication/305730452
CITATIONS READS
0 18,076
1 author:
Ahmad Syakir
State Islamic University of Sumatera Utara, Medan Indonesia
2 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ahmad Syakir on 31 July 2016.
A. Pendahuluan
Uang dalam masyarakat menjadi alat pertukaran yang lazim diterima, di mana
barang dan jasa dapat diperjual-belikan dengan uang. Sepanjang sejarah, nilai
moneter berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi karena sifat alamiah dari uang itu
sendiri.
Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang
terpenting, ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya instabilitas nilai
tukar uang akan mengakibatkan perkeonomian tidak berjalan pada titik
keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan
dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibn Khaldun mengatakan bahwa
suatu negara tidak akan mungkin mampu melakukan pembangunan secara
berkesinambungan tanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya.1
Pada saat tingkat harga secara umum naik, masyarakat harus mengeluarkan
uang lebih banyak untuk jumlah barang atau jasa yang sama. Inflasi tidak akan
berlanjut jika tidak diikuti dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak dapat
menemukan uang lebih untuk membeli barang demi mempertahankan tingkat
pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian dengan membeli lebih sedikit
yang kemudian akan membatasi kemampuan penjual untuk menaikkan harga.
B. Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi dalam Islam tidak berbeda pengertiannya dengan inflasi
konvensional. Inflasi adalah sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang
bersifat umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan suatu gejala
dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun
secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru
suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
1. M. Umer Chapra, Why has Islamic Probihited Interest? Review of Islamic Economics, No.
9, (2000), hlm. 5-20.
Inflasi dalam Pandangan Islam |2
2. Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 424.
1. Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar
dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual.
2. Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal pemeliharaan modal riil
dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.
3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index)
untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.5
Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan
digunakannya mata uang dinar dan dirham.6 Penurunan nilai masih mungkin terjadi,
yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan,
diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini
kecil sekali kemungkinannya.7
Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang merupakan ekonom
muslim dan juga salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua
golongan yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang (Natural inflation) dan
inflasi akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).
Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur
Rasyidin, yaitu karena kekeringan atau peperangan. Sementara itu, Inflasi jenis kedua
menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang
buruk. Kedua, pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang yang
berlebihan.8
4. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 139.
Lebih lanjut anda dapat melihat pada Rafiq al-Masri ; a paper submitted in the Second Workshop on
Inflaction : Inflaction and Its Impact on Societies – The Islamic Solution, (Kuala Lumpur, 1996).
5. Ibid.
6. Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 189.
8. Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 67-68.
Inflasi dalam Pandangan Islam |4
9. Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 425-426.
Inflasi dalam Pandangan Islam |5
10. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam |6
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = net ekspor
Maka : Y = C + I + G + (X – M)
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu:
a. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor meningkat (X↑)
sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net ekspor nilainya sangat besar yang
mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑).
Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu
eksportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar
negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net
export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa
kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi
keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau
komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan
agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal.11
11. Ibid
12. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam |7
13. Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 435.
kontraksi pada kurva penawaran agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive
tax mengakibatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan efficiency loss atau dead
weight loss.
c) Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage).
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi,
maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah
melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Ibn al-Maqrizi berpendapat
bahwa percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga
(P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai.
Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk
jumlah uang (fulus), sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga
komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada
tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang
mempunyai nilai nominal yang kecil.15
15. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam |9
menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu dengan jealan
menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka. Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat
berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy). Yaitu kebijakan bank sentral
untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan
presentasi persediaan kas dari bank.
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas, Islam tidak
menggunakan instrument bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang
baru atau defisit anggaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang dan
pembangunan infrastruktur sektor rill. Syekh Abdul Qadim Zallum mengatakan
bahwa, sistem moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah pengadaan dan
pengaturan keuangan dalam suatu Negara. Yang paling penting dalam setiap
keuangan adalah penentuan satuan dasar keuangan dimana kepada satuan itu
dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain. Variabel yang harus
diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian Islam
adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga. Bank Islam harus mengarahkan
kebijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan dalam penawaran uang yang
cukup untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka menengah dan
jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi
Islam. Sasarannya haruslah untuk menjamin bahwa pengembangan moneter yang
tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi
kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan
social. Tingkat pertumbuhan yang ingin dicapai haruslah yang stabil, realistis dan
dapat bertahan dalam jangka menengah maupun panjang, bukan yang tidak realistis
dan naik turun.16
16. Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 193-194.
