Anda di halaman 1dari 9

SURVEY DAN PENGEMBANGAN JARINGAN AIR MINUM

KECAMATAN LEMBAH SABIL DAN MANGGENG


KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

Azmeri
(Dosen Fakultas Teknik)

ABSTRAK

Pada tahun 2011 telah dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Krueng Baroe di
Kecamatan Lembah Sabil dengan kapasitas debit 20 liter/detik. Jaringan yang telah dibangun
hanya sebatas jaringan transmisi yang berada di jalan Meulaboh-Tapak Tuan sepanjang kurang
lebih 2 km sampai ke Desa Cot Bak’u Kecamatan Lembah Sabil. Namun sampai saat ini IPA
belum beroperasi. Sehingga kondisi pelayanan air minum pada Kecamatan Manggeng dan
Lembah Sabil di kabupaten Aceh Barat Daya belum optimal, baik kuantitas, kualitas,
kontinuitasnya. Hal ini menjadi dasar pemikiran untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat berupa perencanaan sistem pelayanan air minum untuk mengoptimalkan
sistem pelayanan di kawasan baru dan perbaikan-perbaikan di kawasan yang telah tersedia
pelayanan air minum, sehingga dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang berada di daerah
layanan Kabupaten Abdya untuk masa yang akan datang. Dari hasil perencanaan sistem
jaringan air bersih Kecamatan Lembah Sabil dan Kecamatan Manggeng menghasilkan
pengaliran air di dalam pipa mengikuti alur sebagai berikut: air dari IPA Krueng Baroe mengalir
samapai Simpang Meunasah Sukon. Selanjurnya bercabang dua menuju ke Simpang Pasar
Manggeng, Persiapan Tokoh II, Alue Rambot berakhir di Ladang Tuha II dan menuju ke Desa di
Kecamatan lembah Sabil melalui Meunasah Tengah, Geulanggang Batee, Padang Kelele
berakhir di Ladang Tuha II. Air bersih berasal dari lokasi sumber air baku yaitu instalasi
pengolahan air (IPA) Krueng Baroe dengan kapasitas produksi 1x20 LPS. Panjang total jaringan
transmisi mencapai 10,495 kilometer dengan pipa berdiameter 200 mm, 150 mm, 100 mm, 75
mm, dan 50 mm.

PENDAHULUAN
Analisa Situasi.
Di Kabupaten Abdya setidaknya terdapat 2 (dua) lokasi sumber air sangat berpotensi
yang dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat Abdya, yaitu di Alue sungai Pinang dan Krueng
Baroe. Kondisi pelayanan air minum saat ini belum optimal, baik kuantitas, kualitas,
kontinuitasnya pada UPTD SPAM di Dinas Pekerjaan Umum, sebagai UPTD yang bergerak di
bidang pengelolaan dan penyediaan air minum serta banyaknya daerah-daerah yang belum
mempunyai sistem pelayanan air minum bagi penduduknya. Hal ini menjadi dasar pemikiran
untuk melaksanakan kegiatan perencanaan sistem pelayanan air minum berupa kegiatan
perencanaan untuk mengoptimalkan sistem pelayanan di kawasan baru dan perbaikan-
perbaikan di kawasan yang telah tersedia pelayanan air minum, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan penduduk yang berada di daerah layanan Kabupaten Abdya untuk masa yang akan
datang.
Perumusan Masalah.
Pada tahun 2011 telah dibangun IPA Krueng Baroe di Kecamatan Lembah Sabil dengan
kapasitas debit 20 liter/detik. Namun sampai saat ini IPA belum beroperasi. Jaringan yang telah
dibangun hanya sebatas jaringan transmisi yang berada di jalan Meulaboh – Tapak Tuan
sepanjang kurang lebih 2 km sampai ke Desa Cot Bak’u. Dari sumber Air Krueng Baroe melalui
intake yang telah dibangun dilakukan sistem pompanisasi ke IPA Krueng Baroe dan selanjunya
diharapkan dapat dioperasikan secara gravitasi.
Sehingga diperlukan suatu survey oleh para ahli yang dapat menyimpulkan kondisi dan
kelayakan untuk pembangunan sistem penyediaan air bersih Kecamatan Lembah Sabil dan
Manggeng. Dengan tercukupinya kebutuhan air bersih maka diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Tujuan Kegiatan.
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan sebanyak-banyaknya "availability of water" pada desa-desa yang belum
terpenuhi kebutuhannya dan dapat memproyeksi sampai dengan 20 (dua puluh)
mendatang.
2. Perencanaan teknis sistem instalasi distribusi air baku untuk pelaksanaan tahapan
konstruksi instalasi air bersih untuk masyarakat.

