Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. W.I UMUR 19 TAHUN


DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANGAN IBS
RSUP PROF DR. R.D KANDOU MANADO

Oleh :

Kelompok 2

1. Anissa Lihawa, S.kep 2004013

2. Sohiha Andisi, S.kep 2004004

3. Nuryati Jamil, S.kep 2004003

4. Novia Mokoagow, S.kep 2004014

5. Fitriyani Mamuntu, S.kep 2004005

6. Fanda V. Torindatu, S.kep 2004016

7. Erwin Jamaludin, S.kep 2004024

8. Surandi lebeharia,S.kep 2004006

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. W.I UMUR 19TAHUN


DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANGAN IBS
RSUP PROF DR. R.D KANDOU MANADO

Telah disetujui oleh :

Clinical Teacher Clinical Instrusture

Ns. Faradila M. Suranata, S.Kep,. M.Kep Ns.

Mengetahui, Ketua
Prodi Ners
STIKES Muhammadiyah Manado

Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0905098601

KATA PENGANTAR

ii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang

MahaEsa, atas limpahan karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun

laporan profesi ners , ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W.I UMUR 19

TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANGAN IBS RSUP PROF DR.

R.D KANDOU MANADO yang merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan MUHAMADIYAH MANADO. Salawat beriring salam juga penulis

aturkan untuk Nabi Muhammad SAW. Dalam penulisan laporan ini penulis

banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

terutama kepada yang terhormat :

1. Hj. Ns, Silvia Dewi Mayasari Riu S.Kep, M.Kep, CWCCA selaku Ketua

Program Studi Profesi Ners yang selalu memberikan bimbingan serta

motivasi selama proses perkuliahan

2. Ns.Faradilla M.Suranata S.kep, M.Kep selaku Pembimbing

yang telah membimbing Kami dalam menuntut ilmu dan menjadi

mahasiswa profesi Ners

DAFTAR ISI
HALAMAN ........................................................................................... i

iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
DAFTAR PUATAKA........................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................... 3
C. Manfaat........................................................................................ 3

BAB II. KONSEP DASAR


A. Definisi........................................................................................ 5
B. Klasifikasi.................................................................................... 5
C. Etiologi........................................................................................ 6
D. Manifestasiklinis......................................................................... 7
E. Patofisiologi................................................................................ 9
F. Patways........................................................................................ 11
G. Pemeriksaanpenunjang................................................................ 12
H. Komplikasi.................................................................................. 12
I. Penatalaksaan.............................................................................. 13
J. PengkajianFokus......................................................................... 17
K. DiagnosaKeperawatan................................................................. 21
L. Intervensi..................................................................................... 21

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian................................................................................... 25

iv
B. Analisa Data................................................................................ 30
C. Diagnosa, IntervensidanRasionalnya.......................................... 32
D. Implementasi............................................................................... 32
E. Evaluasi....................................................................................... 32
F. JurnalTerkait................................................................................ 41

BAB IV. PEMBAHASAN

BAB V.PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 44
B. Saran............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 46
LAMPIRAN........................................................................................... 46

v
DAFTAR TABEL

Tabel :3.1 Pengkajian……………………………………………….. 25


Tabel : 3.2 Diagnosa............................................................................ 32
Tabel : 3.3 Intervensi………………………………………………... 32
Tabel : 3.4 Implementasi……………………………………………. 32
Tabel : 3.5 Evaluasi…………………………………………………. 32

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patways………………………………………………………. 11

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Judul………………………………………………………….. 1

Lampiran 2LembaranPersetujuan ………………………………………… 2

Lampiran 3JurnalPenelitian……………………………………………….. 41

Lampiran 4 LembaranKonsul……………………………………………… 45

BAB 1

viii
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang – halangi masuknya kepala kedalam panggul. Ovarektomi
adalah operasi pengangkatan dari ovarium atau indung telur. Tetapi istilah
ini telah digunakan secara tradisional dalam penelitian ilmu dasar yang
menggambarkan operasi pengangkatan indung telur (Wiknjosastro, 2012).
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian dari semua kanker
ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2019 diperkirakan jumlah
penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan angka kematian
sebesar13.900 orang. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering
tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehinggatidak diketahui
dimana2 sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut.
(Brunner&Suddarth, 2012).
Di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan laporan program dari Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota yang berasal dari Rumah sakit dan Puskesmas
tahun 2010, kasus penyakit tumor terdapat 7.345 kasus terdiri dari
tumorjinak 4.678 ( 68 % ) kasus dan tumor ganas 2.667 ( 42 % ) kasus,
kasus terbanyak ditemukan di Kota Semarang (Dinkes Jateng, 2013).Dari
data yang penulis dapatkan kasus kistomaovari di Ruang Bougenvile
RSUD TUGUREJO SEMARANG pada tahun 2011 terdapat 19kasus,
dengan rentang umur 17 – 19 tahun ( masa pubertas ) sebanyak 1kasus,
umur 20 – 50 tahun sebanyak 15 kasus, sedangkan umur 55 tahun keatas
sebanyak 3 kasus. Kasus kistomaovari pada usia antara 20 - 50 tahun
masih mencapai peringkat tertinggi. Hal ini sesuai dengan faktor

ix
presdisposisi bahwa kistomaovarii banyak terjadi pada usia 20 - 50 tahun
(CM RSUD Tugurejo Semarang, 2011). Banyak tumor tidak menunjukkan
tanda dan gejala, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besargejala
dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi
tumor. Adanya tumor didalam perut bagian bawah bias menyebabkan
pembenjolan perut. Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. Prinsip bahwa tumor ovarium
neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika
menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada
penderita danyang besarnya tidak melebihi 5 cm diameter nya,
kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus
luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan
dan menghilang,
Sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika
selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor
tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor
besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan
operatif. Tindakan operasi pada tumor yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor (Wiknjosastro, 2012).
Pada klien post operasi kista ovarium akan mengalami masalah yang
berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta
sebagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran
perawat diperlukan untuk mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan
mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres hangat
dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik nafas dalam untuk
membantu mengurangi rasa nyeri, membantu perawatan luka post operasi
dengan teknik aseptic untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu
memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman
dan mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang
dilakukan tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga

x
asuhan keperawatan pada klien post operasikista ovarium dapat dilakukan
secara optimal. Melihat bahaya dan tingginya angka kejadian pada kasus
kistomaovarium, maka penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi kista ovarium.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui pengelolah asuhan keperawatan pada Nn.W.I dengan
Post Ovarektomi Dextra atas indikasi Kista Ovarium diruang IBS Rsup
Prof . Dr. R.D Kandou Manado