Inflasi dalam Pandangan Islam | 10
2. Kebijakan Fiskal
1. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pemerintah harus menjaga penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan. Sehingga tidak melampaui batas
yang telah direncanakan yang dapat mendorong pertambahan uang beredar dan
sebaliknya.
2. Peningkatan dan Penurunan Tarif Pajak. Dengan mengontrol kebijakan
mengenai tarif pajak dapat menstabilkan daya beli masyarakat dan kemampuan
produksi barang dan jasa.
Dalam perspektif Islam kebijakan fiskal mempunyai peran penting, hal ini
didasarkan pada alas an-alasan sebagai berikut: Peran kebijakan fiskal relative
dibatasi, dua hal yang mendasarinya; 1) Tingkat bunga yang tidak mempunyai peran
sama sekali dalam ekonomi islam, 2) Islam tidak memperbolehkan perjudian karena
dapat menimbulkan berbagai praktek perjudian yang mengandung spekulasi
(untung-untungan). Pemerintah Islam harus lebih keras dan tegas dalam menjamin
bahwa pungutan atas zakat dapat dikumpulkan dari setiap muslim yang mempunyai
kelebihan harta yang telah mencapai nishab.
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan,
ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam yaitu Islam
menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan demokrasi
sesuai dengan QS. 59:7, yang artinya :
“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi
masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan serta menyebarkan ajaran islam
seluas mungkin.17
17. Ibid
Inflasi dalam Pandangan Islam | 11
3. Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi. Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi
dengan peningkatan produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan
hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan Upah. Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang
siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
3. Pengawasan Harga. Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha
dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga pasar.19
18. Ibid
Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama,
yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang
dînâr-dirham pernah rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata
uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir
tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari
pembungaan dan spekulasi tersebut.
Sedangkan menurut M. Hatta setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam
yang dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
Dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum
pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum
pertukaran internasional, dan otoritas kebijakan moneter.20
E. Penutup
Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang
yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu
tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini
berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang
tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan-penyimpangan
yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Inflasi digolongan menjadi dua
golongan, yaitu natural inflation dan human error inflation. Karenanya, hendaklah
masyarakat bisa menjaga (hedging) terhadap harta kekayaannya dengan cara yang
bijaksana, tidak berprilaku boros dan hidup dalam kesederhanaan.
Sebaiknya kita simak kutipan dari Yusuf Qardhawi yang mengatakan “Hal yang
dapat membedakan antara sistem Islam dengan sistem maupun agama lain, adalah
bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya
tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara
perang dengan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami. Karena
risalah Islam adalah risalah akhlak, sebagaimana pula tidak pernah terpisah antara
agama dan negara, dan antara materi dan ruhani. Seorang Muslim yakin akan
kesatuan hidup dan kesatuan kemanusiaan. Karena itu, tidak bisa diterima sama
sekali tindakan pemisahan antara kehidupan dunia dan agama sebagaimana yang
terjadi di Eropa. Demikian pula yang digembar-gemborkan oleh faham kapitalis
maupun lainnya.”21
20. Ibid.
21. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Perekonomian Islam, terj. KH. Didin
Hafidhuddin, (Jakarta : Robbani Press, 1977), hlm. 57.
Inflasi dalam Pandangan Islam | 13
Referensi
Chapra, M. Umer, (2000). Why has Islamic Probihited Interest? Review of Islamic
Economics, No. 9.
Qardhawi, Yusuf, (1977), Peran Nilai dan Moral Perekonomian Islam, terj. KH. Didin
Hafidhuddin, Robbani : Press Jakarta.