Manfaat Kegiatan.
Kegiatan ini dapat digunakan oleh pihak UPTD SPAM Keabupaten Abdya dalam
melakukan kajian bagi pengembangan sistem air minum yang akan segera dilaksanakan,
sehingga hasil kajian ini secara tidak langsung juga merupakan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai rencana pengembangan sistem air minum Kecamatan Lembah Sabil dan Manggeng.

TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Pelayanan.
Jenis pelayanan sambungan pelanggan air bersih di daerah pelayanan Kecamatan
Lembah Sabil dan Manggeng meliputi : (1) Domestik (Sambungan Rumah dan Hidran Umum),
(2) Non Domestik Kecil.

Proyeksi Tingkat Pelayanan Air Bersih.


Tingkat pelayanan air minum adalah pelayanan melalui perpipaan dan non perpipaan.
Daerah pelayanan yang akan dijangkau oleh sistem penyediaan air minum dirancang dan
disesuaikan berdasarkan : (1) Urgensi kebutuhan air; (2) Kepadatan hunian; (3) Kemudahan atas
penjangkauan sistem daerah pelayanan; dan (4) Efisiensi.
Proyeksi Jumlah Sambungan.
Berdasarkan proyeksi penduduk dan cakupan pelayanan sistem penyediaan air minum
maka potensi pasar sambungan perpipan akan meningkat di masa yang akan datang. Tingkat
pelayanan sambungan di suatu wilayah tergantung dari Sambungan Domestik:
1. Kebutuhan air untuk keperluan sehari hari seperti mandi, cuci, masak dan minum,
2. Ketersediaan sumber air alternatif seperti sumur dangkal,
3. Kemampuan membeli air.
Berdasarkan tingkat pelayanan yang ada sekarang dan faktor-faktor tersebut di atas
maka dapat diperkirakan proyeksi prosentase pelayanan sampai 20 tahun ke depan.
Berdasarkan proyeksi penduduk dan prosentase pelayanan tersebut dapat dihitung proyeksi
jumlah sambungan sesuai dengan klasifikasi pelanggan yang ada, hal ini dituangkan dalam tabel
perhitungan kebutuhan air.

Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih.


Air bersih mempunyai peranan penting bagi manusia dalam melangsungkan
kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari air bersih juga dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan air domestik, non domestik, energi, dan industri. Salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maka dilaksanakan pengembangan jaringan distribusi air bersih Kecamatan
Lembah Sabil dan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya dengan mendesain kembali sistem
penyediaan air minum yang belum optimal, dan menambah jaringan pipa baru untuk yang
daerah yang belum mendapatkan pelayanan. Untuk mengetahui tingkat pelayanan air bersih,
jenis pelayanan dan jumlah sambungan kebutuhan domestik dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini :

Tabel 1. Standar Kebutuhan Domestik dan Non-Domestik


Kategori kota berdasarkan jumlah penduduk (jiwa)
500.000- 100.000- 20.000-
No. Uraian
>1.000.000 1.000.000 500.000 100.000 < 20.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi Unit
1 Sambungan Rumah (SR) 190 170 150 130 30
liter/orang/hari
Konsumsi unit Hidran
2
Umum 30 30 30 30 30
(HU) liter/orang/hari
Konsumsi Unit Non
3 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
domestik (%)
4 Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
5 Faktor Maksimum Day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
6 Faktor Peak Hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
7 Jumlah Jiwa per SR 5 5 6 6 10
Kategori kota berdasarkan jumlah penduduk (jiwa)
500.000- 100.000- 20.000-
No. Uraian
>1.000.000 1.000.000 500.000 100.000 < 20.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
8 Jumlah Jiwa per HU 100 100 100 100-200 100-200
Sisa Tekan di jaringan
9 10 10 10 10 10
distribusi (mka)
10 Jam Operasi 24 24 24 24 24
11 Volume Reservoir 20 20 20 20 20
50:50 s/d 50:50 s/d 80:20 s/d
12 SR : HU 70 30
70-20 70-20 80:20
13 Cakupan Pelayanan (*) (**) 90 (**) 90 (**) 90 (**) 90 (***)70
*) tergantung dari survey sosial ekonomi
*) 60% perpipaan, 30 % non perpipaan
***) 20% perpipaan, 45 % non perpipaan