2. Tujuan khusus
Dalam penulisan Asuhan keperawatan;
a. Mengetahui hasil pengkajian keperawatan pada Nn.W.I dengan Post
Ovarektomi Dextra atas indikasi Kista Ovarium.
b. Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada Nn.W.I dengan
Post Ovarektomi Dextra atas indikasi Kista Ovarium.
c. Mengetahui tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang muncul pada Nn. W.I dengan Post Ovarektomi
atas indikasi Kista Ovarium.
d. Mengetahui factor pendukung dan penghambat yang ditemukan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada Nn. W.I Post
Ovarektomi atas indikasi Kista Ovarium.

BAB II

xi
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium


yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah
dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi
perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar (Prawirohardjo, 2017:
664).

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun


besar, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2017: 346). Kista indung telur
adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium.
Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur
dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2013: 17).

Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,


normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)
(Nugroho, 2017:101).

Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 -70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut
melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
hati dan paru-paru Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang
paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan.
(Price, 2005;1297).

Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu : (Smeltzer, 2017;1570)

1. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium


2. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis
3. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif.

xii
4. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.


Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan,
endokrin dan faktor genetik (Price,2005;1297).
1. Faktor lingkungan Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya
asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah
vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
2. Faktor endokrin Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah
perempuan yang nulipara, menarke dini, menopause yang lambat,
kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan
kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah.
Terapi pengganti astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau
lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium.
3. Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita
kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama
yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50%
kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

C. PATOFISIOLOGI

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang


berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri
pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua

xiii
kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik
muncul tanpa gejala atau spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul
seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan
disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak
tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa
perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat
hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan
akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam
tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering tenak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat
terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium
bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron
dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat
timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor,ruptur, atau
torsiovarium. Namun, tumor varium paling sering terdeteksi selama
pemeriksaan pelvis rutin.

D. KOMPLIKASI

xiv
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkandalam 3 kategori besar( Price, 2005;1297) yaitu :
(Price,2005;1297)
1. Tumor - tumor epitel Tumor - tumor epitel menyebabkan 60% dari semua
neoplasma ovarium dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak,
perbatasan ganas dan Ganas
2. Tumor stroma gonad
3. Tumor - tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak
(kista dermoid),tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel
germinal primitive ganas (selembrionik dan ekstraembrionik) Dua pertiga
persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting
untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
4. Gejala klinis Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien
dengan kanker ovarium adalah sebagai berikut :
5. Haid tidak teratur
6. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara
7. Nenopause dini
8. Dispepsia
9. Tekanan pada pelvis
10. Sering berkemih dan disuria
11. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
12. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen (Smeltzer,2001;1570)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

xv
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam
menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada
keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat,
berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites. Walaupun ada pemeriksaan
yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan
positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan,
namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas
yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan
petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker
ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah
pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara
lain alpha - fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human
placental lactogen (hPL), plasental - like alkaline phosphatase (PLAP) dan
human chorionic gonadotrophin(hCG).

F. PENATALAKSANAAN

Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium


antara lain : (Smeltzer, 2001;1570)
1. Pentahapan / pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang
digunakan untuk mengarahkan pengobatan
2. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingooofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini
3. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan
4. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk cisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
5. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel- sel
untuk berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang
ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit
dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri.

xvi
Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus
minum G-CSF (factor granulosit koloni stimulating)
6. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh
sesak akibat desakan pada diafragma.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat
penyakit kanker ovarium
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
3. Nausea berhubungan dengan ovarium (kanker bermeta stasis dg invasi ke
abdomen)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
7. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker
ke bagian tubuh yang lain).

xvii
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH

Nama Mahasiswa
NIM :
Tgl & jam :23-06-2021 / 09.15

I. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN

a. Nama Pasien : Nn. W. I


b. Tgl lahir/ Umur : 2002-01-18 / 19 Tahun- 5 Bulan
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Bulawan Kotabunan
f. No CM : 00740716
g. Diagnosa Medis : Kista Ovarium

2. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB

a. Nama : Ny. H.I


b. Umu : 53 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan ` : IRT
f. Hubungan dengan pasien : Anak kandung

Asal pasien : Rawat Inap

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Riwayat Penyakit : Tidak ada
3. Riwayat Operasi/anestesi : Tidak ada
4. Riwayat Alergi : Tidak ada
5. Jenis Operasi :
6. TTV :Suhu : 37 ̊ C, Nadi : 108 x/mnt, Respirasi :26 x/mnt,TD : 135/86
mmHg
7. TB/BB : 155ccm / 52 Kg
8. Golongan Darah : A Rhesus : (+)

xviii
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL

9. Status Emosional : Kooperatif

10. Tingkat Kecemasan : Cemas

11. Skala Cemas : 2 = Tingkat perhatian tinggi

12. Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale)

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri tak tertahan
□0 □ 1-3 □4-6 □ 7-9 □ 10

13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas

Jika Tidak normal,


Normal
jelaskan

xix
TIDAK
YA
Kepala bulat,
rambut bersih
Kepala ,tidak ada
odema

Tidak ada
pembengkakan
Leher kelenjar thiroid

Dada simetris
kiri dan kanan,
Pernafasan
Dada Reguler, tidak
ada kelainan

Terdapat Massa
Abdomen Tidak Normal Besar Cystic
(Kista Ovarium)
Tampak terpasang
kateter, Genetalia
Genitalia
bersih, dan tidak
ada kelainan
Kulit sawo
matang, Lesi
tidak ada,
Integumen
odema tidak ada

