Anda di halaman 1dari 2

Artikel

Ada banyak kegiatan dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada orang
yang bekerja memproduksi barang, seperti para pekerja, petani, pengrajin, seniman, dan
sebagai-nya. Ada orang yang menjual jasanya, seperti dok-ter, guru, sopir, pilot, pramugari,
perawat, guru, dan sebagainya. Salah satunya adalah Ubay Dillah. Ia adalah mantan preman
pasar yang kini menjadi pedagang ikan air tawar. Simaklah kisahnya berikut ini!
Pada awalnya Ubay Dillah adalah seorang pengangguran dan preman pasar. Setelah
menikah ia berubah. Ia berjuang untuk memperbaiki nasib dengan berjualan ikan air tawar.
Sebelum berjualan ikan air tawar, ia sempat bekerja sebagai kuli pang-gul di pasar Bata
Putih, Kebayoran Lama. Ia bekerja sebagai kuli panggul karena mempunyai tanggung jawab
menghidupi keluarga.
Suatu hari, Ubay Dillah diberi modal berupa perlengkapan dagang oleh H. Sidik. Ia
mulai merintis menjual ikan di pasar Kebayoran Lama. Setelah melalui ketekunan dan kerja
keras, serta kejujuran, Ubay bisa menjual ikan mas sebanyak 1.500 kg, lele 1.000 kg, dan
ikan gurame hanya 100 kg karena pe-minat gurame kurang dan harganya memang luma-yan
mahal.
Kunci sukses Ubay dalam berdagang adalah bisa memberikan harga yang “bisa
bersaing” dengan pedagang lain. Ia tidak mau mengambil untung be-sar, tetapi yang penting
dagangannya lancar.
Ikan gurame yang di tempat lain harganya Rp 21.000/kg, ia jual dengan harga Rp
20.000/kg. Lele yang di tempat lain harganya Rp 10.000/kg, ia jual dengan harga 9.000/kg.
Ikan mas yang di tempat lain harganya Rp 12.500/kg, ia jual dengan harga Rp 11.500/kg.
“Harga jual saya selalu lebih murah de-ngan kisaran Rp 500 - Rp 1.000/kg,”cetus Ubay
sedikit promosi. Dengan harga yang berbeda dari peda-gang lain tersebut, maka otomatis
Ubay lebih banyak memiliki pelanggan. Perbedaan harga seberapa pun besarnya, bagi
masyarakat Indonesia masih men-jadi daya tarik tersendiri untuk memutuskan seseo-rang
membeli atau tidak.
Agar dapat menjual dengan harga miring, Ubay tidak segan mencari ikan sendiri di
beberapa lokasi yang harga ikannya terbilang cukup murah. Dengan demikian, bila dijual lagi
harganya bisa bersaing. Untuk itu, ia tak segan untuk pergi ke daerah Ban-dung untuk ikan
mas, daerah Parung - Bogor untuk ikan lele, dan daerah Indramayu untuk ikan gurame. Ia pun
bertemu langsung dengan petani ikan untuk bermitra mengingat permintaan ikan air tawar di
Jakarta cukup tinggi.
Dikutip dari: Peluang Usaha edisi Oktober - November 2006, hlm. 4-5.

Anda mungkin juga menyukai