Pengukuran Topografi.
Persiapan.
Pekerjaan persiapan adalah segala kegiatan dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan
pekerjaan yang meliputi :
1. Usaha-usaha untuk memperoleh perijinan yang berhubungan dengan pekerjaan lapangan
dan kantor;
2. Penyediaan data-data dan blangka-blangko yang diperlukan antara lain data dasar,
penyediaan blangko-blangko pengukuran dan sebagainya;
3. Menyediakan Base Camp/ Kantor Pelaksanaan;
4. Membuat dan menyusun jadwal waktu pelaksanaan, jadwal kebutuhan alat dan material
secara rinci dan terpadu.

Pembuatan dan Pemasangan Patok Kayu.


Dalam hal ini konsultan mengadakan dan memasang patok-patok kayu pada salah satu
sisi Sungai Krueng Baroe guna menentukan lokasi pengukuran tampang melintang (cross
section) dan tampang memanjang profil sungai. Selanjutnya ketentuan-ketentuan mengenai
dimensi, kuantitas serta jarak pemasangannya dan lain-lain mengikuti ketentuan-ketentuan
sebagaiu berikut:
1. Patok kayu berukuran (5 x 7) cm2, panjang 70 cm;
2. Patok kayu dipilih dari jenis kayu yang keras dan tidak mudah lapuk;
3. Patok kayu dipasang tepat pada jalur pengukuran dan betul-betul tegak;
4. Patok kayu ditanam cukup kuat sedalam 40 cm serhingga yang tampak di permukaan tanah
asli 30 cm dan dicat.
5. Patok kayu dipasang setiap jarak 50 m sepanjang sungai yang akan diukur;
6. Semua patok diberi tanda/ nomor yang jelas;
7. Bagian atas patok diberi paku, untukc enterin g dalam pengukuran poligon;
8. Semua patok yang telah dipasang diberi tanda acir supaya mudah dicari.

Pembuatan dan Pemasangan Patok Beton BM dan CP


Pengukuran Topografi, patok-patok beton BM dan CP akan berfugsi sebagai titik-titik
ikatpada pengukuran berikutnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh sebab
itupatok-patok BM dan CP ini diletakkan di tempat-tempat yang strategis, aman dan tidak
mudahberubah posisinya.

Pengukuran Kerangka Horizontal


Pengukuran kerangka kontrol horizontal adalah pengukuran kerangka peta yang berupa
jaring titik-titik yang terukur dengan lebih teliti koordinat horizontal (X,Y). Pada pengukuran
situasi, kerangka horizontal diukur dengan metode travers (poligon atau segibanyak). Jaring
kerangka kontrol horizontal harus lebih teliti, karena dari titik inilah akan diikatkan detil-situasi
lainnya dari seluruh isi peta. Untuk mendapatkan koordinat X,Y diperlukan pengukuran jarak,
sudut, dan azimut. Sudut diukur dengan theodolit, jarak diukur dengan alat meteran atau
dengan Electronic Distance Measurement (EDM).Sedangkan azimut adalah sudut jurusan yang
diukur pada salah satu sisi poligon saja dengan theodolit dan prisma roelof. Hitungan terhadap
hasil ukuran jarak, sudut dan azimut dilakukan untuk memperoleh koordinat (X,Y) titik-titik
poligon kerangka peta.

Pengukuran Kerangka Vertikal


Pengukuran kerangka vertikal dimaksudkan untuk mendapatkan ketinggian yang teliti
pada titik poligon kerangka peta. Informasi ketinggian (H) biasanya dilakukan pada jaring-jaring
titik kerangka peta (baik horizontal dan vertikal) akan terdapat nilai X, Y, H. Penentuan
ketinggian (H) dilakukan dengan pengukuran beda tinggi dengan alat sipat datar (leveling).