Pergerakan aktif ,
tangan kiri
Ekstremitas terpasang infus
dan tidak ada
kelainan

14. Hasil Data Penunjang

xx
15. Laboratorium :
Tgl pemeriksaan : 11-06-2021

PARAMETER HASIL NILAI SATUAN GRAPH


RUJUKAN
Leukosit 10.9 4.0 – 10.0 10^3/uL …( )…*
Hemoglobin 12.0 – 16.0 g/dL *…( )…
MCH 25.9 27.0 – 35.0 pg *…( )…
Netrofil Batang 0 2-8 % *…( )…

16. EKG : Sinus Takikardi 108 x/m

17. Rontgen : Tgl: 11-06-2021


Cor Kesan Tampak Normal,
Pulmo Corakan Bronkhovaaskuler dalam Batas Normal

18. USG :

19. Lain-lain : ccv -2 ( PCR ) Negatif

B. INTRA OPERASI

1. Anastesi dimulai jam : 09.10

2. Pembedahan dimulai jam : 10.00

3. Jenis anastesi : Spinal

4. Posisi operasi : litotomi

5. Catatan Anestesi : Spinal

6. Pemasangan alat-alat : Nasal canul 4 Liter, Terpasang Cateter

7. TTV : Suhu 37,5 ̊c Nadi 86 x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak
teratur, RR 24 x/mnt, TD 110/70 mmHg, Saturasi O2 92 %

8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas

xxi
Jika Tidak normal,
Normal
jelaskan

TIDAK
YA
Kepala bulat,
Kepala rambut bersih dan
tidak ada odema
Tidak ada
pembengkakan
Leher kelenjar thiroid

Dada simetris kiri


dan
Dada kanan,Pernapasan
regular, tidak ada
kelainan
Tidak Normal Terdapat Massa
Abdomen
Tampak terpasang
kateter, Genetalia
Genitalia
bersih, dan tidak
ada kelainan
Kulit sawo
matang, Lesi
tidak ada,
Integumen
odema tidak ada

Pergerakan aktif ,
tangan kiri
Ekstremitas terpasang infus
dan tidak ada
kelainan

Total cairan masuk


□ Infus : 1200 cc
□ Tranfusi : Tidak Transfusi

xxii
Total cairan keluar
□ Urine : 1000cc
□ Perdarahan : 300 cc

Balance cairan :-100 cc

C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke :
Pindah ke ICU, jam: 11.15 WITA
pasien mengelu mual , muntah
2. Keadaan Umum : Sedang
3. TTV : Suhu 36,2 oC, Nadi: 76 x/mnt, Rr: 23x/mnt, TD: 123/65mmHg,
Saturasi O2: 98%
4. Kesadaran : CM
5. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:

Jika Tidak normal,


jelaskan
Normal

TIDAK
YA
Kepala bulat,
Rambut bersih,
Kepala
dan tidak ada
odema
Tidak ada
Leher pembengkakan
kelenjar thiroid
Dada simetris kiri
dan kanan,
Dada pernapasan
regular, tidak ada
kelainan
Abdomen
Genitalia Tampak terpasang
kateter, genitalia
bersih, dan tidak

xxiii
ada kelainan
Kulit sawo
matang, Lesi tidak
Integumen
ada, odema tidak
ada
Pergerakan aktif ,
tangan kiri
Ekstremitas terpasang infus
dan tidak ada
kelainan

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak
tertahankan
□0 □ 1-3 □ 4-6 □7-9 □10

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

xxiv
PRE OPRASI

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS : Kekuatiran Ansietas
- Pasien mengatakan mengalami
merasa khawatir dengan kegagalan
kondisi oprasi yang akan
di alaminya.
- Pasien mengatakan rasa
tidak berdaya

DO :
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- Nampak kontak mata
buruk
- TTV:
TD: 135/86 mmHg
Nadi: 108x/m
RR: 26X/m
SB: 37 C

2. DS: Penekanan saraf Nyeri kronis


- Pasien mengeluh nyeri di
bagian abdomen

DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
P: Nyeri abdomen
Q: Nyeri di rasakan seperti
di tusuk-tusuk
R: Dari abdomen menjalar
sampai ke bagian
belakang
S: Skala nyeri 7 (Berat
terkontrol)
T: Hilang timbul 5-10 menit

xxv
INTRA OPRASI

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS: Tidak ada Tindakan Resiko
pembedahan pendarahan
DO:
- Nampak ada pendarahan
300 cc
- HB: 9.400
- TTV:
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 86x/menit
RR: 24x/m
SB; 37,5 c

2. DS: Hipovolemia
Tidak ada

DO :
- Peningkatan kadar
leokosit 10,9 10 ̂3
ul
- Nampak luka post op
pada area abdomen
tengah dengan posisi
Vertikal -/+8 Cm

POST OPRASI

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Efek prosedur Resiko Infeksi
Tidak ada Invasif

DO : - Peningkatan kadar

xxvi
leokosit 10,9 10 ̂3 ul
- Nampak luka post
op pada area
abdomen tengah
dengan posisi
Vertikal -/+8 Cm

2. DS: Nyeri Kronis Gangguan


- Pasien mengatakan mobilitas fisik
merasa nyeri saat
mengerakan tubuh
- Pasien mengatakan
merasa cemas saat
bergerak

DO:
- Nampak pasien
meringis saat
berusaha bergerak
- Nampak gerakan
pasien terbatas
- Nampak fisik pasien
lemah
- Nampak ada luka
post op di abdomen

xxvii
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre operasi :

1. Ansietas b/d Kekuatiran mengalami kegagalan

2. Nyeri kronis b/d Penekanan saraf

Intra Operasi :

1. Resiko infeksi b/d Efek prosedur infansif

2. Resiko pendarahan b/d Tindakan keperawatan

Post Operasi :

1. Resiko jatuh b/d

2. Gangguan Mobilitas fisik b/d Nyeri

xxviii
PRE OPRASI

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


DX
1. Ansietas b/d
kekuatiran mengalami Terapi Relaksasi
kegagalan
Observasi

1) Periksa frekuensi
nadi, tekanan darah
dan suhu
2) Monitor tanda-tanda
ansietas