Analisis Kebutuhan Air


Menurut Bank Dunia, kebutuhan manusia akan air dimulai dengan kebutuhan untuk air
minum sampai pada kebutuhan untuk sanitasi. Penentuan kebutuhan air tiap daerah distribusi
ditentukan berdasarkan tingkat perkembangan daerah. Untuk wilayah Indonesia, standar
konsumsi air bersih penduduk per-orang per-hari telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
penyediaan Air Minum, dan juga ditentukan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Cipta
Karya Nomor 61 tahun 1998 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengawasan Pembangunan Pengelolaan Sistem penyediaan Air Minum.
Produksi air bersih yang dibutuhkan adalah untuk keperluan pelayanan domestik dan
non-domestik. Pelayanan domestik adalah untuk keperluan rumah tangga sehari-hari (minum,
masak, mandi, mencuci dan sanitasi). Sedangkan pelayanan non-domestik adalah untuk
keperluan komersial (seperti industri, perkantoran, perdagangan dan kegiatan perkotaan
lainnya) Untuk dapat menentukan besarnya konsumsi air minum baik untuk pelayanan
domestik maupun untuk pelayanan non-domestik pada suatu lokasi daerah pelayanan, harus
ditentukan berdasarkan studi kelayakan (melakukan survey kebutuhan nyata atau real demand
survey).

Perpipaan Transmisi
Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan. Jaringan pipa didesain pada jalur
yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona pelayan sesuai jumlah konsumen yang akan
dilayani. Adapun kriteria pipa distribusi sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria pipa distribusi air bersih


Kriteria yang
No. Uraian Notasi Kriteria
digunakan
1 Debit perencanaan Q peak Kebutuhan air jam Sesuai
puncak kriteria
Q peak = Fpeak x Qrata- standar
rata
2 Kecepatan aliran dalam
pipa V min 0,30 – 0,60 m/dt 0,30 m/dt
Kecepatan minimum
Kecepatan maksimum V max 3,00 – 4,50 m/dt 4,5 m/dt
Pipa PVC atau ACP V max 6,00 m/dt 6,00 m/dt
Pipa baja atau DCIP
3 Tekanan air dalam pipa
Tekanan minimum P min (0,50 – 1,00 atm), pada 1,00 atm
titik jangkauan
Tekanan maksimum P max pelayanan terjauh
Pipa PVC atau ACP -
Pipa baja atau DCIP 6 – 8 atm 10 atm
Pipa PE 100 10 atm 12,4 Mpa
Pipa PE 80 12,4 Mpa 9 Mpa
9 Mpa
Sumber: Permen PU No. 18 tahun 2007

METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan survey ini dilakukan secara survey fisik dengan langsung meninjau dan
mengambil data di lapangan. Lokasi studi ini berada di Kecamatan Lembah Sabil dan Manggeng
Kabupaten Aceh Barat Jaya.
Survey dan pengukuran dilakukan atas:
1. Sumber air
2. Water Treatment Plan (WTP)
3. Mekanikal dan elektrikal
4. Kondisi pemipaan dan fasilitas lainnya
5. Kondisi elevasi pipa
6. Topografi
Analisis yang dilakukan adalah:
1. Lingkungan fisik.
2. Ketersediaan dan kebutuhan air.
3. Skematis dan simulasi pengaliran air minum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Koordinasi Awal dan Survey Pendahuluan
Koordinasi dan diskusi pendahuluan dilakukan antara direksi pekerjaan yaitu PPTK
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh, core team,
pihak UPTD SPAM Kab. Abdya, serta pihak konsultan. Koordinasi ini untuk membahas lingkup
perencanaan dan rencana tinjauan lapangan pendahuluan pada survey lanjutan ke Kabupaten
Abdya.

Survey Lanjutan dan Topografi


Kegiatan survey lanjutan dilaksanakan pada tanggal 10 September 2012 di Kantor Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Abdya. Koordinasi ini dimaksudkan untuk membahas lebih detail
lingkup perencanaan, pengumpulan data dan peta sekunder, serta hal lain terkait dengan
perencanaan sistem air bersih Kabupaten Abdya.
Kegiatan koordinasi dengan pihak UPTD SPAM Kabupaten Abdya juga dilanjutkan
dengan melakukan tinjauan lapangan bersama-sama dengan Kepala UPTD SPAM Kabupaten
Abdya dan staf teknisnya. Secara umum, pihak UPTD SPAM sangat mendukung kegiatan
perencanaan ini, dan mengharapkan desain yang dihasilkan dapat segera di laksanakan
konstruksinya sehingga mengatasi permasalahan jaringan air bersih dan penyediaan air di
khususnya di Kecamatan Lembah Sabil dan Manggeng.
Kegiatan tinjauan lapangan pendahuluan tersebut didampingi langsung oleh pihak UPTD
SPAM Abdya. Tim yang melakukan tinjauan lapangan terdiri atas Direktur perusahaan, team
leader dan tenaga ahli dari konsultan, Kepala dan staf teknis UPTD SPAM Abdya, serta staf yang
sedang bertugas di unit pengolahan.
Kegiatan tinjauan lapangan menghasilkan beberapa kesimpulan awal mengenai kondisi
sistem jaringan air bersih eksisting, diantaranya:
1. Pada tahun 2011 telah dibangun IPA Krueng Baroe di Kecamatan Lembah Sabil dengan
kapasitas debit 20 liter/detik. Namun sampai saat ini IPA belum beroperasi.
2. Jaringan yang telah dibangun hanya sebatas jaringan transmisi yang berada di jalan
Meulaboh – Tapak Tuan sepanjang kurang lebih 2 km sampai ke Desa Cot Bak’u.
3. Dari sumber Air Krueng Baroe melalui intake yang telah dibangun dilakukan sistem
pompanisasi ke IPA Krueng Baroe dan selanjunya diharapkan dapat dioperasikan secara
gravitasi.
4. Jaringan pipa eksisting adalah pipa PVC dengan diameter 200 mm pada Kecamatan lembah
Sabil dan diameter 100 mm pada Kecamatan Manggeng.
Rekomendasi hasil koordinasi dan tinjauan lapangan pendahuluan adalah:
1. Perencanaan sistem jaringan air bersih Kabupaten Abdya dilakukan pada jaringan air mulai
dari IPA Krueng Baroe (Kecamatan Lembah Sabil) sampai Simpang Pasar Manggeng.
Perencanaan dimulai dengan memetakan jaringan perpipaan eksisting dan dilanjutkan
dengan perencanaan pipa transmisinya.
2. Detail desain jaringan air bersih dilakukan untuk wilayah pengembangan daerah layanan,
dengan panjang pengukuran jaringan sekitar 10,2 km.
3. Kegiatan survey dan pengukuran topografi dilakukan sesuai dengan arahan dan permintaan
pihak UPTD SPAM Abdya.
4. Perencanaan sistem jaringan air bersih mengacu pada:
5. Standar dan SNI terkait dengan perencanaan sistem penyediaan air bersih.
6. Konsumsi air untuk domestik adalah 100 Liter/orang/hari.
7. Jumlah pengguna air untuk setiap sambungan rumah adalah 5 orang.
8. Proyeksi kebutuhan air dianalisa setiap 5 tahun sampai 2030.
9. Perencanaan jaringan baru menggunakan pipa HDPE.
10. Koordinat pengukutan topografi mengacu pada titik referensi nasional.

Denah dan Gambar Survey Topografi


Pengukuran topografi situasi di lokasi studi dilakukan pada lokasi rencana
pengembangan jaringan PDAM serta pada lokasi eksisting untuk rencana mengoptimalkan
jaringan yang sudah ada, sesuai dengan arahan dari direksi dan staf teknik UPTD SPAM
Kabupaten Abdya. Sebagai titik referensi, pengukuran topografi mengacu pada patok BM yang
telah ada di lokasi studi.
Tim topografi mengukur trase rencana perpipaan dan melakukan pemetaan situasi
sepanjang 10,495 kilometer. Hasil pengukuran situasi topografi menunjukan kawasan Lembah
Sabil dan Manggeng merupakan daerah yang relatif datar, namun terdapat beberapa lokasi
yang bergelombang.