Terapeutik
1) Berikan infrormasi
tentang kondisi
keadaan pasien
2) ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
3) Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tidakan
medis lain

Edukasi

1) Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan

xxix
jenis relaksasi yang
tersedia (music,
relaksasi Benson dan
Slow Stroke Back
Massage)
2) Anjurkan mengambil
posisi nyaman
3) Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
2 Nyeri Kronis b/d Manejemen Nyeri
. Penekanan saraf
Observasi

1) Identifkasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

Terapeutik

1) Berikan teknik non


farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2) ciptakan suasana yang
nyaman serta rendah
stimulus

Edukasi

1) mengajarkan teknik
nonfarmakologis

xxx
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

1) Pemberian Analgetik

INTRA OPRASI

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


DX
1. Resiko infeksi b/d Efek 1) Memonitor tanda
prosedur infansif
dan gejala infeksi :
- Rubor : Nampak area
luka post oprasi sedikit
kemerahan
- Kalor : Area luka
teraba hangat
- Dulor : Nyeri tekan di
area luka
- Tumor : Tidak ada
benjolan di area luka
- Funsiolaesa: Dari 4
Gejala di atas akan
merunjung pada
gangguan fungsi organ
yang menyebabkan
pasien sulit bergerak
karena nyeri

2) Mencuci tangan

xxxi
sebelum kontak
dengan pasien

3) Mempertahankan
teknik aseptik pada
pasien

4) Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi

5) Menganjurkan
untuk rutin
mengontrol luka
post op setelah
pulang ke rumah

Menganjurkan untuk
menjaga kebersihan dan
kesterilan luka post op.
2. Resiko Pendarahan b/d Pencegahan perdarahan
Tindakan pembedahan
observasi
1) monitor tanda dan
gejala perdarahan
2) monitor nilai
hemoglobin

terapeutik
1) pertahankan bedrest
selama perdarahan
2) monitor TTV

edukasi
1) jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
2) anjurkan
meningkatkan
asupan makan dan

xxxii
vitamin K

kolaborasi

1) kolaborasi obat
pengontrol
perdarahan

POST OPRASI

N DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


O
D
X
1. Resiko jatuh b/d

2. Gangguan mobilitas Dukungan mobilisasi


b/d nyeri
Observasi
1) Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2) Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan

Terapeutik
1) Libatkan keluarga untuk
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan.

Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan

xxxiii
prosedur mobilisasi
2) Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (Misalnya,
Duduk di tempat tidur).

IMPLEMENTASI

N IMPLEMENTASI
O
D
X
1.
1) Monitor tanda tanda ansietas

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak tegang

- Orientasi diri pasien nampak buruk

- Peningkatan TD dan Nadi

2) Mengkaji TTV

TD:135/86 mmHg

Nadi : 108x/m

RR : 26x/m

SB : 37

3) Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

4) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

xxxiv
5) Menginformasi-kan secara aktual mengenai kondisi keadaan pasien

2. 1) Mengidentifikasi nyeri
P: Nyeri abdomen
Q: Nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk
R: Dari abdomen menjalar sampai ke bagian belakang
S: Skala nyeri 7 (Berat)
T: Hilang timbul 5-10 menit

2) Memberikan terapi non farmakologi yaitu tehnik relaksasi napas dalam

3) Menciptakan suasana yang nyaman serta rendah stimulus

1. 1) Memonitor tanda dan gejala infeksi :


- Rubor : Nampak area luka post oprasi sedikit kemerahan
- Kalor : Area luka teraba hangat
- Dulor : Nyeri tekan di area luka
- Tumor : Tidak ada benjolan di area luka
- Funsiolaesa: Dari 4 Gejala di atas akan merunjung pada gangguan
fungsi organ yang menyebabkan pasien sulit bergerak karena nyeri

6) Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien

7) Mempertahankan teknik aseptik pada pasien

8) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi

9) Menganjurkan untuk rutin mengontrol luka post op setelah pulang


ke rumah

Menganjurkan untuk menjaga

xxxv
2. 1) Memonitor tanda dan gejala pendarahan , adanya pendarahan 300
cc

2) Memonitor nilai hemoglobin : 9.400

3) Memonitor TTV
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 86x/m
RR: 24x/m
ST: 37,5 c

4) Menganjurkan meningkatkan asupan makanan dan Vitamin K

Melakukan kolaborasi pemberian injeksi IM Vit K

1.

2. 1) Mengidentifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik


- Pasien mengatakan merasa nyeri di bagian luka post op
- Pasien mengatakan merasa lemah tubuh

1) Memonitor kondisi fisik pasien setelah post op

2) Memotifasi keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan


pergerakan.

xxxvi
3) Menganjurkan melakukan aktfitas ringan beratahap sejak dini

Menjelaskan tujuan dari mobilitas dini setelah oprasi.

EVALUASI

NO DIAGNOSA EVALUASI
DX

1. Ansietas b/d Kekuatiran S: Pasien mengatakan sudah merasa sedikit


mengalami kegagalan tidak khwatir lagi setelah mendengar
penjelasan yang telah diberikan

O: Nampak pasien sedikit lebih tenang

TD : 130/82

N: 98x/m

A: Ansietas b/d kekhwatiran mengalami


kegagalan

Ditandai dengan :

- Perilaku tegang menurun/5


- Perilaku gelisah cukup menurun/4

P: Intervensi dihentikan
2. Nyeri Kronis b/d S: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
Penekanan saraf
sedikit menurun

O: Nampak pasien sedikit lebih tenang

TD : 130/82

xxxvii
N: 98x/m

A. Nyeri kronis b/d penekanan saraf


ditandai :
- Keluhan nyeri cukup menurun/4
- Frekuensi Nadi membaik/5

P: intervensi dihentikan
1. Resiko Infeksi b/d Efek S: tidak ada
prosedur infansif
O: - Nampak area luka post oprasi sedikit
kemerahan
- Area luka teraba hangat
-Nyeri tekan di area luka

A: Resiko Perdarahan d/d Efek prosedur


Invasif
Dilihat dari :
-Nyeri sedang/3
-Kemerahan sedang/3

P. intervensi dihentikan

2. Resiko pendarahan b/d S: tidak ada


Tindakan pembedahan
O : Nampak sudah tidak ada lagi perdarahan
ST : 37 C
TD : 112/70 mmHg

A: Resiko Perdarahan b/d tindakan


pembedahan
Dilihat dari :
- Suhu tubuh cukup membaik/4
- TD cukup membaik/4

P: Intervensi dihentikan

xxxviii
1. Resiko jatuh b/d

2. Gangguan Mobilisasi b/d S : Pasien mengatakan merasa sulit untuk


nyeri menggerakan tubuh akibat nyeri yang
dirasakan

O : pasien Nampak menahan sakit saat


mencoba menggerakan tubuh

A : Gangguan Mobilitas fisik b/d Nyeri


Ditandai dengan :
- Nyeri sedang/3
- Kelemahan fisik sedang/3

P: intervesi dihentikan

xxxix
INTRA OPRASI

N INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI


O
D
X
1. Pencegahan 5) Memonitor tanda dan S: tidak ada
perdarahan
gejala pendarahan ,
O : Nampak
observasi adanya pendarahan 300 sudah tidak ada
3) monitor lagi perdarahan
cc
tanda dan ST : 37 C
gejala TD : 112/70
perdarahan mmHg
6) Memonitor nilai
4) monitor
nilai hemoglobin : 9.400 A: Resiko
hemoglobin Perdarahan d/d
tindakan
terapeutik 7) Memonitor TTV pembedahan
3) pertahankan Dilihat dari :
TD: 110/70 mmHg
bedrest - Suhu tubuh
selama Nadi: 86x/m cukup
perdarahan membaik/4
RR: 24x/m
4) monitor - TD cukup
TTV ST: 37,5 c membaik/4

edukasi P: Intervensi
3) jelaskan 8) Menganjurkan dihentikan
tanda dan
meningkatkan asupan
gejala
perdarahan makanan dan Vitamin K
4) anjurkan
meningkatk
an asupan 9) Melakukan kolaborasi
makan dan
pemberian injeksi IM
vitamin K
Vit K
kolaborasi

xl
2) kolaborasi
obat
pengontrol
perdarahan

2. Pencegahan Infeksi 4) Memonitor tanda dan S: tidak ada


gejala infeksi :
Observasi O: - Nampak
- Rubor : Nampak area luka
1) Monitor tanda area luka post
post oprasi sedikit
dan gejala oprasi sedikit
kemerahan
infeksi lokal kemerahan
- Kalor : Area luka teraba
dan sistemik - Area luka
hangat
teraba hangat
- Dulor : Nyeri tekan di area
Terapeutik -Nyeri tekan di
luka
1) Cuci tangan area luka
- Tumor : Tidak ada
sebelum dan
benjolan di area luka A: Resiko
sesudah kontak
Perdarahan d/d
- Funsiolaesa: Dari 4 Gejala
dengan pasien Efek prosedur
di atas akan merunjung Invasif
dan lingkungan
Dilihat dari :
pada gangguan fungsi organ
pasien -Nyeri
yang menyebabkan pasien sedang/3
2) Pertahankan
-Kemerahan
sulit bergerak karena nyeri
teknik aseptik sedang/3
pada pasien
P. intervensi
10) Mencuci tangan
beresiko tinggi dihentikan
sebelum kontak dengan
pasien
Edukasi
1) Jelaskan tanda
11) Mempertahankan teknik
dan gejala
aseptik pada pasien
infeksi
2) Ajarkan cara
12) Menjelaskan tanda dan
periksa luka
gejala infeksi

xli
13) Menganjurkan untuk
rutin mengontrol luka
post op setelah pulang
ke rumah

Menganjurkan untuk menjaga


kebersihan dan kesterilan luka
post op.

POST OPRASI

N INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI


O
D
X
1.
2. Dukungan mobilisasi 1) Mengidentifikasi S : Pasien
mengatakan
adanya nyeri dan keluhan
Observasi merasa sulit
fisik untuk
1) Identifikasi
menggerakan
- Pasien mengatakan merasa
adanya nyeri atau tubuh akibat
nyeri di bagian luka post nyeri yang
keluhan fisik
dirasakan
op
lainnya
- Pasien mengatakan O : pasien
2) Identifikasi
Nampak
merasa lemah tubuh
toleransi fisik menahan sakit
saat mencoba
melakukan
menggerakan
5) Memonitor kondisi
pergerakan tubuh
fisik pasien setelah
A : Gangguan
post op
Terapeutik Mobilitas fisik
b/d Nyeri
1) Libatkan keluarga
Ditandai dengan :
6) Memotifasi keluarga
untuk untuk - Nyeri
untuk membantu sedang/3
membantu pasien
- Kelemahan
pasien dalam
dalam meningkatkan fisik
meningkatkan sedang/3
pergerakan.

xlii
pergerakan.
P: intervesi
Edukasi
dihentikan
1) Jelaskan tujuan dan 7) Menganjurkan
prosedur mobilisasi melakukan aktfitas
2) Ajarkan ringan beratahap sejak
mobilisasi sederhana dini
yang harus
dilakukan 8) Menjelaskan tujuan
(Misalnya, Duduk di dari mobilitas dini
tempat tidur). setelah oprasi.

xliii
ANALISIS JURNAL

PENGGUNAAN TEKNIK Z-TRACK AIR LOCK UNTUK MENURUNKAN


NYERI PADA PROSEDUR INJEKSI INTRA MUSKULER

(Utilizing Z-track Air Lock Technique to Reduce Pain in Intramuscular


Injections)