Data Perencanaan Kebutuhan Air


Perencanaan jaringan distribusi ini dirancang untuk tinjauan ke masa yang akan datang
dalam kurun waktu 20 tahun, sehingga kemampuan proyeksi penduduk sangat diperlukan.
Untuk mengetahui metode proyeksi yang tepat maka perlu dihitung terlebih dahulu trend dari
perkembangan penduduk tersebut dan kemudian dapat dilakukan proyeksi sesuai dengan trend
yang ada. Metode yang digunakan adalah metode polinomial (Muliakusuma, 2000:254).

Skematis dan Simulasi Pengaliran Air Minum


Secara ringkas sistem jaringan air bersih berasal dari lokasi sumber air baku yaitu
instalasi pengolahan air (IPA) Krueng Baroe dengan kapasitas produksi 1x20 LPS. Panjang total
jaringan transmisi mencapai 10,495 kilometer dengan pipa berdiameter 200, 150 mm, 100 mm,
75 mm, dan 50 mm.
Pengaliran air di dalam pipa mengalir dari IPA Krueng Baroe mengalir sampai Simpang
Meunasah Sukon. Selanjurnya bercabang dua menuju ke Simpang Pasar Manggeng, Persiapan
Tokoh II, Alue Rambot berakhir di Ladang Tuha II dan menuju ke Desa di Kecamatan lembah
Sabil melalui Meunasah Tengah, Geulanggang Batee, Padang Kelele berakhir di Ladang Tuha II.

KESIMPULAN
Dari hasil survey, desain dan analisa terhadap perencanaan air bersih Kecamatan
Lembah Sabil dan Manggeng dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada tahun 2011 telah dibangun IPA Krueng Baroe di Kecamatan Lembah Sabil dengan
kapasitas debit 20 liter/detik. Namun sampai saat ini IPA belum beroperasi.
2. Jaringan yang telah dibangun hanya sebatas jaringan transmisi yang berada di jalan
Meulaboh – Tapak Tuan sepanjang kurang lebih 2 km sampai ke Desa Cot Bak’u.
3. Dari sumber Air Krueng Baroe melalui intake yang telah dibangun dilakukan sistem
pompanisasi ke IPA Krueng Baroe dan selanjunya diharapkan dapat dioperasikan secara
gravitasi.
4. Jaringan pipa eksisting adalah pipa PVC dengan diameter 150 mm pada Kecamatan Lembah
Sabil dan diameter 100 mm pada Kecamatan Manggeng.
5. Perencanaan sistem jaringan air bersih Kabupaten Abdya dilakukan pada jaringan air mulai
dari IPA Krueng Baroe (Kecamatan Lembah Sabil) sampai Simpang Pasar Manggeng.
Perencanaan dimulai dengan memetakan jaringan perpipaan eksisting dan dilanjutkan
dengan perencanaan pipa transmisinya.

Perencanaan sistem jaringan air bersih mengacu pada:


1. Standar dan SNI terkait dengan perencanaan sistem penyediaan air bersih.
2. Konsumsi air untuk domestik adalah 100 Liter/orang/hari.
3. Jumlah pengguna air untuk setiap sambungan rumah adalah 5 orang.
4. Proyeksi kebutuhan air dianalisis setiap 10 tahun sampai 2032, dengan angka pertumbuhan
penduduk konstan sesuai BPS, yaitu untuk Kecamatan Lembah Kecamatan Manggeng
1,76% perannum.
5. Perencanaan jaringan baru menggunakan pipa HDPE.
6. Koordinat pengukuran topografi mengacu pada titik referensi nasional.
7. Sistem jaringan air bersih Kecamatan Lembah sabil san Kecamatan Manggeng dapat
dijelaskan sebagai berikut. Air bersih berasal dari lokasi sumber air baku yaitu instalasi
pengolahan air (IPA) Krueng Baroe dengan kapasitas produksi 1x20 LPS. Panjang total
jaringan transmisi mencapai 10,495 kilometer dengan pipa berdiameter 200 mm, 150 mm,
100 mm, 75 mm, dan 50 mm.

Anda mungkin juga menyukai