KELOMPOK II

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2020/2021

xliv
Section/
No Checklist Item
Topik
TITLE
Title 1  Utilizing Z-TRAC AIR LOOK technique to reduce pain
in intramuscular injektions.
Judul  Penggunaan Teknik Z-TRACK LOOK untuk menurunkan
nyeri pada prosedur Injeksi Intra Muskuler
Penulis  Evelyn Hemme Tambunan, Imanuel Sri Wulandari
Di  1 April 2015
Publikasi
kan
ABSTRACT
Structure 2 Latar belakang : Pemberian obat melalui injeksi merupakan
d prosedur medis yang sangat sering dilakukan dalam
summary mengatasi masalah pasien. Lebih dari 12 milyar per tahun
prosedur injeksi dilakukan terhadap pasien di seluruh dunia,
Ringkasa
n sekitar 5% injeksi dilakukan untuk imunisasi dan sekitar 95%
terstruktu injeksi untuk penyembuhan.Terdapat banyakobat-obatan
r yang harus diberikan melalui injeksi intra muskuler (Nicoll
dan Hesby, 2004). Prosedur injeksi intra muskuler adalah
salah satu teknik injeksi yang sangat sering dilakukan oleh
tenaga medis dengan cara menusukkan jarum suntik melalui
permukaan kulit sampai ke lapisan otot sehingga daya
efektivitas obat dapat bekerja dengan maksimal.
Metode : Setelah peneliti mendapatkan ijin Direktur
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) UNAI, peneliti mempersiapkan tempat pelaksanaan
prosedur injeksi. Selanjutnya peneliti mempersiapkan
peralatan suntik dan vitamin neurobion 5000. Kemudian
peneliti mempersiapkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi
yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur injeksi
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari setiap sample.
Setelah prosedur injeksi inta muskuler dilakukan
menggunakan teknik z-track kepada 30 orang, air lock kepada
30 orang, dan z-track air lock kepada 30 orang, maka data
intensitas nyeri yang diukur menggunakan skala urut verbal
nyeri didapatkan untuk selanjutnya diolah untuk
mendapatkan hasil penelitian. Lokasi
Hasil : Hasil pengukuran intensitas nyeri kelompok dengan
menggunakan teknik ztrack airlock, teknik air lock, dan
teknik z-menunjukkan perbedaan yang tidak signifi kan. Hal

xlv
ini ditunjukkan dengan nilai F hitung adalah sebesar 0,150
dengan sig 0,861. Demikian perbedaan nyeri antar ketiga
kelompok juga menunjukkan perbedaan yang tidak signifi
kan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan tidak
terdapatnya perbedaan intensitas nyeri yang signifi kan pada
saat prosedur injeksi menggunakan teknik z-track air lock,
teknik air-lock maupun teknik z-track. Demikian juga
perbedaan antar kelompok yang mendapatkan perlakuan
ketiga teknik yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
tidak signifi kan. Sedangkan Estaji, et melaporkan intensitas
nyeri pada teknik z-track lebih rendah dibandingkan teknik
injeksi lainnya. Hal ini berkaitan dengan adanya rangsangan
saraf non nosisepsi yaitu penekanan pada permukaan kulit
mengawali rangsang saraf nosisepsi yaitu penusukan jarum
suntik. Hasil penelitian ini di mana menggabungkan kedua
teknik yang berpotensi mengurangi tingkat nyeri pada saat
prosedur injeksi dilakukan
Kesimpulan : Penelitian tentang teknik mengurangi rasa
nyeri pada prosedur injeksi intra muskuler telah banyak
dilakukan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian internasional
yang telah banyak dipublikasi melalui jurnal ilmiah.
Berdasarkan hasil telaah peneliti melalui bahan bacaan dan
hasil wawancara terhadap perawat di Indonesia, masih belum
menunjukkan pemahaman tentang penerapan teknik-teknik
injeksi yang perpotensi mengurangi rasa nyeri yang
ditimbulkan oleh prosedur injeksi intramuskuler. Belum ada
penelitian mengenai penggunaan teknik z-track dan teknik air
lock pada prosedur injeksi intra muskuler di Indonesia. Hasil
penelitian yang penggabungan kedua teknik injeksi ini
menunjukkan rasa nyeri yang lebihh rendah dibandingkan
kedua teknik yang lain.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale 3 intensitas nyeri pada teknik z-track lebih rendah
/ Alasan dibandingkan teknik injeksi lainnya. Hal ini berkaitan dengan
adanya rangsangan saraf non nosisepsi yaitu penekanan pada
permukaan kulit mengawali rangsang saraf nosisepsi yaitu
penusukan jarum suntik di mana menggabungkan kedua
teknik yang berpotensi mengurangi tingkat nyeri pada saat
prosedur
Objective 4 Object
s / kelompok sampel yang terdiri dari 30 orang (kelompok ZT)

xlvi
Tujuan menggunakan teknik z-track, 30 orang (kelompok AL)
menggunakan teknik air lock, dan 30 orang (kelompok
ZTAL) menggunakan penggabungan teknik z-track dan air
lock. Yang menjadi kelompok sampel adalah wanita berusia
18-25 tahun. Pada saat peneliti melakukan injeksi intra
muskuler, anggota peneliti mengukur intensitas nyeri
menggunakan skala urut verbal (Verbal Rating Scale/VRS).
METHODS AND RESULTS / Metode Dan Hasil
- Proto 5 (1) persiapan alat mencakup:
col a) verifi kasi order dokter
and b) cuci tangan
regist
c) siapkan jarum sesuai ketebalan lapisan kulit (Dewasa: No.
ration
/ 23 atau 21; Anak: No. 25)
Proto d) Aspirasi obat dan tambah udara sekitar 0,2–0,5 cc
kol e) ganti jarum dengan jarum sesuai ketebalan kulit yang
Dan sudah disiapkan.
Regis
trasi (2) persiapan prosedur mencakup
a) idenfikasi pasien (gunakan paling sedikit 2 cara)
b) pasang skrin dan tutup pasien
c) posisikan pasien pada prone lateral (miring ke samping)
d) ekspos otot ventrogluteal
e) bersihkan area penyuntikan dengan alkohol swab (gunakan
teknik dari dalam ke luar area tusukan jarum)
f) pakai sarung tangan bersih
g) lakukan penyuntikan menggunakan teknik z track air lock
yaitu:

1) letakkan jari-jari yang menggunakan sarung tangan bersih


di permukaan kulit yang akan ditusuk dan tarik sambil tekan
jaringan sub kutan secara lateral 2,5–3,5 cm
2) pertahankan posisi kulit yang ditarik dan di tekan
menggunakan tangan non dominan, dan gunakan tangan
dominan menusuk jarum pada lokasi yang sudah dibersihkan
dengan sudut 90 derajat
3) aspirasi untuk memastikan jarum tidak menusuk pembuluh
darah, bila terdapat darah tarik jarum/jangan lanjutkan
mendorong obat masuk
4) bila tidak ada darah, dorong obat dan udara secara
keseluruhan (untuk menciptakan air lock) dengan kecepatan

xlvii
10 detik/mL
5) Tunggu 10 detik sebelum menarik jarum (agar obat
terserap secara perlahan)
6) tarik jarum suntik dengan cepat;
7) lepaskan permukaan kulit yang ditekan dan ditarik
sebelumnya untuk menciptakan posisi zigzag

(3) persiapan pasien setelah penusukan jarum suntik


a) jangan lakukan pijatan pada area penyuntikan
b) instruksikan pasien untuk tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat
c) intruksikan pasien untuk segera mobilisasi
d) buang jarum suntik ke tempat pembuangan jarum
e) buka sarung tangan
f) dokumentasikan pelaksanaan injeksi pada kartu pasien.
- Eligib 6 -
ilty
criteri
a
/Krite
ria
Kelay
akan
- Infor 7 http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sains_teknologi/artic
matio le/view/591
n
sourc
es /
Sumb
er
Infor
masi

- Searc 8 Penggunaan Teknik Z-TRACK LOOK untuk menurunkan


h / nyeri pada prosedur Injeksi Intra Muskuler
Cari

- Study 9 Ilmu Keperawatan


select
ion /
Selek
si
Studi

xlviii
- Data 10 Pengumpulan Data
collec peneliti mempersiapkan peralatan suntik dan vitamin
tion neurobion 5000. Kemudian peneliti mempersiapkan
procc
sampel sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah
ess /
Prose ditetapkan. Pelaksanaan prosedur injeksi dilakukan setelah
s mendapat persetujuan dari setiap sample. Setelah prosedur
Peng injeksi inta muskuler dilakukan menggunakan teknik z-
umpu track kepada 30 orang, air lock kepada 30 orang, dan z-
lan track air lock kepada 30 orang, maka data intensitas nyeri
Data yang diukur menggunakan skala urut verbal nyeri
didapatkan untuk selanjutnya diolah untuk mendapatkan
hasil penelitian.
- Data 11 1. Lokasi otot adalah otot ventrogluteal yaitu otot yang
items paling aman dan umum untuk orang dewasa dilakukan
/ Item injeksi intra muskuler (Cook dan Murtagh, 2002;
Data
Rodger dan King, 2000). Jenis larutan yang
disuntikkan adalah vitamin neurobion 5000 sebanyak
3 cc. Bahan ini adalah relatif aman walaupun
berpeluang menyebabkan nyeri karena pekat. Pada
saat prosedur dilakukan, intensitas nyeri diukur
menggunakan VRS skala 0–3.
2. Bentuk penelitian ini adalah eksperimen dengan
mengambil sampel 90 orang yang dibagi 3 kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 30 orang kelompok ZT
diberi perlakuan teknik z-track, 30 orang kelompok
AL diberi perlakuan teknik air lock, dan 30 orang
kelompok ZTAL diberi perlakukan teknik suntik z-
track air lock. Sampel diambil secara acak dari
kelompok subyek wanita berusia antara 18–25 tahun
yang adalah mahasiswa UNAI dan tidak memiliki
penyakit dan alergi terhadap neurobion 5000.
3. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah
intenitas nyeri menggunakan skala urut verbal (VRS)
yang menggunakan skala 0–3. Kategori 0: tidak nyeri
(menyatakan tidak nyeri), 1 adalah nyeri ringan
(menyatakan nyeri tanpa perubahan perilaku nyeri), 2
adalah nyeri sedang (menyatakan nyeri tanpa ditanya
dan dibarengi perubahan perilaku seperti wajah
tegang), 3 adalah nyeri berat (menyatakan nyeri
dengan keras wajah meringis, berteriak, mengeluarkan

xlix
air mata, tangan tidak mau dipegang). VRS adalah
intstrumen yang sudah valid (p =.01) dan lazim
digunakan dalam praktek klinis untuk mengukur
intensitas nyeri (Page, et al., 2012).
4. Semua data yang diperoleh diolah menggunakan
program SPSS versi 19. Deskripsi statistik dari setiap
kelompok dicari kemudian perbedaan nilai rata-rata
tiap kelompok diuji dengan menggunakan statistik
ANOVA pada tingkat signifi kansi alpha 0,05.
- Hasil 12 Tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri yang signifi kan antar
peneli teknik injeksi dan antara ketiga teknik injeksi intramuskuler
tian (p > 0,05).
- Kesi 13 P (Problem)
mpul Salah satu intervensi pengobatan kepada pasien yang sangat
an : memberikan rasa nyeri dan sering dilakukan adalah injeksi, di
PICO
mana lebih dari 12 milyard penerapannya di seluruh dunia.
T
Nyeri yang timbul menjadi masalah yang harus di atasi.
I (Intervention)
penelitian ini adalah untuk menginvestigasi tingkat nyeri pada
prosedur injeksi intramuskuler menggunakan teknik z-track
air lock.
Prosedur:
1) letakkan jari-jari yang menggunakan sarung tangan bersih
di permukaan kulit yang akan ditusuk dan tarik sambil tekan
jaringan sub kutan secara lateral 2,5–3,5 cm
2) pertahankan posisi kulit yang ditarik dan di tekan
menggunakan tangan non dominan, dan gunakan tangan
dominan menusuk jarum pada lokasi yang sudah dibersihkan
dengan sudut 90 derajat
3) aspirasi untuk memastikan jarum tidak menusuk pembuluh
darah, bila terdapat darah tarik jarum/jangan lanjutkan
mendorong obat masuk
4) bila tidak ada darah, dorong obat dan udara secara
keseluruhan (untuk menciptakan air lock) dengan kecepatan
10 detik/mL
5) Tunggu 10 detik sebelum menarik jarum (agar obat
terserap secara perlahan)
6) tarik jarum suntik dengan cepat;
7) lepaskan permukaan kulit yang ditekan dan ditarik
sebelumnya untuk menciptakan posisi zigzag

l
C (Comparation)
Manfaat kedua teknik ini pada beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan intensitas nyeri yang rendah
dibandingkan teknik tradisional. Teknik z-track mampu
menekan rangsang saraf nosisepsi dan teknik air lock mampu
memberi efek mengunci. Sehingga dapat menjadi
rekomendasi standart praktek klinis dalam prosedur injeksi
intramuskuler.
O (Outcome)
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan
intensitas nyeri yang signifi kan pada saat prosedur injeksi
menggunakan teknik z-track air lock, teknik air-lock maupun
teknik z-track. Demikian juga perbedaan antar kelompok
yang mendapatkan perlakuan ketiga teknik yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang tidak signifi kan.
T (Time)
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April tahun 2014
- Anali 14 S (Strength)
sa Lebih efektif mengurangi intensitas nyeri dibandingkan
SWO dengan teknik tradisional
T
W (Weakness)
-Perawat harus memperhatikan dalam meng’aspirasi
udara tidak boleh lebih dari 0,2–0,5 cc
-Saat proses penusukan hasus ada keselarasan antara
proses pemasukkan obat dengan tangan yang
menciptakan posisi zigzag.
O (Opportunity)
- Tidak membutuhkan alat dan bahan tambahan
- Lebih mudah di praktekkan
- Lebih efisien dalam hal waktu
- Bisa di gunakan pada ruangan manapun
T (Threats)
Membutuhkan ketelitian dikarenakan perawat diharapkan
menggunakan kedua tangannya secara bersamaan dalam
proses penyutikan.

li
BAB IV
PEMBAHASAN

lii
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang kami lakukan pada Ny. W.I di
RSUP Prof. Dr.D.R Kandow Manado Ruangan IBS dengan diagnose
KISTA OVARIUM pada tangal …….. 2021 pukul …….. dengan waktu
kurang lebih 30 menit maka kami dapatkan masalah keperawatan :

Pre operasi :
1. Ansietas b/d Kekuatiran mengalami kegagalan yang ditandai dengan
adanya ketegangan wajah sebelum dilakukannya operasi
2. Nyeri kronis b/d Penekanan saraf yang ditandai dengan adanya
gambaran wajah meringis sebelum proses operasi
Intra Operasi :
1. Resiko pendarahan d/d Tindakan pembedahan yang dilihat dengan
adanya perdarahan sebanyak 300cc saat operasi dilakukan
2. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif. yang ditandai dengan adanya
gambaran mukosa kering dan turgor kulit menurun
Post Operasi :
1. Resiko infeksi d/d Efek prosedur Invasif yang dilihat dengan adanya luka
bekas operasi yang sedikit memerah, sedikit panas dan adanya nyeri
tekan pada area luka
2. Gangguan Mobilitas fisik b/d Nyeri yang ditandai dengan adanya
kesulitan dalam menyerakan tubuh akibat nyeri pada bagian luka post op
Hasil akhir setelah diberikannya tindakan keperawatan yakni, masalah
teratasi dan terapi-terapi farmakologi dilanjutkan diruangan rawat inap

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan mampun melanjutkan dan menerapkan lagi intervensi-
intervensi yang ada agar semua pasien dengan kista ovarium yang akan
menjalani operasi dapat mengalami evaluasi yang sama dengan diharpakan.

liii
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien mampu juga mempertahannya apa yang sudah diberikan
tidak hanya di RS untuk meningkatkan derajat kesehatan diri sendiri.
3. Bagi Mahasiawa Selanjutnya
Diharpakan mampu juga melanjutkan intervensi yang ada dan
memperbanyak literature yang baru untuk mengembangkan kembali ilmu-ilmu
keperawatan yang holistic.

liv
DAFTAR PUSTAKA

Avsar, G, Kasikci, M. 2013. Assessment of Four Different


Methods in Subcutaneous Heparin Applicaitons with Regard to Causing
Bruise and Pain
. International Journal of Nursing Practice, 19(4), Pp. 402–408.
Ban, T, Li, LX, Pillay, JJ. 2006. Compressed Air Injection Techniques to
Standardize Block Injection Pressures.
Canadian Journal Anesthesis, 53(11), Pp. 1098– 1102. Chan, V,
et al. 2003. Intramuscular injections into the buttocks: are they are truly
intramsucular?. European Journal of Radiology, 58(3), Pp. 480–484.
Chung, JW, Ng WM, Wong, TK. 2002.
An Experimental Study on The Use of Manual Pressure to
Reduce Pain in Intramuscular Injection. J Clin Nurs, 11(4), Pp. 457–461.
Cupitt, JM, Kasipandian, V. 2004.
Pain and Intramuscular Injections. Anasthesia, 59(1), Pp. 93.
Diggle, L, Deeks, S. 2000. Effect of Needle Length on Incidence of
Local Reactions to Routine Immunization of Infants Aged 4 Months,
Randomised Controlled Trial.
British Medical Journal, 321(7266). Pp. 931–933. Ehsani, M,
Hatamipour, KH, Sedaghati, M, Ghanbari, A. 2012.
A Comparative Study on Pain Severity Caused by Z Track and
Air Lock Methods for Intramuscular Injection.
JAUMS, 11(4), Pp. 315–309. Kim SY, Jeong DW., Jung MW.,
Kim JM. 2011. Reduction of propofol injection pain by utilizing the gate
control theory. Vol. 11 (4).
Hlm. 309–315. Kozier B, Erb G, Berman AJ, Burke K.2008
Fundamentals of nursing: concepts process and practice, 8th ed. New
Jersey: Prentice-Hall Health.
Melzack R, Wall PD. 1965. Pain mechanism: a new theory.
Science, 150 (1) Pp.

lv
lvi

Anda mungkin juga menyukai